STEP 1
TQM :
Strategi organisasional yg menyeluruh serta emelibatkan semua jengjang manajemen dan karyawan
Continum of care :
PDSA/PDCA
Metode maajemen yg digunakan pd proses bisnis untuk kontrol dan tindakan kelanjutan dari proses
dan produk. Metodenya ada 4 langkah interaktif. PDCA : plan, do, cek, action. PDSA : plan, do, studi,
action
FMEA :
Failure mode and efect analyze : prosedur terstruktur untuk identifikasi dan mencegah sebanyak
mungkin kegagalan. Sebelum ada kegagalan
RCA
Root case analyze : Identifikasi sumber dan akar masalah. Setelah muncul masalah
Clinical pathway
Audit medik
Suatu proses peningkatan mutu yg mencoba memperbaiki pelayanan pasien dan hasilnya melalui
aktivitas tinjauan pelayanan sistematis dan dibandingkan dg kriteria yg jelas yg berujung pd
penerapan perubahan
INA CBGs
Indonesian case base group = Ind diagnosis related group : pembayaran PPK lanjutan dlm jamkesmas
Sistem pembayaran dikelompokkan berdasarkan ciri dan pemakaian sumber daya, dlm bentuk paket
STEP 2
STEP 3
Tujuan :
- Kepuasan pelanggan
Fase :
- Persiapan
- Perencanaan
- pelaksanaan
8. Faktor2 yg mempengaruhi TQM?
- Kepemimpinan
- Tim : pengetahuan ttg TQM
- Proses penyebarluasan
- Pendekatan
- Harapan yg terlalu tinggi pd TQM
- Empowerment yg kurang
- Interaksi kegiatan : proses dan prosedur tertentu dg memanfaatkan sumber daya yg ada
untuk menghasilkan jasa dan pelayanan
9. Apa saja standar TQM?
- Standar persyaratan minimal terdiri dari :
o Masukan ; untuk menjalankan yankes bermutu
Jenis, Jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana
Jenis, jumlah dan spesifikasi dari sarana
Jumlah dana atau modal
o Lingkungan :
Garis2 besar kebijakan dan pola organisasi
o Proses :
Tindakan medis dan non medis
- Standar penampilan minimal : penampilan pelayanan kesehatan yg dpt diterima
o Masukan
o Lingkungan
o Proses
MANAJEMEN MUTU
PDCA/PDSA
Continum of care
Pelayanan mutu : efektif, efisien, akses mudah, aman, tepat waktu, mengutamakan pasien
- Akreditasi (KARS 2012, JCI IV) : pelayanan pasien, MARS, keselamatan pasien, MDGs
- Kepuasan pelanggan
MUTU
STEP 4
Manfaat :
Tujuan :
1) Menjadikan semua partisipan organisasi yaitu manajer, karyawan, dan pemasok memiliki
kepedulian yg tinggi terhadap mutu
2) Menjadikan semua partisipan organsiasi bersemangat tinggi untuk meningkatkan mutu
mereka masing-masing secara berkelanjutan
3) Menjadikan tuntutan kebutuhan customer sebagai pemacu untuk peningkatan mutu
produk dan jasa yg dihasilkan oleh organisasi
4) Menjadikan mutu produk dan jasa sarana utama untuk meningkatkan daya saing
organisasi
5) Menjadikan mutu sebagai upaya utk meningkatkan kemampuan organisasi dlama
menghasilkan aliran dana yang sustainable
Total Quality Management ; Fandi Tjiptono&Anastasia Diana ;1998
3) Pendekatan ilmiah
Diperlukan untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut.
Melakukan analisis dan penulusuran
Munurut Hensler dan Brununell ada 4 prinsip utama dalam TQM, yaitu :
1. Kepuasan pelanggan
2. Respek terhadap setiap orang
Karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu setiap
orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan
berpartisipasi dalam tim pengambilan keputusan.
3. Manajemen berdasarkan fakta
Setiap keputusan didasarkan pada data. Ada dua konsep pokok yaitu
Prioritas : sutu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat
yang bersamaan mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Sehingga dengan data dapat
memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang vital.
Variasi atau variabilitas kinerja manusia : dengan data dapat memprediksi hasil dari setiap
keputusan dan tindakan yang dilakukan.
4. Perbaikan berkesinambungan
Konsep yang berlaku disini adalah siklus PDCA yang terdiri dari langkah2 perencanaan,
pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana dan tindakan korektif terhadap
hasil yang diperoleh.
TQM,Fandy Tjiptono&Anastasia Diana
Sasaran utama dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah secara umum
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya melalui pelayanan
kesehatan.
Secara khusus, sasarannya adalah :
Menurunkan angka kematian
Menurunkan angka kesakitan (re admission rate u/ RS)
Menurunkan angka kecacatan
Penggunaan obat secara rasional
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan
Efisiensi penggunaan tempat tidur, dan lain-lain.
Menurut Goetssch dan Davis, fase implementasi TQM dikelompokkan menjadi tiga fase,
yaitu fase persiapan, fase perencanaan dan fase pelaksanaan. Masing2 fase terdiri atas
beberapa langkah :
fase persiapan
Terdiri atas 10 langkah yg diberi label A sampai J. Sebelum langkah pertama dapat dimulai,
syarat utama yg harus dipenuhi adalah adanya komitmen penuh dari manajemen puncak atas
waktu dan sumber daya yg dibutuhkan
o Langkah A : membentuk Total Quality Steering Committee
Eksekutif puncak menunjuk staf tedekat (bawahan langsungnya) untuk mjd anggota
steering committee. Ia sendiri menjadi ketuanya
o Langkah B : membentuk Tim
Steering committee perlu mengadakan suatu sesi pembentukan tim sebelum memulai
kegiatan TQM
o Langkah C : pelatihan TQM
Steering committee membutuhkan pelatihan yg berkaitan dengan filosofif, teknik dan
alat2 TQM sebelum memulai aktivitas TQM
o Langkah D : menyusun pernyataan visi dan prinsip sbg pedoman
Tujuannya adalah agar dapat menghasilkan dokumen yg singkat dan bermakna yg
mencerminnkan harapan dan aspirasi perusahaan
o Langkah E : menyusun tujuan umum
Steering committee menyusun tujuan umum perusahaan berdasarkan pernyataan visi yg
telah ditetapkan. Tujuan ini tdd tujuan strategis dan tujuan taktis
o Langkah F : Komunikasi dan Publikasi
Eksekutif puncak dan Steering committee perlu mengkomunikasikan setiap informasi
mengenai langkah A-C. Semua orang dalam organisasi harus memahami visi, prinsip2
sbg pedoman, tujuan dan TQM
o Langkah G : Identifikasi kekuatan dan kelemahan
Informasi ini bermanfaat sbg pedoman dalam melaksanakan pendekatan terbaik dalam
implementasi TQM, juga berguna dalam menyoroti kekurangan2 yg harus diperbaiki
o Langkah H : Identifikasi pendukung dan penolak
Biasanya dilaksanakan bersamaan dengan langkah G atau sesudahnya
o Langkah I : memperkirakan sikap karyawan
Dengan bantuan personalia atau konsultan luar, steering commitee perlu berusaha
memperkirakan sikap karyawan pada saat ini.
o Langkah J : Mengukur kepuasan pelanggan
Steering committee perlu berusaha mendapatkan umpan balik objektif dari para
pelanggan guna menentukan tingkat kepuasan mereka.
fase perencanaan
o Langkah K : Merencanakan Pendekatan Implementasi kemudian menggunakan Siklus
Plan/Do/Check/Adjust
Langkah ini dapat dimulai berbarengan dengan langkah G atau sesudahnya. Pada
langkah ini Steering committee merencanakan implementasi TQM. Langkah ini bersifat
ters menerus karena pada saat proyek berlangsung, informasi2 umpan balik akan
dikembalikan pada langkah ini untuk melakukan perbaikan, penyesuaian dsb
o Langkah L : Identifikasi Proyek
Steering committee bertanggung jawab untuk memilih proyek awal TQM yg didasarkan
pada kekuatan dan kelemahan perusahaan, personil yg terlibat, visi dan tujuan dan
kemungkinan suksesnya
o Langkah M : Komposisi Tim
Sbgn besar tim bersifat fungsional silang yg tdd wakil2 dari berbagai departemen atau
disiplin ilmu sesuai dengan yg ditangani
o Langkah N : Pelatihan Tim
Sebelum tim yg baru terbentuk melaksanakan tugasnya, mereka harus dilatih terlebih
dahulu. Pelatihan yg diberikan harus mencakup dasar2 TQM dan alat2 yg sesuai dengan
proyek yg ditanganai
fase pelaksanaan
o Langkah P : Penggiatan Tim
Masing2 tim mengerjakan proyeknya dengan mengunakan siklus PDCA sbg model TQM
o Langkah Q : Umpan balik kepada Steering Commitee
Tim proyek memberikan informasi umpan balik kepada steering commitee mengenai
kemajuan dan hasil2 yg dicapai. Umpan balik tasb akan digunakan untuk menentukan
apakah perlu dilakukan penyesuaian atau perubahan
o Langkah R : Umpan balik dari pelanggan
Tim proyek khusus disebarkan untuk mengumpulkan informasi umpan balik dari
pelanggan eksternal mapun internal. Survei formal pelanggan eksternal perlu
dilaksanakan setiap tahun. Kepuasan pelanggan internal thd suatu proses juga perlu
dipantau terus
o Langkah S : Umpan balik dari Karyawan
Tim proyek khusus lainnya secara periodic memantau sikap dan kepuasan karyawan
o Langkah T : memodifikasi infrastruktur
Umpan balik yg diperoleh dari langkah Q, R dan S (dari tim proyek, pelanggan dan
karyawan) akan dijadikan dasar oleh steering committee untuk melakukan perubahan yg
diperlukan dalam infrastruktur perusahaan
Tjiptono, F., Diana, A., 1998. Total Quality Management
1. Kepemimpinan
Manajer senior harus mengarahkan upaya pencapaian tujuan dengan memberikan,
menggunakan alat dan bahan yang komunikatif, menggunakan data dan menggali siapa-
siapa yang berhasil menerapkan konsep manajemen mutu terpadu. Ketika memutuskan
untuk menggunakan TQM sebagai kunci proses manajemen, peranan manajer senior sebagai
penasihat, guru dan pimpinan tidak bisa diremehkan.
Pimpinan Senior suatu organisasi harus sepenuhnya menghayati implikasi manajemen
di dalam suatu ekonomi internasional di mana manajer yang paling berhasil, paling mampu
dan paling hebat pendidikannya di dunia, harus diperebutkan melalui persaingan yang ketat.
Kenyataan hidup yang berat ini akan menyadarkan manajer senior mengakui bahwa mereka
harus mengembangkan secara partisipatif, baik misi dan visi mereka maupun proses
manajemen, yang dapat mereka pergunakan untuk mencapai keduanya.
Pimpinan bisnis harus mengerti bahwa MMT adalah suatu proses yang terdiri dari tiga
prinsip dan elemen-elemen pendukung yang harus mereka kelola agar mencapai perbaikan
mutu yang berkesinambungan sebagai kunci keunggulan bersaing.
2. Pendidikan dan Pelatihan
Mutu didasarkan pada ketrampilan setiap karyawan yang pengertiannya tentang apa
yang dibutuhkan oleh pelanggan ini mencakup mendidik dan melatih semua karyawan,
memberikan baik informasi yang mereka butuhkan untuk menjamin perbaikan mutu dan
memecahkan persoalan. Pelatihan inti ini memastikan bahwa suatu bahasa dan suatu set alat
yang sama akan diperbaiki di seluruh perusahaan. Pelatihan tambahan pada bench marking,
statistik dan teknik lainnya juga dipergunakan dalam rangka mencapai kepuasan pelanggan
yang paripurna.
3. Struktur Pendukung
Manajer senior mungkin memerlukan dukungan untuk melakukan perubahan yang
dianggap perlu melaksanakan strategi pencapaian mutu. Dukungan semacam ini mungkin
diperoleh dari luar melalui konsultan, akan tetapi lebih baik kalau diperoleh dari dalam
organisasi itu sendiri. Suatu staf pendukung yang kecil dapat membantu tim manajemen
senior untuk mengartikan konsep mengenai mutu, membantu melalui “network” dengan
manajer mutu di bagian lain dalam organisasi dan membantu sebagai narasumber mengenai
topik-topik yang berhubungan dengan mutu bagi tim manajer senior.
4. Komunikasi
Komunikasi dalam suatu lingkungan mutu mungkin perlu ditempuh dengan cara
berbeda-beda agar dapat berkomunimasi kepada seluruh karyawan mengenai suatu
komitmen yang sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan dalam usaha peningkatan
mutu. Secara ideal manajer harus bertemu pribadi dengan para karyawan untuk
menyampaikan informasi, memberikan pengarahan, dan menjawab pertanyaan dari setiap
karyawan.
5. Ganjaran dan Pengakuan
Tim individu yang berhasil menerapkan proses mutu harus diakui dan mungkin diberi
ganjaran, sehingga karyawan lainnya sebagai anggota organisasi akan mengetahui apa yang
diharapkan. Gagal mengenali seseorang mencapai sukses dengan menggunakan proses
menejemen mutu terpadu akan memberikan kesan bahwa ini bukan arah menuju pekerjaan
yang sukses, dan menungkinkan promosi atau sukses individu secara menyeluruh. Jadi pada
dasarnya karyawan yang berhasil mencapai mutu tertentu harus diakui dan diberi ganjaran
agar dapat menjadi panutan/contoh bagi karyawan lainnya.
6. Pengukuran
Penggunaan data hasil pengukuran menjadi sangat penting di dalam menetapkan proses
manajemen mutu. Jelaskan, pendapat harus diganti dengan data dan setiap orang harus
diberitahu bahwa yang penting bukan yang dipikirkan akan tetapi yang diketahuinya
berdasarkan data. Di dalam menentukan penggunaan data, kepuasan pelanggan eksternal
harus diukur untuk menentukan seberapa jauh pengetahuan pelanggan bahwa kebutuhan
mereka benar-benar dipenuhi.
Pengumpulan data pelanggan memberikan suatu tujuan dan penilaian kinerja yang
realistis serta sangat berguna di dalam memotivasi setiap orang/karyawan untuk mengetahui
persoalan yang sebenarnya.
TQM,Fandy Tjiptono&Anastasia Diana
Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada
manajemen rumah sakit, karena telah memenuhi standar yang ditetapkan. Adapun tujuan
akreditasi rumah sakit adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, sehingga sangat
dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia yang semakin selektif dan berhak mendapatkan
pelayanan yang bermutu. Dengan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan diharapkan dapat
mengurangi minat masyarakat untuk berobat keluar negeri.
Sesuai dengan Undang-undang No.44 Tahun 2009, pasal, 40 ayat 1, menyatakan bahwa,
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara
berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali.
Meskipun akreditasi rumah sakit telah berlangsung sejak tahun 1995 dengan berbasis
pelayanan, yaitu 5 pelayanan, 12 pelayanan dan 16 pelayanan, namun dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi serta makin kritisnya masyarakat Indonesia dalam menilai
mutu pelayanan kesehatan, maka dianggap perlu dilakukannya perubahan yang bermakna
terhadap mutu rumah sakit di Indonesia.
Perubahan tersebut tentunya harus diikuti dengan pembaharuan standar akreditasi rumah sakit
yang lebih berkualitas dan menuju standar Internasional. Dalam hal ini Kementerian
Kesehatan RI khususnya Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan memilih dan menetapkan
sistem akreditasi yang mengacu pada Joint Commission International (JCI). Standar akreditasi
ini selain sebagian besar mengacu pada sistem JCI, juga dilengkapi dengan muatan lokal
berupa program prioritas nasional yang berupa program Millenium Development Goals
(MDG’s) meliputi PONEK, HIV dan TB DOTS dan standar-standar yang berlaku di
Kementerian Kesehatan RI.
Standar akreditasi rumah sakit disusun sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit dan menjalankan amanah Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009
tentang rumah sakit yang mewajibkan rumah sakit untuk melaksanakan akreditasi dalam
rangka peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit minimal dalam jangka waktu 3 (tiga)
tahun sekali.
Dalam rangka peningkatan mutu tersebut maka diperlukan suatu standar yang dapat dijadikan
acuan bagi seluruh rumah sakit dan stake holder terkait dalam melaksanakan pelayanan di
rumah sakit melalui proses akreditasi. Disamping itu sistem akreditasi yang pernah
dilaksanakan sejak tahun 1995 dianggap perlu untuk dilakukan perubahan mengingat
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dibutuhkannya standar akreditasi
rumah sakit ini.
Perubahan tersebut menyebabkan ditetapkannya kebijakan akreditasi rumah sakit menuju
standar Internasional. Dalam hal ini, Kementerian Kesehatan memilih akreditasi dengan
sistem Joint Commission International (JCI) karena lembaga akreditasi tersebut merupakan
badan yang pertama kali terakreditasi oleh International Standart Quality (ISQua) selaku
penilai lembaga akreditasi.
Standar ini akan dievaluasi kembali dan akan dilakukan perbaikan bila ditemukan hal-hal
yang tidak sesuai lagi dengan kondisi di rumah sakit.
Jadi pada kesimpulannya Akreditasi rumah sakit merupakan suatu proses dimana suatu
lembaga, yang independen, melakukan asesmen terhadap rumah sakit. Tujuannya adalah
menentukan apakah rumah sakit tersebut memenuhi standar yang dirancang untuk
memperbaiki keselamatan dan mutu pelayanan. Standar akreditasi sifatnya berupa suatu
persyaratan yang optimal dan dapat dicapai. Akreditasi menunjukkan komitmen nyata sebuah
rumah sakit untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas asuhan pasien, memastikan bahwa
lingkungan pelayanannya aman dan rumah sakit senantiasa berupaya mengurangi risiko bagi
para pasien dan staf rumah sakit. Dengan demikian akreditasi diperlukan sebagai cara efektif
untuk mengevaluasi mutu suatu rumah sakit, yang sekaligus berperan sebagai sarana
manajemen.
Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya kualitas di
rumah sakit, sehingga senantiasa berusaha meningkatkan mutu dan keamanan pelayanannya.
Standar akreditasi rumah sakit ini merupakan upaya Kementerian Kesehatan menyediakan
suatu perangkat yang mendorong rumah sakit senantiasa meningkatkan mutu dan keamanan
pelayanan. Dengan penekanan bahwa akreditasi adalah suatu proses belajar, maka rumah sakit
distimulasi melakukan perbaikan yang berkelanjutan dan terus menerus.
Standar ini yang titik beratnya adalah fokus pada pasien disusun dengan mengacu pada
sumber-sumber a.l. sebagai berikut :
http://web.kars.or.id/kars/
Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya kualitas di
rumah sakit, sehingga senantiasa berusaha meningkatkan mutu dan keamanan pelayanannya.
http://web.kars.or.id/kars/
13. Mengapa RS harus menerapkan clinical governance dan penerapan continum of care sbg
basis pelayanan klinis?
14. Jelaskan tentang indikator klinis? FMEA, RCA, PDCA, Clinical Pathway
Imbalo S.Pohan , Jaminan Mutu Layanan Kesehatan, 2007, EGC