ANALISIS JURNAL Fiks Conth
ANALISIS JURNAL Fiks Conth
DI SUSUN OLEH:
26-35 2 15,4%
3 23,1%
36-45
2 15,4%
46-55
2 15.4%
56-55
2. Jenis kelamin
Laki-laki 7 53,8%
6 46,2%
Perempuan
3. Tingkat pendidikan
SD 4 30,8%
SLTP 1 7,7%
SMU 8 61,5%
4. Suku
Batak 5 38,5%
Mandailing 0 0%
Jawa 4 30,8%
Aceh 2 15,41%
Karo 1 7,7%
Melayu 1 7,7%
5. Penghasilan
200.000 3 23,1%
200.000-500.000 3 23,1%
500.000-1.000.000 0 0%
6. Jenis pembedahan
Mayor 12 92,3%
Minor 1 7,7%
Dari data tabel dapat diuraikan bahwa berdasarkan usia
yaitu: 30,8% berusia 15-25 tahun, 15,4% berusia 26-35 tahun,
23,1% berusia 36-45 tahun, 15,4% berusia 46-55 tahun dan
15,4% berusia 56-65 tahun. Berdasarkan jenis kelamin laki-
laki 53,8%, perempuan 46,2%. Pendidikan SD 30,8%, SMP
7,7%, SMU 61,5% dan Perguruan Tinggi tidak ada 0%. Suku
Batak 38,5%, Jawa 30,8%, Aceh 15,4%, lain 15,4%.
Berdasarkan jumlah penghasilan responden yaitu: penghasilan:
< Rp 200.000 adalah 23,1%, penghasilan Rp 200.000-500.000
adalah 23,1%, dan penghasilan > Rp1000.000 sebesar 7,7%,
sedangkan yang tidak berpenghasilan adalah 46,2%.
Berdasarkan jenis pembedahan yaitu mayor (92,3%) pada 12
orang dan minor (7,7%) pada 1 orang.
b. Tingkat kecemasan dan efek komunikasi terapeutik
Dalam jurnal ini diperoleh hasil penelitian tentang tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi sebelum treatment yaitu
tingkat kecemasan ringan (84,6%) pada 11 orang dan sesudah
treatment yaitu tingkat kecemasan ringan (92,3%) pada 12
orang.
Tabel 2. Gambaran tingkat kecemasan pasien pre operasi
pada pre dan post treatment.
Tingkat Pre treatment Post treatment
Kecemasan
Ringan 84,6% 92,3%
Sedang 15,4% 7,7%
Berat 0% 0%
Panik 0% 0%
Untuk mengetahui keefektifan treatment yang
dilakukan maka dalam jurnal ini disertakan tingkat kecemasan
sebelum dan sesudah treatment tersebut. Perhitungan hasil
penelitian dari 13 responden ini menggunakan program
aplikasi SPSS sehingga diperoleh nilai signifikasi (p) 0,001.
Tabel 3. Gambaran tingkat kecemasan sebelum dan
sesudah treatment.
Responden Pre Post
01. 5 5
02. 1 0
03. 5 4
04. 5 3
05. 15 10
06. 7 6
07. 8 6
08. 7 4
09. 7 4
10. 9 6
11. 15 11
12. 11 12
13. 11 9
Sehingga dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan
komunikasi terapeutik memberikan efek yang signifikan
terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi
di Ruang Melati RS H.Adam Malik Medan.
Pembahasan
a. Operasi dan kecemasan
Menurut hasil penelitian mengenai gambaran tingkat
kecemasan pasien pre operasi dan efek komunikasi terapeutik
terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi yang telah
dilakukan terhadap 13 orang pasien pre operasi di Ruang
Rindu RS H.Adam Malik Medan, maka hasil yang diperolaeh
adalah : 100% responden mengalami kecemasan dalam
menghadapi operasi dengan 11 orang (84,6%) pada tingkat
kecemasan ringan dan 2 orang (15,4%) pada tingkat
kecemasan sedang.
Banyak berbagai faktor yang mempengaruhi tinggi-
rendahnya tingkat kecemasan pasien. Diantaranya yang
menyebabkan rendahnya kecemasan yaitu: operasi yang
dilakukan adalah operasi elektif atau direncanakan dan pasien
sudah terlebih dahulu diberitahu oleh tim medis bahwa akan
dioperasi, pasien umumnya merasa pasrah terhadap prosedur
medis yang dihadapinya, pasien dengan penyakit kronis yang
akan melalui prosedur pembedahan merasa operasi adalah hal
yang wajar, selain itu juga aspek spiritual pasien pre operasi
meningkat sehingga lebih tenang menjalani operasi dan
menganggap operasi sebagai cara terbaik dan pasien yakin
kepada Tuhan. Sedangkan yang menyebabkan tingginya
kecemasan, diantaranya: tingkat pengetahuan pasien terhadap
prosedur operasi dan kelanjutan pengobatan serta faktor biaya
operasi yang dianggap mahal. Hal ini sesuai dengan pendapat
Atkinsin (1992) mengatakan bahwa kemampuan seseorang
berbeda dalam menghadapi situasi krisis dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Diantaranya faktor budaya, agama, dan sosial
ekonomi.
b. Efek komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pasien
pre operasi
Dalam jurnal ini dapat kita simpulkan bahwa perawat
dapat mengurangi dan memperbaiki kecemasan pasien dengan
tindakan keperawatan difokuskan pada komunikasi terapeutik
dan pendidikan kesehatan pasien dan keluarganya, seperti
memberikan penjelasan mengenai prosedur pembedahan dan
hal-hal yang terkait dengan proses pembedahan ataupun diluar
hal itu. Atkinson (1992) mengatakan bahwa interaksi antara
perawat dan pasien dapat meningkatkan mekanisme koping
dan memberikan dukungan emosional kepada pasien yang
mengalami kecemasan dan rasa takut. Sehingga pasien
memiliki waktu untuk mengekspresikan kecemasannya dan
menanyakan hal-hal yang membuatnya cemas (Torrence dan
Serginson, 1997).