Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI

DIABETES MELITUS DENGAN RISIKO INFEKSI DIRUANG


BOUGENVILE RSUD DR. KOESNADI BONDOWOSO
TAHUN 2017

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penulisan KTI


Dosen Pengampu: Damon Wicaksi, SST, M.Kes

Oleh:
Nurdina Maulida (15-03714-0880)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2015/2016

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Diabetes melitus merupakan penyakit yang paling kompleks dan

menuntut banyak perhatian maupun usaha dalam pengelolaannya

dibandingkan dengan penyakit kronis lainnya. Dibetes melitus mengalami

peningkatan yang cukup signifikan karena perubahan gaya hidup dan pola

makan yang tidak sehat.

Kasus diabetes melitus banyak di derita oleh seluruh lapisan

masyarakat ditinjau oleh berbagai usia. Diabetes melitus terjadi karena

gangguan metabolisme tubuh yang disebabkan karena perubahan hormon

insulin yang bisa menyebabkan gangguan vaskularisasi dimana terjadi

gangguan suplai darah yang mengakibatkan luka, jika pertumbuhan jaringan

terhambat luka akan sukar sembuh sehingga muncul masalah keperawatan

risiko infeksi.

Menurut data dari WHO (World Health Organization) pada

september 2012 menjelaskan bahwa penderita diabetes militus didunia

mencapai 347 juta orang dan lebih dari 80% kematian akibat diabetes

militus terjadi pada negara miskin dan berkembang. Penelitian yang

dilakukan WHO di beberapa negara berkembang menunjukkan peningkatan

jumlah tertinggi pasien diabetes justru terjadi di negara asia tenggara


termasuk Indonesia. Penelitianmenunjukkan hasil yang berbeda, dari 62

kasus infeksi ulkus diabetikum diperoleh hasil bahwa infeksi lebih banyak

disebabkan oleh monomikroba (43,5%) sedangkan polimikroba (35,5%),

serta perolehan isolat bakteri Gram negatif sebanyak 68% dan Gram positif

32%. Penyakit infeksi pada penderita diabetes dapat meningkatkan angka

kesakitan dan kematian. Pengobatan untuk infeksi tersebut menggunakan

antidiabetes dan antibiotik. Suatu masalah akan timbul apabila sebagian

besar bakteri telah resisten terhadap antibiotik yang diberikan (WHO, 2014).

Menurut data dari kemenkes RI (2011) dan PD persi (2011)

Indonesia menduduki rangking 4 (empat) dunia setelah Amerika Serikat,

China, dan India dalam prevalensi diabetes. Kemenkes RI (2011) dan PD

Persi (2011), diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun

sebanyak 133 juta jiwa. Dengan prevalensi diabetes sebesar 14,7 % pada

daerah urban dan 72 % pada daerah rural, diperkirakan terdapat sejumlah

8,2 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural.

Selanjutkan berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan pada

tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk di Indonesia yang berusia

diatas 20 tahun dengan asumsi prevalensi diabetes pada daerah urban

(14,7%)mdan rural (7,2 %) maka diperkirakan terdapat 12 juta penyandang

diabetes didaerah urban dan 8,1 juta di daerah rural.

Menurut laporan Riskesdas tahun 2013, Provinsi Jawa Timur

merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan prevalensi penderita DM

sebesar 2,1% (Riskesdas 2013). Berdasarkan data yang didapatkan dari

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2012) berdasarkan 10 pola penyakit


terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit tipe B diabetes melitus

merupakan penyakit terbanyak nomor dua setelah hipertensi yakni sebanyak

102.399 kasus.

Pada jaringan tubuh yang normal apabila terjadi kerusakan maka

tubuh akan dengan cepat memperbaiki kerusakan tersebut, namun pada

penderita diabetes dengan kadar glukosa yang tak terkendali terjadi

kerusakan pada otot syaraf, pembuluh perifer, dan sistem molekuler tubuh

sehingga dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi kronis yaitu neuropati.

Selain itu, menurunnya sistem imun dalam tubuh yang disebabkan oleh

rendahnya leukosit, respon inflamasi yang tidak sesuai, dan gangguan

imunitas seluler (penghambatan proliferasi fibroblast, kerusakan lapisan

basal keratinosit, dan pengurangan migrasi sel epidermis) dapat

menyebabkan timbulnya infeksi. Hilangnya akson saat terjadi respon

inflamasi mengakibatkan tubuh tidak dapat mengeluarkanvasomodulator

seperti histamin, katekolamin, Calcitonine Gene-Related Peptide (CGRP),

Neuropeptide Y (NPY), dan Substansi P (SP) yang dapat memicu terjadinya

vasodilatasi (respon ini dikenal dengan nama Lewis Triple FlairResponse).

Apabila respon tersebut tidak normal maka proses penyembuhan luka akan

terganggu.

Dari patofisiologi diatas, bila masalah-masalah tersebut tidak teratasi

maka akan muncul masalah risiko infeksi.

Dari permasalahan diatas maka ada alternatif solusi menurut NIC

(Nursing Interventions Classification) diantaranya adalah ajarkan pasien dan

keluarga pasien mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan harus
melaporkannya kepada pemberi layanan kesehatan, ajarkan pasien dan

keluarga mengenai bagaimana menghindari infeksi, instruksikan pasien

untuk minum antibiotik yang diresepkan, berikan perawatan kulit yang tepat

untuk area yang mengalai edema, dan monitor kerentanan terhadap infeksi.

Oleh karena itu, maka kami sebagai peneliti tertarik untuk

mengambil judul asuhan keperawatan pada klien yang mengalami diabetes

melitus dengan risiko infeksi diruang bougenvile RSUD dr. Koesnadi

Bondowoso tahun 2017.

1.2 Batasan masalah

1.3 Rumusan masalah


Bagaimana Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Diabetes

melitus dengan risiko infeksi diruang Bougenvile rsud dr. Koesnadi

Bondowoso tahun 2017?

1.4 Tujuan penelitian


1. Tujuan umum
Menjelaskan Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Diabetes

melitus dengan risiko infeksi diruang Bougenvile rsud dr. Koesnadi

Bondowoso tahun 2017.


2. Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami

Diabetes melitus dengan risiko infeksi diruang Bougenvile rsud dr.

Koesnadi Bondowoso tahun 2017.


2. Merumuskan diagnosa pada klien yang mengalami Diabetes

melitus dengan risiko infeksi diruang Bougenvile rsud dr. Koesnadi

Bondowoso tahun 2017.


3. Menyusun intervensi keperawatan pada klien yang mengalami

Diabetes melitus dengan risiko infeksi diruang Bougenvile rsud dr.

Koesnadi Bondowoso tahun 2017.


4. Melakukan implementasi keperawatan pada klien yang mengalami

Diabetes melitus dengan risiko infeksi diruang Bougenvile rsud dr.

Koesnadi Bondowoso tahun 2017.


5. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien yang mengalami

Diabetes melitus dengan risiko infeksi diruang Bougenvile rsud dr.

Koesnadi Bondowoso tahun 2017.

1.5 Manfaat penelitian


1. Manfaat teoritis
a. Sebagai bentuk aplikasi dari teori asuhan keperawatan klien

Diabetes mellitus.
b. Sebagai pengembangan ilmu keperawatan medikal bedah sistem

endokrin pada klien Diabetes mellitus.


2. Manfaat praktis
a. Klien: meningkatkan pengetahuan klien diabetes mellitus dengan

risiko infeksi.
b. Instansi keperawatan: sebagai acuan Rumah sakit dalam

meningkatkan pelayanan klien diabetes mellitus


c. Institusi pendidikan: sebagai acuan pembelajaran mahasiswa pada

mata kuliah KMB sistem endokrin.


d. Keluarga atau perawat: meningkatkan asuhan keperawatan pada

klien yang mengalami diabetes melitus dengan risiko infeksi diruang

bougenvile RSUD dr. Koesnadi Bondowoso.

Anda mungkin juga menyukai