Anda di halaman 1dari 22

A.

Pendahuluan
Penyakit kelamin (veneral diseases) sudah lama dikenal dan beberapa di
antaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonore. Dengan semakin
majunya ilmu pengetahuan, seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat,
banyak ditemukan penyakit-penyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai lagi dan
diubah menjadi sexually transmitted diseases (STD) atau penyakit menular seksual
(PMS).3
Perubahan istilah tersebut memberi dampak terhadap spektrum PMS yang
semakin luas karena selain penyakit-penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit
kelamin (VD) yaitu sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venereum dan
granuloma inguinale juga termasuk uretritis non-gonore (UNG), kondiloma akuminata,
herpes genitalis, kandidosis, trikomoniasis, bakterial vaginosis, hepatitis, moluskum
kontagiosum, scabies, pedikulosis pubis, dan lain-lain.
PMS kadang tidak memiliki gejala. Gejala yang mungkin muncul termasuk
diantaranya adalah Luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut.
Luka tersebut dapat terasa sakit atau tidak.
Ulkus genital adalah salah satu gejala pada infeksi menular seksual (IMS) yang
selama perjalanan penyakitnya ditemukan adanya lesi ulseratif/ ulkus/ tukak atau borok.
Adanya lesi ulseratif di genital akan meningkatkan 5-10 kali risiko transmisi HIV-AIDS.

B. ULKUS GENITAL
Ulkus genital adalah salah satu gejala pada infeksi menular seksual (IMS) yang
selama perjalanan penyakitnya ditemukan adanya lesi ulseratif/ ulkus/ tukak atau
borok.Adanya lesi ulseratif di genital akan meningkatkan 5-10 kali risiko transmisi HIV-
AIDS. Infeksi menular seksual yang dapat bermanifestasi sebagai ulkus genital adalah
Sifilis, Ulkus mole (chancroid), Herpes simpleks genitalis (herpes genitalis),
Limfogranuloma Venereum (LGV), Granuloma Inguinale.
Infeksi menular seksual yang dapat bermanifestasi sebagai ulkus genital adalah:
1. Sifilis
2. Ulkus mole (chancroid)
3. Herpes simpleks genitalis (herpes genitalis)
Alur Diagnoisis Dan Tatalaksana Ulkus Genital

Angka prevalensi kuman penyebab ulkus genital bervariasi, dan sangat dipengaruhi
lokasi geogafis. Setiap saat angka ini dapat berubah dari waktu ke waktu. Secara klinis
diagnosis banding ulkus genital tidak selalu tepat, terutama bila ditemukan beberapa
penyebab secara bersamaan. Manifestasi klinis dan bentuk ulkus genital sering berubah
akibat infeksi HIV.

Sesudah dilakukan pemeriksaan untuk memastikan ulkus genital, pengobatan


selanjutnya disesuaikan dengan penyebab dan pola sensitivitas antibiotik setempat,
misalnya, di daerah dengan prevalensi sifilis maupun chancroid yang cukup menonjol,
maka pasien dengan ulkus genital harus segera diobati terhadap kedua kuman penyebab
tersebut. Hal ini dilakukan untuk menjaga kemungkinan pasien tidak kembali untuk tindak
lanjut.

Sedangkan untuk daerah yang sering ditemukan granuloma inguinale atau


limfogranuloma venereum (LGV), pengobatan terhadap kedua mikroorganisme tersebut
juga perlu diperhatikan. Di beberapa negara, herpes genitalis sangat sering ditemukan
sebagai penyebab ulkus genital. Sedang untuk daerah yang sering ditemukan infeksi HIV,
maka peningkatan proporsi kasus ulkus genital yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks sering terjadi. Ulkus pada pasien yang disebabkan oleh virus herpes yang
bersamaan dengan virus HIV gejalanya tidak khas dan menetap lebih lama.

Pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang untuk menegakkan diagnosis sangat


jarang dapat membantu pada kunjungan pertama pasien, dan biasanya hal ini terjadi sebagai
akibat infeksi campuran. Dapat ditambahkan pula, bahwa di daerah dengan angka
prevalensi sifilis tinggi, tes serologis yang reaktif mungkin akan lebih mencerminkan
keadaan infeksi sebelumnya dan dapat memberikan gambaran yang tidak sesuai dengan
keadaan pasien saat itu. Sedangkan tes serologis negatif, belum tentu menyingkirkan
kemungkinan ulkus akibat sifilis stadium primer, mengingat reaktivitas tes serologi sifilis
baru muncul 2-3 minggu setelah timbul ulkus.

Saat ini sering dijumpai ulkus genital bersamaan dengan infeksi HIV, yang menyebabkan
manifestasi klinis berbagai ulkus tersebut menjadi tidak spesifik. Ulkus karena sifilis
stadium 1 maupun herpes genitalis menjadi tidak khas; chancroid menunjukkan ulkus yang
lebih luas, berkembang secara agresif, disertai gejala sistemik demam dan menggigil; lesi
herpes genitalis mungkin berbentuk ulkus multipel yang persisten dan lebih
memerlukan perhatian medis, berbeda dengan vesikel yang umumnya dapat
sembuh sendiri (self limiting) pada seorang yang immunokompeten.

Infeksi HIV yang bersamaan juga dapat mengakibatkan kegagalan pengobatan pada
sifilis fase awal, chancroid, dan herpes simpleks. Pada pasien yang demikian perlu
dipertimbangkan pengobatan dengan waktu yang lebih lama, namun masih diperlukan
penelitian lebih lanjut

BAGAN 1. ULKUS GENITAL DENGAN PENDEKATAN SINDROM


BAGAN 2. ULKUS GENITAL KHUSUS UNTUK TENAGA MEDIS
T abel 1. R i n c i a n p e ngobatan u l k u s g e n i t a l i s

Sifilis stadium Chancroid Herpes Herpes Limfogran

1&2 (ulkus mole) genitalis genitalis uloma


rekurens venereu
episode
m
pertama
Obat Benzatin - Siprofloksasin Asiklovir, Asiklovir, Doksisiklin *,
yang benzilpenisili *, 2x500 5x200 mg/hari, 5x200 mg/hari, 2x100
dianjur n 2,4 juta IU, mg/hari, per per oral, per oral, mg/hari, per
kan selama 5 hari, oral, selama
dosis tunggal, oral, selama selama 7 hari,
ATAU 14 hari,
injeksi 3 hari ATAU
Asiklovir ATAU
intramuskular ATAU Asiklovir
3x400 mg/hari Eritromisin
Eritromisin 3x400 mg/hari
selama 5 hari base
base, 4x500 selama 7 hari
ATAU 4x500
mg/hari, per ATAU mg/hari, per
Valasiklovir,
oral, selama Valasiklovir, 2x500 mg/hari, oral, selama
7 hari 2x500 mg/hari, per oral, 14 hari

ATAU per oral, selama 5 hari,

Azitromisin selama 7 hari,


1 g, per oral,
dosis tunggal
ATAU
Obat Penisilin- Seftriakson
pilihan prokain injeksi 250
lain 600.000 mg, injeksi IM
intra muskuler,
U/hari selama
dosis tunggal
10 hari
Alergi Doksisiklin*
penisilin 2X100 mg/hari
dan tidak per oral,
Hamil
selama 30 hari
ATAU
Eritromisin
4 x 500
mg/hari
selama 30 hari
*Tidak boleh diberikan
kepada ibu
hamil/menyusui atau
anak berumur kurang
dari 12 tahun
Penanganan pasien hamil dengan riwayat alergi penisilin

Untuk pengobatan sifilis dalam kehamilan, tidak ada alternatif lain selain penisilin
yang terbukti manjur. Ibu hamil dengan riwayat alergi penisilin, harus menjalani
desensitisasi agar tetap dapat diobati dengan penisilin. Penisilin juga dianjurkan pada
pasien sifilis dengan infeksi HIV.

Untuk menentukan seseorang alergi terhadap penisilin dilakukan melalui uji kulit terhadap
benzil-benzatin penisilin. Cara melakukan tes kulit:

1. Campur bubuk benzil-benzatin penisilin 2,4 juta Unit dengan akuades steril sesuai
petunjuk sehingga membentuk suspensi

2. Ambil 0,1 cc suspensi menggunakan tabung injeksi 1cc (tipe tuberkulin), tambahkan
akuades atau akuabides agar terjadi larutan 1 cc

3. Suntikkan secara intradermal sebanyak 0,02 cc dengan jarum suntik ukuran 26 atau 27
pada permukaan volar lengan bawah

4. Tepi bentol kemerahan akibat injeksi ditandai dengan bolpen

5. Amati selama 15 - 20 menit

6. Bila diameter bentol kemerahan meluas lebih dari 3 mm dibandingkan lesi awal, tes
kulit dinyatakan positif

Bila hasil uji kulit positif, berarti pasien alergi terhadap penisilin, dapat dilakukan
desensitisasi pada ibu hamil tersebut (lihat tabel ). Desensitisasi dapat dilakukan secara oral
maupun intravena. Meskipun ke dua cara ini belum pernah dibandingkan,
desensitisasi secara oral dianggap lebih aman dan mudah dilakukan.
Desensitisasi harus dilakukan di rumah sakit karena dapat terjadi reaksi alergi yang
serius, sehingga selalu tersedia adrenalin dan sarana resusitasi. Desensitisasi dilakukan
dalam waktu singkat, berdasarkan peningkatan dosis secara cepat, setiap 15 menit.
Diawali dengan dosis yang diencerkan dan diakhiri dengan pengenceran yang sama dengan
yang akan digunakan untuk pengobatan. Biasanya dapat diselesaikan dalam waktu 4 – 12
jam setelah pemberian dosis pertama. Setelah desensitisasi, pasien harus tetap diberikan
penisilin selama masa pengobatan.

Riwayat nekrolisis epidermis akibat obat (misalnya sindrom Steven-Johnson dan


variannya) merupakan kontraindikasi absolut untuk desensitisasi. Bila timbul reaksi yang
tidak mengancam jiwa, dapat diberikan antihistamin oral, misalnya setirizin 10 mg.
Tabel 2. Contoh cara melakukan desensitisasi

Tahap Waktu Dosis

1. 0 menit 100 U per oral (penisilin V)


2. 15 menit 200 U per oral

3. 30 menit 400 U per oral


4. 45 menit 800 U per oral

5. 1 jam 1.600 U per oral


6. 1 jam 15 menit 3.200 U per oral

7. 1 jam 30 menit 6.400 U per oral


8. 1 jam 45 menit 12.800 U per oral
9. 2 jam 25.000 U per oral
10. 2 jam 15 menit 50.000 U per oral
11. 2 jam 30 menit 100.000 U per oral
12. 2 jam 45 menit 200.000 U per oral
13. 3 jam 400 U per oral
14. 3 jam 15 menit 200.000 U subkutan
(penilislin G)
15. 3 jam 30 menit 400.000 U subkutan
16. 3 jam 45 menit 800.000 U subkutan
17. 4 jam 1.000.000 U intramuskular

1. SIFILIS

Nama lain: Lues venerea/ raja singa


Sifilis adalah IMS yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, merupakan
penyakit kronis dan dapat mengenai seluruh organ tubuh. Gambaran klinisnya dapat
menyerupai penyakit lain (the great imitator). Pada bayi ditularkan in utero atau karena
kontak dengan lesi ibu pada waktu persalinan. Selama perjalanan penyakitnya terdapat masa
laten tanpa manifestasi lesi di tubuh.

KLASIFIKASI
1. Sifilis kongenital
a. Sifilis kongenital dini (muncul sebelum umur 2 tahun)
b. Sifilis kongenital lanjut (muncul setelah umur 2 tahun)
2. Sifilis akuisita (klasifikasi epidemiologis)
a. Sifilis dini (sifilis yang terjadi dalam 1 tahun setelah terinfeksi)
i. Sifilis primer (S I)
ii. Sifilis sekunder (S II)
iii. Sifilis laten dini (early latent syphilis)
b. Sifilis lanjut (sifilis yang terjadi lebih dari 1 tahun setelah infeksi)
i. Sifilis laten lanjut (late latent syphilis)
ii. Sifilis tersier (S III)

GAMBARAN KLINIS

Sifilis primer
Sifilis ditularkan melalui kontak langsung dari lesi infeksius. Treponema masuk melalui
selaput lendir yang utuh atau kulit yang mengalami abrasi, menuju kelenjar limfe, kemudian
masuk ke pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Pada saat ini tanda-tanda klinis
dan serologis belum jelas.
Tanda klinis yang pertama kali muncul adalah timbul lesi primer berupa ulkus di tempat
inokulasi, 3 minggu (10-90 hari) setelah “coitus suspectus” (hubungan seksual yang dicurigai
sebagai penyebab infeksi). Ulkus ini disebut ulkus durum atau chancre (syphilitic ulcer),
dapat di genital maupun ekstra genital.

Gambaran karakteristik ulkus durum:


 Biasanya soliter, tidak nyeri (indolen), bagian tepi lesi meninggi dan keras (indurasi),
dasar bersih, tanpa eksudat, ukuran bervariasi dari beberapa mm sampai 1-2 cm.
 Terdapat limfadenopati inguinal medial unilateral/bilateral, tidak terdapat gejala
konstitusi
 Adanya ulkus disertai pembesaran kelenjar getah bening disebut kompleks primer
 Bila tidak diobati, ulkus akan menetap selama 2-6 minggu, lalu sembuh spontan.
 Pada ulkus dapat ditemukan gerakan T. pallidum.
 Tes serologis untuk sifilis: non reaktif, namun makin lama lesi terjadi kemungkinan
tes menjadi reaktif ( > 4 minggu)

Sifilis sekunder
Timbul 6 minggu sampai 6 bulan kemudian berupa ruam pada kulit, mukosa dan organ
tubuh, dapat disertai gejala konstitusi seperti demam, malaise, sakit kepala, atralgia dan
anoreksia.
Pada stadium ini ulkus masih dapat ditemukan.

Kelainan antara lain:


- Manifestasi kulit pada sifilis sekunder (sifilid):
o Sangat bervariasi, biasanya simetris, dapat berupa makula, papula, folikulitis,
papulaskuamosa (psoriasiform) dan pustul.
o Ditemukan pada 75% kasus
o Ruam kulit dapat sembuh spontan
- Papul basah pada daerah intertriginosa yang lembab disebut kondiloma lata
- Limfadenopati generalisata ( > 50% kasus)
- Hepatomegali
- Splenomegali
- Pada kasus yang tidak diobati dapat terjadi relaps 1-2 tahun setelah infeksi, lesi sering
unilateral, berbentuk arsiner.

Diagnosis sifilis sekunder ditegakkan berdasarkan adanya lesi sifilis sekunder yang khas,
hasil pemeriksaan serologis yang reaktif, dapat pula pemeriksaan lapangan gelap positif.

Diagnosis banding
Sifilis pimer:
- Chancroid
- Granuloma inguinale
- Herpes genitalis
Sifilis sekunder:
- Pitiriasis rosea
- Tinea versikolor
- Psoriasis
- Skabies
- Drug eruption
- Eksantema virus

Sifilis laten

Sifilis laten merupakan stadium sifilis tanpa manifestasi klinis, dapat berlangsung
bertahun-tahun atau seumur hidup.
Masa laten ini terbagi dua yaitu:
- Laten dini, kurang dari 1 tahun, masih bisa menular
- Laten lanjut, lebih dari 1 tahun, jarang menular, kecuali pada wanita hamil dapat
menularkan sifilis pada bayi yang dikandungnya

Diagnosis hanya berdasarkan pada tes serologis. Pada laten dini titer tinggi, namun setelah
diberi pengobatan akan rendah atau non reaktif, sedangkan laten lanjut selalu dengan titer
rendah dan sedikit perubahan setelah diberikan pengobatan.

Sifilis lanjut

Lesi sifilis lanjut berupa endarteritis obliterans pada bagian ujung arteriol dan pembuluh
darah kecil yang menyebabkan peradangan dan nekrosis. Bila tidak diobati kerusakan akan
semakin hebat pada salah satu organ tubuh
Yang paling sering terjadi pada sifilis lanjut adalah: latensi, simtomatik neurosifilis, sifilis
benigna lanjut dan sifilis kardiovaskuler.
Tes serologis umumnya reaktif

Sifilis kongenital

Infeksi pada janin lebih banyak terjadi bila ibu berada pada stadium dini, sebab pada saat
ini banyak Treponema yang beredar dalam darah. Pada tahun pertama setelah infeksi yang
tidak diobati, kemungkinan 90% akan ditularkan pada bayi yang dikandungnya. Pada
umumnya makin lama seorang ibu terkena infeksi, maka makin sedikit kemungkinannya
menginfeksi janinnya.
Pada sifilis kongenital dini, tanda dan gejala yang khas muncul sebelum umur 2 tahun.
Lebih awal munculnya manifestasi klinis, prognosisnya akan semakin buruk. Tanda-tanda
tersebut antara lain: lesi vesikobulosa (segera setelah lahir), lesi papulaskuamosa, sekresi
hidung disertai darah, osteokondritis, anemia hemolitik, hepatosplenomegali, kelainan pada
cairan sumsum tulang belakang.
Sifilis kongenital lanjut biasanya muncul setelah umur 2 tahun. Lebih dari setengah
penderita tanpa manifestasi klinis kecuali tes serologis yang reaktif. Pada tipe ini tidak
menular. Tanda-tanda sifilis kongenital lanjut, antara lain: keratitis interstitialis, gigi
Hutchinson, gigi Mulberry, ketulian, neurosifilis, sklerosis tulang, fisura sekitar rongga mulut
dan hidung (rhagade parrot),

PEMERIKSAAN LABORATORIUM:

Pemeriksaan langsung : bahan pemeriksaan dari ulkus (Reitz serum)


 Dark field examination
 PCR

Pemeriksaan tidak langsung: tes serologis untuk sifilis (TSS) /Serologic Test for Syphilis
(STS)
1 Tes Treponema : TPI (T. pallidum Immobilization), FTA-ABS (Fluorescent
Antibody Absoption Test), TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination Assay)
2 Tes non Treponema : VDRL (Venereal Diseases Research Laboratory), RPR (Rapid
Plasma Reagin)

VDRL: sensitivitas tinggi  skrining


TPHA: spesifisitas tinggi  konfirmasi diagnosis

PENGOBATAN

1. Sifilis dini (primer, sekunder, laten dini)


- Benzatin benzilpenisilin G 2,4 juta IU intra muskuler, dosis tunggal atau
- Prokain benzilpenisilin 0,6 juta IU/ hari, intramuskuler selama 10 hari
berturut-turut.
- Untuk penderita yang alergi penisilin:
i. Doksisiklin 2 x 100 mg/ hari per oral, selama 30 hari
ii. Tetrasiklin 4 x 500 mg/ hari, selama 30 hari
iii. Eritromisin 4 x 500 mg/ hari selama 30 hari
2. Sifilis lanjut (sifilis > 2 tahun, laten yang tidak diketahui lama infeksi, kardiovaskular,
syphilis late benign kecuali neurosifilis)
- Benzatin benzilpenisilin G 2,4 juta IU/ minggu, intramuskuler, selama 3
minggu berturut-turut, atau
- Prokain benzilpenisilin 0,6 juta IU/ hari, intramuskuler selama 3 minggu
berturut-turut.
- Untuk penderita yang alergi penisilin:
i. Doksisiklin 2 x 100 mg/ hari selama 30 hari atau lebih
ii. Tetrasiklin 4 x 500 mg/ hari selama 30 hari atau lebih
iii. Eritromisin 4 x 500 mg/ hari selama 30 hari atau lebih

Evaluasi Hasil Pengobatan

Pada penderita sifilis stadium dini yang telah dilakukan pengobatan dengan cara dan dosis
yang adekuat, harus dievaluasi kembali secara klinis dan serologis (dengan VDRL) sesudah
3 bulan pengobatan. Evaluasi kedua dilakukan sesudah 6 bulan, dan bila ada indikasi
berdasarkan hasil pemeriksaan pada bulan ke-6 tersebut, dapat dievaluasi kembali sesudah
bulan ke-12.

ULKUS MOLE

Ulkus mole atau Chancroid atau soft chancre adalah IMS yang disebabkan oleh
Haemophilus ducreyi, dengan masa inkubasi 4-10 hari. Pada wanita sukar ditentukan masa
inkubasinya karena sering ditemukan kasus asimtomatis

Karakteristik:
- Ulkus multipel, nyeri pada > 50% kasus, tepi tidak rata, indurasi (-).
- Dasar ulkus kotor, mudah berdarah dan nekrotik, kulit sekitar ulkus kemerahan
- Terdapat limfadenopati inguinal uni/bilateral yang terasa nyeri pada 50% kasus 
terjadi supurasi  perforasi  fistula  ulkus
- Dapat terjadi autoinokulasi
- Lokasi lesi: sering pada daerah vulva, serviks, prepuce, sulkus koronarius, dan anal;
oral pada oral sexual contac; bagian tubuh lain (jarang) karena autoinokulasi

Diagnosis banding:
- Sifilis
- Herpes genitalis
Pada sekitar 10% kasus dapat terjadi koinfeksi. Ulkus mikstum adalah koinfeksi ulkus
mole dengan infeksi T. pallidum.

Pemeriksaan laboratorium:
o Pewarnaan Gram dari ulkus (sensitivitas 40-60%)
 Basil kecil Gram negatif, yang berderet berpasangan seperti kumpulan ikan
(school of swimming fish)
o Kultur
o PCR

PENGOBATAN
1. Siprofloksasin 2 x 500 mg/ hari per oral, selama 3 hari
2. Eritromisin base 4 x 500 mg/hari,per oral selama 7 hari
3. Azitromisin 1 gram per oral, dosis tunggal
4. Seftriakson 250 mg intramuskular, dosis tunggal
HERPES GENITALIS

Herpes genitalis adalah IMS yang disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV) tipe 1 dan
2 (90% kasus herpes genitalis disebabkan oleh HSV tipe 2), dengan gejala khas berupa
vesikel berkelompok dengan dasar eritema dan bersifat rekuren.
Infeksi herpes genitalis ditularkan melalui kontak langsung dari lesi atau sekret genital
yang infeksius. Transmisi terjadi pada saat viral shedding. Gejala yang timbul dapat berat,
tetapi dapat pula asimtomatis. Pada penelitian retrospektif 50-70% infeksi HSV tipe 2 adalah
asimtomatis.
Pada penderita dengan imunodefisiensi, gejala akan lebih berat, lebih lama, rekurensi
lebih sering dengan penyembuhan yang lebih lama.

Manifestasi klinis
1. Episode pertama – primer
2. Episode pertama – bukan primer
3. Episode rekuren
4. Asimtomatik

Episode pertama primer


 Merupakan infeksi primer sejati, mengenai seseorang yang belum pernah terpajan
HSV sebelumnya (seronegatif terhadap antibodi HSV)
 Masa inkubasi 1 minggu (2-12 hari) setelah coitus suspectus
 Pada episode ini gejala lebih berat, seringkali disertai gejala sistemik dan dapat
mengenai banyak tempat.
 Kelenjar limfe regional dapat membesar dan nyeri pada perabaan.
 Vesikel berkelompok pada dasar eritem, yang terasa nyeri  pustula  erosi 
ulkus  krusta keabu-abuan
• Lesi baru masih muncul sampai hari ke-10, reepitelisasi terjadi setelah 15-20 hari
• Lokasi:
• Wanita: introitus, meatus, labia, serviks (70%)
• Laki-laki: Glans, sulkus koronarius, uretra, penile shaft, perineal region
• Jarang: perineum, bokong, paha, perianal, skrotum, mons area
• Komplikasi:
• Neurologis (13-35%) : aseptic meningitis, transverse meningitis, sacral
radiculitis (retensi urin)
• Pada kehamilan: abortus, malformasi kongenital, lahir mati.

Episode pertama bukan primer


 Pada orang yang pertama kali timbul gejala klinis, namun telah seropositif terhadap
antibodi HSV
 Gejala lebih ringan dari episode primer, tetapi lebih berat dari episode rekuren

Episode Rekuren
• Gejala yang timbul biasanya lebih ringan, dapat diawali gejala prodromal seperti
gatal, rasa terbakar, disuria
• Faktor pencetus : trauma, stress emosi, kelelahan, koitus yang berlebihan, demam,
menstruasi, obat-obatan (imunosupresif, kortikosteroid), alkohol.
• Reepitelisasi + 10 hari
• Rekurensi HSV-2 lebih sering dibandingkan HSV-1

DIAGNOSIS BANDING
- Chancroid
- Sifilis dengan infeksi sekunder
- Ulkus genital karena trauma
- Dermatitis kontak

LABORATORIUM
 Pemeriksaan laboratorium sederhana dengan apus Tzanck yang diwarnai dengan
Giemsa atau Wright akan tampak sel raksasa berinti banyak, namun pemeriksaan ini
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah.
 PCR
 Serologi

PENGOBATAN

1. Episode pertama primer:


a. Asiklovir 5 x 200 mg/ hari, per oral, selama 7 hari, atau
b. Valasiklovir 2 x 500 mg/ hari, per oral, selama 7 hari
2. Episode kambuhan:
a. Asiklovir 5 x 200 mg/ hari, per oral, selama 5 hari, atau
b. Valasiklovir 2 x 500 mg/ hari, per oral, selama 5 hari
c. Bila ringan cukup diberikan krim asiklovir
3. Pengobatan supresif (kekambuhan > 6 kali/ tahun)
a. Asiklovir 2 x 400 mg/ hari, per oral, secara terus-menerus, atau
b. Valasiklovir 1 x 500 mg/ hari
Gambar 1. Ulkus durum pada labia mayor Gambar 2. Ulkus durum pada
sulkus koronarius

Gambar 3. Ulkus durum ekstra genital


Gambar 4. Sifilis sekunder,
lesi papular
Gambar 5. Sifilis psoriatika Gambar 6. Lesi pada telapak tangan
dan kaki (S II dini)

Gambar 7. Kondiloma lata

Gambar 8. Ulkus mole Gambar 9. Herpes genitalis


Bagan 1. Ulkus Genital (Pendekatan Sindrom)

Bagan 2. Ulkus Genital (Bila Tersedia Laboratorium)


Pengobatan Ulkus Genital

Pilih salah satu dari Pilihan pengobatan Alergi penisilin dan


beberapa cara pengobatan lain tidak hamil
yang dianjurkan di bawah
ini
Sifilis stadium dini Benzatin-benzil penisilin Prokain-benzatin Doksisiklin**) 2 x
2,4 juta IU, intra penisilin 0,6 juta 100 mg/ hari, per
muskuler, dosis tunggal IU/ hari, intra oral, selama 30 hari
muskuler, selama Tetrasiklin **) 4 x
10 hari berturut- 500mg/ hari, selama
turut 30 hari
Eritromisin 4 x
500mg/ hari, selama
30 hari
Sifilis stadium Benzatin-benzil penisilin Prokain-benzatin Doksisiklin**) 2 x
lanjut 2,4 juta IU, intra penisilin 0,6 juta 100 mg/ hari, per
muskuler, sekali IU/ hari, intra oral, selama > 30 hari
seminggu selam 3 minggu muskuler, selama Tetrasiklin **) 4 x
berturut-turut 3 minggu berturut- 500mg/ hari, selama
turut > 30 hari
Eritromisin 4 x
500mg/ hari, selama
> 30 hari
Chancroid Siprofloksasin 2 x 500 Seftriakson 250
mg/ hari, per oral, selama mg, intramuskuler,
3 hari dosis tunggal
Eritromisin 4 x 500 mg/
hari, per oral, selama 7
hari
Azitromisin 1 gr, per oral,
dosis tunggal
Herpes genitalis Asiklovir 5 x 200 mg/
episode pertama hari, per oral selama 7
primer hari ATAU
Valasiklovir 2 x 500 mg/
hari, per oral selama 7
hari
Herpes genitalis Asiklovir 5 x 200 mg/
episode kambuhan hari, per oral selama 5
hari ATAU
Valasiklovir 2 x 500 mg/
hari, per oral selama 5
hari ATAU
Bila ringan dapat
digunakan krim asiklovir

*) Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak di bawah 12 tahun dan remaja
**) Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak di bawah 12 tahun
DAFTAR PUSTAKA

1. Sparling PF, Swartz MN, Musher DM, Healy BP. Clinical manifestation of syphillis.
Dalam: Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, dkk,
penyunting. Sexually Transmitted Diseases. Edisi ke-4. New York: Mc.Graw Hill,
2008: 661-84.
2. Spinola SM. Chancroid and Haemophilus ducreyi. Dalam: Holmes KK, Sparling PF,
Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, dkk, penyunting. Sexually Transmitted
Diseases. Edisi ke-4. New York: Mc.Graw Hill, 2008: 689-700.
3. Corey L, Wald A. Genital herpes. Dalam: Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot
P, Wasserheit JN, Corey L, dkk, penyunting. Sexually Transmitted Diseases. Edisi ke-
4. New York: Mc.Graw Hill, 2008: 399-438.
4. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan.
Pedoman penatalaksanaan infeksi menular seksual. Jakarta: Depkes RI, 2004

Anda mungkin juga menyukai