Pendahuluan
Penyakit kelamin (veneral diseases) sudah lama dikenal dan beberapa di
antaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonore. Dengan semakin
majunya ilmu pengetahuan, seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat,
banyak ditemukan penyakit-penyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai lagi dan
diubah menjadi sexually transmitted diseases (STD) atau penyakit menular seksual
(PMS).3
Perubahan istilah tersebut memberi dampak terhadap spektrum PMS yang
semakin luas karena selain penyakit-penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit
kelamin (VD) yaitu sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venereum dan
granuloma inguinale juga termasuk uretritis non-gonore (UNG), kondiloma akuminata,
herpes genitalis, kandidosis, trikomoniasis, bakterial vaginosis, hepatitis, moluskum
kontagiosum, scabies, pedikulosis pubis, dan lain-lain.
PMS kadang tidak memiliki gejala. Gejala yang mungkin muncul termasuk
diantaranya adalah Luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut.
Luka tersebut dapat terasa sakit atau tidak.
Ulkus genital adalah salah satu gejala pada infeksi menular seksual (IMS) yang
selama perjalanan penyakitnya ditemukan adanya lesi ulseratif/ ulkus/ tukak atau borok.
Adanya lesi ulseratif di genital akan meningkatkan 5-10 kali risiko transmisi HIV-AIDS.
B. ULKUS GENITAL
Ulkus genital adalah salah satu gejala pada infeksi menular seksual (IMS) yang
selama perjalanan penyakitnya ditemukan adanya lesi ulseratif/ ulkus/ tukak atau
borok.Adanya lesi ulseratif di genital akan meningkatkan 5-10 kali risiko transmisi HIV-
AIDS. Infeksi menular seksual yang dapat bermanifestasi sebagai ulkus genital adalah
Sifilis, Ulkus mole (chancroid), Herpes simpleks genitalis (herpes genitalis),
Limfogranuloma Venereum (LGV), Granuloma Inguinale.
Infeksi menular seksual yang dapat bermanifestasi sebagai ulkus genital adalah:
1. Sifilis
2. Ulkus mole (chancroid)
3. Herpes simpleks genitalis (herpes genitalis)
Alur Diagnoisis Dan Tatalaksana Ulkus Genital
Angka prevalensi kuman penyebab ulkus genital bervariasi, dan sangat dipengaruhi
lokasi geogafis. Setiap saat angka ini dapat berubah dari waktu ke waktu. Secara klinis
diagnosis banding ulkus genital tidak selalu tepat, terutama bila ditemukan beberapa
penyebab secara bersamaan. Manifestasi klinis dan bentuk ulkus genital sering berubah
akibat infeksi HIV.
Saat ini sering dijumpai ulkus genital bersamaan dengan infeksi HIV, yang menyebabkan
manifestasi klinis berbagai ulkus tersebut menjadi tidak spesifik. Ulkus karena sifilis
stadium 1 maupun herpes genitalis menjadi tidak khas; chancroid menunjukkan ulkus yang
lebih luas, berkembang secara agresif, disertai gejala sistemik demam dan menggigil; lesi
herpes genitalis mungkin berbentuk ulkus multipel yang persisten dan lebih
memerlukan perhatian medis, berbeda dengan vesikel yang umumnya dapat
sembuh sendiri (self limiting) pada seorang yang immunokompeten.
Infeksi HIV yang bersamaan juga dapat mengakibatkan kegagalan pengobatan pada
sifilis fase awal, chancroid, dan herpes simpleks. Pada pasien yang demikian perlu
dipertimbangkan pengobatan dengan waktu yang lebih lama, namun masih diperlukan
penelitian lebih lanjut
Untuk pengobatan sifilis dalam kehamilan, tidak ada alternatif lain selain penisilin
yang terbukti manjur. Ibu hamil dengan riwayat alergi penisilin, harus menjalani
desensitisasi agar tetap dapat diobati dengan penisilin. Penisilin juga dianjurkan pada
pasien sifilis dengan infeksi HIV.
Untuk menentukan seseorang alergi terhadap penisilin dilakukan melalui uji kulit terhadap
benzil-benzatin penisilin. Cara melakukan tes kulit:
1. Campur bubuk benzil-benzatin penisilin 2,4 juta Unit dengan akuades steril sesuai
petunjuk sehingga membentuk suspensi
2. Ambil 0,1 cc suspensi menggunakan tabung injeksi 1cc (tipe tuberkulin), tambahkan
akuades atau akuabides agar terjadi larutan 1 cc
3. Suntikkan secara intradermal sebanyak 0,02 cc dengan jarum suntik ukuran 26 atau 27
pada permukaan volar lengan bawah
6. Bila diameter bentol kemerahan meluas lebih dari 3 mm dibandingkan lesi awal, tes
kulit dinyatakan positif
Bila hasil uji kulit positif, berarti pasien alergi terhadap penisilin, dapat dilakukan
desensitisasi pada ibu hamil tersebut (lihat tabel ). Desensitisasi dapat dilakukan secara oral
maupun intravena. Meskipun ke dua cara ini belum pernah dibandingkan,
desensitisasi secara oral dianggap lebih aman dan mudah dilakukan.
Desensitisasi harus dilakukan di rumah sakit karena dapat terjadi reaksi alergi yang
serius, sehingga selalu tersedia adrenalin dan sarana resusitasi. Desensitisasi dilakukan
dalam waktu singkat, berdasarkan peningkatan dosis secara cepat, setiap 15 menit.
Diawali dengan dosis yang diencerkan dan diakhiri dengan pengenceran yang sama dengan
yang akan digunakan untuk pengobatan. Biasanya dapat diselesaikan dalam waktu 4 – 12
jam setelah pemberian dosis pertama. Setelah desensitisasi, pasien harus tetap diberikan
penisilin selama masa pengobatan.
1. SIFILIS
KLASIFIKASI
1. Sifilis kongenital
a. Sifilis kongenital dini (muncul sebelum umur 2 tahun)
b. Sifilis kongenital lanjut (muncul setelah umur 2 tahun)
2. Sifilis akuisita (klasifikasi epidemiologis)
a. Sifilis dini (sifilis yang terjadi dalam 1 tahun setelah terinfeksi)
i. Sifilis primer (S I)
ii. Sifilis sekunder (S II)
iii. Sifilis laten dini (early latent syphilis)
b. Sifilis lanjut (sifilis yang terjadi lebih dari 1 tahun setelah infeksi)
i. Sifilis laten lanjut (late latent syphilis)
ii. Sifilis tersier (S III)
GAMBARAN KLINIS
Sifilis primer
Sifilis ditularkan melalui kontak langsung dari lesi infeksius. Treponema masuk melalui
selaput lendir yang utuh atau kulit yang mengalami abrasi, menuju kelenjar limfe, kemudian
masuk ke pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Pada saat ini tanda-tanda klinis
dan serologis belum jelas.
Tanda klinis yang pertama kali muncul adalah timbul lesi primer berupa ulkus di tempat
inokulasi, 3 minggu (10-90 hari) setelah “coitus suspectus” (hubungan seksual yang dicurigai
sebagai penyebab infeksi). Ulkus ini disebut ulkus durum atau chancre (syphilitic ulcer),
dapat di genital maupun ekstra genital.
Sifilis sekunder
Timbul 6 minggu sampai 6 bulan kemudian berupa ruam pada kulit, mukosa dan organ
tubuh, dapat disertai gejala konstitusi seperti demam, malaise, sakit kepala, atralgia dan
anoreksia.
Pada stadium ini ulkus masih dapat ditemukan.
Diagnosis sifilis sekunder ditegakkan berdasarkan adanya lesi sifilis sekunder yang khas,
hasil pemeriksaan serologis yang reaktif, dapat pula pemeriksaan lapangan gelap positif.
Diagnosis banding
Sifilis pimer:
- Chancroid
- Granuloma inguinale
- Herpes genitalis
Sifilis sekunder:
- Pitiriasis rosea
- Tinea versikolor
- Psoriasis
- Skabies
- Drug eruption
- Eksantema virus
Sifilis laten
Sifilis laten merupakan stadium sifilis tanpa manifestasi klinis, dapat berlangsung
bertahun-tahun atau seumur hidup.
Masa laten ini terbagi dua yaitu:
- Laten dini, kurang dari 1 tahun, masih bisa menular
- Laten lanjut, lebih dari 1 tahun, jarang menular, kecuali pada wanita hamil dapat
menularkan sifilis pada bayi yang dikandungnya
Diagnosis hanya berdasarkan pada tes serologis. Pada laten dini titer tinggi, namun setelah
diberi pengobatan akan rendah atau non reaktif, sedangkan laten lanjut selalu dengan titer
rendah dan sedikit perubahan setelah diberikan pengobatan.
Sifilis lanjut
Lesi sifilis lanjut berupa endarteritis obliterans pada bagian ujung arteriol dan pembuluh
darah kecil yang menyebabkan peradangan dan nekrosis. Bila tidak diobati kerusakan akan
semakin hebat pada salah satu organ tubuh
Yang paling sering terjadi pada sifilis lanjut adalah: latensi, simtomatik neurosifilis, sifilis
benigna lanjut dan sifilis kardiovaskuler.
Tes serologis umumnya reaktif
Sifilis kongenital
Infeksi pada janin lebih banyak terjadi bila ibu berada pada stadium dini, sebab pada saat
ini banyak Treponema yang beredar dalam darah. Pada tahun pertama setelah infeksi yang
tidak diobati, kemungkinan 90% akan ditularkan pada bayi yang dikandungnya. Pada
umumnya makin lama seorang ibu terkena infeksi, maka makin sedikit kemungkinannya
menginfeksi janinnya.
Pada sifilis kongenital dini, tanda dan gejala yang khas muncul sebelum umur 2 tahun.
Lebih awal munculnya manifestasi klinis, prognosisnya akan semakin buruk. Tanda-tanda
tersebut antara lain: lesi vesikobulosa (segera setelah lahir), lesi papulaskuamosa, sekresi
hidung disertai darah, osteokondritis, anemia hemolitik, hepatosplenomegali, kelainan pada
cairan sumsum tulang belakang.
Sifilis kongenital lanjut biasanya muncul setelah umur 2 tahun. Lebih dari setengah
penderita tanpa manifestasi klinis kecuali tes serologis yang reaktif. Pada tipe ini tidak
menular. Tanda-tanda sifilis kongenital lanjut, antara lain: keratitis interstitialis, gigi
Hutchinson, gigi Mulberry, ketulian, neurosifilis, sklerosis tulang, fisura sekitar rongga mulut
dan hidung (rhagade parrot),
PEMERIKSAAN LABORATORIUM:
Pemeriksaan tidak langsung: tes serologis untuk sifilis (TSS) /Serologic Test for Syphilis
(STS)
1 Tes Treponema : TPI (T. pallidum Immobilization), FTA-ABS (Fluorescent
Antibody Absoption Test), TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination Assay)
2 Tes non Treponema : VDRL (Venereal Diseases Research Laboratory), RPR (Rapid
Plasma Reagin)
PENGOBATAN
Pada penderita sifilis stadium dini yang telah dilakukan pengobatan dengan cara dan dosis
yang adekuat, harus dievaluasi kembali secara klinis dan serologis (dengan VDRL) sesudah
3 bulan pengobatan. Evaluasi kedua dilakukan sesudah 6 bulan, dan bila ada indikasi
berdasarkan hasil pemeriksaan pada bulan ke-6 tersebut, dapat dievaluasi kembali sesudah
bulan ke-12.
ULKUS MOLE
Ulkus mole atau Chancroid atau soft chancre adalah IMS yang disebabkan oleh
Haemophilus ducreyi, dengan masa inkubasi 4-10 hari. Pada wanita sukar ditentukan masa
inkubasinya karena sering ditemukan kasus asimtomatis
Karakteristik:
- Ulkus multipel, nyeri pada > 50% kasus, tepi tidak rata, indurasi (-).
- Dasar ulkus kotor, mudah berdarah dan nekrotik, kulit sekitar ulkus kemerahan
- Terdapat limfadenopati inguinal uni/bilateral yang terasa nyeri pada 50% kasus
terjadi supurasi perforasi fistula ulkus
- Dapat terjadi autoinokulasi
- Lokasi lesi: sering pada daerah vulva, serviks, prepuce, sulkus koronarius, dan anal;
oral pada oral sexual contac; bagian tubuh lain (jarang) karena autoinokulasi
Diagnosis banding:
- Sifilis
- Herpes genitalis
Pada sekitar 10% kasus dapat terjadi koinfeksi. Ulkus mikstum adalah koinfeksi ulkus
mole dengan infeksi T. pallidum.
Pemeriksaan laboratorium:
o Pewarnaan Gram dari ulkus (sensitivitas 40-60%)
Basil kecil Gram negatif, yang berderet berpasangan seperti kumpulan ikan
(school of swimming fish)
o Kultur
o PCR
PENGOBATAN
1. Siprofloksasin 2 x 500 mg/ hari per oral, selama 3 hari
2. Eritromisin base 4 x 500 mg/hari,per oral selama 7 hari
3. Azitromisin 1 gram per oral, dosis tunggal
4. Seftriakson 250 mg intramuskular, dosis tunggal
HERPES GENITALIS
Herpes genitalis adalah IMS yang disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV) tipe 1 dan
2 (90% kasus herpes genitalis disebabkan oleh HSV tipe 2), dengan gejala khas berupa
vesikel berkelompok dengan dasar eritema dan bersifat rekuren.
Infeksi herpes genitalis ditularkan melalui kontak langsung dari lesi atau sekret genital
yang infeksius. Transmisi terjadi pada saat viral shedding. Gejala yang timbul dapat berat,
tetapi dapat pula asimtomatis. Pada penelitian retrospektif 50-70% infeksi HSV tipe 2 adalah
asimtomatis.
Pada penderita dengan imunodefisiensi, gejala akan lebih berat, lebih lama, rekurensi
lebih sering dengan penyembuhan yang lebih lama.
Manifestasi klinis
1. Episode pertama – primer
2. Episode pertama – bukan primer
3. Episode rekuren
4. Asimtomatik
Episode Rekuren
• Gejala yang timbul biasanya lebih ringan, dapat diawali gejala prodromal seperti
gatal, rasa terbakar, disuria
• Faktor pencetus : trauma, stress emosi, kelelahan, koitus yang berlebihan, demam,
menstruasi, obat-obatan (imunosupresif, kortikosteroid), alkohol.
• Reepitelisasi + 10 hari
• Rekurensi HSV-2 lebih sering dibandingkan HSV-1
DIAGNOSIS BANDING
- Chancroid
- Sifilis dengan infeksi sekunder
- Ulkus genital karena trauma
- Dermatitis kontak
LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium sederhana dengan apus Tzanck yang diwarnai dengan
Giemsa atau Wright akan tampak sel raksasa berinti banyak, namun pemeriksaan ini
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah.
PCR
Serologi
PENGOBATAN
*) Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak di bawah 12 tahun dan remaja
**) Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak di bawah 12 tahun
DAFTAR PUSTAKA
1. Sparling PF, Swartz MN, Musher DM, Healy BP. Clinical manifestation of syphillis.
Dalam: Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, dkk,
penyunting. Sexually Transmitted Diseases. Edisi ke-4. New York: Mc.Graw Hill,
2008: 661-84.
2. Spinola SM. Chancroid and Haemophilus ducreyi. Dalam: Holmes KK, Sparling PF,
Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, dkk, penyunting. Sexually Transmitted
Diseases. Edisi ke-4. New York: Mc.Graw Hill, 2008: 689-700.
3. Corey L, Wald A. Genital herpes. Dalam: Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot
P, Wasserheit JN, Corey L, dkk, penyunting. Sexually Transmitted Diseases. Edisi ke-
4. New York: Mc.Graw Hill, 2008: 399-438.
4. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan.
Pedoman penatalaksanaan infeksi menular seksual. Jakarta: Depkes RI, 2004