Shinta Riana S
1
PENDAHULUAN
Unit motor : suatu unit fungsional yang terdiri
dari neuron motor sampai dengan otot yang
dipersarafinya
Gangguan pada salah satu komponen unit
motor mengakibatkan kelemahan maupun
gangguan fungsi dari otot yg bersangkutan
2
3
4
w
5
KLASIFIKASI
Klasifikasi penyakit unit motor berdasarkan
lokasi ggn patologi :
1. Gangguan pada sel neuron motor : poliomielitis
anterior akut, atrofi otot spinal,dll
2. Gangguan akson : neuropati aksonal
3. Gangguan pada neuromuscular junction :
miastenia gravis, gigitan ular berbisa, sengatan
laba-laba, dll
4. Gangguan primer pada otot : distrofia
muskulorum, distrofia miotonik, polimiositis
defek mitokondria, dll
6
Dgn melakukan beberapa pemeriksaan
penunjang, seperti EMG (elektromiografi),
ENG (elektroneurografi), pemeriksaan enzim
serum, biopsi otot untuk pemeriksaan
histopatologi dan histokimia ke 4
kelompok tsb dapat dibedakan satu dgn
lainnya.
7
PENYAKIT OTOT
Penyakit otot primer : berupa ggn
degeneratif, metabolik, dan inflamasi
Gangguan degeneratif lebih banyak
ditemukan bila berlangsung kronik otot
akan diganti jaringan ikat fibrosus dan lemak
Salah satu penyakit otot primer : distrofia
muskular
8
DISTROFI MUSKULAR (DM) adalah
penyakit heredofamilial dgn karakteristik :
1. Timbul usia dini
2. Otot2 proksimal lebih sering diserang
3. Hilangnya refleks tendo dalam
4. Terjadi pseudohipertrofi otot
9
Berdasarkan usia timbul, progresivitas
penyakit, distribusi otot2 yg diserang, dan
sifat2 herediternya DM dibedakan atas :
DM tipe Duchene (Duchene Muscular
Dystrophy= DMD)
DM tipe Becker (BMD)
DM tipe Landouzy-Dejerine, dll
10
DUCHENE MUSCULAR DYSTROPHY
(DMD)
11
DMD : penyakit muskular distrofi herediter
ditandai oleh kelemahan otot yang progresif
akibat tidak terbentuknya distrofin
Merupakan penyakit muskular distrofi yang
paling sering dijumpai
Diturunkan secara X-linked recessive
disorder- gene deletion menyerang anak
laki-laki. Wanita sebagai carrier
Pada 1/3 kasus : hasil mutasi gen yg baru
Insiden : 1:3500 kelahiran bayi laki-laki
12
13
Genotipe DMD
Wanita membawa gen DMD pada
kromosom X
Wanita sbg pembawa dan memiliki
50% kesempatan untuk diturunkan
saat hamil
Anak laki2 yg diturunkan mutasi
tersebut : menderita sakit
Anak perempuan yang diwarisi gen
tersebut akan menjadi carriers.
Gen DMD terletak pada lengan pendek
kromosom X nomor 21 (lokus Xp21)
Mutasi yang terjadi :
96% mutasi frameshift
30% mutasi baru
10-20% mutasi terjadi di gametosit
14
Genotipe DMD
Saat terjadi proses translokasi , mutasi dapat terjadi.
Mutasi menyebabkan tidak diproduksinya dystrophin
Delesi yg sangat berat tidak diproduksi dystrophin
Mutasi yang menyebabkan kesalahan pembacaan
menyebabkan degradasi dan menurunkan protein DMD
Stop mutation
Splicing mutation
Duplication
Deletion
Point Mutations
15
Distrofin
Berfungsi melindungi
membran sarkolema serat
otot secara mekanik; serta
melindungi otot dari
kerusakan saat stres selama
otot berkontraksi
16
Distrofin
Distrofin : protein yang bertanggung jawab
menghubungkan sitoskeleton tiap serat otot
dgn basal lamina (matriks ekstraseluler)
melalui kompleks protein
Tidak adanya dis trofine menyebabkan
masuknya kalsium ke dalam sarkolema (sel
membran).
Perubahan tersebut menyebabkan air masuk
ke dalam mitokondria sel pecah.
17
Pada distrofi otot rangka , mitokondria yang
terganggu fungsinya meningkatkan
kerusakan sel yang diinduksi oleh masuknya
kalsium dan kerusakan yg diinduksi oleh
oksigen reaktif
18
Meningkatnya stres oksidatif di dalam sel
yang rusak meningkatkan kematian sel.
Serat2 otot mengalami nekrosis diganti
oleh sel-sel lemak dan jaringan ikat
19
Gambaran
histopatologi otot
gastroknemius
PASIEN dgn
pseudohypertrophic
muscular dystrophy,
Duchenne type.
Potong lintang otot
memperlihatkan
penggantian ekstensif
serat otot dengan sel-
sel lemak.
20
Manifestasi klinis
21
Fenomena Gowers
22
23
Manifestasi klinis…
24
PSEUDOHIPERTROFI OTOT BETIS
25
Manifestasi klinis…
26
Manifestasi klinis…
27
Manifestasi klinis…
28
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
Gambaran klinis yang khas fenomena
Gowers
Pemeriksaan kreatinin kinase > 5.ooo U/I
EMG
Biopsi otot
Uji distrofin
DNA
Penyisipan gen
29
Tatalaksana
30
Prognosis
Prognosis buruk
Pasien meninggal pada usia dekade III
infeksi sekunder , gangguan kardiorespirasi
31
POLIOMIELITIS
32
PENDAHULUAN
33
Etiologi
Poliomyelitis disebabkan infeksi virus polio (VP)
dari genus Enterovirus
Virus polio tahan terhadap pengaruh fisik dan
kimia tahan hidup berbulan2 dalam tinja
Virus polio merupakanan virus RNA yg berkoloni
di traktus gastrointestinal terutama di
orofaring dan usus halus
Masa inkubasi : 3 – 35 hari, rata2 20 hari
VP hanya menginfeksi manusia
34
Etiologi...
Terdapat 3 serotipe : poliovirus type 1 (Brunhilde),
type 2 (Lansing), and type 3 (Leon)— yg berbeda
pada capsid protein.
PV1 : paling virulen, berhubungan dgn terjadinya
paralisis
Transmisi virus dari manusia ke manusia lain :
inhalasi droplet yang mengandung virus atau melalui
kontaminasi tinja dari individu yang terinfeksi
Predileksi : kornu anterior medula spinalis, inti
motorik batang otak, dan area motorik korteks otak
menyebabkan kelumpuhan dan atrofi otot
35
Etiologi...
Individu yg terpapar dgn VP baik akibat infeksi
atau imunisasi akan membentuk antibodi
Masing2 tipe tdk menyebabkan imunitas silang
infeksi oleh suatu tipe menyebabkan
terbentuknya antibodi untuk tipe tersebut,
tetapi tidak dapat melindungi infeksi oleh tipe
yang lain
Imunitas yang terbentuk bersifat menetap
IgA : melindungi infeksi VP di tonsil dan saluran
cerna mencegah replikasi virus
IgG dan IgM : mencegah penyebaran VP ke
motor neuron SSP
36
Etiologi...
37
Etiologi...
38
Epidemiologi
39
Epidemiologi
40
Patofisiologi
VP menyerang
VP masuk melalui SSP
mulut akibat tangan yg
terkontaminasi feses yg
mengandung VP
VP menyerang neuron yg
VP berikatan dgn reseptor di
mengatur pernapasan
dinding usus dan breplikasi.VP
menyebar melalui aliran darah
v
99% kasus hanya bergejala VP sangat menular,
spt flu atau tdk ada gejala sebagian kecil dieksresikan
sama sekali. Yg 1% kasus di feses sehingga menjadi
mnyebar ke SSP sumber penularan
41
Manifestasi klinis
Dibagi atas polio :
Asimtomatik
Abortif
Nonparalitik
Paralitik : spinal, bulbar, bulbospinal
ASIMTOMATIK
Pada sebagian besar kasus (90-99% kasus
infeksi)
Dalam bentuk penyakit ringan dan sepintas
42
ABORTIF
Penyakit berlangsung singkat
Demam, malaise, ggn gastrointestinal
Sembuh dalam waktu 2-4 hari
NONPARALITIK
Gambaran klinis serupa infeksi selaput otak
oleh enterovirus lainnya
43
PARALITIK
Dimulai dengan demam, tenggorokan sakit,
dan gejala2 infeksi yg tdk khas 1-2 hr
Demam mereda beberapa hari kambuh
disertai nyeri kepala, muntah, gejala
rangsang meningeal
Muncul kelumpuhan flaksid 1-2 hari setelah
timbulnya gejala rangsang meningeal
44
PARALITIK TIPE SPINAL
Insiden terbanyak karena kelainan motorneuron
spinal otot ekstremitas bawah dan atas
Umumnya asimetri
Kelemahan bagian proksimal lebih berat dari
distal
Fleksor lebih sering daripada ekstensor
Otot tubuh jarang terkena
Dijumpai pd sebagian kecil kasus polio : 1-2 %
45
Otot mengalami kelumpuhan flaksid, refleks
tendon dalam menghilang, atrofi cepat 5-7
hari sampai beberapa minggu
46
PARALITIK BULBAR
Paresis saraf IX dan X : ggn menelan dan
fonasi
Parese otot fasialis : paralisis unilateral atau
bilateral, kadang2 kelumpuhan otot lidah
Kerusakan formasio retikularis bersifat
temporer bila berat menyebabkan ggn
pernapasan dan kontrol kardiovaskuler
Kerusakan pusat respirasi pernapasan
irreguler, sleep apnue.
47
Paralisis bulbar jarang menyebabkan kerusakan
permanen dapat menimbulkan kematian
48
Diagnosis
49
Terapi
Belum ada terapi kausatif
Terapi bersifat suportif simtomatik
Terapi imunoglobulin : mencegah
penyebaran ke saraf
Fisioterapi dan ortopedi
Dapat dicegah dgn imunisasi :
1. Oral : vaksin polio hidup yg dilemahkan
vaksin oral trivalen
2. Intramuskular : vaksin polio mati untuk
pasien dengan imunodefisiensi
50
Prognosis
Pasien dgn infeksi polio abortive : sembuh
sempurna
Gejala aseptik meningitis : sembuh dalam 10 hari
Pada kasus polio spinal : jika sel saraf hancur
sempurna paralisis permanen
Sel tidak rusak tetapi kehilangan fungsi akan
membaik 4-6 mgg setelah onset.
Setengah dari penderita polio spinal dapat
sembuh sempurna, 50% pasien sembuh, ¼
sembuh dengan gangguan ringan, sisanya
sembuh dengan gangguan berat.
51
TERIMA KASIH
52
Associated Pathologies:
Weakness
Progressive weakness of hip and
shoulder girdle musculature
Weakness in paraspinals make
walking difficult
Leads to:
Waddling gait
Lumbar lordosis
Forward thrusting of the
abdomen
Scapular winging
Anteroposterior scoliotic
curve
Joint contractures
Respiratory impairment
Weight gain
53
Associated Pathologies:
Joint Contractures
Mainly found at hips, Equinovarus:
Ankle plantarflexion and
knees, ankles supination
Tight gastrocnemius
mm/Achilles tendon
Contractured Tensor Associated weakness of
Fascia Latae: tibialis anterior and peroneal
mms
Waddling gait Complications include:
Tightened IT Band Difficulty wearing shoes
Resultant hip and knee Foot pain
Hypersensitivity
pain/deformities
Concern about foot’s
appearance
54
55
56
57