Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) merupakan
kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang
kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan
tubuh (Saferi & Mariza, 2013).
Penderita gagal jantung atau CHF di Indonesia pada tahun 2012 menurut
data dari Kementerian Kesehatan mencapai 14.449 jiwa penderita yang
menjalani rawat inap di rumah sakit. Hal serupa juga dibenarkan oleh
Rubeinstein (2007) bahwa sekitar 44 % pasien Medicare yang dirawat dengan
diagnosis CHF akan dirawat kembali pada 6 bulan kemudian.
Pada umumnya CHF diderita lansia yang berusia lebih dari 50 tahun,
CHF merupakan alasan yang paling umum bagi lansia untuk dirawat di rumah
sakit (usia 65 – 75 tahun mencapai persentase sekitar 75 % pasien yang dirawat
dengan CHF). Resiko kematian yang diakibatkan oleh CHF adalah sekitar 5-10
% per tahun pada kasus gagal jantung ringan, dan meningkat menjadi 30-40%
pada gagal jantung berat. Menurut penelitian, sebagian besar lansia yang
didiagnosis menderita CHF tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun (Kowalak,
2011).
Apabila pasien CHF tidak diberikan asuhan keperawatan yang baik dan
benar, akan terjadi komplikasi sistemik yang akan semakin memperpendek
umur pasien.
Karena latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien Ny. J dengan CHF di ruangan Multazam 3 Rumah
Sakit Muhammadiyah Bandung.

1
2

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif kepada
pasien Ny. J dengan gangguan sistem kardiovaskular: CHF di ruangan
Multazam 3 Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada pasien Ny. J dengan gangguan
sistem kardiovaskular: CHF di ruangan Multazam 3 Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung
b. Dapat menegakan diagnosa keperawatan pada pasien Ny. J dengan
gangguan sistem kardiovaskular: CHF di ruangan Multazam 3 Rumah
Sakit Muhammadiyah Bandung
c. Dapat menentukan intervensi pada pasien Ny. J dengan gangguan
sistem kardiovaskular: CHF di ruangan Multazam 3 Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung
d. Dapat melakukan implementasi pada pasien Ny. J dengan gangguan
sistem kardiovaskular: CHF di ruangan Multazam 3 Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung.
e. Dapat melakukan evaluasi pada pasien Ny. J dengan gangguan sistem
kardiovaskular: CHF di ruangan Multazam 3 Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Teori Penyakit CHF


1. Definisi
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) merupakan
kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah
yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-
keperluan tubuh (Saferi & Mariza, 2013).
Gagal jantung, sering disebut gagal jantung kongestif, adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smeltzer, 2001).
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
untuk mensuplai oksigen dan nutrisi ke jaringan untuk memenuhi
keperluan-keperluan tubuh.
2. Klasifikasi
Menurut Muttaqin (2012) gagal jantung terbagi menjadi 4 kelas. Gagal
jantung ringan, sedang, dan berat ditentukan berdasarkan beratnya gejala,
khususnya sesak nafas (dispnea). Meskipun klasifikasi ini berguna untuk
menentukan tingkat ketidakmampuan fisik dan beratnya gejala, namun
pembagian tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan lain.

Tabel 2.1 Klasifikasi Gagal Jantung


KELAS DEFINISI ISTILAH

I Klien dengan kelainan jantung tetapi tanpa pembatasan Disfungsi ventrikel kiri
aktivitas fisik yang asimtomatik
II Klien dengan kelainan jantung yang menyebabkan
Gagal jantung ringan
sedikit pembatasan aktivitas fisik
III Klien dengan kelainan jantung yang menyebabkan
Gagal jantung sedang
banyak pembatasan aktivitas fisik
IV Klien dengan gangguan jantung yang segala bentuk
Gagal jantung berat
aktivitas fisiknya akan menyebabkan keluhan

3
4

3. Etiologi
Penyebab gagal jantung menurut Saferi & Mariza (2013) :
a. Meningkatkan preload : regurgitasi oarta, cacat septum ventrikel
b. Meningkatkan afterload : stenosis aorta, hypertensi sistemik
c. Menurunkan kontraktilitas ventrikel : IMA, kardiomiopati
d. Gangguan pengisian ventrikel : stenosis katup antrioventrikuler,
pericarditif konstriktif, tamponade jantung
e. Gangguan sirkulasi: Aritmia melalui perubahan rangsangan listrik yang
melalui respon mekanis
f. Infeksi sistemik/ infeksi paru : respon tubuh terhadap infeksi akan
memaksa jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan metabolisme
yang meningkat
g. Emboli paru, yang secara mendadak akan meningkatkan resistensi
terhadap ejaksi ventrikel kanan

4. Anatomi Jantung
a. Anatomi Jantung

Gambar 2.1 Anatomi Jatung


Berdasarkan gambar di atas, secara anatomi terdapat beberapa bagian
jantung antara lain :
5

1) Aorta merupakan pembuluh darah arteri yang paling besar yang


keluar dari ventrikel sinistra
2) Atrium kanan berfungsi untuk menampung darah miskin
3) Atrium kiri berfungsi untuk menerima darah kaya oksigen dari paru
melalui keempat vena pulmonari. Darah kemudian mengalir ke
ventrikel kiri
4) Ventrikel kanan berupa pompa otot, menampung darah dari atrium
kanan dan memompanya ke paru melalui arteri pulmonari.
5) Ventrikel kiri merupakan bilik paling besar dan paling berotot,
menerima darah kaya oksigen dari paru melalui atrium kiri dan
memompanya ke dalam system sirkulasi melalui aorta.
6) Arteri pulmonari merupakan pembuluh darah yang keluar dari
dekstra menuju ke paru-paru, arteri pulmonari membawa darah dari
ventrikel dekstra ke paru-paru (pulmo)
7) Katup trikuspidalis, terdapat diantara atrium dekstra dengan
ventrikel dekstra yang terdiri dari 3 katup
8) Katup bikuspidalis, terdapat diantara atrium sinistra dengan ventrikel
sinistra yang terdiri dari 2 katup
9) Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke
atrium dekstra
b. Fisiologis Jantung
Jantung adalah organ berupa otot,berbentuk kerucut, berongga
dan dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Jantung berada di
dalam thorak, antara kedua paru-paru dan dibelakang sternum,dan lebih
menghadap kekiri dari pada ke kanan. Ukuran jantung kira-kira sebesar
kepalan tangan. Jantung dewasa beratnya antara 220-260 gram. Jantung
terbagi atas sebuah septum atau sekat menjadi dua belah, yaitu kiri dan
kanan.
Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen keseluruh
tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme
(karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan
6

mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan


memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil
oksigen dan membuang karbondiksida. Jantung kemudian
mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan
memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.
Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan
perikardum,dimana lapisan perikardium di bagi menjadi 2 lapisan yaitu:
1) Perikardium fibrosa (viseral), yaitu bagian kantung yang membatasi
pergerakan jantung terikat di bawah sentrum tendinium diafragma,
bersatu dengan pembuluh darah besar, melekat pada sternum melalui
ligamentum sternoperikardial.
2) Perikardium serosum (parietal), yaitu bagian dalam dari dinding
lapisan fibrosa

Siklus sistem kardiovaskuler (jantung)


1) Siklus jantung
Jantung mempunyai empat pompa terpisah, dua pompa primer
atrium dan dua pompa tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi
jantung sampai akhir kontraksi berikutnya dimanakan siklus jantung.
Tiap-tiap siklus dimulai oleh timbulnya potensial aksi secara
spontan. Simpul sinoatrial (SA) terletak pada dinding posterior
atrium dekstra dekat muara vena superior. Potensial aksi berjalan
dengan cepat melalui berkas atrioventrikular (AV) ke dalam
ventrikel, karena susunan khusus penghantar atriunberkontraksi
mendahului ventrikel. Atrium bkerja sebagai pompa primer bagi
ventrikel dan ventrikel menyediakan sumber tenaga utam bagi
pergerakan darah melelui sistem vaskular.
2) Curah Jantung
Menurut Syaifuddin (2009) curah jantung merupakan faktor
utama dalam sirkulasi yang mempunyai peranan penting dalam
transportasi darah yang mengandung berbagai nutrisi. Pada keadaan
7

normal jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri dan


ventrikel kanan sama besarnya. Bila tidak demikian akan terjadi
penimbunan darah di tempat tertentu, misalnya bila jumlah darah
yang di pompakan ventrikel dekstra lebih besar dari ventrikel
sinistra. Jumlah darah tidak dapat diteruskan oleh ventrikel kiri ke
peredaran darah sistemik sehingga terjadi penumpukan darah di
paru. Besar curah jantung seseorang tidak selalu sama, tergantung
pada keaktifan tubuhnya. Curah jantung akan meningkat pada waktu
kerja berat, stres, peningkatan suhu lingkungan, sedangkan curah
jantung menurun ketika waktu tidur.
5. Tanda dan Gejala
Menurut Saferi & Mariza (2013), manifestasi gagal jantung sebagai
berikut:
a. Gagal jantung kiri
Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada
mekanisme kontrol pernapasan
Gejala:
1) Dispnea
Terjadi kerena penumpukan atau penimbunan cairan dalam alveoli
yang mengganggu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi saat
istirahat atau di cetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang.
2) Orthopnea
Pasien yang mengalami orthopnea tidak akan mau berbaring, tetapi
akan menggunakan bantal agar bisa tegak di tempat tidur atau
duduk di kursi, bahkan saat tidur.
3) Batuk
Hal ini di sebabkan oleh gagal ventrikel bisa kering dan tidak
produktif, tetapi yang sering adalah batuk basah yaitu batuk yang
menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang
disertai dengan bercak darah.
8

4) Mudah lelah
Terjadi akibat curah jantung yang kurang, menghambat jaringan
dari srikulasi normal dan oksigen serta menurunya pembuangan sisa
hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang di
gunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distress
pernafasan dan batuk.
5) Ronkhi
6) Gelisah dan Cemas
Terjadi akibat gangguan oksigen jaringan, stress akibat kesakitan
berfasan dan pengetahuan bahkan jantung tidak berfungsi dengan
baik.
b. Gagal jantung kanan
Menyebabkan peningkatan vena sistemik.
Gejala :
1) Oedem perifer
2) Peningkatan BB
3) Distensi vena jugularis
4) Hepatomegali
5) Asites
6) Pitting edema
7) Anoreksia
8) Mual
9

6. Patofisiologi

7. Komplikasi
Menurut Saferi & Mariza (2013) komplikasi pada gagal jantung yaitu:
a. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri
b. Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat
penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke
organ vital (jantung dan otak)
10

c. Episode trombolitik
Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi
dengan aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh darah.
d. Efusi perikardial dan tamponade jantung
Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan
perikardium sampai ukuran maksimal. CPO menurun dan aliran balik
vena kejantung menuju tomponade jantung.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Saferi & Mariza (2013), pemeriksaan pada gagal jantung adalah
sebagai berikut:
a. Foto thorok dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung yang
disertai adanya pembendungan cairan diparu karena hipertensi
pulmonal. Tempat adanya infiltrat precordial kedua paru dan efusi
pleura.
b. Laboratorium mengungkapkan penurunan Hb dan hematokrit. Jumlah
lekosit meningkat, bila sangat meninggi mungkin memperberat jantung.
Keadaan asam basa tergantung pada keadaan metabolisme, masukan
kalori, keadaan paru dan fungsi ginjal, kadar natrium darah sedikit
menurun walaupun kadar natrium total bertambah. Berat jenis urine
meningkat. Enzim hepar mungkin meningkat dalam kongesti hepar.
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksi dengan peningkatan PCO2. BUN dan kreatinin menunjukan
penurunan perfusi ginjal. Albumin/ transferin serum mungkin menurun
sebagai akibat penurunan masukan protein atau penurunan sintesis
proteindalam hepar mengalami kongesti. Kecepatan sedimentasi
menunjukan adanya inflamasi akut.
c. Ultrasonography (USG) merupakan gambaran cairan bebas dalam
rongga abdomen, dan gambaran pembesaran hepar dan lien.
Pembesaran hepar dan lien kadang sulit diperiksa secara manual saat
disertai asites.
11

d. EKG mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan


iskemik ( jika meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar
natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi daran dari adanya
kelebihan retensi air,K, Na, CI,ureum,gula darah ).
9. Penatalaksanaan
Menurut Kasron (2012), penatalaksanaan pada CHF meliputi:
a. Terapi non farmakologi
1) Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
2) Oksigenasi
3) Dukung diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol
atau menghilangkan oedema
b. Terapi farmakologi
1) Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan
memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan :
peningkatan curah jantung, penuruna tekanan vena dan volume
darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedema.
2) Terapi deuritic diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air
melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping
hiponatremia dan hipokalenia.
3) Terapi vasodilator : Obat-obat fasoaktif digunakan untuk
mengurangi impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh
ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan
peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel
kiri dapat diturunkan.
B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien CHF
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Umur, jenis kelamin, pekerjaan
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
12

Keluhan yang sering menjadi alasan klien untuk meminta


pertolongan kesehatan, meliputi: dispnea, kelemahan fisik, dan
edema sistemik.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dengan
melakukan serangkaian pertanyaan tentang kronologis keluhan
utama. Pengkajian yang didapat dengan adanya gejala-gejala
kongesti vaskular pulmonal adalah dispnea, ortopnea, dispnea
nokturnal paroksimal, batuk, dan edema pulmonal akut.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian RPD yang mendukung dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada khas infark
miokardium, hipertensi, DM, dan hiperlipidemia. Tanyakan
mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu
yang masih relevan. Obat-obat ini meliputi obat diuretik, nitrat,
penghambat beta, serta obat-obat antihipertensi. Catat adanya efek
samping yang terjadi di masa lalu. Juga harus ditanyakan alergi
obat, dan tanyakan reaksi apa yang timbul.
4) Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga, serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka
penyebab kematiannya juga ditanyakan. Penyakit jantung iskemik
pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor
risiko utama untuk penyakit jantung iskemik pada keturunannya.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien gagal jantung biasanya
didapatkan kesadaran yang baik atau compos mentis dan akan
berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem
saraf pusat.
13

2) Aktivitas/istirahat
Gejala:
a) keletihan/kelelahan terus-menerus sepanjang hari
b) Insomnia, nyeri dada dengan aktivitas
c) Dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga
Tanda :
a) gelisah, perubahan status mental, misal: letargi
b) Tanda vital berubah pada aktivitas
3) Sirkulasi
Gejala :
a) Riwayat hipertensi, infark miokard baru/akut, episode gagal
jantung kronik sebelumnya, penyakit katup jantung, bedah
jantung, endokaritis, SLE, anemia, syok septik, bengkak pada
kaki, telapak kaki, abdomen.
b) Tanda : TD: mungkin rendah (gagal pemompaan); norma (GJK
ringan atau kronis) atau tinggi (kelebihan beban
cairan/peningkatan TVS)
c) Tekanan nadi: mungkin sempit, menunjukkan penurunan
volume sekuncup frekuensi jantung: takikardia (gagal jantung
kiri)
d) Irama jantung: disritmia
e) Bunyi jantung: S3 (gallop), S4 dapat terjadi, S1 dan S2 mungkin
melemah murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan
adanya stenosis katup atau insufisiensi.

f) Warna: pucat, sianotik


g) Punggung kuku: pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler
lambat
h) Hepar: pembesaran/dapat teraba, refleks hepatojugularis
i) Bunyi nafas: kreker, ronchi
14

j) Edema: mungkin dependen, umum atau pitting, khususnya pada


ekstremitas, DVJ
4) Integritas ego
Gejala :
a) Ansietas, khawatir, takut
b) Stress yang berhubungan dengan penyakit/keprihatinan finansial
(pekerjaan/biaya perawatan medis)
Tanda : berbagai manifestasi perilaku, misal: ansietas, marah,
ketakutan, mudah tersinggung.
5) Eliminasi
Gejala :
a) Penurunan berkemih, urine berwarna gelap
b) Berkemih malam hari (rakturia)
c) Diare/konstipasi
6) Makanan/cairan
Gejala :
a) Kehilangan nafsu makan, mual/muntah
b) Penambahan berat badan signifikan
c) Pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa
sesak
d) Diet tinggi garam/makanan yang telah diproses, lemak, gula dan
kafein penggunaan diuretic.
e) Tanda : penambahan berat badan cepat
f) Distensi abdomen (asites), edema (umum, dependen, tekanan,
pitting)

7) Hygiene
Gejala : keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan
diri
Tanda : penampilan menandakan kelalaian perawatan personal
8) Neurosensori
15

Gejala : kelemahan, pening, episode pingsan


Tanda :
a) Letargi, kusut pikir, disorientasi
b) Perubahan perilaku, mudah tersinggung
9) Nyeri/kenyamanan
Gejala :
a) Nyeri dada, angina akut atau kronis
b) Nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot
Tanda :
a) Tidak tenang, gelisah
b) Fokus menyempit (menarik diri), perilaku melindungi diri
10) Pernafasan
Gejala :
a) Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk, atau dengan beberapa
bantal.
b) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum
c) Riwayat penyakit paru kronis
d) Penggunaan penyakit paru kronis
e) Penggunaan bantuan pernafasan, misal: oksigen atau medikasi
Tanda :
a) Pernafasan: takipnea, nafas dangkal, pernafasan labored:
penggunaan otot aksesori pernafasan, hasal faring
b) Batuk: kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus-
menerus dengan/tanpa pembentukan sputum
c) Sputum: mungkin bersemu darah, merah mudah/berbuih (edema
pulmonal)
d) Bunyi nafas: mungkin tidak terdengar, dengan krakles basilar
dan mengi
e) Fungsi mental: mungkin menurun, letargi, kegelisahan
f) Warna kulit: pucat atau sianosis
11) Keamanan
16

Gejala :
a) Perubahan dalam fungsi mental
b) Kehilangan kekuatan/tonus otot
c) Kulit lecet
2. Diagnosa keperawatan
a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardial, perubahan frekuensi, irama, perubahan
struktural
b. Penurunan perfusi jaringan yang berhubungan dengan menurunnya
curah jantung, hipoksemia jaringan, asidosis
c. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan kongesti paru,
hipertensi pulmonal, penurunan perfusi perifer yang mengakibatkan
asidosis dan penuruan curah jantung
d. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan umum, tirah
baring lama / immobilisasi, ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dengan kebutuhan
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit yang berhubungan
dengan kurangnya pemahaman
f. Resiko tinggi terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
imobilitas, efek tekanan, gesekan.
3. Intervensi keperawatan
a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardial, perubahan frekuensi, irama, perubahan
struktural
Tujuan : Mempertahankan stabilitas hemodinamik.
Kriteria Hasil : Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat
diterima, bebas gejala gagal jantung, misalnya :
hemodinamik dalam batas normal, haluaran urin adekuat. Melaporkan
penurunan episode dispnea, angina.
Intervensi :
1) Auskultasi nadi apikal : kaji frekuensi irama jantung
17

2) Catat bunyi jantung S1 dan S2


3) Palpasi nadi perifer
4) Pantau tekanan darah
5) Pantau haluaran urine, catat penurunan haluran dan kepekatan
konsentrasi urine
6) Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
7) Kaji perubahan pada sensori, contoh : letargi, bingung, disorientasi,
cemas dan depresi
8) Berikan istirahat semu rekumben pada tempat tidur atau kursi
9) Berikan lingkungan yang tenang : membantu pasien menghindari
situasi stress
10) Berikan pispot disamping tempat tidur, hindari aktivitas respon
valsava, contoh mengejan selama defekasi, menahan nafas selama
perubahan posisi
11) Tinggikan kaki, hindari tekanan pada bawah lutut. Tingkatkan
aktivitas sesuai toleransi
12) Kolaborasi : Berikan oksigen, berikan obat sesuai indikasi : diuretic,
vasodilator, digoksin, morfin sulfat, transquilizer / sedatif,
antikoagulan, pemberian cairan IV, EKG, Foto dada.
b. Penurunan perfusi jaringan yang berhubungan dengan menurunnya
curah jantung, hipoksemia jaringan, asidosis
Tujuan : Tidak terjadi penurunan perfusi jaringan
Kriteria Hasil : Kulit akan hangat dan kering, pasien akan
memperlihatkan perbaikan status mental yang baik
Intervensi :
1) Kaji perubahan mental tiap 1 jam bila perlu
2) Kaji warna kulit, sianosis, suhu dan diaporesis tiap 2 jam
3) Kaji haluaran urine dan berat jenis tiap 1 jam
4) Kaji kualitas dan adanya nadi perifer distal tiap 2 jam
5) Kaji bunyi usus tiap 4 jam, pasang NGT bila ada obstruksi usus
18

6) Kaji adanya kongesti hepar (nyeri kuadran kanan atas),


peningkatan nyeri hepar dan peningkatan ukuran hepar tiap 4 jam
7) Ukur tanda vital tiap 1-4 jam sesuai indikasi
8) Tempatkan pasien untuk mengurangi tekanan pada area dependen
tubuh
9) Kaji betis untuk tanda Homan’s
10) Evaluasi nilai laboratorium kreatinin, Hb, Ht, GDA
11) Pertahankan tirah baring.
c. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan kongesti paru,
hipertensi pulmonal, penurunan perfusi perifer yang mengakibatkan
asidosis dan penuruan curah jantung
Tujuan : Kebutuhan oksigenasi adekuat
Kriteria hasil : Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat
Intervensi :
1) Kaji kerja pernafasan (frekuensi, irama dan dalamnya) tiap 2 jam
2) Kaji bunyi nafas 2 jam bila perlu
3) Kaji sianosis, jika ada
4) Berikan tambahan oksigen dengan alat oksimetri
5) Periksa GDA sesuai pesanan dan bila perlu
6) Minimalkan konsumsi oksigen dengan memberikan tirah baring
7) Berikan pasien posisi semi fowler
8) Cegah atelektasis dengan batuk efektif
9) Kolaborasi : diuretic, bronkodilator, digoksisn
d. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan umum, tirah
baring lama / immobilisasi, ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dengan kebutuhan
Tujuan : Mencapai peningkatan toleransi aktivitas
Kriteria Hasil : i. Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan,
memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri ii. Mencapai peningkatan
toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan menurunnya
kelemahan dan kelelahan dan tanda vital dalam batas normal
19

Intervensi :
1) Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas
2) Catat cardiopulmonal terhadap aktivitas, catat : takikardia, nyeri,
dispnea, berkeringat, pucat
3) Kaji presipitator / penyebab kelemahan, contoh pengobatan, nyeri,
obat
4) Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas
5) Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit yang berhubungan
dengan kurangnya pemahaman
Tujuan : Memahami tentang penyakitnya
Kriteria Hasil : Mengidentifikasi hubungan terapi (program
pengobatan) untuk menurunkan episode berulang dan mencegah
komplikasi, melakukan perubahan pola hidup
Intervensi :
1) Diskusikan pentingnya pembatasan natrium
2) Diskusikan pentingnya menjadi seefektif mungkin tanpa menjadi
kelelahan dan istirahat diantara aktivitas
3) Diskusikan obat, tujuan dan efek samping
4) Jelaskan dan diskusikan peran pasien dalam mengontrol faktor
resiko (contoh : merokok) dan faktor pencetus atau pemberat
(contoh : diet tinggi garam, tidak aktif / terlalu aktif)
5) Bahas ulang tanda / gejala yang memerlukan perhatian medik,
contoh peningkatan berat badan cepat, edema, nafas pendek,
peningkatan kelelahan, batuk, demam
f. Resiko tinggi terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
imobilitas, efek tekanan, gesekan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kerusakan
integritas kulit
Kriteria Hasil : Tidak mengalami kerusakan kulit, tidak terdapat daerah
yang kemerahan
20

Intervensi :
1) Jaga kulit tetap bersih dan kering setelah dibersihkan
2) Jaga suhu dan kelembaban lingkungan
3) Inspeksi kulit terhadap adanya kemerahan
4) Berikan pelumas pada kulit
5) Masase kulit dan rubah posisi
6) Hindarkan tekanan pada kulit dan otot-otot yang menonjol dengan
lotion setiap 2 jam
7) Bila pasien tirah baring, rubah posisi pasien setiap 1 sampai 2 jam
8) Ajarkan pasien untuk merubah posisi bila memungkinkan
9) Jangan masase pada daerah yang kemerahan
10) Tinggikan kaki untuk mencegah edema
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas
a) Identitas Pasien
Nama : Ny. J
Umur : 77 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Caringin Dalam No. 125 RT 03/RW 03
Kel. Babakan Ciparay Kec. Babakan
Ciparay
Tanggal Masuk RS : 18 Desember 2017
Tanggal Pengkajian : 20 Desember 2017
Diagnosa Medis : CHF
No Medrec : 710947

b) Identitas Penanggung Jawab Pasien


Nama : Ny. R
Umur : 65 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Caringin Dalam No. 125 RT 03/RW 03
Kel. Babakan Ciparay Kec. Babakan
Ciparay
Hubungan dg Pasien : Anak

21
22

2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Klien mengeluh sesak nafas.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
(1) Riwayat keluhan utama
Pada saat dilakukan pengkajian pada hari Senin (18 Desember
2017), klien mengeluh sesak napas. Sesak terasa berat sampai
sulit untuk berbicara. Hasil pemeriksaan TTV: TD: 130/80
mmHg, N: 80x/menit, S: 36,0°C, R: 27x/menit. Terdapat
edema pada ekstremitas klien, pitting edema +2. Klien
terpasang nasal kanul dengan oksigen 5 L/menit.
(2) Riwayat saat masuk rumah sakit
Adik klien mengatakan klien sudah sesak dan bengkak sejak 2
minggu yang lalu (4 Desember 2017). Klien datang ke poli
penyakit dalam Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung untuk
kontrol penyakitnya dan dokter menyarankan klien untuk
dirawat inap. Tetapi ruanngan kelas 2 dan kelas 1 sudah penuh
sehingga klien baru dirawat pada hari Senin (18 Desember
2017).
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adik klien mengatakan bahwa klien memiliki penyakit hipertensi
sejak 10 tahun yang lalu. Dan dirawat 5 kali sejak tahun 2015
karena penyakit jantung yang dideritanya.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adik klien mengatakan orang tua klien memiliki riwayat hipertensi.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Tingkat Kesadaran :
GCS : 15 (E: 4 , M: 6 , V: 5)
BB sebelum sakit : Tidak Terkaji
BB saat ini : Tidak Terkaji
23

Tinggi Badan : Tidak Terkaji


Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 130/80mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 27x/menit
Suhu : 36,00 C
b) Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva anemis, klien tampak pucat, terdapat
peningkatan JVP 2,5 cm, akral teraba dingin. Saat diperkusi,
terdapat perluasan pekak jantung hingga ICS 6. Saat diauskultasi
bunyi jantung melebar hingga lateral kiri, bunyi jantung S1 dan S2
reguler. Terdapat clubing finger, tekanan darah 130/80 mmHg,
Nadi 80x/ menit irreguler, CRT 2 detik. Terdapat edema pada
ektremitas klien dan tangan kiri klien. Pitting edema 3mm.
c) Sistem Respirasi
Pernafasan melalui mulut, tidak ada pernafasan cuping
hidung (pch). Ukuran dan bentuk hidung simetris, hidung simetris,
tidak ada sekret, terdapat bulu hidung (fibrise), Tidak terdapat
polip, pola nafas reguler, frekwensi 27x/menit, pola napas 1:2
dangkal. Pasien terpasang nasal kanul dengan oksigen 5L/menit.
Pengembangan dada simetris antara kanan dan kiri. Auskultasi
bunyi nafas vesikuler pada semua area paru.
d) Sistem Integumen
Saat diinspeksi warna kulit klien sedikit pucat, rambut
rontok, tekstur kulit kering, sensasi kulit (+), turgor kulit (+) pada
tangan kiri, akral dingin, suhu tubuh pasien : 36,00 C. Terdapat
edema pada ekstremitas dan tangan kanan klien. Konjungtiva
anemis.
e) Sistem Gastrointestinal
Bentuk bibir simetris, keadaan bibir kering, reflex menelan
(+), tidak terdapat carries, warna gigi kuning, gigi tidak lengkap (4
24

gigi bawah tidak ada) uvula berada ditengah tidak ada pembesaran
tonsil, saat diinspeksi daerah abdomen datar, terdapat bising usus
10x/menit, saat dipalpasi abdomen normal, tidak ada benjolan.
Berat badan tidak terkaji, pasien belum BAB selama di rumah sakit
pasien, porsi makan diet lembek.
f) Sistem Perkemihan
Pada saat dikaji pasien terpasang chateter hari pertama
dengan output urine 100 cc. Tidak terdapat nyeri pukul pada ginjal.
g) Sistem Muskuloskeletal
(1) Ekstremitas atas
Kedua tangan simetris, tidak ada massa atau lesi, klien
terpasang IV line di lengan kanan dengan cairan dextrose 5%,
ROM tangan kanan dan kiri aktif, kekuatan otot 4, refleks
bisep (+/+), refleks trisep (+/+), turgor kulit (+), CRT 2 detik,
akral dingin dan edema ditangan kanan.
(2) Ekstremitas bawah
Kedua kaki simetris, terdapat bulae pada tungkai kiri, edema
(+) pitting edema 3 mm, sensasi kulit (+), turgor kulit
(+),ROM kaki kanan dan kiri aktif, kekuatan otot 4, refleks
patella (+/+), refleks achiles (+/+), refleks babinski (-), CRT 2
detik, akral dingin.
h) Sistem Endokrin
Pada saat dikaji, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah
bening pada klien.
i) Sistem Reproduksi
Tidak Terkaji
j) Sistem Saraf Pusat
(1) Fungsi Serebral dan Kortikal
Orientasi klien dengan waktu, tempat, dan lingkungan
minimal, tingkat kesadaran pasien Compos Mentis dengan
GCS 15 (E:4 , M: 6 , V: 5 )
25

(2) Fungsi Saraf Kranial


(a) NI (Olfaktorius)
Tidak Terkaji
(b) NII (Optikus)
Tidak terkaji
(c) N III (Okulomotorius)
Refleks pupil (+), ketika terkena sinar pupil mata mengecil,
klien dapat membuka mata, dan dapat mengangkat kedua
alis.
(d) N IV (Trochlearis)
Bola mata dapat bergerak ke kanan dan ke dalam minimal
(e) N V (Abdusen)
Refleks pupil berkontriksi saat diberikan rangsangan
cahaya, pupil bulat.
(f) N VI (Trigeminus)
Fungsi gerakan mengunyah dan menelan normal. Klien
mendapatkan diet lembek.
(g) N VII (Fasialis)
Klien dapat mengangkat alis, dan mampu mengerutkan
dahi.
(h) N VIII (Akustikus)
Funsi pendengaran klien menurun.
(i) N IX (Glosofaringus)
Saat dikaji letak uvula berada ditengah-tengah
(j) N X (Vagus)
Kemampuan pasien untuk menelan normal, klien mendapat
diet lembek.
(k) N XI (Aksesorius)
Tahanan pada otot sternokleidomastoid minimal.
(l) N XII (Hypoglosus)
Fungsi menelan klien normal.
26

k) Pola Aktivitas Sehari-hari

Tabel 3.1 Pola Aktivitas Sehari-Hari

NO. ADL DI RUMAH DI RS


1. Nutrisi
a. Makan
 Jenis Nasi dan lauk pauk
Diet lembek
3x Sehari
 Frekuensi 3x Sehari
Nafsu makan normal
 Keluhan Nafsu makan normal

b. Minum
Air putih
 Jenis Air putih
5-6x sehari
 Frekuensi Tidak ada
5-6x sehari
 Keluhan Tidak ada
2. Eliminasi
a. BAB
 Frekuensi 1 hari sekali
 Konsistensi Lunak
 Warna Kuning
 Keluhan Tidak ada Belum BAB
b. BAK
 Frekuensi 5-6 kali/hari Terpasang chateter
 Warna Kuning jernih
Tidak ada
 Keluhan
3. Istirahat Tidur
a. Siang Tidak bisa
Tidak Terkaji
b. Malam tidur/istirahat karena
Tidak Terkaji
sesak
4. Personal Hygiene
a. Mandi 2x/hari Diseka oleh keluarga
b. Keramas 1x/hari Diseka oleh keluarga
c. Gosok gigi 2x/hari Belum gosok gigi
5. Aktivitas
a. Merokok Tidak merokok Tidak merokok
b. Minuman beralkohol Tidak minum alkohol Tidak minum alkohol

l) Riwayat Psikologi dan Spiritual


(1)Data Sosial
Klien kurang dapat berinteraksi verbal dengan perawat, dan
keluarga. Klien tidak dapat berbicara terlalu banyak karena
sesak. Pasien ditunggui oleh adik-adiknya.
27

(2)Data Psikologis
(a) Status emosi dan gaya komunikasi
Klien tidak dapat berkomunikasi lama dikarenakan sesak
yang dirasakannya, tetapi saat pasien sehat pasien
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda dalam berkomunikasi sehari-hari.
(b)Konsep diri
(1)Body image
Tidak terkaji
(2)Harga diri
Tidak Terkaji
(3)Ideal diri
Tidak Terkaji
(4)Peran diri
Klien sudah tidak mempunyai suami dan anak hanya
tinggal dengan adiknya.
(5)Koping kehidupan
Tidak Terkaji
(3) Data Spiritual
Tidak Terkaji

4) Data Penunjang
a) Hasil Pemeriksaan Radiologi
Pada tanggal 18 Desember 2017
Hasil :
Kesimpulan : Cardiomegali dengan bendungan paru
Cor : Tidak tampak pneumoni atau TB Paru aktif
b) Hasil Laboratorium
Pada tanggal 18 Desember 2017, pukul 13.31 WIB
28

Tabel 3.2 Hasil Laboratorium Tanggal 18 Desember 2017, pukul 13.31 WIB
NILAI KET
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
NORMAL
HEMATOLOGI

Hemoglobin 16.0 gr% 12-16 Normal

Hematokrit 48 % 36-48 Normal

Leukosit 5500 sel/mm3 4000-10.000 Normal

Trombosit 102.000 sel/mm3 150.000-440.000 ↓

DIABETES

Gula Darah Sewaktu 97 mg/dL Sampai 160 Normal

FUNGSI GINJAL

ureum 76,1 mg/dL 15.0-43.2 ↑

Creatnin 1.99 mg/dL 0,57 – 1,13 ↑

ELEKTROLIT

Natrium 132,0 mmol/l 135 - 148 ↓

Kalium 3,17 mmol/l 3,5 – 5,3 ↓

Chlorida 95,4 mmol/l 98 - 107 ↓

5) Terapi Farmakologis
Tabel 3.3 Terapi Farmakologis

NO NAMA OBAT PEMBERIAN WAKTU PEMBERIAN

1 Conduvortan 16 mg 1x1 Oral 18

2 CPG 75 mg(1x1) Oral 17

3 Atavastatin 20 mg (1x1) Oral 20

4 Lasix 40 mg (1x) IV (bolus) 16

5 Nebulizer 15
29

6) Analisa Data

Tabel 3.4 Analisa Data

Data Senjang Etiologi Masalah Keperawatan

DS: Gagal jantung Penurunan curah jantung


- Klien mengeluh sesak napas ↓
DO: Curah jantung ↓
- TD: 130/80 mmHg, R: 27x/menit, ↓
N: 80x/menit Hipertrofi ventrikel
- Konjungtiva anemis ↓
- Kulit sedikit pucat Pemendekan miokard
- Akral dingin ↓
- Urine output 100 cc Pengisial LV↓
- JVP 2,5 cm ↓
- Terpasang oksigen nasal kanul 5 Aliran tidak adekuat ke jantung
L/menit dan otak
- Hasil radiologi 18 Desember 2017: ↓
Cardiomegali dengan bendungan Penurunan curah jantung
paru
DS: Curah jantung ↓ Kelebihan volume cairan
- Klien mengeluh sesak nafas ↓
DO: Aktivitasi RAA
- TD: 130/80 mmHg, R: 27x/menit, ↓
N: 80x/menit Angiotensin II
- Terdapat edema pada ekstremitas ↓
klien Vasokontriksi sistemis
- Pitting edema 3 mm ↓
- Urine output 100 cc GFR nefron ↓
- Hasil radiologi 18 Desember 2017: ↓
Cardiomegali dengan bendungan Eksresi Na dan H2O dalam
paru urine↓

Urine output ↓
Volume plasma ↑
Tek. hidrostatik ↑

Kelebihan volume cairan
DS: Gagal jantung Ketidakefektifan pola nafas
- Klien mengeluh sesak nafas ↓
DO: Kongesti pulmonalis
- TD: 130/80 mmHg, R: 27x/menit, ↓
N: 80x/menit Tek. hidrostatik ↑
- Klien bernafas melalui mulut ↓
- Terpasang nasal kanul 5 L/menit Pembesaran cairan ke alveoli
- Hasil radiologi 18 Desember 2017: ↓
Cardiomegali dengan bendungan Edema paru
paru ↓
Pengembangan paru tidak
optimal

Ketidakefektifan pola nafas
30

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas jantung.
b. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi.
c. Ketidakefektifan pola nafas b.d kegagalan jantung.

3. Intervensi Keperawatan
No Dx Kep Tujuan Intervensi
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan Pengaturan hemodinamik:
b.d perubahan keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. Monitor tingkat kesadaran klien
kontraktilitas jantung keefektifan pompa jantung dapat 2. Monitor tanda-tanda vital klien
DS: dipertahankan dengan kriteria hasil: 3. Monitor edema perifer, distensi
- Klien mengeluh - Tekanan darah dalam rentang vena jugularis, bunyi jantung,
sesak napas normal (110-120/80-90 mmHg) dispnea, penambahan berat badan
DO: - Urin output 1000 cc/24 jam 4. Monitor hasil EKG klien
- TD: 130/80 mmHg, - Pitting edema 2 mm 5. Monitor kadar elektrolit klien
R: 27x/menit, N: - Akral hangat 6. Monitor intake output dan berat
80x/menit badan klien
- Konjungtiva anemis 7. Minimalkan stres lingkungan
1 - Kulit sedikit pucat 8. Tinggikan kepala 30° dan kaki 15°
- Akral dingin tempat tidur secara bergantian
- Urine output 100 cc 9. Ajarkan klien dan keluarga tentang
- JVP 2,5 cm tanda-tanda peringatan dini
- Terpasang oksigen hemodinamik (dispnea, sangat
nasal kanul 5 L/menit kelelahan, pusing, penurunan berat
- Hasil radiologi 18 badan secara tiba-tiba)
Desember 2017: 10.Kolaborasi dengan dokter untuk
Cardiomegali dengan pemberian obat inotropik, obat
bendungan paru kontraktilitas dan obat antiaritmia.
11.Monitor efek obat pada klien
Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan Manajemen elektrolit/cairan
b.d gangguan mekanisme keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. Monitor tanda-tanda vital klien
regulasi status jantung paru klien dapat 2. Monitor kadar elektrolit klien
DS: dipertahankan dengan kriteria hasil : 3. Monitor intake output dan berat
- Klien mengeluh - Tekanan darah dalam rentang badan klien
sesak nafas normal (110-120/80-90 mmHg) 4. Monitor perubahan status jantung
DO: - Nadi dalam rentang normal (60- paru
- TD: 130/80 mmHg, 100x/menit) 5. Berikan cairan IV yang adekuat
R: 27x/menit, N: - Urin output 1000 cc/24 jam 6. Batasi cairan klien 1,5-2 L/hari
2 80x/menit - Pitting edema 2 mm 7. Kolaborasi dengan dokter untuk
- Terdapat edema pada pemberian diuretik dan suplemen
ekstremitas klien elektrolit
- Pitting edema 3 mm
- Urine output 100 cc
- Hasil radiologi 18
Desember 2017:
Cardiomegali dengan
bendungan paru
Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Monitor pernafasan
nafas b.d kegagalan keperawatan selama 2 x 24 jam, 1. Monitor kecepatan, irama,
3
jantung status pernapasan dapat kedalaman dan kesulitan bernafas
31

dipertahankan dengan kriteria hasil: 2. Monitor saturasi oksigen klien


DS: - Frekuensi nafas dalam rentang 3. Auskultasi suara nafas klien
- Klien mengeluh sesak normal (16-24x/menit)
nafas - Pernafasan bibir berkurang (3
DO: dari 5 skala)
- TD: 130/80 mmHg, - Clubbing finger berkurang (3
R: 27x/menit, N: dari 5 skala
80x/menit - Tidak ada suara nafas tambahan
- Klien bernafas
melalui mulut
- Terpasang nasal Ket:
kanul 5 L/menit 5 : Tidak ada
- Hasil radiologi 18 4 : Ringan
Desember 2017: 3 : Cukup
Cardiomegali dengan 2 : Berat
bendungan paru 1 : Sangat berat

1. Implementasi
Tgl Jam Dx Kep Implementasi Paraf & Nama Jelas
18/12-2017 15.00 II - Memasang IV cateter pada lengan kiri klien
dengan cairan Dextrose 5%
16.00 II - Memberikan terapi farmakologi Lasix 40 mg
melalui IV
I, II - Melakukan observasi TTV dan monitor intake
output klien
 TD: 130/80 mmHg, N: 80x/mnt, R:
27x/mnt, S: 36,0°C
 Intake: 400 cc, output: 600 cc.
19/12-2017 08.00 I - Merekam aktivitas jantung klien (EKG) dengan
hasil ST depresi pada V5
I - Mengobservasi pitting edema klien: 4 mm
10.00 I, II - Melakukan observasi TTV dan monitor intake
output klien
 TD: 110/70 mmHg, N: 47x/mnt, R:
25x/mnt, S: 36,1°C
 Intake: 500 cc, output: 800 cc.
16.00 II - Memberikan terapi farmakologi Lasix 40 mg
melalui IV
- Melakukan observasi TTV dan monitor intake
output klien
32

 TD: 110/70 mmHg, N: 40x/mnt, R:


25x/mnt, S: 36,0°C
 Intake: 100 cc, output: 400 cc
20/12-2017 07.00 I - Mengobservasi tingkat kesadaran klien
GCS 10 (E: 3, M: 5, V: 2)
III - Mengobservasi status pernafasan klien:
terpasang NRM 8 L/menit, RR: 27x/menit,
pernafasan melalui mulut
10.00 I, II - Melakukan observasi TTV dan intake output
klien
 TD: 110/70 mmHg, N: 84x/mnt, R:
27x/mnt, S: 35,4°C
 Intake: 2 sendok makan, output: 400 cc.
- Mengobservasi bunyi jantung dan suara nafas
klien
- Mengobservasi saturasi oksigen klien: 81%
12.00 I - Memasang selang NGT pada klien
- Memasang IV kateter pada lengan kanan klien
dengan cairan Ca Gluconase 4 gr drip NaCl
100cc
- Memberikan terapi farmakologi Lasix 340 mg
melalui IV kateter lengan kiri klien 0,5
tetes/menit
16.00 I, II - Melakukan observasi TTV dan intake output
klien:
 TD: 110/70 mmHg, N: 76x/mnt, R:
27x/mnt, S: 37,3°C
 Intake: 250 cc, output: 600 cc
16.45 I, III - Mengobservasi tingkat kesadaran klien GCS: 3
(E: 1, M: 1, V: 1)
- Mengobservasi suara nafas klien: ronchi
17.45 - Klien dinyatakan meninggal
33

2. Evaluasi

Tgl Jam Catatan Perkembangan Paraf & Nama Jelas


18/12-2017 21.00 DX I
S : Klien mengeluh sesak nafas
O:
- TTV ; TD: 130/80 mmHg, N: 80x/mnt, R: 27x/mnt,
S: 36,0°C
- Intake: 400 cc, output: 600 cc
- Pitting edema 3 mm
A : Masalah penurunan curah jantung belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor tingkat kesadaran klien
- Monitor tanda-tanda vital klien
- Monitor edema perifer, distensi vena jugularis, bunyi
jantung, dispnea, penambahan berat badan
- Monitor hasil EKG klien
- Monitor kadar elektrolit klien
- Monitor intake output dan berat badan klien
- Minimalkan stres lingkungan
- Tinggikan kepala 30° dan kaki 15° tempat tidur
secara bergantian
- Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda-tanda
peringatan dini hemodinamik (dispnea, sangat
kelelahan, pusing, penurunan berat badan secara tiba-
tiba)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
inotropik, obat kontraktilitas dan obat antiaritmia.
- Monitor efek obat pada klien

DX II
S : Klien mengeluh sesak nafas
O:
- TTV ; TD: 130/80 mmHg, N: 80x/mnt, R: 27x/mnt,
S: 36,0°C
- Intake: 500 cc, output: 800 cc
- Pitting edema 3 mm
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital klien
- Monitor kadar elektrolit klien
- Monitor intake output dan berat badan klien
- Monitor perubahan status jantung paru
- Berikan cairan IV yang adekuat
- Batasi cairan klien 1,5-2 L/hari
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik
dan suplemen elektrolit.

DX III
S : Klien mengeluh sesak nafas
O:
- TTV ; TD: 130/80 mmHg, N: 80x/mnt, R: 27x/mnt,
S: 36,0°C
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum teratasi
34

P : Lanjutkan intervensi
- Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernafas
- Monitor saturasi oksigen klien
- Auskultasi suara nafas klien
19/12-2017 14.00 DX I
S : Klien mengeluh sesak nafas
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 47x/mnt, R: 25x/mnt, S:
36,1°C
- Intake: 400 cc, output: 600 cc
- Pitting edema 3 mm
- Hasil EKG ST depresi pada V5
A : Masalah penurunan curah jantung belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor tingkat kesadaran klien
- Monitor tanda-tanda vital klien
- Monitor edema perifer, distensi vena jugularis, bunyi
jantung, dispnea, penambahan berat badan
- Monitor hasil EKG klien
- Monitor kadar elektrolit klien
- Monitor intake output dan berat badan klien
- Minimalkan stres lingkungan
- Tinggikan kepala 30° dan kaki 15° tempat tidur
secara bergantian
- Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda-tanda
peringatan dini hemodinamik (dispnea, sangat
kelelahan, pusing, penurunan berat badan secara tiba-
tiba)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
inotropik, obat kontraktilitas dan obat antiaritmia.
- Monitor efek obat pada klien

DX II
S : Klien mengeluh sesak nafas
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 47x/mnt, R: 25x/mnt, S:
36,1°C
- Intake: 400 cc, output: 600 cc
- Pitting edema 3 mm
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital klien
- Monitor kadar elektrolit klien
- Monitor intake output dan berat badan klien
- Monitor perubahan status jantung paru
- Berikan cairan IV yang adekuat
- Batasi cairan klien 1,5-2 L/hari
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik
dan suplemen elektrolit.

DX III
S : Klien mengeluh sesak nafas
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 47x/mnt, R: 25x/mnt, S:
35

36,1°C
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernafas
- Monitor saturasi oksigen klien
- Auskultasi suara nafas klien

21.00 DX I
S : Klien mengeluh sesak nafas
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 40x/mnt, R: 25x/mnt, S:
36,0°C
- Intake: 100 cc, output: 400 cc
- Pitting edema 3 mm
A : Masalah penurunan curah jantung belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor tingkat kesadaran klien
- Monitor tanda-tanda vital klien
- Monitor edema perifer, distensi vena jugularis, bunyi
jantung, dispnea, penambahan berat badan
- Monitor hasil EKG klien
- Monitor kadar elektrolit klien
- Monitor intake output dan berat badan klien
- Minimalkan stres lingkungan
- Tinggikan kepala 30° dan kaki 15° tempat tidur
secara bergantian
- Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda-tanda
peringatan dini hemodinamik (dispnea, sangat
kelelahan, pusing, penurunan berat badan secara tiba-
tiba)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
inotropik, obat kontraktilitas dan obat antiaritmia.
- Monitor efek obat pada klien

DX II
S : Klien mengeluh sesak nafas
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 40x/mnt, R: 25x/mnt, S:
36,0°C
- Intake: 100 cc, output: 400 cc
- Pitting edema 3 mm
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital klien
- Monitor kadar elektrolit klien
- Monitor intake output dan berat badan klien
- Monitor perubahan status jantung paru
- Berikan cairan IV yang adekuat
- Batasi cairan klien 1,5-2 L/hari
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik
dan suplemen elektrolit.
36

DX III
S : Klien mengeluh sesak nafas
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 40x/mnt, R: 25x/mnt, S:
36,0°C
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernafas
- Monitor saturasi oksigen klien
Auskultasi suara nafas klien
20/12-2017 14.00 DX I
S:-
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 84x/mnt, R: 27x/mnt, S:
35,4°C
- GCS 10 (E: 3, M: 5, V: 2)
- Klien terpasang NRM 8L.menit
- Intake: 2 sendok, output: 400 cc
- Klien terpasang selang NGT
- Pitting edema 4 mm
A : Masalah penurunan curah jantung belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor tingkat kesadaran klien
- Monitor tanda-tanda vital klien
- Monitor edema perifer, distensi vena jugularis, bunyi
jantung, dispnea, penambahan berat badan
- Monitor hasil EKG klien
- Monitor kadar elektrolit klien
- Monitor intake output dan berat badan klien
- Minimalkan stres lingkungan
- Tinggikan kepala 30° dan kaki 15° tempat tidur
secara bergantian
- Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda-tanda
peringatan dini hemodinamik (dispnea, sangat
kelelahan, pusing, penurunan berat badan secara tiba-
tiba)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
inotropik, obat kontraktilitas dan obat antiaritmia.
- Monitor efek obat pada klien

DX II
S:-
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 84x/mnt, R: 27x/mnt, S:
35,4°C
- Intake: 2 sendok, output: 400 cc
- Pitting edema 4 mm
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital klien
- Monitor kadar elektrolit klien
- Monitor intake output dan berat badan klien
- Monitor perubahan status jantung paru
- Berikan cairan IV yang adekuat
37

- Batasi cairan klien 1,5-2 L/hari


- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik
dan suplemen elektrolit.

DX III
S:-
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 84x/mnt, R: 27x/mnt, S:
35,4°C
- Klien terpasang NRM 8L/menit
- Saturasi oksigen: 81%
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernafas
- Monitor saturasi oksigen klien
- Auskultasi suara nafas klien

21.00 DX I
S:-
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 76x/mnt, R: 27x/mnt, S:
37,3°C
- GCS 3 (E: 1, M: 1, V: 1)
- Intake: 250 cc, output: 600 cc
- Pitting edema 4 mm
- Klien dinyatakan meninggal pada pukul 17.45 WIB
A : Masalah penurunan curah jantung belum teratasi
P : Intervensi dihentikan

DX II
S:-
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 76x/mnt, R: 27x/mnt, S:
37,3°C
- Intake: 250 cc, output: 600 cc
- Pitting edema 4 mm
- Klien dinyatakan meninggal pada pukul 17.45 WIB
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
P : Intervensi dihentikan

DX III
S:-
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 76x/mnt, R: 27x/mnt, S:
37,3°C
- Klien dinyatakan meninggal pada pukul 17.45 WIB
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum teratasi
P : Intervensi dihentikan
38

B. Pembahasan
Pada klien ditemukan tanda dan gejala clubbing finger, clubbing finger
sendiri adalah suatu pertambahan jaringan lunak pada bagian distal jari-jari
tangan atau kaki. Hal ini terjadi sebagai respons terhadap hipoksemia arteri,
suatu zat humoral yang tidak diketahui menyebabkan terjadinya dilatasi
pembuluh darah jari-jari tangan atau kaki. Volume digit terminal dapat
meningkat karena adanya peningkatan jaringan ikat vaskular dan perubahan
kualitas jaringan ikat vaskular, walaupun beberapa kasus telah dikaitkan
dengan taji tulang pada phalanx terminal (Mutaqqin, 2012).
Terdapat edema pada ekstremitas klien, hal ini disebabkan karena
penurunan curah jantung terutama ke ginjal mengaktifkan renin-angiotensin-
aldosteron (RAA) yang menyebabkan retensi natrium dan air sehingga terjadi
air terjebak di interstisial dan mengikuti arah gravitasi sehingga muncul edema
pada ekstremitas. Akibat dari aktivasi RAA juga akan meningkatkan reabsorbsi
natrium dan air oleh tubulus ginjal sehingga ekskresi urin menurun, volume
plasma meningkat, dan tekanan hidrostatik meningkat sehingga memperburuk
edema klien (Mutaqqin, 2012).
Tekanan darah dan nadi klien menurun dapat diakibatkan karena
penurunan yang bermakna dari curah sekuncup sehingga mengaktifkan saraf
simpatis. Adanya vasokontriksi perifer mengurangi tekanan nadi (perbedaan
antara tekanan sistolik dan diastolik) sehingg menghasilkan denyut yang lemah
atau thready pulse. Selain itu, pada gagal jantung kiri yang berat dapat timbul
pulsus alternans (suatu perubahan kekuatan denyut arteri). Pulsus alternans
menunjukan gangguan fungsi mekanis yang berat dengan berulangnya variasi
denyut ke denyut pada curah sekuncup (Mutaqqin, 2012).
Pada hasil laboratorium darah tanggal 18 Desember 2017 ditemukan
bahwa trombosit klien turun hingga 102.000 sel/mm3. Hal ini disebabkan oleh
efek dari pemberian obat CPG, yang dimana fungsi obat CPG sendiri adalah
untuk mengencerkan darah (anti-koagulan). Anti-koagulan akan menurunkan
platelet dalam darah sehingga menyebabkan penurunan trombosit. Nilai
elektrolit seperti natrium, kalium dan clorida juga ikut menurun dikarenakan
39

aldosteron dapat menyebabkan retensi natrium dan air serta meningkatkan


eksresi kalium. Aldosteron dapat meningkatkan natrium intraseluler dan dapat
menyebabkan penurunan komplains paru, yang meerupakan karakteristik gagal
jantung (Zhang, 2015).
Pada tanggal 19 Desember 2017 pukul 10.00 WIB intake klien 500 cc
dan output klien 800 cc. Balance cairan -300 cc. Rekomendasi pemberian
cairan terhadap pasien gagal jantung adalah 1,5-2 L/hari. Pembatasan cairan
yang ketat paling baik digunakan pada pasien yang refrakter terhadap diuretik
atau mengalami hiponatremia. pembatasan cairan, terutama dalam
hubungannya dengan pembatasan natrium, meningkatkan manajemen volume
dengan diuretik. Pembatasan cairan penting untuk mengelola hiponatremia,
yang relatif umum terjadi pada HF lanjut dan menunjukkan prognosis buruk.
Pembatasan cairan dapat memperbaiki konsentrasi natrium serum; Namun,
sulit untuk dicapai dan dipelihara. di iklim yang panas atau rendah
kelembaban, pembatasan cairan yang berlebihan membuat predisposisi pasien
dengan kemajuan HF terhadap risiko stroke jantung. Hiponatremia pada HF
terutama disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mengeluarkan air bebas.
aktivasi norepinephrine dan angiotensin II menyebabkan penurunan
pengiriman natrium ke tubulus distal, sedangkan arginine vasopressin
meningkatkan absorpsi air dari tubulus distal. Selain itu, angiotensin II juga
meningkatkan rasa haus. Dengan demikian, pembatasan natrium dan cairan
dalam kemajuan pasien dengan HF penting dilakukan (AHA, 2013).
Pada tanggal 20 Desember 2017 pukul 07.00 WIB klien mengalami
perburukan, ditandai dengan penurunan kesadaran. Hal ini kemungkinan bisa
terjadi karena klien sudah mengalami alkalosis respiratorik karena saturasi
oksigen terakhir klien adalah 81%. Tetapi klien tidak dianjurkan untuk cek
Analisa Gas Darah (AGD), sehingga alkalosis respiratorik lemah untuk
ditegakan. Pada pasien gagal jantung kiri, volume sekuncup menurun sehingga
pembuluh darah perifer tidak teroksigenisasi dengan baik dan terjadi
hipoksemia dengan peningkatan PCO2. Maka penting untuk mengecek AGD
pada pasien gagal ventrikel kiri (Doenges, 2000).
40

Pada tanggal 20 Desember 2017 pukul 17.30 WIB klien apnea, perawat
ruangan segera bergegas mengukur tekanan darah, saturasi oksigen serta
pengecekan nadi dan pernafasan. Perawat memberikan pertolongan pernafasan
melalui ambubag, tetapi ambubag tidak berfungsi dengan maksimal ditandai
dengan tidak mengembangnnya dada klien dan kantung udara pada ambubag
tidak mengembang. Selama pemberian pertolongan klien tidak diberikan
resusitasi jantung paru (RJP) dan obat-obatan vasopresure seperti adrenalin
tidak diberikan. Ketika dokter jaga datang, dokter menyarankan untuk
pengecekan EKG pada klien. Hasil EKG flat dan pupil sudah midriasis
maksimal. Pada pukul 17.45 WIB klien dinyatakan meninggal oleh dokter jaga.
Manajemen kegawatdaruratan pada pasien menurut AHA (2015) bagi petugas
kesehatan adalah 1) pengawasan dan pencegahan, 2) pengenalan dan
pengaktifan sistem tanggap darurat (CODE BLUE), 3) CPR berkualitas tinggi
secepatnya, 4) defibrilasi cepat, 5) bantuan hidup lanjutan dan perawatan
pasca-serangan jantung.

Gambar 3.1 Rantai Kelangsungan Hidup AHA 2015

Urutan yang disarankan untuk penolong telah dikonfirmasi: penolong


diminta untuk memulai kompresi dada semebul memberikan napas buatan (C-
A-B, bukan A-B-C) agar dapat mengurangi penundaan kompresi pertama
(AHA, 2015).
Tim CODE BLUE adalah tim yang terdiri dari dokter dan paramedis
yang ditunjuk sebagai CODE BLUE Team, yang secara cepat ke pasien untuk
41

melakukan tindakan penyelamatan. Pada pasien dewasa, sistem RRT (tim


tanggap cepat) atau MET (tim medis darurat) dapat efektif dalam mengurangi
insiden serangan jantung, terutama di bangsal perawatan umum. RRT dan
MET dibentuk untuk memberikan intervensi dini pada pasien dengan
penurunan kualitas klinis, yang bertujuan untuk mencegah HCA. Tim dapat
terdiri atas beragam kombinasi dokter, perawat, dan ahli terapi pernapasan.
Tim ini biasanya dipanggil ke samping tempt tidur pasien bila penurunan
kualitas akut teridentifikasi oleh staf rumah sakit. Tim ini biasanya membawa
peralatan pemantauan darurat dan peralatan resusitasi serta obat-obatan.
Konsep memiliki tim yang terlatih dalam perencanaan resusitasi kompleks
telah dianggap efektif pada beberapa penelitian (AHA, 2015).
Untuk pasien dewasa yang mengalami serangan jantung tidak terpantau
atau saat AED tidak segera tersedia, penting bila CPR dijalankan sewaktu
peralatan defibrilator sedang diambil dan diterapkan (AHA, 2015).
Pemberian epinefrin perlu dilakukan jika tersedia setelah terjadinya
serangan jantung. Penelitian observasi yang sangat besar terkait serangan
jantung dengan ritme yang tidak dapat dikejut membandingkan epinefrin yang
diberikan pada 1 hingga 3 menit dengan epinefrin diberikan pada 3 interval
selanjutnya (4 hingga 6, 7 hingga 9, dan lebih lama dari 9 menit). Penelitian ini
menemukan keterkaitan antara pemberian epinefrin di awal dan peningkatan
ROSC, kelangsungan hidup setelah keluar dari rumah sakit dan kelangsungan
hidup secara menyeluruh dari segi neurolgi (AHA, 2015).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
untuk mensuplai oksigen dan nutrisi ke jaringan untuk memenuhi keperluan-
keperluan tubuh.
Asuhan keperawatan pada klien dengan gagal jantung adalah suatu
tindakan keperawatan mulai dari pengkajian data, menentukan diagnosa yang
muncul, membuat rencana tindakan, lalu mengimplementasikan dan terakhir
mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan berdasarkan kala yang sedang
klien hadapi. Pada Ny. J dapat ditegakkan 3 masalah yaitu penurunan curah
jantung b.d perubahan kontraktilitas jantung, kelebihan volume cairan b.d
gangguan mekanisme regulasi dan ketidakefektifan pola nafas b.d kegagalan
jantung. Setelah dilakukan tindakan selama 3 hari, klien dinyatakan meninggal
dunia pada pukul 17.45 WIB sehingga intervensi dihentikan.

B. Saran
Disarankan untuk perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien
gagal jantung untuk memperhatikan beberapa hal, yaitu :
1. Menghitung secara ketat intake dan output klien agar tidak memperparah
edema klien.
2. Memonitor Analisa Gas Darah (AGD) klien gagal jantung, terutama
apabila telah muncul tanda sianosis, penurunan saturasi oksigen, dan
penurunan kesadaran.
3. Mengaplikasikan manajemen kegawatdaruratan yang direkomendasikan
oleh AHA (2015) sebagai acuan untuk mempertahankan rantai hidup klien
yang mengalami henti nafas dan henti jantung.

42
DAFTAR PUSTAKA

AHA. Fokus Utama: Pembaruan Pedoman American Heart Association 2015


Untuk CPR dan ECC. American Heart Association.
AHA. 2013 AHA Guidline for The Management of Heart Failure. American Heart
Association.
Bulechek, Gloria M et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi
6. Alih Bahasa: Intansari Nurjanah & Roxana Devi Tumanggor. Jakarta:
Mocomedia.
Cipto dkk. Efektifitas Posisi Tidur Kaki Lebih Tinggi 15° Terhadap Penurunan
Oedema Extremitas Bawah Pada Pasien Gagal Jantung di Rumah Sakit Dr.
R. Soeprapto Cepu Jawa Tengah. Jendela Nursing Journal 2013 2 (1).
Doenges, Marilynn E dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III.
Alih Bahasa: I Made Kriasa. Jakarta: EGC.
Herdman, T. H. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Alih Bahasa: Budi Anna Keliat,
et al. Jakarta: EGC.
Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung. Yogyakarta: Nuha Medika.
Moorhead, Sue et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 5. Alih
Bahasa: Intansari Nurjanah & Roxana Devi Tumanggor. Jakarta:
Mocomedia.
Muttaqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Purwadi, I Ketut AH dkk. Pengaruh Terapi Contrast Bath (Rendam Air Hangat
dan Air Dingin) Terhadap Edema Kaki Pada Pasien Penyakit Gagal Jantung
Kongestif di RSUD Ungaran, RSUD Ambarawa, RSUD Kota Salatiga dan
RSUD Tugurejo Provinsi Jawa Tengah. STIKes Ngudi Waluyo Ungaran.
2015.
Saferi W, Andra., Mariza P, Yessie. 2013. KMB 2 :Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep). Yogyakarta : Nuha
Medika.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Ed. 8 Vol. 1. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Zhang, Zhanqiang et al. The Change In Platelet Count In Patients Eith Acute
Coronary Syndrome 6 Months After Coronary Stent Implantation. Blood
Coagulation and Fibrinolysis. 2015, 26 (6).
ANALISIS JURNAL
Author & PICO
Purpose Sample
Year Problem Intervensi Comparison Outcome
Purwadi, I Pengaruh Populasi dalam Edema (bengkak) Contrast bath Analisis yang Dapat disimpulkan
Ketut AH Terapi Contrast penelitian ini merupakan salah satu merupakan dilakukan bahwa ada pengaruh
dkk (2015) Bath (Rendam adalah pasien manifestasi klinis dari perawatan merupakan yang signifikan terapi
Air Hangat dan gagal jantung penyakit gagal dengan rendam analisis univariat contrast bath terhadap
Air Dingin) kongestif yang jantung kongestif kaki sebatas dan analisis edema kaki pada
Terhadap memiliki edema karena penumpukan betis secara bivariat dengan pasien penderita
Edema Kaki kaki yang ada di cairan pada bergantian membandingkan penyakit gagal
Pada Pasien RSUD Ungaran, exstremitas maupun dengan hasil sebelum dan jantung kongestif
Penyakit Gagal RSUD Ambarawa, pada organ dalam menggunakan sesudah dilakukan pada kelompok
Jantung RSUD Kota tubuh. Salah satu air hangat dan intervensi. kontrol maupun
Kongestif di Salatiga dan untuk mengatasi dilanjutkan kelompok perlakuan
RSUD RSUD Tugurejo edema kaki yaitu dengan air di RSUD Ungasran,
Ungaran, Provinsi Jawa dengan terapi contrats dingin, dimana RSUD Ambarawa,
RSUD Tengah sebanyak bath, terapi ini akan suhu dari air RSUD Kota Salatiga
Ambarawa, 25 pasien. Dengan mengurangi tekanan hangat antara Dan RSUD Tugurejo
RSUD Kota jumlah sampel 9 hidrostatik intra vena 36,6 – 43,3°C Provinsi Jawa Tengah
Salatiga dan pasien untuk yang menimbulkan dan suhu air dengan nilai rata –
RSUD Tugurejo kelompok pembesaran cairan dingin antara 10 rata pada edema kaki
Provinsi Jawa perlakuan dan 9 plasma ke dalam – 20 °C. pada pasien penderita
Tengah pasien untuk ruang intertisium dan penyakit gagal
kelompok kontrol cairan yang berada di jantung kongestif
intertisium akan pada kelompok
kembali ke vena. perlakuan pretest
adalah 6,11 mm dan
posttest adalah 3,44
mm

Cipto dkk Efektifitas Responden Pada kondisi gagal 20 pasien gagal Data penelitian Hasil penelitian
(2013) Posisi Tidur penelitian ini jantung, pasien sering jantung grade 1, dianalisis dengan menunjukan bahwa
Kaki Lebih sebanyak 20 orang mengalami udem 2, dan 3 uji ‘Paired t-test’ posisi kaki lebih
Tinggi 15° yang dipilih ekstremitas bawah diberikan posisi (rancangan pre- tinggi 15° selama 1-2
Terhadap dengan dikarenakan terdapat kaki lebih tinggi post), yaitu jam efektif untuk
Penurunan menggunakan hambatan aliran balik 15° selama ½-2 menguji menurunkan derajat
Oedema pendekatan teknik darah ke ventrikel jam efektifitas suatu oedema pada pasien
Extremitas purposive kanan. Tindakan perlakuan gagal jantung.
Bawah Pada sampling utama yang dilakukan terhadap suatu
Pasien Gagal untuk mengatasi besaran variabel
Jantung di kondisi ini, biasanya yang ingin
Rumah Sakit hanya dilakukan ditentukan, dalam
Dr. R. dengan cara memberi hal ini adalah
Soeprapto Cepu obat diuretik. efektifitas
Jawa Tengah Beberapa sumber meninggikan
menyebutkan bahwa extremitas bawah
pengurangan udem sebesar 15°
ekstremitas bawah
dapat dilakukan
dengan cara
memeberikan posisi
supinasi dengan kaki
lebih tinggi dari
badan.

Anda mungkin juga menyukai