PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) merupakan
kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang
kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan
tubuh (Saferi & Mariza, 2013).
Penderita gagal jantung atau CHF di Indonesia pada tahun 2012 menurut
data dari Kementerian Kesehatan mencapai 14.449 jiwa penderita yang
menjalani rawat inap di rumah sakit. Hal serupa juga dibenarkan oleh
Rubeinstein (2007) bahwa sekitar 44 % pasien Medicare yang dirawat dengan
diagnosis CHF akan dirawat kembali pada 6 bulan kemudian.
Pada umumnya CHF diderita lansia yang berusia lebih dari 50 tahun,
CHF merupakan alasan yang paling umum bagi lansia untuk dirawat di rumah
sakit (usia 65 – 75 tahun mencapai persentase sekitar 75 % pasien yang dirawat
dengan CHF). Resiko kematian yang diakibatkan oleh CHF adalah sekitar 5-10
% per tahun pada kasus gagal jantung ringan, dan meningkat menjadi 30-40%
pada gagal jantung berat. Menurut penelitian, sebagian besar lansia yang
didiagnosis menderita CHF tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun (Kowalak,
2011).
Apabila pasien CHF tidak diberikan asuhan keperawatan yang baik dan
benar, akan terjadi komplikasi sistemik yang akan semakin memperpendek
umur pasien.
Karena latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien Ny. J dengan CHF di ruangan Multazam 3 Rumah
Sakit Muhammadiyah Bandung.
1
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif kepada
pasien Ny. J dengan gangguan sistem kardiovaskular: CHF di ruangan
Multazam 3 Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada pasien Ny. J dengan gangguan
sistem kardiovaskular: CHF di ruangan Multazam 3 Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung
b. Dapat menegakan diagnosa keperawatan pada pasien Ny. J dengan
gangguan sistem kardiovaskular: CHF di ruangan Multazam 3 Rumah
Sakit Muhammadiyah Bandung
c. Dapat menentukan intervensi pada pasien Ny. J dengan gangguan
sistem kardiovaskular: CHF di ruangan Multazam 3 Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung
d. Dapat melakukan implementasi pada pasien Ny. J dengan gangguan
sistem kardiovaskular: CHF di ruangan Multazam 3 Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung.
e. Dapat melakukan evaluasi pada pasien Ny. J dengan gangguan sistem
kardiovaskular: CHF di ruangan Multazam 3 Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I Klien dengan kelainan jantung tetapi tanpa pembatasan Disfungsi ventrikel kiri
aktivitas fisik yang asimtomatik
II Klien dengan kelainan jantung yang menyebabkan
Gagal jantung ringan
sedikit pembatasan aktivitas fisik
III Klien dengan kelainan jantung yang menyebabkan
Gagal jantung sedang
banyak pembatasan aktivitas fisik
IV Klien dengan gangguan jantung yang segala bentuk
Gagal jantung berat
aktivitas fisiknya akan menyebabkan keluhan
3
4
3. Etiologi
Penyebab gagal jantung menurut Saferi & Mariza (2013) :
a. Meningkatkan preload : regurgitasi oarta, cacat septum ventrikel
b. Meningkatkan afterload : stenosis aorta, hypertensi sistemik
c. Menurunkan kontraktilitas ventrikel : IMA, kardiomiopati
d. Gangguan pengisian ventrikel : stenosis katup antrioventrikuler,
pericarditif konstriktif, tamponade jantung
e. Gangguan sirkulasi: Aritmia melalui perubahan rangsangan listrik yang
melalui respon mekanis
f. Infeksi sistemik/ infeksi paru : respon tubuh terhadap infeksi akan
memaksa jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan metabolisme
yang meningkat
g. Emboli paru, yang secara mendadak akan meningkatkan resistensi
terhadap ejaksi ventrikel kanan
4. Anatomi Jantung
a. Anatomi Jantung
4) Mudah lelah
Terjadi akibat curah jantung yang kurang, menghambat jaringan
dari srikulasi normal dan oksigen serta menurunya pembuangan sisa
hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang di
gunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distress
pernafasan dan batuk.
5) Ronkhi
6) Gelisah dan Cemas
Terjadi akibat gangguan oksigen jaringan, stress akibat kesakitan
berfasan dan pengetahuan bahkan jantung tidak berfungsi dengan
baik.
b. Gagal jantung kanan
Menyebabkan peningkatan vena sistemik.
Gejala :
1) Oedem perifer
2) Peningkatan BB
3) Distensi vena jugularis
4) Hepatomegali
5) Asites
6) Pitting edema
7) Anoreksia
8) Mual
9
6. Patofisiologi
7. Komplikasi
Menurut Saferi & Mariza (2013) komplikasi pada gagal jantung yaitu:
a. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri
b. Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat
penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke
organ vital (jantung dan otak)
10
c. Episode trombolitik
Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi
dengan aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh darah.
d. Efusi perikardial dan tamponade jantung
Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan
perikardium sampai ukuran maksimal. CPO menurun dan aliran balik
vena kejantung menuju tomponade jantung.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Saferi & Mariza (2013), pemeriksaan pada gagal jantung adalah
sebagai berikut:
a. Foto thorok dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung yang
disertai adanya pembendungan cairan diparu karena hipertensi
pulmonal. Tempat adanya infiltrat precordial kedua paru dan efusi
pleura.
b. Laboratorium mengungkapkan penurunan Hb dan hematokrit. Jumlah
lekosit meningkat, bila sangat meninggi mungkin memperberat jantung.
Keadaan asam basa tergantung pada keadaan metabolisme, masukan
kalori, keadaan paru dan fungsi ginjal, kadar natrium darah sedikit
menurun walaupun kadar natrium total bertambah. Berat jenis urine
meningkat. Enzim hepar mungkin meningkat dalam kongesti hepar.
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksi dengan peningkatan PCO2. BUN dan kreatinin menunjukan
penurunan perfusi ginjal. Albumin/ transferin serum mungkin menurun
sebagai akibat penurunan masukan protein atau penurunan sintesis
proteindalam hepar mengalami kongesti. Kecepatan sedimentasi
menunjukan adanya inflamasi akut.
c. Ultrasonography (USG) merupakan gambaran cairan bebas dalam
rongga abdomen, dan gambaran pembesaran hepar dan lien.
Pembesaran hepar dan lien kadang sulit diperiksa secara manual saat
disertai asites.
11
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien gagal jantung biasanya
didapatkan kesadaran yang baik atau compos mentis dan akan
berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem
saraf pusat.
13
2) Aktivitas/istirahat
Gejala:
a) keletihan/kelelahan terus-menerus sepanjang hari
b) Insomnia, nyeri dada dengan aktivitas
c) Dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga
Tanda :
a) gelisah, perubahan status mental, misal: letargi
b) Tanda vital berubah pada aktivitas
3) Sirkulasi
Gejala :
a) Riwayat hipertensi, infark miokard baru/akut, episode gagal
jantung kronik sebelumnya, penyakit katup jantung, bedah
jantung, endokaritis, SLE, anemia, syok septik, bengkak pada
kaki, telapak kaki, abdomen.
b) Tanda : TD: mungkin rendah (gagal pemompaan); norma (GJK
ringan atau kronis) atau tinggi (kelebihan beban
cairan/peningkatan TVS)
c) Tekanan nadi: mungkin sempit, menunjukkan penurunan
volume sekuncup frekuensi jantung: takikardia (gagal jantung
kiri)
d) Irama jantung: disritmia
e) Bunyi jantung: S3 (gallop), S4 dapat terjadi, S1 dan S2 mungkin
melemah murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan
adanya stenosis katup atau insufisiensi.
7) Hygiene
Gejala : keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan
diri
Tanda : penampilan menandakan kelalaian perawatan personal
8) Neurosensori
15
Gejala :
a) Perubahan dalam fungsi mental
b) Kehilangan kekuatan/tonus otot
c) Kulit lecet
2. Diagnosa keperawatan
a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardial, perubahan frekuensi, irama, perubahan
struktural
b. Penurunan perfusi jaringan yang berhubungan dengan menurunnya
curah jantung, hipoksemia jaringan, asidosis
c. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan kongesti paru,
hipertensi pulmonal, penurunan perfusi perifer yang mengakibatkan
asidosis dan penuruan curah jantung
d. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan umum, tirah
baring lama / immobilisasi, ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dengan kebutuhan
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit yang berhubungan
dengan kurangnya pemahaman
f. Resiko tinggi terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
imobilitas, efek tekanan, gesekan.
3. Intervensi keperawatan
a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardial, perubahan frekuensi, irama, perubahan
struktural
Tujuan : Mempertahankan stabilitas hemodinamik.
Kriteria Hasil : Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat
diterima, bebas gejala gagal jantung, misalnya :
hemodinamik dalam batas normal, haluaran urin adekuat. Melaporkan
penurunan episode dispnea, angina.
Intervensi :
1) Auskultasi nadi apikal : kaji frekuensi irama jantung
17
Intervensi :
1) Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas
2) Catat cardiopulmonal terhadap aktivitas, catat : takikardia, nyeri,
dispnea, berkeringat, pucat
3) Kaji presipitator / penyebab kelemahan, contoh pengobatan, nyeri,
obat
4) Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas
5) Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit yang berhubungan
dengan kurangnya pemahaman
Tujuan : Memahami tentang penyakitnya
Kriteria Hasil : Mengidentifikasi hubungan terapi (program
pengobatan) untuk menurunkan episode berulang dan mencegah
komplikasi, melakukan perubahan pola hidup
Intervensi :
1) Diskusikan pentingnya pembatasan natrium
2) Diskusikan pentingnya menjadi seefektif mungkin tanpa menjadi
kelelahan dan istirahat diantara aktivitas
3) Diskusikan obat, tujuan dan efek samping
4) Jelaskan dan diskusikan peran pasien dalam mengontrol faktor
resiko (contoh : merokok) dan faktor pencetus atau pemberat
(contoh : diet tinggi garam, tidak aktif / terlalu aktif)
5) Bahas ulang tanda / gejala yang memerlukan perhatian medik,
contoh peningkatan berat badan cepat, edema, nafas pendek,
peningkatan kelelahan, batuk, demam
f. Resiko tinggi terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
imobilitas, efek tekanan, gesekan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kerusakan
integritas kulit
Kriteria Hasil : Tidak mengalami kerusakan kulit, tidak terdapat daerah
yang kemerahan
20
Intervensi :
1) Jaga kulit tetap bersih dan kering setelah dibersihkan
2) Jaga suhu dan kelembaban lingkungan
3) Inspeksi kulit terhadap adanya kemerahan
4) Berikan pelumas pada kulit
5) Masase kulit dan rubah posisi
6) Hindarkan tekanan pada kulit dan otot-otot yang menonjol dengan
lotion setiap 2 jam
7) Bila pasien tirah baring, rubah posisi pasien setiap 1 sampai 2 jam
8) Ajarkan pasien untuk merubah posisi bila memungkinkan
9) Jangan masase pada daerah yang kemerahan
10) Tinggikan kaki untuk mencegah edema
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas
a) Identitas Pasien
Nama : Ny. J
Umur : 77 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Caringin Dalam No. 125 RT 03/RW 03
Kel. Babakan Ciparay Kec. Babakan
Ciparay
Tanggal Masuk RS : 18 Desember 2017
Tanggal Pengkajian : 20 Desember 2017
Diagnosa Medis : CHF
No Medrec : 710947
21
22
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Klien mengeluh sesak nafas.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
(1) Riwayat keluhan utama
Pada saat dilakukan pengkajian pada hari Senin (18 Desember
2017), klien mengeluh sesak napas. Sesak terasa berat sampai
sulit untuk berbicara. Hasil pemeriksaan TTV: TD: 130/80
mmHg, N: 80x/menit, S: 36,0°C, R: 27x/menit. Terdapat
edema pada ekstremitas klien, pitting edema +2. Klien
terpasang nasal kanul dengan oksigen 5 L/menit.
(2) Riwayat saat masuk rumah sakit
Adik klien mengatakan klien sudah sesak dan bengkak sejak 2
minggu yang lalu (4 Desember 2017). Klien datang ke poli
penyakit dalam Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung untuk
kontrol penyakitnya dan dokter menyarankan klien untuk
dirawat inap. Tetapi ruanngan kelas 2 dan kelas 1 sudah penuh
sehingga klien baru dirawat pada hari Senin (18 Desember
2017).
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adik klien mengatakan bahwa klien memiliki penyakit hipertensi
sejak 10 tahun yang lalu. Dan dirawat 5 kali sejak tahun 2015
karena penyakit jantung yang dideritanya.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adik klien mengatakan orang tua klien memiliki riwayat hipertensi.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Tingkat Kesadaran :
GCS : 15 (E: 4 , M: 6 , V: 5)
BB sebelum sakit : Tidak Terkaji
BB saat ini : Tidak Terkaji
23
gigi bawah tidak ada) uvula berada ditengah tidak ada pembesaran
tonsil, saat diinspeksi daerah abdomen datar, terdapat bising usus
10x/menit, saat dipalpasi abdomen normal, tidak ada benjolan.
Berat badan tidak terkaji, pasien belum BAB selama di rumah sakit
pasien, porsi makan diet lembek.
f) Sistem Perkemihan
Pada saat dikaji pasien terpasang chateter hari pertama
dengan output urine 100 cc. Tidak terdapat nyeri pukul pada ginjal.
g) Sistem Muskuloskeletal
(1) Ekstremitas atas
Kedua tangan simetris, tidak ada massa atau lesi, klien
terpasang IV line di lengan kanan dengan cairan dextrose 5%,
ROM tangan kanan dan kiri aktif, kekuatan otot 4, refleks
bisep (+/+), refleks trisep (+/+), turgor kulit (+), CRT 2 detik,
akral dingin dan edema ditangan kanan.
(2) Ekstremitas bawah
Kedua kaki simetris, terdapat bulae pada tungkai kiri, edema
(+) pitting edema 3 mm, sensasi kulit (+), turgor kulit
(+),ROM kaki kanan dan kiri aktif, kekuatan otot 4, refleks
patella (+/+), refleks achiles (+/+), refleks babinski (-), CRT 2
detik, akral dingin.
h) Sistem Endokrin
Pada saat dikaji, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah
bening pada klien.
i) Sistem Reproduksi
Tidak Terkaji
j) Sistem Saraf Pusat
(1) Fungsi Serebral dan Kortikal
Orientasi klien dengan waktu, tempat, dan lingkungan
minimal, tingkat kesadaran pasien Compos Mentis dengan
GCS 15 (E:4 , M: 6 , V: 5 )
25
b. Minum
Air putih
Jenis Air putih
5-6x sehari
Frekuensi Tidak ada
5-6x sehari
Keluhan Tidak ada
2. Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1 hari sekali
Konsistensi Lunak
Warna Kuning
Keluhan Tidak ada Belum BAB
b. BAK
Frekuensi 5-6 kali/hari Terpasang chateter
Warna Kuning jernih
Tidak ada
Keluhan
3. Istirahat Tidur
a. Siang Tidak bisa
Tidak Terkaji
b. Malam tidur/istirahat karena
Tidak Terkaji
sesak
4. Personal Hygiene
a. Mandi 2x/hari Diseka oleh keluarga
b. Keramas 1x/hari Diseka oleh keluarga
c. Gosok gigi 2x/hari Belum gosok gigi
5. Aktivitas
a. Merokok Tidak merokok Tidak merokok
b. Minuman beralkohol Tidak minum alkohol Tidak minum alkohol
(2)Data Psikologis
(a) Status emosi dan gaya komunikasi
Klien tidak dapat berkomunikasi lama dikarenakan sesak
yang dirasakannya, tetapi saat pasien sehat pasien
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda dalam berkomunikasi sehari-hari.
(b)Konsep diri
(1)Body image
Tidak terkaji
(2)Harga diri
Tidak Terkaji
(3)Ideal diri
Tidak Terkaji
(4)Peran diri
Klien sudah tidak mempunyai suami dan anak hanya
tinggal dengan adiknya.
(5)Koping kehidupan
Tidak Terkaji
(3) Data Spiritual
Tidak Terkaji
4) Data Penunjang
a) Hasil Pemeriksaan Radiologi
Pada tanggal 18 Desember 2017
Hasil :
Kesimpulan : Cardiomegali dengan bendungan paru
Cor : Tidak tampak pneumoni atau TB Paru aktif
b) Hasil Laboratorium
Pada tanggal 18 Desember 2017, pukul 13.31 WIB
28
Tabel 3.2 Hasil Laboratorium Tanggal 18 Desember 2017, pukul 13.31 WIB
NILAI KET
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
NORMAL
HEMATOLOGI
DIABETES
FUNGSI GINJAL
ELEKTROLIT
5) Terapi Farmakologis
Tabel 3.3 Terapi Farmakologis
5 Nebulizer 15
29
6) Analisa Data
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas jantung.
b. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi.
c. Ketidakefektifan pola nafas b.d kegagalan jantung.
3. Intervensi Keperawatan
No Dx Kep Tujuan Intervensi
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan Pengaturan hemodinamik:
b.d perubahan keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. Monitor tingkat kesadaran klien
kontraktilitas jantung keefektifan pompa jantung dapat 2. Monitor tanda-tanda vital klien
DS: dipertahankan dengan kriteria hasil: 3. Monitor edema perifer, distensi
- Klien mengeluh - Tekanan darah dalam rentang vena jugularis, bunyi jantung,
sesak napas normal (110-120/80-90 mmHg) dispnea, penambahan berat badan
DO: - Urin output 1000 cc/24 jam 4. Monitor hasil EKG klien
- TD: 130/80 mmHg, - Pitting edema 2 mm 5. Monitor kadar elektrolit klien
R: 27x/menit, N: - Akral hangat 6. Monitor intake output dan berat
80x/menit badan klien
- Konjungtiva anemis 7. Minimalkan stres lingkungan
1 - Kulit sedikit pucat 8. Tinggikan kepala 30° dan kaki 15°
- Akral dingin tempat tidur secara bergantian
- Urine output 100 cc 9. Ajarkan klien dan keluarga tentang
- JVP 2,5 cm tanda-tanda peringatan dini
- Terpasang oksigen hemodinamik (dispnea, sangat
nasal kanul 5 L/menit kelelahan, pusing, penurunan berat
- Hasil radiologi 18 badan secara tiba-tiba)
Desember 2017: 10.Kolaborasi dengan dokter untuk
Cardiomegali dengan pemberian obat inotropik, obat
bendungan paru kontraktilitas dan obat antiaritmia.
11.Monitor efek obat pada klien
Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan Manajemen elektrolit/cairan
b.d gangguan mekanisme keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. Monitor tanda-tanda vital klien
regulasi status jantung paru klien dapat 2. Monitor kadar elektrolit klien
DS: dipertahankan dengan kriteria hasil : 3. Monitor intake output dan berat
- Klien mengeluh - Tekanan darah dalam rentang badan klien
sesak nafas normal (110-120/80-90 mmHg) 4. Monitor perubahan status jantung
DO: - Nadi dalam rentang normal (60- paru
- TD: 130/80 mmHg, 100x/menit) 5. Berikan cairan IV yang adekuat
R: 27x/menit, N: - Urin output 1000 cc/24 jam 6. Batasi cairan klien 1,5-2 L/hari
2 80x/menit - Pitting edema 2 mm 7. Kolaborasi dengan dokter untuk
- Terdapat edema pada pemberian diuretik dan suplemen
ekstremitas klien elektrolit
- Pitting edema 3 mm
- Urine output 100 cc
- Hasil radiologi 18
Desember 2017:
Cardiomegali dengan
bendungan paru
Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Monitor pernafasan
nafas b.d kegagalan keperawatan selama 2 x 24 jam, 1. Monitor kecepatan, irama,
3
jantung status pernapasan dapat kedalaman dan kesulitan bernafas
31
1. Implementasi
Tgl Jam Dx Kep Implementasi Paraf & Nama Jelas
18/12-2017 15.00 II - Memasang IV cateter pada lengan kiri klien
dengan cairan Dextrose 5%
16.00 II - Memberikan terapi farmakologi Lasix 40 mg
melalui IV
I, II - Melakukan observasi TTV dan monitor intake
output klien
TD: 130/80 mmHg, N: 80x/mnt, R:
27x/mnt, S: 36,0°C
Intake: 400 cc, output: 600 cc.
19/12-2017 08.00 I - Merekam aktivitas jantung klien (EKG) dengan
hasil ST depresi pada V5
I - Mengobservasi pitting edema klien: 4 mm
10.00 I, II - Melakukan observasi TTV dan monitor intake
output klien
TD: 110/70 mmHg, N: 47x/mnt, R:
25x/mnt, S: 36,1°C
Intake: 500 cc, output: 800 cc.
16.00 II - Memberikan terapi farmakologi Lasix 40 mg
melalui IV
- Melakukan observasi TTV dan monitor intake
output klien
32
2. Evaluasi
DX II
S : Klien mengeluh sesak nafas
O:
- TTV ; TD: 130/80 mmHg, N: 80x/mnt, R: 27x/mnt,
S: 36,0°C
- Intake: 500 cc, output: 800 cc
- Pitting edema 3 mm
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital klien
- Monitor kadar elektrolit klien
- Monitor intake output dan berat badan klien
- Monitor perubahan status jantung paru
- Berikan cairan IV yang adekuat
- Batasi cairan klien 1,5-2 L/hari
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik
dan suplemen elektrolit.
DX III
S : Klien mengeluh sesak nafas
O:
- TTV ; TD: 130/80 mmHg, N: 80x/mnt, R: 27x/mnt,
S: 36,0°C
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum teratasi
34
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernafas
- Monitor saturasi oksigen klien
- Auskultasi suara nafas klien
19/12-2017 14.00 DX I
S : Klien mengeluh sesak nafas
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 47x/mnt, R: 25x/mnt, S:
36,1°C
- Intake: 400 cc, output: 600 cc
- Pitting edema 3 mm
- Hasil EKG ST depresi pada V5
A : Masalah penurunan curah jantung belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor tingkat kesadaran klien
- Monitor tanda-tanda vital klien
- Monitor edema perifer, distensi vena jugularis, bunyi
jantung, dispnea, penambahan berat badan
- Monitor hasil EKG klien
- Monitor kadar elektrolit klien
- Monitor intake output dan berat badan klien
- Minimalkan stres lingkungan
- Tinggikan kepala 30° dan kaki 15° tempat tidur
secara bergantian
- Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda-tanda
peringatan dini hemodinamik (dispnea, sangat
kelelahan, pusing, penurunan berat badan secara tiba-
tiba)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
inotropik, obat kontraktilitas dan obat antiaritmia.
- Monitor efek obat pada klien
DX II
S : Klien mengeluh sesak nafas
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 47x/mnt, R: 25x/mnt, S:
36,1°C
- Intake: 400 cc, output: 600 cc
- Pitting edema 3 mm
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital klien
- Monitor kadar elektrolit klien
- Monitor intake output dan berat badan klien
- Monitor perubahan status jantung paru
- Berikan cairan IV yang adekuat
- Batasi cairan klien 1,5-2 L/hari
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik
dan suplemen elektrolit.
DX III
S : Klien mengeluh sesak nafas
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 47x/mnt, R: 25x/mnt, S:
35
36,1°C
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernafas
- Monitor saturasi oksigen klien
- Auskultasi suara nafas klien
21.00 DX I
S : Klien mengeluh sesak nafas
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 40x/mnt, R: 25x/mnt, S:
36,0°C
- Intake: 100 cc, output: 400 cc
- Pitting edema 3 mm
A : Masalah penurunan curah jantung belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor tingkat kesadaran klien
- Monitor tanda-tanda vital klien
- Monitor edema perifer, distensi vena jugularis, bunyi
jantung, dispnea, penambahan berat badan
- Monitor hasil EKG klien
- Monitor kadar elektrolit klien
- Monitor intake output dan berat badan klien
- Minimalkan stres lingkungan
- Tinggikan kepala 30° dan kaki 15° tempat tidur
secara bergantian
- Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda-tanda
peringatan dini hemodinamik (dispnea, sangat
kelelahan, pusing, penurunan berat badan secara tiba-
tiba)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
inotropik, obat kontraktilitas dan obat antiaritmia.
- Monitor efek obat pada klien
DX II
S : Klien mengeluh sesak nafas
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 40x/mnt, R: 25x/mnt, S:
36,0°C
- Intake: 100 cc, output: 400 cc
- Pitting edema 3 mm
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital klien
- Monitor kadar elektrolit klien
- Monitor intake output dan berat badan klien
- Monitor perubahan status jantung paru
- Berikan cairan IV yang adekuat
- Batasi cairan klien 1,5-2 L/hari
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik
dan suplemen elektrolit.
36
DX III
S : Klien mengeluh sesak nafas
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 40x/mnt, R: 25x/mnt, S:
36,0°C
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernafas
- Monitor saturasi oksigen klien
Auskultasi suara nafas klien
20/12-2017 14.00 DX I
S:-
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 84x/mnt, R: 27x/mnt, S:
35,4°C
- GCS 10 (E: 3, M: 5, V: 2)
- Klien terpasang NRM 8L.menit
- Intake: 2 sendok, output: 400 cc
- Klien terpasang selang NGT
- Pitting edema 4 mm
A : Masalah penurunan curah jantung belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor tingkat kesadaran klien
- Monitor tanda-tanda vital klien
- Monitor edema perifer, distensi vena jugularis, bunyi
jantung, dispnea, penambahan berat badan
- Monitor hasil EKG klien
- Monitor kadar elektrolit klien
- Monitor intake output dan berat badan klien
- Minimalkan stres lingkungan
- Tinggikan kepala 30° dan kaki 15° tempat tidur
secara bergantian
- Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda-tanda
peringatan dini hemodinamik (dispnea, sangat
kelelahan, pusing, penurunan berat badan secara tiba-
tiba)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
inotropik, obat kontraktilitas dan obat antiaritmia.
- Monitor efek obat pada klien
DX II
S:-
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 84x/mnt, R: 27x/mnt, S:
35,4°C
- Intake: 2 sendok, output: 400 cc
- Pitting edema 4 mm
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital klien
- Monitor kadar elektrolit klien
- Monitor intake output dan berat badan klien
- Monitor perubahan status jantung paru
- Berikan cairan IV yang adekuat
37
DX III
S:-
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 84x/mnt, R: 27x/mnt, S:
35,4°C
- Klien terpasang NRM 8L/menit
- Saturasi oksigen: 81%
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernafas
- Monitor saturasi oksigen klien
- Auskultasi suara nafas klien
21.00 DX I
S:-
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 76x/mnt, R: 27x/mnt, S:
37,3°C
- GCS 3 (E: 1, M: 1, V: 1)
- Intake: 250 cc, output: 600 cc
- Pitting edema 4 mm
- Klien dinyatakan meninggal pada pukul 17.45 WIB
A : Masalah penurunan curah jantung belum teratasi
P : Intervensi dihentikan
DX II
S:-
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 76x/mnt, R: 27x/mnt, S:
37,3°C
- Intake: 250 cc, output: 600 cc
- Pitting edema 4 mm
- Klien dinyatakan meninggal pada pukul 17.45 WIB
A : Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
P : Intervensi dihentikan
DX III
S:-
O:
- TD: 110/70 mmHg, N: 76x/mnt, R: 27x/mnt, S:
37,3°C
- Klien dinyatakan meninggal pada pukul 17.45 WIB
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum teratasi
P : Intervensi dihentikan
38
B. Pembahasan
Pada klien ditemukan tanda dan gejala clubbing finger, clubbing finger
sendiri adalah suatu pertambahan jaringan lunak pada bagian distal jari-jari
tangan atau kaki. Hal ini terjadi sebagai respons terhadap hipoksemia arteri,
suatu zat humoral yang tidak diketahui menyebabkan terjadinya dilatasi
pembuluh darah jari-jari tangan atau kaki. Volume digit terminal dapat
meningkat karena adanya peningkatan jaringan ikat vaskular dan perubahan
kualitas jaringan ikat vaskular, walaupun beberapa kasus telah dikaitkan
dengan taji tulang pada phalanx terminal (Mutaqqin, 2012).
Terdapat edema pada ekstremitas klien, hal ini disebabkan karena
penurunan curah jantung terutama ke ginjal mengaktifkan renin-angiotensin-
aldosteron (RAA) yang menyebabkan retensi natrium dan air sehingga terjadi
air terjebak di interstisial dan mengikuti arah gravitasi sehingga muncul edema
pada ekstremitas. Akibat dari aktivasi RAA juga akan meningkatkan reabsorbsi
natrium dan air oleh tubulus ginjal sehingga ekskresi urin menurun, volume
plasma meningkat, dan tekanan hidrostatik meningkat sehingga memperburuk
edema klien (Mutaqqin, 2012).
Tekanan darah dan nadi klien menurun dapat diakibatkan karena
penurunan yang bermakna dari curah sekuncup sehingga mengaktifkan saraf
simpatis. Adanya vasokontriksi perifer mengurangi tekanan nadi (perbedaan
antara tekanan sistolik dan diastolik) sehingg menghasilkan denyut yang lemah
atau thready pulse. Selain itu, pada gagal jantung kiri yang berat dapat timbul
pulsus alternans (suatu perubahan kekuatan denyut arteri). Pulsus alternans
menunjukan gangguan fungsi mekanis yang berat dengan berulangnya variasi
denyut ke denyut pada curah sekuncup (Mutaqqin, 2012).
Pada hasil laboratorium darah tanggal 18 Desember 2017 ditemukan
bahwa trombosit klien turun hingga 102.000 sel/mm3. Hal ini disebabkan oleh
efek dari pemberian obat CPG, yang dimana fungsi obat CPG sendiri adalah
untuk mengencerkan darah (anti-koagulan). Anti-koagulan akan menurunkan
platelet dalam darah sehingga menyebabkan penurunan trombosit. Nilai
elektrolit seperti natrium, kalium dan clorida juga ikut menurun dikarenakan
39
Pada tanggal 20 Desember 2017 pukul 17.30 WIB klien apnea, perawat
ruangan segera bergegas mengukur tekanan darah, saturasi oksigen serta
pengecekan nadi dan pernafasan. Perawat memberikan pertolongan pernafasan
melalui ambubag, tetapi ambubag tidak berfungsi dengan maksimal ditandai
dengan tidak mengembangnnya dada klien dan kantung udara pada ambubag
tidak mengembang. Selama pemberian pertolongan klien tidak diberikan
resusitasi jantung paru (RJP) dan obat-obatan vasopresure seperti adrenalin
tidak diberikan. Ketika dokter jaga datang, dokter menyarankan untuk
pengecekan EKG pada klien. Hasil EKG flat dan pupil sudah midriasis
maksimal. Pada pukul 17.45 WIB klien dinyatakan meninggal oleh dokter jaga.
Manajemen kegawatdaruratan pada pasien menurut AHA (2015) bagi petugas
kesehatan adalah 1) pengawasan dan pencegahan, 2) pengenalan dan
pengaktifan sistem tanggap darurat (CODE BLUE), 3) CPR berkualitas tinggi
secepatnya, 4) defibrilasi cepat, 5) bantuan hidup lanjutan dan perawatan
pasca-serangan jantung.
A. Kesimpulan
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
untuk mensuplai oksigen dan nutrisi ke jaringan untuk memenuhi keperluan-
keperluan tubuh.
Asuhan keperawatan pada klien dengan gagal jantung adalah suatu
tindakan keperawatan mulai dari pengkajian data, menentukan diagnosa yang
muncul, membuat rencana tindakan, lalu mengimplementasikan dan terakhir
mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan berdasarkan kala yang sedang
klien hadapi. Pada Ny. J dapat ditegakkan 3 masalah yaitu penurunan curah
jantung b.d perubahan kontraktilitas jantung, kelebihan volume cairan b.d
gangguan mekanisme regulasi dan ketidakefektifan pola nafas b.d kegagalan
jantung. Setelah dilakukan tindakan selama 3 hari, klien dinyatakan meninggal
dunia pada pukul 17.45 WIB sehingga intervensi dihentikan.
B. Saran
Disarankan untuk perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien
gagal jantung untuk memperhatikan beberapa hal, yaitu :
1. Menghitung secara ketat intake dan output klien agar tidak memperparah
edema klien.
2. Memonitor Analisa Gas Darah (AGD) klien gagal jantung, terutama
apabila telah muncul tanda sianosis, penurunan saturasi oksigen, dan
penurunan kesadaran.
3. Mengaplikasikan manajemen kegawatdaruratan yang direkomendasikan
oleh AHA (2015) sebagai acuan untuk mempertahankan rantai hidup klien
yang mengalami henti nafas dan henti jantung.
42
DAFTAR PUSTAKA
Cipto dkk Efektifitas Responden Pada kondisi gagal 20 pasien gagal Data penelitian Hasil penelitian
(2013) Posisi Tidur penelitian ini jantung, pasien sering jantung grade 1, dianalisis dengan menunjukan bahwa
Kaki Lebih sebanyak 20 orang mengalami udem 2, dan 3 uji ‘Paired t-test’ posisi kaki lebih
Tinggi 15° yang dipilih ekstremitas bawah diberikan posisi (rancangan pre- tinggi 15° selama 1-2
Terhadap dengan dikarenakan terdapat kaki lebih tinggi post), yaitu jam efektif untuk
Penurunan menggunakan hambatan aliran balik 15° selama ½-2 menguji menurunkan derajat
Oedema pendekatan teknik darah ke ventrikel jam efektifitas suatu oedema pada pasien
Extremitas purposive kanan. Tindakan perlakuan gagal jantung.
Bawah Pada sampling utama yang dilakukan terhadap suatu
Pasien Gagal untuk mengatasi besaran variabel
Jantung di kondisi ini, biasanya yang ingin
Rumah Sakit hanya dilakukan ditentukan, dalam
Dr. R. dengan cara memberi hal ini adalah
Soeprapto Cepu obat diuretik. efektifitas
Jawa Tengah Beberapa sumber meninggikan
menyebutkan bahwa extremitas bawah
pengurangan udem sebesar 15°
ekstremitas bawah
dapat dilakukan
dengan cara
memeberikan posisi
supinasi dengan kaki
lebih tinggi dari
badan.