Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai hingga 13
persen dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari
seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki. Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat
sekitar 213.380 kasus baru pada tahun 2007 dan 160.390 kematian akibat kanker paru.
Berdasarkan laporan profil kanker WHO, kanker paru merupakan penyumbang insidens
kanker pada laki- laki tertinggi di Indonesia, diikuti oleh kanker kolorektal, prostat, hati
dan nasofaring, dan merupakan penyumbang kasus ke-5 pada perempuan, setelah kanker
payudara, serviks-uteri, kolorektal, ovarium. Kanker paru merupakan penyebab pertama
kematian pada kanker pada laki-laki (21.8%), dan penyebab kematian kedua (9.1%)
kanker pada perempuan setelah kanker payudara (21.4%).
Hasil penelitian berbasis rumah sakit dari 100 RS di Jakarta, kanker paru
merupakan kasus terbanyak pada laki-laki dan nomor 4 terbanyak pada perempuan tapi
merupakan penyebab kematian utama pada laki-laki dan perempuan. Data hasil
pemeriksaan di laboratorium Patalogi Anatomik RSUP Persahabatan kanker paru
merupakan lebih dari 50 persen kasus dari semua jenis kanker yang didiagnosa. Data
registrasi kanker Rumah Sakit Dharmais tahun 2003-2007 menunjukkan bahwa kanker
trakea, bronkus dan paru merupakan keganasan terbanyak kedua pada pria (13,4%)
setelah kanker nasofaring (13,63%) dan merupakan penyebab kematian akibat kanker
terbanyak pada pria (28,94%).
Berdasarkan data dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI-RSUP
Persahabatan, angka kasus baru kanker paru meningkat lebih dari 5 kali lipat dalam
waktu 10 tahun terakhir, dan sebagian besar penderita datang pada stage lanjut (IIIB/IV).
Penderita kasus baru kanker paru yang berobat di RSUP Persahabatan mencapai lebih
dari 1000 kasus per tahun.
Kanker paru memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah.
Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang tidak
sederhana dan memerlukan pendekatan yang erat dan kerja sama multidisiplin.
Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan
penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh
kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat
menyembuhkannya. Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kanker paru ?
2. Apa saja klasifikasi dari kanker paru ?
3. Apa etiologi dari kanker paru ?
4. Bagaimana patofisiologi dari kanker paru ?
5. Bagaimana WOC dari kanker paru ?
6. Apa saja manifestasi klinis pada kanker paru ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kanker paru ?
8. Apa saja penatalaksanaan pada kanker paru ?
9. Apa saja pencegahan pada kanker paru ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien kanker paru ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari kanker paru ?
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari kanker paru ?
3. Untuk mengetahui apa etiologi dari kanker paru ?
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari kanker paru ?
5. Untuk mengetahui bagaimana WOC dari kanker paru ?
6. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis pada kanker paru ?
7. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada kanker paru ?
8. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan pada kanker paru ?
9. Untuk mengetahui apa saja pencegahan pada kanker paru ?
10. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien kanker paru ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru. Kanker paru merupakan
abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru (WHO).
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan
paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok.
Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru merupakan penyebab kematian
utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita
Karsioma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa mestatasis atau lesi primer.
Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan bahwa bersifat epithelia dan
berasal dari mukosa percabangan bronkus.(muttaqin,2008)

2.2 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan TNM (tumor,nodus, dan metastase).
1. T: T0:tidak tampak tumor
T1:diamter tumor <3cm,tanpa invasi ke bronkus
T2: diameter <3cm, dapat di sertai atelektatis dan pneumonitis, namun
berjarak lebih dari 2cm dari karina,serta belum ada efusi pleura.
T3: tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah dekat
karina dan ataudi sertai efusi pleura.
2. N: N0: tidak di didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional.
N1: terdapat penjalaranke kelenjar limfe hilus ipsilateral.
N2: terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau kontralateral.
N3: terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
3. M: M0: tidak terdapat metastase jauh.
M1: sudah terdapat metastase jauh ke organ-organ lain.
2.3 Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih belum
diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan – bahan
karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan
predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis.
A. Merokok
Merupakan penyebab utama Ca paru. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah
ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru
(karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali
lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang
sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan
perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan
dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan
tumor.
B. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan
penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru)
berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga
merupakan agen etiologi operatif.
C. Zat-zat yang terhirup ditempat kerja .
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur
nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru
hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga
mengalami peningkatan insiden. Contoh : radon, nikel, radiasi dan arsen.
D. Polusi Udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari
pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen
dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. Contoh: Polusi udara, pemaparan
gas RT, asap kendaraan / pembakaran.
E. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
1. Proton oncogen.
2. Tumor suppressor gene.
3. Gene encoding enzyme.

2.4 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen sub bronkus menyebabkan
silia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Pengendapan
karsinogen ini menyebabkan metaplasia, hiperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hiperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa
timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra
(Linda, 2006).
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di
bagian distal. Gejala-gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptisis , dyspnea,
demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat terdengar pada auskultasi (Linda, 2006).
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya
metastasis, khususnya pada hati. Metastasis kanker paru dapat terjadi ke struktur-struktur
terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, perikardium, otak, tulang rangka (Linda,
2006).
2.5 Woc

MEROKOK BAHAYA INDUSTRI

BAHAN KARSINOGENIK
MENGENDAP

MENGENDAPA
SEHINGGA EPITEL SILIA DAN MUKOSA /ULSERASI
BRONKUKUS

HIPERPLASI,METAPLASI

CA PARU

ADENOKASINOMA KARSINOMA,SEL
SKUAMOSADA

MENGANDUNG IRITASI
MUKUS

HIMOPTISIS

MENYUMBAT
JALAN NAFAS ANEMIS
GANGGUAN
PERTUKARAN
SESAK GAS
PENUMPUKAN KELELAHAN
MUKUS N
ANOREKSIA
A
BERSIHAN JALAN INTOLERANSI
NAFAS TIDAK AKTIVITAS
EFEKTIF NUTRISI KURANG
DARI KEBUTUHAN
2.6 Manifestasi Klinis
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis.
Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. Gejala-gejala dapat
bersifat (Amin et al, 2006) :
A. Lokal (tumor tumbuh setempat) :
 Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
 Hemoptisis
 Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas
 Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
 Ateletaksis
B. Invasi lokal
 Nyeri dada
 Dispnea karena efusi pleura
 Invasi ke perikardium → terjadi tamponade atau aritmia
 Sindrom vena cava superior
 Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis )
 Suara serak, karena penekanan pada nervous laryngeal recurrent
 Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis
servikalis
C. Gejala Penyakit Metastasis
 Pada otak, tulang, hati, adrenal
 Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan diagnostik pada penderita kanker paru:
( Sumber: Slamet, 2001 )
1. Radiologi.
a. Foto thorax posterior-anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan
massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau
vertebra.
b. Pemeriksaan Computed Tomography (CT Scan) dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI)
Pemeriksaan CT scan pada thoraks dapat mendeteksi kelainan atau nodul
dengan diameter minimal 3 mm, serta untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru
dan pleura
c. Positron Emission Tomography (PET) untuk dapat membedakan tumor benigna
dan melignant berdasarkan perbedaan biokimia dalam metabolisme glukosa,
protein, dan asam nukleat. Tumor yang berdiameter kurang dari 1 cm sulit dideteksi
dengan PET.
d. Pemeriksaan Bone Scanning
Dilakukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis ke tulang.
e. Pemeriksaan Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe)
- Dilakukan bila klien ada keluhan batuk
- Digunakan sebagai skrining diagnosis dini kanker paru
f. Pemeriksaan Histopatologi
- bronkoskopi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus, memungkinkan visualisasi,
pencucian bagian, dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik
dapat diketahui)
- Ultrasound Bronchoscopy untuk mendeteksi tumor perifer, endobronkial,
kelenjar getah bening mediastinum dan lesi daerah hilus
- Trans-Bronchial Needle_Aspiration (TBNA) untuk nodul getah bening dihilus
atau mediastinum
g. Trans Torakal Biopsi
Dilakukan untuk lesi perifer dengan ukuran kurang dari 2 cm. dapat
menyebabkan komplikasi pneumothoraks dan hemoptisi, sensitivitasnya mencapai
90 – 95 %.
h. Torakoskopi
Dilakukan untuk tumor yang letaknya di permukaan pleura visceralis.
Komplikasi yang terjadi sangat kecil.
i. Mediastinoskopi
Dilakukan untuk mendapatkan tumor metastasis ke mediastinum melalui
kelenjar getah bening.
j. Torakotomi
Untuk diagnostik kanker paru yang dilakukan bila prosedur non invasif dan
invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
k. Pemeriksaan Serologi atau Tumor Marker
l. Sinar-X dada dilanjutkan dengan biopsi dugaan lesi.

2.8 Penatalaksanaan
a Pembedahan (PDPI, 2003)
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
 Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkonfirmasi diagnosis tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsi.
 Pneumonektomi pengangkatan paru
Karsinoma bronkogenik bila aman dengan lobektomi tidak semua lesi
bisa diangkat.
 Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiektasis atau
bula emfisematosa, abses paru, infeksi jamur dan tumor jinak
tuberkulosis.
 Resesi segmental.
Merupakan pengangkatan atau atau lebih segmen paru.
 Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan-bahan fibrin dari pleuraviseral.
b Radiasi (PDPI, 2003)
Radioterapi dilakukan pada beberapa kasus, sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant atau paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi atau penekanan terhadap pembuluh darah atau
bronkus. Tindakan radiasi sering merupakan darurat yang harus dilakukan untuk
meringankan keluhan penderita, seperti sindroma vena kava superior, nyeri tulang
akibat invasi tumor ke dinding dada dan metastasis tumor di tulang atau otak.
Penetapan kebijakan radiasi pada KPKBSK di tentukan beberapa faktor
1. Stadium penyakit
2. Status tampilan
3. Fungsi paru
Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus diketahui :
 Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan
 Penilaian batas sayatan oleh ahli Patologi Anatomi (PA)
Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000 -6000 cGy, dengan cara
pemberian 200 cGy/x, 5 hari perminggu. • Syarat standar sebelum penderita
diradiasi adalah :
1. Hb > 10 g%
2. Trombosit > 100.000/mm3
3. Leukosit > 3000/dl
 Radiasi paliatif diberikan pada group yang kurang baik, yakni :
1. PS < 70
2. Penurunan BB > 5% dalam 2 bulan
3. Fungsi paru buruk.
c Kemoterapi (PDPI, 2003)
Pemberian kemoterapi pada semua kasus kanker paru. Syarat utama harus
ditentukan. Jenis histologis tumor dan tampilan (performance status) harus lebih
dan 60 menurut skala Karnosfky atau 2 menurut skala WHO. Kemoterapi
dilakukan dengan menggunakan beberapa obat anti kanker dalam kombinasi
regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu, penggunaan 1 jenis obat anti kanker
dapat dilakukan.
Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen
kemoterapi adalah:
1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
2. Respons obyektif satu obat antikanker 15%
3. Toksisitas obat tidak melebihi grade 3 skala WHO
4. Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 siklus
pada penilaian terjadi tumor progresif.
Regimen untuk Karsinoma Bukan Sel Kecil adalah :
1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
2. PE (sisplatin atau karboplatin + etoposid)
3. Paklitaksel + sisplatin atau karboplatin
4. Gemsitabin + sisplatin atau karboplatin
5. Dosetaksel + sisplatin atau karboplatin
 Persyaratan pasien Kemoterapi (Linda, 2006)
Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan kelemahan yang
apabila diberikan kemoterapi dapat terjadi efek samping yang tidak dapat
dielakkan, sebelum memberikan kemoterapi harus dipertimbangkan :
1. Menggunakan kriteria Eastren Cooperative Oncology Group
(ECOG) yaitu status penampilan < 2.
2. Jumlah lekosit lebih dari 3000/ml.
3. Jumlah trombosit lebih dari 120.000/ul.
4. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misalnya Hb lebih
dari 10 gr%.
5. Kliren kreatinin diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam).
6. Bilirubin kurang dari 2 ml/dl, SGOT dan SGPT dalam batas
normal.
7. Elektrolit dalam batas normal.
8. Mengingat toksisitas obat sebaiknya tidak diberikan diatas
umur 70 tahun.
Status penampilan penderita ini mengambil indikatorn kemampuan pasien,
di mana penyakit kanker semakin berat pasti akan mempengaruhi penampilan
pasien. Hal ini juga menjadi factor prognostik dan faktor yang menetukan pilihan
terapi yang tepat pada pasien sesuai dengan status penampilannya.
Skala Status Penampilan Menurut ECOG ialah :
 Grade 0 :
Masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas dan
pekerjaan sehari-hari.

 Grade 1 :
Hambatan pada pekerjaan berat, namun masih mampubekerja kantor
ataupun pekerjaan rumah yang ringan.
 Grade 2 :
Hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50 % waktunya untuk tiduran dan
hanya bisa mengurus perawatan dirinyasendiri, tidak dapat melakukan
pekerjaan lain.
 Grade 3 :
Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu, lebih dari 50 % waktunya
untuk tiduran.
 Grade 4 :
Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun, hanya dikursi atau
tiduran terus.
Kemoterapi dapat diberikan jika memenuhi syarat antara lain keadaan
umum baik skala Karnofsky diatas > 70, fungsi hati, ginjal dan homeostatik
(darah) baik dan masalah finansial dapat diatasi. Syarat homeostatik yang
memenuhi syarat ialah : HB >10 gr%, leukosit > 4000/dl, trombosit >100000/dl
(PDPI 2005).
 Tampilan umum berdasarkan skala Karnofsky dan WHO (PDPI 2005)
SKALA GRADE PENGERTIAN
90-100 0 Dapat beraktivtas normal, tanpa keluhan yang menetap
70-60 1 Dapat beraktivitas normal tetapi ada keluhan berhubungan
dengan sakitnya.
50-70 2 Membutuhkan bantuan pada orang lain untuk beraktivitas
spesifik
30-50 3 Sangat tergantung pada bantuan orang lain untk aktivitas
rutin.
10-30 4 Tidak dapat bangkit dari tempat tidur

2.9 Pencegahan
Menurut CDC (2010), pencegahan dari kanker paru ada empat,yaitu :
A. Berhenti Merokok
Dengan berhenti merokok, akan menurunkan resiko terjadinya kanker paru
dibandingkan dengan tidak berhenti merokok sama sekali. Semakin lama seseorang
berhenti merokok, maka akan semakin baik kesehatannya disbanding mereka yang
merokok. Bagaimanapun, risiko bagi mereka yang berhenti merokok tetap lebih besar
dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok.
B. Menghindari menghisap rokok orang lain ( secondhand smoke)
C. Membuat lingkungan kerja dan rumah aman dari gas radon
D. Menurut EPA (Environmental Protection Agency ), setiap rumah disarankan untuk
dites apakah ada gas radon atau tidak.
E. Mengkonsumsi buah dan sayuran yang banyak. Konsumsi buah dan sayuran yang
banyak akan membantu melindungi dari kanker paru.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Contoh kasus

Bapak A (48tahun) adalah seorang tukang parkir di sebuah pertokoan. Setiap hari
Bapak A menjaga parkir dari pagi sampai malam. Kebiasaan Bapak A sambil menunggu
kendaraan di parkiran adalah merokok 2 bungkus sehari. Akhir-akhir ini Bapak A
mengeluh sesak nafas dan batuknya berdahak. Beliau mengatakan mudah lelah saat
memindahkan kendaraan.. Saat ini Bapak A datang ke rumah sakit untuk memeriksakan
keadaannya yang semakin bertambah buruk. Bapak A diduga mengalami gangguan pada
paru-parunya. Ners P yang bertugas di poliklinik melakukan pengkajian sistem respirasi
dan pengkajian Gordon. Hasil yang didapatkan adalah BB/TB : 58 kg/168 cm, TD :
130/90 mmHg, N : 90 x/menit, RR : 30x/menit, WPK < 2 detik. Uji diagnostik juga
dilakukan untuk mengetahui kemungkinan gangguan pada sistem respirasinya.

3.2 Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : A
Umur : 50 tahun
Alamat : Jln mawar
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pekerjaan : Tukang parkir
Diagnosa Medis : Ca Paru
Tanggal Pengkajian : 15 Oktober 2016
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : sesak napas dan nyeri dada
b. Riwayat Penyakit sekarang : kx masuk rumah sakit tanggal 5 januari akibat
mengalami keluhan sesak nafas , nyeri dada , batuk , tidak nafsu makan , penurunan
berat badan,cepat letih .
c. Riwayat Kesehatan terdahulu : Kx mengatakan pernah masuk rumah sakit karena
penyakit bronkitis . keluarga klien mengatakan bahwa kx mempunyai riwayat
peminum /alkohol dan merokok, kx biasa merokok kurang lebih 1 bungkus rokok
perhari , kx mulai merokok sejak umur 18 tahun .
d. Riwayat Kesehatan keluarga : tidak ada keluarga yang menderita penyakit keturunan
yang umum nya menyerang seperti DM , Asma , Hipertensi .
e. Riwayat Psikososial : Pekerjaan Bapak A sebagai seorang tukang parkir di sebuah
pertokoan besar, sehingga setiap hari sering terpapar asap kendaraan dan debu
jalanan. Lingkungan rumahnya sempit, kurang ventilasi udara, sinar matahari sedikit
masuk
3. Pola Kesehatan Fungsional
a. Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan sangat penting. Namun, karena terhalang masalah
ekonomi maka Bapak A memilih untuk menggunakan obat-obat tradisional yaitu
jahe. Pasien juga merupakan perokok berat.

b. Pola nutrisi dan Metabolik


Pasien mulai kehilangan nafsu makan ketika dia merasakan sesak nafas dan
setelahnya. Klien memilih untuk merokok daripada makan, sehingga klien mengeluh
berat badannya turun
c. Pola cairan dan metabolik
Pasien jarang minum air putih dan lebih sering minum teh .
d. Pola istirahat dan tidur
Tidur malamnya terganggu karena beliau berjualan sampai larut malam
e. Pola Aktivitas dan latihan
Klien bekerja aktif sebagai seorang pedagang kaki lima. Walaupun sakit beliau tetap
bekerja karena tuntutan ekonomi. Pasien masih bisa merawat dirinya sendiri meski
tidak selincah dulu.
f. Pola Eliminasi.
Pasien mengatakan pola BAK 3 kali sehari dan BAB 1x sehari.
g. Pola Persepsi dan Kognitif
Pasien tidak mengalami gangguan sensasi seperti pendengaran, penglihatan,
pengecapan, peraba maupun penghidu.
h. Pola reproduksi dan seksual
Pasien adalah seorang ayah, dengan 1 orang istri dan memilki 4 orang anak (3 SMK,
2 MTS, 5 MI dan 3 MI). Umur bapak Y 50 tahun. Sejak 3 bulan yang lalu dahaknya
semakin parah dan sesak nafasnya sering kambuh, serta mudah lelah sehingga gairah
seksualnya menurun.
i. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan bisa beraktivitas tanpa terganggu
penyakitnya. Pasien merasa malu apabila dia tidak bisa bekerja dan harus
membebankan keuangan keluarga pada istrinya yang bekerja sebagai tukang pijat.
j. Pola Mekanisme Koping
Pasien merupakan orang yang bersifat tertutup dan suka menyelesaikan masalahnya
sendiri tanpa berbagi dengan orang lain. Bila dia marah atau putus asa maka dia akan
mengalihkan perhatiannya dengan merokok
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Pasien menganut agama Islam. Dia selalu menjalankan ibadahnya dengan taat.

4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan pasien : sesak napas dan nyeri dada
b. Kesadaran menurun
c. Pemeriksaan TTV :
1) Tekanan darah : 130/90
2) Suhu tubuh : 37,5C
3) RR : 30x/menit
4) Nadi : 90x/menit
5. Pengukuran Antropometri
a. BB : 58 kg
b. TB : 168 cm
c.
6. Pemeriksaan Fisik Head To Toe

a. Keadaan Umum
Kesadaran klien composmentis, Vital Sign TD 130/90 mmHg, Nadi 90x/menit,
Respirasi 30x/menit, Suhu 37,50 C
b. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Ketidakmampuan melakukan aktifitas kebiasaan secara rutin, sesak nafas
karna melakukan aktifitas.
Tanda: Pasien lesu
c. Sirkulasi
Gejala : Terdapat sindrom vena kava superior (cubbing finger), terjadi aritmia,
Takikardi, Jari tabuh.
d. Integritas Ego
Gejala : perasaan takut, menolak kondisi yang berat atau potensial keganasan
Tanda : kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang
e. Eliminasi
Gejala : di area yang hilang timbul (ketidakseimbangan hormonal karsinoma sel
kecil).
f. Makanan / Cairan
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan
makanan, kesulitan menelan, haus atau peningkatan masukan cairan.
Tanda : kurus, kerempeng atau penampilan kurang bobot, edema wajah atau leher,
dada, punggung ( obstruksi vena kava), edema wajah atau periordital (
ketikaseimbangan hormonal, kalsinoma sel kecil )
g. Nyeri
Gejala : Nyeri dada(tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap
lanjut) dimana dapat atau tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi, nyeri
bahu atau tangan( khususnya pada sel besar atau adenokalsioma), nyeri tulang
atau sendi: erosi kapilago sekunder terhadap peningkatan hormone pertumbuhan (
sel besar atau adenokarsinoma), nyeri abdomen hilang timbul.
h. Pernafasan
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan produksi
sputum, napas pendek, pekerja yang terpajan polutan, debu industry, serak,
paralisis pita suara, riwayat merokok
Tanda : Dipsnea, meningkat dengan kerja, peningkatan fremitus
taktil(menunjukan konsuladisasi), krekels atau mengik pada
inspirasi/ekspirasi(gangguan aliran udara), krekels atau mengik menetap,
penyimpanan trakeal (area yang mengalami lesi), hemoptisis
i. Keamanan
Tanda: Demam mungkin ada(sel besar atau adenokarsinoma), kemerahan, kulit
pucat(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
j. Seksualitas
Tanda : Dinekomastia(perubahan horman neopplastik, karsinoma sel besar),
Amenorea/Impoten(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga:kanker atau khususnya paru,
tuberculosis,kegagalan untuk membaik.
Pertimbangan Rencana Pemulangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat:
11hari, bantu transportasi, pengobatan, tindakan, perawatan diri pemeliharaan
rumah,
3.3 ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1 DS: Merokok bersihan jalan nafas
 Pasien mengatakan tidak efektif
merasaka sakit pada
dadanya Bahan karsinogenik
DO: mengendap
 Pasien batuk tidak efektif
 Suara bernapas pasien
abnormal ,Terdengar suara Ulserasi bronkus
mengi saat bernapas
 Sianosis
 Mukus berlebih Hiperplasi
 RR:30x/menit
 N:90x/menit
Ca paru
 S:37,5⁰C
 TD:130/90 mmHg
Adenokarsinoma

Mengandung mucus

Penumpukan mukus
2 DS: Merokok Gangguan perukaran
 Pasien menggatakan pusing gas
 Pasien mengatakan
penghilatan kabur Bahan karsinogenik
DO: mengendap
 Pasien tampak gelisah
 Kedalaman inspirasi
 Kesadaran pasien menurun Ulserasi bronkus
 Wajah pasien tampak pucat
kebiruan
Hiperplasi
 Napas cuping hidung
 Takikardi
 Terdapat bunyi nafas
tambahan(whezzing) Ca paru
 RR:30x/menit
 N:90x/menit
 S:37,5⁰C Karsinoma,Sel
 TD:130/90 mmHg Skuamosada

Iritasi

himoptisis
3 DS: Merokok defisit nutrisi
 Pasien mengeluh lemah
 Klien mengatakan tidak
nafsu makan Bahan karsinogenik
 Pasien mengatakan makan mengendap
habis 5-6 sendok dari porsi
RS
 Pasien mengatakanBb Ulserasi bronkus
sebelum sakit 61 kg
sedangkan selama sakit
turun menjadi 58 kg Hiperplasi
DO:
 Wajah pucat
 Kunjungtiva anemis Ca paru
 TD:130/90 mmHg
 N:90x/menit
Adenokarsinoma
 S: 37,5⁰C
 RR:30x/menit
Mengandung mucus

Penumpukan mucus

Sesak

Anoreksia

4 DS: Merokok Intoleransi aktivitas


 Pasien mengatakan lemas
karena kelelaha
 Pasien mengatakan sesak Bahan karsinogenik
DO: mengendap
 Pasien tampak pucat dan
sianosis
 Nafas pasien tampak cepat Ulserasi bronkus
 TD:130/90 mmHg
 N:90x/menit
Hiperplasi
 S: 37,5⁰C
 RR:30x/menit
Ca paru
Karsinoma,Sel
Skuamosada

Iritasi

Himoptisis

Anemis

Kelelahan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan mucus


2. Gangguan pertukaran gas b.d himoptisis
3. Deficit nutrisi b.d anoreksia
4. Intoleran aktivitas b.d kelelahan
3.4 INTERVENSI
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan O2 menggunakan
nafas tidak efektif keperawatan dalam waktu nasal untuk memfasilitasi
b.d penumpukan 3x24 jam diharapkan suksion nasotrakeal.
mucus masalah intoleransi aktivitas 2. Anjurkan pasien untuk
dengan kriteria hasil : istirahat dan napas setelah
1. Mendemostrasikan batuk kateter di keluarkan dari
efektif dan suara nafas nasotrakeal.
yang bersih,tidak ada 3. Monitor status oksigen
sianosis dan dyspneu. pasien.
2. Menunjukan jalan nafas 4. Ajarkan keluarga
yang paten(irama dan bagaimana cara melakukan
frekuensi nafas suksion.
normal,tidak ada suara 5. Posisikan pasien untuk
nafas abnormal. memaksimalkan ventilasi.
3. Mampu 6. Keluarkan mukus dengan
mengidentifkasikan dan batuk atau suksion.
mencegah factor yang 7. Auskultasi suara nafas,catat
dapat menghambat jalan adanya suara tambahan.
nafas.
Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk
pertukaran gas b.d keperawatan dalam waktu memaksimal kan ventilasi.
himoptisis 3x24 jam diharapkan 2. Keluarkan mucus dengan
masalah intoleransi aktivitas batuk atau suksion.
dengan kriteria hasil : 3. Auskultasi suara nafas,catat
1. Mendemonstrasikan adanya suara tambahan.
penigkatan vertilasi dan 4. Monitor respirasi dan status
oksigenasi yang adekuat. oksigen.
2. Memelihara kebersihan 5. Gunakan pendekatan yang
paru dan bebas dari menyenangkan.
tanda-tanda distress 6. Monitor tanda tanda vital.
pernapasan.
3. Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas bersih,tidak ada
sianosis dan dyspneu.
4. TTV dalam rentan
normal.
Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi makanan
anoreksia keperawatan dalam waktu 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
3x24 jam diharapkan untuk meningkatkan intake
masalah intoleransi aktivitas Fe .
dengan kriteria hasil : 3. Anjurkan pasien untuk
1. Adanya peningkatan berat meningkatkan protein dan
badan 3 kg. vitamin c .
2. Tidak ada tanda-tanda 4. Yakinkan diet yang di
malnutrisi. makan mengandung tinggi
3. Tidak ada penuruanan serat untuk mencegah
berat badan yang berarti. konstipasi .
4. Menunjukkan fungsi 5. Berikan makanan yang
pegecapan dari menelan . terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi.
6. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
7. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori .
8. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi .
9. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapat nutrisi
yang diperlukan
menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
Intoleran aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan klien untuk
b.d kelelahan keperawatan dalam waktu membatasi aktifitas yang
3x24 jam diharapkan berat
masalah intoleransi aktivitas 2. Beri kesempatan klien
dengan kriteria hasil : untuk istirahat tidur dan
1. klien mendapatkan aktifitas yang tenang.
istirahat yang optimal 3. Kolaborasikan dengan
2. klien tampak segar dan tenaga rehabilitasi medik
dapat beraktifitas dalam merencanakan
dengan baik. program terapi yang tepat.
3. Berpartisipasi dalam 4. Bantu klien untuk
aktivitas fisik tanpa mengidentifikasi aktivitas
disertai peningkatan yang mampu dilakukan.
tekanan darah, nadi, dan 5. Bantu klien membuat
RR. jadwal latihan di waktu
4. Mampu melakukan luang.
aktivitas sehari-hari.
5. Tanda-tanda vital
normal.
6. Mampu berpindah dengan
atau tanpa bantuan alat.

3.5 IMPLENTASI
NO Diagnosa keperawatan Implementasi paraf
1 Bersihan jalan nafas 1. memberikan O2 menggunakan nasal
tidak efektif b.d untuk memfasilitasi suksion
penumpukan mucus nasotrakeal.
2. menganjurkan pasien untuk istirahat
dan napas setelah kateter di keluarkan
dari nasotrakeal.
3. memonitor status oksigen pasien.
4. mengajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan suksion.
5. memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi.
6. mngeluarkan mukus dengan batuk
atau suksion.
7. mengauskultasi suara nafas,catat
adanya suara tambahan.
2 Gangguan pertukaran 1. memposisikan pasien untuk
gas b.d himoptisis memaksimal kan ventilasi.
2. mengeluarkan mucus dengan batuk
atau suksion.
3. mengauskultasi suara nafas,catat
adanya suara tambahan.
4. memonitor respirasi dan status
oksigen.
5. menggunakan pendekatan yang
menyenangkan.
6. memonitor tanda tanda vital.

3 Defisit nutrisi b.d 1. mengaji adanya alergi makanan .


anoreksia 2. berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
meningkatkan intake Fe .
3. menganjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan vitamin c .
4. meyakinkan diet yang di makan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi .
5. memberikan makanan yang terpilih
(sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi).
6. mengajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian.
7. memonitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori .
8. memberikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi .
9. mengkaji kemampuan pasien untuk
mendapat nutrisi yang diperlukan
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
4 Intoleran aktivitas b.d 1. menganjurkan klien untuk membatasi
kelelahan aktifitas yang berat.
2. memberi kesempatan klien untuk
istirahat tidur dan aktifitas yang
tenang.
3. berkolaborasi dengan tenaga
rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi yang
tepat.
4. membantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan.
5. membantu klien membuat jadwal
latihan di waktu luang.
3.6 EVALUASI
tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi
Bersihan jalan nafas tidak efektif DS:
b.d penumpukan mucus DO:

Gangguan pertukaran gas b.d DS:


himoptisis DO:

Defisit nutrisi b.d anoreksia DS:


DO:
Intoleransi aktivitas b.d kelelahan DS:
DO:

Anda mungkin juga menyukai