PENDAHULUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
endokrin yaitu Diabetes Gestasional.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
1. Definisi Diabetes Gestasional
2. Klasifikasi Diabetes Gestasional
3. Etiologi Diabetes Gestasional
4. Patofisiologi Diabetes Gestasional
5. WOC Diabetes Gestasional
6. Manifestasi klinisDiabetes Gestasional
7. Komplikasi Diabetes Gestasional
8. Pemeriksaan diagnostik Diabetes Gestasional
9. PenatalaksanaanDiabetes Gestasional
10. Asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Gestasional
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Diabetes militus gestasional adalah intoleransi glukosa yang dimulai atau baru ditemukan
pada waktu hamil. Tidak dapat dikesampingkan kemungkinan adanya intoleransi glukosa
yang tidak diketeahui yang muncul seiring kehamilan. Selain ibu melahirkan, keadaan DMG
sering akan kembali keregulasi glukosa norma. (Sarwono, 2014)
Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme yang bersifat kronis dengan
karakteristik 11 hiperglikemia. Berbagai komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah
yang tidak terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nefropati,
dan gangrene (Perkeni, 2011)
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi DM Gestasional menurut (Mitayani, 2013) yaitu :
1. Kelas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.
2. Kelas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil.
3. Kelas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh
darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pembuluh darah panggul dan pembuluh
darah perifer.
2.3 Etiologi
Etiologi DMG menurut (Sarwono,2014)
1. Resistensi Insulin adalah kondisi di mana insulin - hormon yang disekresi oleh pankreas
untuk mengontrol level gula darah dalam tubuh- tidak lagi bekerja dengan semestinya.
2. Faktor Predisposisi
a. Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
b. Genetik
c. Meningkatnya hormon antiinsulin seperti glukogen, kortisol, dan epineprin.
d. Obat-obatan.
e. Wanita obesitas
f. Kerusakan atau kelainan pankreas sehingga kekurangan produksi insulin
2.4 Patofisiologi
Sebagian kehamilan ditandai dengan adanya retistensi insulin dan hiperinsulinia, yang
pada beberapa perempuan akan terjadi factor predisposisi untuk terjadinya DM selama
kehamilan. Resistensi ini berasal dari hormone diabetogenik hasil sekresi plasenta yang
terdiri atas hormon pertumbuhan (growth hormon) corticotrophin releasing hormon, plasenta
lactogen dan progesterone. Hormon ini dan perubahan endokrinologi serta metabolik akan
menyebabkan perubahan dan menjamin pasokan bahan bakar dan nutrisi ke jaringan
sepanjang waktu. Akan terjadi diabetes militus gestasional apabila fungsi pankreas tidak
cukup untuk mengatasi keadaan resistensi insulin yang diakibatkan oleh perubahan hormon
diabetogenik selama kehamilan.
Kadar glukosa yang meningkat pada ibu hamil sering menimbulkan dampak yang kurang
baik terhadap bayi yang dikandungnya. Bayi yang lahir dari ibu DM biasanya lebih besar,
dan bisa jadi juga pembesaran dari organ organnya (hepar,kelenjar adrenal, jantung). Segera
setelah bayi lahir bayi dapat mengalami hipoglikemia karena produksi insulin janin yang
meningkat, sebagai reaksi terhadap kadar glukosa ibu yang tinggi. Oleh karena itu, setelah
bayi dilahirkan, kadar glukosanya perlu dipantau dengan ketat.
Ibu hamil penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan meningkatkan resiko
terjadinya keguguran atau bayi lahir mati. Bila diagnosis DM sudah dapat ditegakkan
sebelum kehamilan, tetapi tidak terkontrol dengan baik, maka janin beresiko mempunyai
kelainan kongenital. (Sarwono, 2014)
Sel Beta Rusak / Terganggu Commented [K2]: DM sel Beta sajakah yg terganggu
Trs bagaimana dg sel alva
Hiperglikemia
Urgensi
MK : Resiko Nafsu Makan
Cidera Janin
MK :
Berat Badan Gangguan
Eliminasi
Urin
Kebutuhan
Metabolisme
MK : Resiko
Defisit Nutrisi
Kelemahan
MK : Intoleransi
Aktivitas
2.7 Komplikasi
Dampak komplikasi diabetes gestasional untuk janin (ADA, 2015) :
1. Kematian dini janin
Salah satu dampak yang paling serius yang berhubungan dengan komplikasi diabetes
gestasional adalah diabetes ketoasidosis. Ketoasidois pada ibu diabetes gestasional
merupakan peningkatan keasaman darah yang disebabkan oleh kadar glukosa darah yg
tinggi.Dampaknya, tingkat kematian dini janin meningkat sebesar 50% dari komplikasi ini
karena fungsi sistem enzim janin tidak dapat hidup di lingkungan asam yang tinggi.
2. Cacat bawaan
Dampak ketoasidosis gestasional selain kematian dini janin adalah risiko cacat lahir
bawaan. Risiko ini terjadi pada 5 sampai 10 persen dari seluruh kehamilan di mana
diabetes gestasional adalah faktor utama. Penelitian medis telah menunjukkan bahwa
peningkatan risiko cacat lahir bawaan disebabkan oleh banyak faktor seperti kadar gula
darah tinggi selama awal kehamilan.Minimnya pengetahuan tentang kontrol kehamilan
dapat memengaruhi proses pembelahan sel saat pembuahan. Pada tahap pembuahan,
semua organ janin terbentuk hanya dalam hitungan menit. Jika ibu mengalami
ketoasidosis gestasional, ini akan memengaruhi pembentukan organ janin sehingga
menagkibatkan cacat bawaan lahir seperti spina bifida ( cacat tulang belakang),
munculnya lubang dijantung, hingga bibir sumbing.
3. Bayi lahir besar
Makrosomia atau bayi lahir besar merupakan pertumbuhan abnormal akibat penyimpanan
lemak berlebihan pada janin. Makrosomia disebabkan jumlah besar glukosa dari ibu
diabetes gestasional melintasi plasenta menyebabkan pankreas janin memproduksi insulin
dalam volume besar.Pasokan lebih dari insulin menyebabkan hiperinsulinisme dan
hiperglikemia yang merupakan faktor utama pada bayi makrosomia. Bayi yang menderita
kondisi ini tidak dapat dilahirkan dengan normal karena ukurannya yang besar sehingga
operasi cesar harus dilakukan. Kadang, bayi dengan terpaksa dilahirkan lebih awal (
kelahiran prematur)
4. Sindrom gangguan pernafasan
Kadar insulin janin tinggi ( hiperinsulinemia) juga berkontribusi terhadap sindrom
gangguan pernapasan di mana enzim yang dibutuhkan untuk produksi surfaktan
mengalami hambatan. Surfaktan adalah lapisan yang melapisi paru-paru dan
memungkinkan bayi untuk bernapas ketika mereka lahir.
5. Polycythemia
Risiko untuk bayi yang lahir dari ibu diabetes gestasional adalah polycythemia
(polisitemia), di mana banyak sel darah merah diproduksi. Kondisi ini mengakibatkan
ketidakmampuan darah ibu untuk melepaskan oksigen sehingga berefek pada kemampuan
hati janin untuk memetabolisme bilirubin yang sedang disintesis akibat sel darah merah yg
diproduksi secara berlebihan.
6. Distosia bahu
Kondisi ini terjadi di mana bahu bayi terjebak dalam panggul setelah kepala saat
kelahiran. Janin juga terikat tali pusar sehingga bidan dan perawat harus menggunakan
intervensi tambahan untuk melahirkan bayi dengan cepat dan aman.
7. Hipoglikemia neonatal
Ini adalah suatu kondisi di mana kadar gula darah bayi terlalu rendah setelah lahir. Jika
tidak diobati, hipoglikemia dapat menyebabkan kerusakan otak bayi dan menyebabkan
keterlambatan perkembangan tubuh dan keterlambatan berpikir anak.
8. Hiperbilirubinemia dan hipokalsemia
Hipokalsemia adalah suatu kondisi bayi yg terlalu sedikit kalsium dalam darah yang
disebabkan gangguan fungsi hormon paratiroid. Hiperbilirubinemia adalah bayi warna
kuning (penyakit kuning) yg terdeteksi secara klinis pada bayi baru lahir ketika tingkat
serum bilirubin lebih besar dari 85 umol / L, biasanya menimpa pada bayi prematur.
Dampak komplikasi diabetes gestasional pada ibu (ADA, 2015) :
1. Memiliki kesempatan yang lebih tinggi untuk bedah cesar.
2. Mengalami keguguran.
3. Tekanan darah tinggi atau preeklamsia.
4. Kelahiran lebih cepat.
5. Setelah proses kelahiran, akan memiliki risiko lebih tinggi obesitas dan diabetes tipe 2.
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada perempuan DMG menurut ( Sarwono, 2014) bertujuan untuk:
1. Melakukan penatalaksanaan kehamilan trimester III dalam upaya mencegah bayi lahir
mati atau asfiksia, serta menekan sekecil mungkin kejadian morbiditas ibu dan janin
akibat persalinan.
2. Memantau pertumbuhan janin secara berkala dan terus menerus (misalnya dengan USG)
untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan ukuran janin sehingga dapat
ditentukan saat dan cara persalinan yang tepat.
3. Memperkirakan maturitas (kematangan) paru-paru janin (misalnya dengan amnionsin
tesis) apabila ada rencana terminasi (SC) pada kehamilan 39 minggu
4. Pemeriksaan antenatal dianjurkan dilakukan sejak umur kehamilan 32 sampai 40
minggu. Pemeriksaan antenatal dilakukan terhadap ibu hamil yang kadar gula darahnya
tidak terkontrol, yang mendapat pengobatan insulin atau yang menderita hipertensi.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan nonstress tes, profil biofisik atau modifikasi
pemeriksaan profil biofisik seperti non stress tes dan indeks cairan amnion.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
“ DIABETES MILITUS GESTASIONAL”
Pasien mengatakan jika ibunya dulu memiliki penyakit diabetes militus dan
hipertensi.
GENOGRAM KELUARGA DM
1930an 1940an DM
DM DM DM DM
SAYA
Keterangan :
= perempuan
= laki-laki
= lahir mati
= meninggal
= pernikahan
HT = hipertensi
CVA = menderita stroke
DM = menderita diabetes militus
1. Riwayat Menstruasi :
Menarche : umur 13 Siklus : teratur ( √ ) tidak ( )
Banyaknya : 2-4 pembalut/hr Lamanya : 7 hari
HPHT : 15 November 2017 Keluhan : -
4. Riwayat Kehamilan Sekarang Commented [K8]: Komen sama dg K8
1. Melaksanakan KB : ( √ ) ya ( ) tidak
2. Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan :
( ) IUD ( √ ) Pil ( ) suntik ( ) Implant
( ) lain – lain. Sebutkan ……………………………………..
3. Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : Sejak menikah
4. Masalah yang terjadi : -
Masalah Keperawatan : tidak ada
7. Kebutuhan Dasar Khusus Commented [K11]: Di kebutuhan dasar ini bisa dimasukkan
ssi seting pasien saat ini dirumah sakit apa di t=rumah ????
No. Kebutuhan Khusus Sebelum Hamil Selama Hamil dengan Misal cara penulisannya
Seblm hamil dan selama hamil dg DM gestasional
DMG Atau
1. Pola nutrisi Selama dirumah dan seklama dirumah sakit????
c. Jenis makanan rumah nasi, lauk pauk,sayur nasi, lauk pauk,sayur dan
disukai /alergi/pantangan
2. Pola eliminasi
a. BAK
Frekwensi 3-4x/hari 5-8x/hari
Warna Kuning Kuning keorenans
Keluhan yang
berhubungan dengan BAK
b. BAB 1 x/hari 1 x/hari
Frekwensi Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Warna Khas Khas
Bau Lunak Padat
Konsistens - -
Keluhan
3. Pola personal Hygiene
a. Mandi
Frekwensi 2x/hari 1x/hari
Sabun Ya Ya
b. Oral hygiene
Frekwensi 3x/hari 1x/hari
Waktu Pagi, sore, setelah Pagi
makan
c. Cuci rambut
Frekwensi 3x/minggu 1x/minggu
Shampo Ya Ya
4. Pola istirahat dan tidur
8 jam/ hari 5 jam/hari
a. Lama tidur
Berdoa Berdoa
b. Kebiasaan sebelum
tidur
5. Pola aktifitas dan latihan
a. Kegiatan dalam Mengerjakan Tidak melakukan aktivitas
pekerjaan pekerjaan rumah
b. Waktu bekerja Pagi Tidak ada
c. Olah raga Ya Tidak
d. Kegiatan waktu luang Menonton TV Tidak Ada
e. Keluhan dalam Tidak Ada Tidak Ada
aktifitas -
8. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah Kesadaran : composmentis
TD : 140/90 mmHg Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 20 x/mnt Suhu : 36,5oC
Berat badan : 65 kg Tinggi badan : 159 cm
2. Pemeriksaan khusus
a) Heat to toe
Kepala
1) Inspeksi : Rambut bersih tidak ada ketombe
Mata
1) Inspeksi : Konjungtiva anemis
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tekanan intra okuler baik
Leher
1) Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid,tidak tampak ada
kekakuan.
Mamae
1) Inspeksi : Mamae simetris tidak ada benjolan, hypervigmentasi dan
puting susu menonjol
Sisitem respierasi
1) Inspeksi : Bentuk dada normal simetris kiri dan kanan, frekuensi
pernafasan 24x/mnit
Ekstremitas
Ekstremitas atas
1) Inspeksi : Tampak terpasang infuse, tidak ada cianosis pada kuku.
2) Palpasi : Tidak terdapat masa, tidak ada nyeri tekan,klien dapat
rasakan sentuhan
Ekstremitas bawah
1) Inspeksi: Klien dapat mendapatkan kedua kakinya tetapi
kekuatan ototnya berkurang, tidsak tampak ada kekakuan sendi,
tidak terdapat artrofi.
2) Palpasi : Tidak terdapat masa atau benjolan,tidak ada nyeri tekan.
3.7 Implementasi
NO DIAGNOSA IMPLENTASI TTD
1. Resiko defisit nutrisi 1. Menimbang berat badan setiap kunjungan
b/d kebutuhan prenatal.
metabolisme 2. Mengkaji masukan kalori dan pola makan
meningkat dalam 24 jam
3. Meninjau ulang dan berikan informasi
mengenai perubahan yang diperlukan pada
penatalaksanaan diabetic.
4. Meninjau ulang tentang pentingnya makanan
yang teratur bila memakai insulin.
5. Memperhatikan adanya mual dan muntah
khususnya pada trimester pertama.
6. Mengkaji pemahaman stress pada diabetic
7. Mengajarkan pasien tentang metode finger
stick untuk memantau glukosa sendiri
8. Meninjau ulang dan diskusikan tanda gejala
serta kepentingan hipo atau hiperglikemia
9. Menginstruksikan untuk mengatasi
hipoglikemia asimtomatik.
10. Menganjurkan pemantauan keton urine.
11. Berdiskusikan tentang dosis , jadwal dan tipe
insulin.
12. Menyesuaikan diet dan regimen insulin untuk
memenuhi kebutuhan individu.
13. Merujuk pada ahli gizi.
14. Mengobservasi kadar Glukosa darah.
2. Resiko cidera janin 1. Mengkaji control diabetik sebelum konsepsi.
b/d Besarnya ukuran 2. Menentukan klasifikasi white terhadap
janin diabetes
3. Mengkaji gerakan janin dan denyut janin setiap
kunjungan.
4. Mengobservasi tinggi fundus uteri setiap
kunjungan.
5. Mengobservasi urine terhadap keton
6. Memberikan informasi dan buatkan prosedur
untuk pemantauan glukosa dan
penatalaksanaan diabetes di rumah.
7. Memantauan adanya tanda tanda edema,
proteinuria, peningkatan tekanan darah.
8. Meninjau ulang prosedur dan rasional untuk
Non stress Test setiap minggu.
9. Meninjau ulang prosedur dan rasional untuk
tindakan amniosentesis
10. Mengkaji HbA1c setiap 2 – 4 minggu sesuai
indikasi.
11. Mengkaji kadar albumin glikosilat pada
getasi minggu ke 24 sampai ke 28 khususnya
pada ibu dengan resiko tinggi.
12. Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat
3 Gangguan eliminasi 1. Melakukan penilaian kemih yang konprehensif
urine b/d Urgensi berfokus pada inkontinensia (misalnya, output
urin, pola berkemih, fungsi kognitif, dan
masalah kencing praeksistem)
2. Memantau penggunaan obat dengan sifat anti
kolinergik atau properti alfa agonis
3. Memonitoring efek dari obat obatan yang
diresepkan, seperti kalsium channeblockers
dan antikolinergik
4. Memasukan kateter kemih
5. Menganjurkan pasien atau keluarga untuk
merekam output urin
6. Menginstruksikan cara-cara untuk menghindari
konstipasi atau impaksi tinja
7. Memantau asupan dan keluaran
8. Memantau tingkat distensi kandung kemih
dengan palpasi dan perkusi
9. Membantu untuk ke toilet secara berkala
10. Merujuk ke spesialis kontinensia kemih
4 Itoleransi aktivitas 1. Berkolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi
b/d Kelemahan medik dalam merencanakan program terapi
yang tepat
2. Membantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
3. Membantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi, dan sosial
4. Membantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktifitas yang diinginkan
5. Membantu klien untuk membuat jadwal latihan
di waktu luang
6. Membantu pasien untuk mengembankan
motivasi diri dan penguatan
7. Memonitor respon fisik, emosi, sosial, dan
spiritual
3.8 Evaluasi
NO TANGGAL/JAM EVALUASI TTD
1 15 februari 2018 S:
13:00 wib - Pasien mengatakan sudah tidak
mudah haus, keingginan untuk
berkemih berkurang, dan nafsu
makan berkurang
O:
- Pasien sudah tidak terlihat lemah
- Pasien sudah tidak sering lapar lagi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan interfensi 2, 3, 7, 10, 11, 12,
13,14
2 16 februari 2018 S:
09:00 wib - Pasien mengatakn nafsu makan
sudah berkurang tetapi berat badan
masih menurun
O:
- TD:110/80 mmHg
- N : 90 x/menit
- RR : 24 x/menit
- S : 36,5oC
- BB : 65
- GDS : 200 mg/dl
- Hb : 11 mg/dl
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 3, 4, 7, 10, 11, 12
3 17 februari 2018 S:
09:00 wib - Pasien mengatakan rasa haus dan
selalu igin berkemih berkurang
O:
- Pasien terlihat sudah tidak sering
pergi kekamar mandi
- Resistensi urine +
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 4, 5, 7, 10 Commented [K13]: Bagaimana caranya
4 18 februari 2018 S:
11:oo wib
- Pasien mengatakan suadah tidak
lemah dan bisa melakukan aktifiats
seperti biasanya
O:
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diabetes militus gestasional adalah intoleransi glukosa yang dimulai atau baru ditemukan
pada waktu hamil. Diabetes Melitus pada kehamilan dapat mengakibatkan dampak buruk
bagi sang ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya. Penyakit diabetes melitus yang
terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh
tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati membran sel.Faktor resiko ibu
hamil dengan diabetes melitus adalah riwayat keluarga dengan diabetes melitus, glukosuria
dua kali berturut-turut, obesitas, keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus
spontan), kelahiran anak sebelumnya besar, umur mulai tua.Hal yang terpenting dari
penanganan diabetes gestasional adalah mengontrol kadar gula dalam darah.
4.2 Saran
Bagi ibu hamil hendaknya mengatur pola makan dan porsi makan dengan benar,
menghindari makanan dan minuman yang mengandung glukosa berlebih, rutin berolahraga,
serta selalu rajin untuk kontrol gula darah, agar jika terdpat peningkaan gula darah yang
berlebih segera mendapat penanganan dari petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTKA
ADA (American Diabetes Asociation ). 2015. Diagnosis And Classification Of Diabetes Melitus.
Diabetes Care. USA: Ajuru El
Mitayani. 2013. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba
Nurahmani. 2012. Stop Diabetes Melitus. Yogyakarta: Familia
Perkeni. 2015. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, Perkeni,
Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: binapustaka
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia