Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Prediabetes merupakan suatu keadaan dimana kadar gula darah meningkat di atas normal
namun belum memenuhi kriteria diabetes melitus sedangkan Diabetes Melitus Gestasional
(DMG) adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertama kali
pada saat kehamilan sedang berlangsung (PERKENI, 2015). Keadaan ini biasa terjadi pada
saat 24 minggu usia kehamilan dan sebagian penderita akan kembali normal pada setelah
melahirkan. Pada hampir setengah angka kejadiannya, diabetes akan muncul kembali
(Nurrahmani, 2012).
Prediabetes dan diabetes melitus gestasional menjadi masalah global dilihat dari angka
kejadian dan dampak yang ditimbulkannya. diabetes melitus gestasional terjadi 7% pada
kehamilan setiap tahunnya. Prevalensi diabetes gestasional bervariasi yaitu 1%-14%. Angka
ini tergantung pada populasi yang diteliti dan kriteria penyaringan yang digunakan (ADA,
2015).
Diabetes melitus gestasional terjadi sekitar 4% dari semua kehamilan di Amerika Serikat,
dan 3-5% di Inggris (ADA, 2004). Prevalensi diabetes melitus gestasional di Eropa sebesar 2-
6%. Prevalensi prediabetes di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 10% sedangkan prevalensi
diabetes melitus gestasional di Indonesia sebesar 1,9%-3,6% pada kehamilan umumnya
(Soewardono dkk, 2011). Pada ibu hamil dengan riwayat keluarga diabetes melitus,
prevalensi diabetes gestasional sebesar 5,1% (Maryunani, Anik 2009). Angka ini lebih rendah
dari pada prevalensi di Negara Ingris dan Amerika Serikat. Meskipun demikian, masalah
diabetes gestasional di Indonesia masih membutuhkan penanganan yang serius melihat
jumlah penderita yang cukup banyak serta dampak yang ditimbulkan pada ibu hamil dan
janin.
Diabetes mellitus gestasional menjadi masalah kesehatan masyarakat sebab penyakit ini
berdampak langsung pada kesehatan ibu dan janin. Dampak yang ditimbulkan oleh ibu
penderita diabetes melitus gestasional adalah ibu berisiko tinggi terjadi penambahan berat
badan berlebih, terjadinya preklamsia, eklamsia, bedah sesar, dan komplikasi kardiovaskuler
hingga kematian ibu. Setelah persalinan terjadi, maka penderita berisiko berlanjut terkena
diabetes tipe 2 atau terjadi diabetes gestasional yang berulang padamasa yang akan datang.
Sedangkan bayi yang lahir dari ibu yang mengalami diabetes gestasional berisiko tinggi untuk
terkena makrosomia, trauma kelahiran. Selain itu, bayi berisiko tinggi untuk terkena
hipoglikemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, sindrom gangguan pernafasan, polistemia,
obesitas dan diabetes melitus tipe 2.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Diabetes Gestasional?
2. Apa saja klasifikasi Diabetes Gestasional?
3. Bagaimana etiologi dari Diabetes Gestasional?
4. Bagaimana patofisiologi Diabetes Gestasional?
5. Bagaimana WOC dari Diabetes Gestasional?
6. Bagaimana manifestasi klinik Diabetes Gestasional?
7. Apa saja komplikasiDiabetes Gestasional?
8. Apa saja pemeriksaan penunjangDiabetes Gestasional?
9. Bagaimana penatalaksanaanDiabetes Gestasional?
10. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus diberikan pada pasien dengan Diabetes
Gestasional?

1.3 Tujuan penulisan

1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
endokrin yaitu Diabetes Gestasional.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
1. Definisi Diabetes Gestasional
2. Klasifikasi Diabetes Gestasional
3. Etiologi Diabetes Gestasional
4. Patofisiologi Diabetes Gestasional
5. WOC Diabetes Gestasional
6. Manifestasi klinisDiabetes Gestasional
7. Komplikasi Diabetes Gestasional
8. Pemeriksaan diagnostik Diabetes Gestasional
9. PenatalaksanaanDiabetes Gestasional
10. Asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Gestasional
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Diabetes militus gestasional adalah intoleransi glukosa yang dimulai atau baru ditemukan
pada waktu hamil. Tidak dapat dikesampingkan kemungkinan adanya intoleransi glukosa
yang tidak diketeahui yang muncul seiring kehamilan. Selain ibu melahirkan, keadaan DMG
sering akan kembali keregulasi glukosa norma. (Sarwono, 2014)
Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme yang bersifat kronis dengan
karakteristik 11 hiperglikemia. Berbagai komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah
yang tidak terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nefropati,
dan gangrene (Perkeni, 2011)

2.2 Klasifikasi
Klasifikasi DM Gestasional menurut (Mitayani, 2013) yaitu :
1. Kelas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.
2. Kelas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil.
3. Kelas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh
darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pembuluh darah panggul dan pembuluh
darah perifer.

Terdapat 4 macam klasifikasi DM menurut (Sarwono,2014) yaitu:


1. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh destruksi sel yang akan menyebabkan defisiensi
absolute insulin
2. Diabetes tipe II disebabkan oleh defek sekresi insulin yang progresif karena adanya
insulin yang resisten
3. Tipe spesifik diabetes lainnya disebabkan oleh factor genetic penyakit eksokrin
pancreas, atau obat-obatan
4. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
Diabetes merupakan komplikasi medik yang sering terjadi pada kehamilan. Ada dua macam
perempuan hamil dengan diabetes yaitu:
1. Perempuan hamil dengan diabetes yang sudah diketahui sejak sebelum perempuan itu
hamil (pregestasional)
2. Perempuan hamil dengan diabetes yang baru diketahui setelah perempuan tersebut hamil
(DMG)

2.3 Etiologi
Etiologi DMG menurut (Sarwono,2014)
1. Resistensi Insulin adalah kondisi di mana insulin - hormon yang disekresi oleh pankreas
untuk mengontrol level gula darah dalam tubuh- tidak lagi bekerja dengan semestinya.
2. Faktor Predisposisi
a. Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
b. Genetik
c. Meningkatnya hormon antiinsulin seperti glukogen, kortisol, dan epineprin.
d. Obat-obatan.
e. Wanita obesitas
f. Kerusakan atau kelainan pankreas sehingga kekurangan produksi insulin

2.4 Patofisiologi
Sebagian kehamilan ditandai dengan adanya retistensi insulin dan hiperinsulinia, yang
pada beberapa perempuan akan terjadi factor predisposisi untuk terjadinya DM selama
kehamilan. Resistensi ini berasal dari hormone diabetogenik hasil sekresi plasenta yang
terdiri atas hormon pertumbuhan (growth hormon) corticotrophin releasing hormon, plasenta
lactogen dan progesterone. Hormon ini dan perubahan endokrinologi serta metabolik akan
menyebabkan perubahan dan menjamin pasokan bahan bakar dan nutrisi ke jaringan
sepanjang waktu. Akan terjadi diabetes militus gestasional apabila fungsi pankreas tidak
cukup untuk mengatasi keadaan resistensi insulin yang diakibatkan oleh perubahan hormon
diabetogenik selama kehamilan.
Kadar glukosa yang meningkat pada ibu hamil sering menimbulkan dampak yang kurang
baik terhadap bayi yang dikandungnya. Bayi yang lahir dari ibu DM biasanya lebih besar,
dan bisa jadi juga pembesaran dari organ organnya (hepar,kelenjar adrenal, jantung). Segera
setelah bayi lahir bayi dapat mengalami hipoglikemia karena produksi insulin janin yang
meningkat, sebagai reaksi terhadap kadar glukosa ibu yang tinggi. Oleh karena itu, setelah
bayi dilahirkan, kadar glukosanya perlu dipantau dengan ketat.
Ibu hamil penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan meningkatkan resiko
terjadinya keguguran atau bayi lahir mati. Bila diagnosis DM sudah dapat ditegakkan
sebelum kehamilan, tetapi tidak terkontrol dengan baik, maka janin beresiko mempunyai
kelainan kongenital. (Sarwono, 2014)

2.5 WOC Commented [K1]: Tolong dibaca lengkap patofisiologi


tertjadinya DM terutama DM gestasional
MK dilihat patofisiologinya
Resistensi Insulin Faktor Predisposisis

Sel Beta Rusak / Terganggu Commented [K2]: DM sel Beta sajakah yg terganggu
Trs bagaimana dg sel alva

Mengganggu Produksi Insulin

Hiperglikemia

Diabetes Melitus Gestasional

Glukosa Tidak Dapat Masuk Ke Sel


Kelebihan gula di Gangguan Metabolisme Sel Glukosa
aliran darah ibu

Penumpukan Lemak Energi Kerja Ginjal

Urgensi
MK : Resiko Nafsu Makan
Cidera Janin
MK :
Berat Badan Gangguan
Eliminasi
Urin
Kebutuhan
Metabolisme

MK : Resiko
Defisit Nutrisi

Kelemahan

MK : Intoleransi
Aktivitas

2.6 Manifestasi Klinis


1. Poliuri (banyak kencing) Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat
sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis
yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak
kencing.
2. Polidipsi (banyak minum) Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan
cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan) Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel
mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi
walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai
pada pembuluh darah.
4. Penurunan berat badan
5. Kesemutan, gatal
6. Pandangan kabur
7. Pruritus vulvae pada wanita
8. Lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein,
karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan
makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien
dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.

2.7 Komplikasi
Dampak komplikasi diabetes gestasional untuk janin (ADA, 2015) :
1. Kematian dini janin
Salah satu dampak yang paling serius yang berhubungan dengan komplikasi diabetes
gestasional adalah diabetes ketoasidosis. Ketoasidois pada ibu diabetes gestasional
merupakan peningkatan keasaman darah yang disebabkan oleh kadar glukosa darah yg
tinggi.Dampaknya, tingkat kematian dini janin meningkat sebesar 50% dari komplikasi ini
karena fungsi sistem enzim janin tidak dapat hidup di lingkungan asam yang tinggi.
2. Cacat bawaan
Dampak ketoasidosis gestasional selain kematian dini janin adalah risiko cacat lahir
bawaan. Risiko ini terjadi pada 5 sampai 10 persen dari seluruh kehamilan di mana
diabetes gestasional adalah faktor utama. Penelitian medis telah menunjukkan bahwa
peningkatan risiko cacat lahir bawaan disebabkan oleh banyak faktor seperti kadar gula
darah tinggi selama awal kehamilan.Minimnya pengetahuan tentang kontrol kehamilan
dapat memengaruhi proses pembelahan sel saat pembuahan. Pada tahap pembuahan,
semua organ janin terbentuk hanya dalam hitungan menit. Jika ibu mengalami
ketoasidosis gestasional, ini akan memengaruhi pembentukan organ janin sehingga
menagkibatkan cacat bawaan lahir seperti spina bifida ( cacat tulang belakang),
munculnya lubang dijantung, hingga bibir sumbing.
3. Bayi lahir besar
Makrosomia atau bayi lahir besar merupakan pertumbuhan abnormal akibat penyimpanan
lemak berlebihan pada janin. Makrosomia disebabkan jumlah besar glukosa dari ibu
diabetes gestasional melintasi plasenta menyebabkan pankreas janin memproduksi insulin
dalam volume besar.Pasokan lebih dari insulin menyebabkan hiperinsulinisme dan
hiperglikemia yang merupakan faktor utama pada bayi makrosomia. Bayi yang menderita
kondisi ini tidak dapat dilahirkan dengan normal karena ukurannya yang besar sehingga
operasi cesar harus dilakukan. Kadang, bayi dengan terpaksa dilahirkan lebih awal (
kelahiran prematur)
4. Sindrom gangguan pernafasan
Kadar insulin janin tinggi ( hiperinsulinemia) juga berkontribusi terhadap sindrom
gangguan pernapasan di mana enzim yang dibutuhkan untuk produksi surfaktan
mengalami hambatan. Surfaktan adalah lapisan yang melapisi paru-paru dan
memungkinkan bayi untuk bernapas ketika mereka lahir.
5. Polycythemia
Risiko untuk bayi yang lahir dari ibu diabetes gestasional adalah polycythemia
(polisitemia), di mana banyak sel darah merah diproduksi. Kondisi ini mengakibatkan
ketidakmampuan darah ibu untuk melepaskan oksigen sehingga berefek pada kemampuan
hati janin untuk memetabolisme bilirubin yang sedang disintesis akibat sel darah merah yg
diproduksi secara berlebihan.
6. Distosia bahu
Kondisi ini terjadi di mana bahu bayi terjebak dalam panggul setelah kepala saat
kelahiran. Janin juga terikat tali pusar sehingga bidan dan perawat harus menggunakan
intervensi tambahan untuk melahirkan bayi dengan cepat dan aman.
7. Hipoglikemia neonatal
Ini adalah suatu kondisi di mana kadar gula darah bayi terlalu rendah setelah lahir. Jika
tidak diobati, hipoglikemia dapat menyebabkan kerusakan otak bayi dan menyebabkan
keterlambatan perkembangan tubuh dan keterlambatan berpikir anak.
8. Hiperbilirubinemia dan hipokalsemia
Hipokalsemia adalah suatu kondisi bayi yg terlalu sedikit kalsium dalam darah yang
disebabkan gangguan fungsi hormon paratiroid. Hiperbilirubinemia adalah bayi warna
kuning (penyakit kuning) yg terdeteksi secara klinis pada bayi baru lahir ketika tingkat
serum bilirubin lebih besar dari 85 umol / L, biasanya menimpa pada bayi prematur.
Dampak komplikasi diabetes gestasional pada ibu (ADA, 2015) :
1. Memiliki kesempatan yang lebih tinggi untuk bedah cesar.
2. Mengalami keguguran.
3. Tekanan darah tinggi atau preeklamsia.
4. Kelahiran lebih cepat.
5. Setelah proses kelahiran, akan memiliki risiko lebih tinggi obesitas dan diabetes tipe 2.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan kadar gula darah atau skrining glukosa
darah, ultrasonografi untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan dan makrosomia,
Hemoglobin glikosida (HbA1c) yang menunjukkan control diabetik (HbA1c lebih besar
dari 8,5% khususnya sebelum kehamilan, membuat janin berisiko anomaly kongenital).

2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada perempuan DMG menurut ( Sarwono, 2014) bertujuan untuk:
1. Melakukan penatalaksanaan kehamilan trimester III dalam upaya mencegah bayi lahir
mati atau asfiksia, serta menekan sekecil mungkin kejadian morbiditas ibu dan janin
akibat persalinan.
2. Memantau pertumbuhan janin secara berkala dan terus menerus (misalnya dengan USG)
untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan ukuran janin sehingga dapat
ditentukan saat dan cara persalinan yang tepat.
3. Memperkirakan maturitas (kematangan) paru-paru janin (misalnya dengan amnionsin
tesis) apabila ada rencana terminasi (SC) pada kehamilan 39 minggu
4. Pemeriksaan antenatal dianjurkan dilakukan sejak umur kehamilan 32 sampai 40
minggu. Pemeriksaan antenatal dilakukan terhadap ibu hamil yang kadar gula darahnya
tidak terkontrol, yang mendapat pengobatan insulin atau yang menderita hipertensi.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan nonstress tes, profil biofisik atau modifikasi
pemeriksaan profil biofisik seperti non stress tes dan indeks cairan amnion.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
“ DIABETES MILITUS GESTASIONAL”

3.1 Ilustrasi Kasus


Nn B umur 35 tahun datang ke rumah sakit dalam kondisi hamil 28 minggu dengan
keluhan utama ia sering kencing pada malam hari, selalu merasa haus dan selalu merasa lapar
dengan keadaan umum lemah, Pasien mengatakan lemah dan tidak bisa melakukan aktifiats
seperti biasanya Pasien mengatakan menikah pada usia 28 tahun dan melakukan progam KB
Pil selama 3 tahun karena ingin menunda kehamilan, pasien mengatakan sebelum mengalami
kehamilan siklus menstruasi teratur, pertama mengalami menstruasi pada usia 13 tahun. TD
140/90 mmHg, suhu 36,5°C, RR 20x/menit. Commented [K3]: Pembuatan kasus mohon Lihat teorinya
baru di ilustrasikan krna klu g melihat teori maka kasunya g bisa
complicated sehingga banyak data ynag ga sesuai
Commented [K5]: Pembuatan kasus mohon Lihat teorinya
3.2 Pengkajian baru di ilustrasikan krna klu g melihat teori maka kasunya g bisa
complicated sehingga banyak data ynag ga sesuai
1. Identitas klien
Nama : Ny B
Umur : 35 thn
Agama : Islam
Alamat : Bandar lor kec.Mojoroto Kediri
Diagnosa Medis : DMG (Diabetes Militus gestasional )
Tanggal/waktu MRS : 13 februari 2018 11:00 wib
Tanggal/waktu Pengkajian : 14 februari 2018 13.00 wib
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan hamil 28 minggu mengeluh sering kencing pada malam hari,
selalu merasa haus dan selalu merasa lapar.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang Commented [K4]: Lihat secara teori apa yg dimasukkan di
RKS ( riwayat penyakit Sekarang ) kalau data itu apa bedanya
dengan keluhan utama ?????
Pasien dibawa di RS setelah mengalami sering kencing pada malam hari, selalu
merasa haus dan selalu merasa lapar. Pasien mengatakan lemah dan tidak bisa
melakukan aktifiats seperti biasanya. Pasien mengatakan menikah pada usia 28
tahun dan melakukan progam KB Pil selama 3 tahun karena ingin menunda
kehamilan, pasien mengatakan sebelum mengalami kehamilan siklus menstruasi
teratur, pertama mengalami menstruasi pada usia 13 tahun. Saat dilakukan
pemeriksaan mendapatkan hasil TD 140/90 mmHg, suhu 36,5°C, RR 20x/menit.

c. Riwayat Penyakit terdahulu


Pasien mengatakan jika ia selama menstruasi mengalami nyeri perut bagian bawah
(disminorhe)
d. Riwayat Penyakit keluarga Commented [K6]: Bisa ditambahkan genogram

Pasien mengatakan jika ibunya dulu memiliki penyakit diabetes militus dan
hipertensi.
GENOGRAM KELUARGA DM

1920an CVA 1940an

HT CVA CVA KLL HT CVA

1930an 1940an DM

DM DM DM DM

SAYA

Keterangan :
= perempuan
= laki-laki
= lahir mati
= meninggal
= pernikahan
HT = hipertensi
CVA = menderita stroke
DM = menderita diabetes militus

3. Riwayat Obstetri Commented [K7]: Muncul di kasus

1. Riwayat Menstruasi :
Menarche : umur 13 Siklus : teratur ( √ ) tidak ( )
Banyaknya : 2-4 pembalut/hr Lamanya : 7 hari
HPHT : 15 November 2017 Keluhan : -
4. Riwayat Kehamilan Sekarang Commented [K8]: Komen sama dg K8

Imunisasi : TT 1 √ sudah  belum


TT 2 √ sudah  belum
ANC berapa kali : 4 kali
Keluhan selama hamil :
√ mual  muntah √ pusing
Lainnya : nyeri pinggang
1. Trimester I : nafsu makan menurun
2. Trimester II : banyak kencinng, sering haus dan sering lapar
3. Trimester III :-
Pengobatan selama hamil √ ya  tidak Sejak usia, 2 minggu
Pergerakan janin : √ ya tidak
Rencana perawatan bayi : ( √ ) sendiri ( ) orang tua ( ) lain lain
Kesangggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi :
1. Breast care : ( ) Ya ( √ ) Tidak
2. Perineal care : ( ) Ya ( √ ) Tidak
3. Nutrisi : ( √ ) Ya ( ) Tidak
4. Senam nifas :( ) Ya ( √ ) Tidak
5. KB : ( √ ) Ya ( ) Tidak
6. Menyusui :( ) Ya ( √ ) Tidak
5. Status Perkawinan Commented [K9]: Komen sama dg K9

1. Berapa kali menikah : 1 kali


2. Usia saat menikah : 28 tahun
3. Lama perkawinan : 7 tahun
6. Riwayat Keluarga Berencana Commented [K10]: Komen sama dh K10

1. Melaksanakan KB : ( √ ) ya ( ) tidak
2. Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan :
( ) IUD ( √ ) Pil ( ) suntik ( ) Implant
( ) lain – lain. Sebutkan ……………………………………..
3. Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : Sejak menikah
4. Masalah yang terjadi : -
Masalah Keperawatan : tidak ada
7. Kebutuhan Dasar Khusus Commented [K11]: Di kebutuhan dasar ini bisa dimasukkan
ssi seting pasien saat ini dirumah sakit apa di t=rumah ????
No. Kebutuhan Khusus Sebelum Hamil Selama Hamil dengan Misal cara penulisannya
Seblm hamil dan selama hamil dg DM gestasional
DMG Atau
1. Pola nutrisi Selama dirumah dan seklama dirumah sakit????

a. Frekwensi makan 2-3 x/hari 4-5 x/hari

b. Nafsu makan - Baik Sangat Baik

c. Jenis makanan rumah nasi, lauk pauk,sayur nasi, lauk pauk,sayur dan

dan kadang buah kadang buah

d. Makanan yang tidak Tidak ada Tidak ada

disukai /alergi/pantangan
2. Pola eliminasi
a. BAK
Frekwensi 3-4x/hari 5-8x/hari
Warna Kuning Kuning keorenans
Keluhan yang
berhubungan dengan BAK
b. BAB 1 x/hari 1 x/hari
Frekwensi Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Warna Khas Khas
Bau Lunak Padat
Konsistens - -
Keluhan
3. Pola personal Hygiene
a. Mandi
Frekwensi 2x/hari 1x/hari
Sabun Ya Ya
b. Oral hygiene
Frekwensi 3x/hari 1x/hari
Waktu Pagi, sore, setelah Pagi
makan
c. Cuci rambut
Frekwensi 3x/minggu 1x/minggu
Shampo Ya Ya
4. Pola istirahat dan tidur
8 jam/ hari 5 jam/hari
a. Lama tidur
Berdoa Berdoa
b. Kebiasaan sebelum
tidur
5. Pola aktifitas dan latihan
a. Kegiatan dalam Mengerjakan Tidak melakukan aktivitas
pekerjaan pekerjaan rumah
b. Waktu bekerja Pagi Tidak ada
c. Olah raga Ya Tidak
d. Kegiatan waktu luang Menonton TV Tidak Ada
e. Keluhan dalam Tidak Ada Tidak Ada
aktifitas -

6. Pola kebiasaan yang


mempengaruhi kesehatan
a. Merokok Tidak Ada Tidak Ada
b. Minuman keras Tidak Ada Tidak Ada
c. Ketergantungan obat Tidak Ada Tidak Ada

8. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah Kesadaran : composmentis
TD : 140/90 mmHg Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 20 x/mnt Suhu : 36,5oC
Berat badan : 65 kg Tinggi badan : 159 cm
2. Pemeriksaan khusus
a) Heat to toe
 Kepala
1) Inspeksi : Rambut bersih tidak ada ketombe
 Mata
1) Inspeksi : Konjungtiva anemis
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tekanan intra okuler baik
 Leher
1) Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid,tidak tampak ada
kekakuan.
 Mamae
1) Inspeksi : Mamae simetris tidak ada benjolan, hypervigmentasi dan
puting susu menonjol
 Sisitem respierasi
1) Inspeksi : Bentuk dada normal simetris kiri dan kanan, frekuensi
pernafasan 24x/mnit
 Ekstremitas
 Ekstremitas atas
1) Inspeksi : Tampak terpasang infuse, tidak ada cianosis pada kuku.
2) Palpasi : Tidak terdapat masa, tidak ada nyeri tekan,klien dapat
rasakan sentuhan
 Ekstremitas bawah
1) Inspeksi: Klien dapat mendapatkan kedua kakinya tetapi
kekuatan ototnya berkurang, tidsak tampak ada kekakuan sendi,
tidak terdapat artrofi.
2) Palpasi : Tidak terdapat masa atau benjolan,tidak ada nyeri tekan.

3.3 Data Penunjang


1. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan darah : GDS 350 mg/dl
: Hb 9 g/dl
 Pemeriksaan : reduksi urine ++
3.4 Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MK
1 Ds : Pasien mengatakan DMG Resiko defisit
nafsu makan meningkat nutrisi b/d
mudah haus, selalu Gangguan metabolisme sel kebutuhan
ingin berkemih dan metabolisme
berat badan menurun meningkat
Do : Energi

- Pasien terlihat Nafsu makan


lemah
- Pasien terlihat
banyak makan BB
- BB pasien Kebutuhan metabolisme
menurun dari 80
menjadi 65
2 Resiko cidera janin
Ds : Pasien mengatakan DMG b/d Besarnya
jika ia hamil 28 minggu ukuran janin
dan nafsu makan Kelebihan Gula Di Aliran Darah
meningkat sedangkan
berat badan menurun Ibu
Do :
Penumpukan Lemak
- TD:110/80
mmHg Besarnya Ukuran Janin
- N : 90 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36,5oC
- BB : 65
- GDS : 350
mg/dl
- Hb : 9 mg/dl
3 Ds : Pasien mengatakan Gangguan eliminasi
mudah haus dan selalu DMG urine b/d Urgensi
igin berkemih
Do :
Glukosa
- Pasien terlihat
sering pergi Kerja Ginjal
kekamar mandi
- BB pasien
menurun dari 80 Urgensi
menjadi 65
- Resistensi urine
+
4 Ds : Pasien mengatakan Itoleransi aktivitas
lemah dan tidak bisa Gangguan Metabolisme Sel b/d Kelemahan
melakukan aktifiats
seperti biasanya Energi
Do :

- Keadaan umum Kelemahan


lemah
- Pasien terlihat
berbaring
ditempat tidur
- Pasien butuh
bantuan saat
kekamar mandi Commented [K12]: Ssuikan dg hasil pengkajian apakah sama
dg hasil pengkajian temasuk kata katanyanya
Karena analisa data diambil dr hasil pengkajian

3.5 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko defisit nutrisi b/d kebutuhan metabolisme meningkat
2. Resiko cidera janin b/d Besarnya ukuran janin
3. Gangguan eliminasi urine b/d Urgensi
4. Itoleransi aktivitas b/d Kelemahan
3.6 Intervesi
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan 1. Timbang berat badan setiap
b/d kebutuhan tindakan keperawatan kunjungan prenatal.
metabolisme 3x24 jam diharapkan : 2. Kaji masukan kalori dan pola
meningkat makan dalam 24 jam
1. Mempertahankan 3. Tinjau ulang dan berikan
kadar gula darah informasi mengenai
puasa antara 60-100 perubahan yang diperlukan
mg/dl dan 2 jam pada penatalaksanaan
sesudah makan tidak diabetic.
lebih dari 140 mg/dl. 4. Tinjau ulang tentang
pentingnya makanan yang
teratur bila memakai insulin.
5. Perhatikan adanya mual dan
muntah khususnya pada
trimester pertama.
6. Kaji pemahaman stress pada
diabetic
7. Ajarkan pasien tentang
metode finger stick untuk
memantau glukosa sendiri
8. Tinjau ulang dan diskusikan
tanda gejala serta kepentingan
hipo atau hiperglikemia
9. Instruksikan untuk mengatasi
hipoglikemia asimtomatik.
10. Anjurkan pemantauan keton
urine.
11. Diskusikan tentang dosis,
jadwal dan tipe insulin
12. Sesuaikan diet dan regimen
insulin untuk memenuhi
kebutuhan individu.
13. Rujuk pada ahli gizi.
14. Observasi kadar Glukosa
darah.
2 Resiko cidera janin Setelah dilakukan 1. Kaji control diabetik sebelum
b/d Besarnya ukuran tindakan keperawatan konsepsi.
janin 3x24 jam diharapkan: 2. Tentukan klasifikasi white
1. Menunjukan reaksi terhadap diabetes
Non stress test dan 3. Kaji gerakan janin dan denyut
Oxytocin Challenge janin setiap kunjungan.
Test negative atau 4. Observasi tinggi fundus uteri
Construction Stress setiap kunjungan.
Test secara normal. 5. Observasi urine terhadap
keton
6. Berikan informasi dan
buatkan prosedur untuk
pemantauan glukosa dan
penatalaksanaan diabetes di
rumah.
7. Pantauan adanya tanda tanda
edema, proteinuria,
peningkatan tekanan darah.
8. Tinjau ulang prosedur dan
rasional untuk Non stress Test
setiap minggu.
9. Tinjau ulang prosedur dan
rasional untuk tindakan
amniosentesis
10. Kaji HbA1c setiap 2 – 4
minggu sesuai indikasi.
11. Kaji kadar albumin
glikosilat pada getasi minggu
ke 24 sampai ke 28 khususnya
pada ibu dengan resiko tinggi.
12. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
3 Gangguan eliminasi Setelah dilakukan 1. Lakukan penilaian kemih
urine b/d Urgensi tindakan keperawatan yang konprehensif berfokus
3x24 jam diharapkan : pada inkontinensia (misalnya,
Kriteria hasil: output urin, pola berkemih,
1. Kandung kemih fungsi kognitif, dan masalah
kosong secara penuh kencing praeksistem)
2. Tidak ada residu urin 2. Pantau penggunaan obat
>100-200 cc intake dengan sifat anti kolinergik
cairan dalam rentang atau properti alfa agonis
normal. 3. Monitoring efek dari obat
3. Bebas dari ISK tidak obatan yang diresepkan,
ada spesme bleder seperti kalsium
4. Balance cairan channeblockers dan
seimbang antikolinergik
4. Masukan kateter kemih
5. Anjurkan pasien atau
keluarga untuk merekam
output urin
6. Instruksikan cara-cara untuk
menghindari konstipasi atau
impaksi tinja
7. Pantau asupan dan keluaran
8. Pantau tingkat distensi
kandung kemih dengan
palpasi dan perkusi
9. Bantu untuk ke toilet secara
berkala
10. Rujuk ke spesialis
kontinensia kemih
4 Itoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Kolaborasikan dengan tenaga
b/d Kelemahan tindakan keperawatan rehabilitasi medik dalam
3x24 jam diharapkan : merencanakan program terapi
Kriteria hasil: yang tepat
1. Berpartisipasi dalam 2. Bantu klien untuk
aktivitas fisik tanpa mengidentifikasi aktivitas
disertai peningkatan yang mampu dilakukan
tekanan darah dan 3. Bantu untuk memilih
RR aktivitas konsisten yang
2. Mampu melakukan sesuai dengan kemampuan
aktivitas sehari hari fisik, psikologi, dan sosial
secara mandiri 4. Bantu untuk mengidentifikasi
3. TTV normal dan mendapatkan sumber
4. Energi psikomotor yang diperlukan untuk
5. Mampu berpindah : aktifitas yang diinginkan
dengan atau tanpa 5. Bantu klien untuk membuat
bantuan alat jadwal latihan di waktu luang
6. Sirkulasi status baik 6. Bantu pasien untuk
mengembankan motivasi diri
dan penguatan
7. Monitor respon fisik, emosi,
sosial, dan spiritual

3.7 Implementasi
NO DIAGNOSA IMPLENTASI TTD
1. Resiko defisit nutrisi 1. Menimbang berat badan setiap kunjungan
b/d kebutuhan prenatal.
metabolisme 2. Mengkaji masukan kalori dan pola makan
meningkat dalam 24 jam
3. Meninjau ulang dan berikan informasi
mengenai perubahan yang diperlukan pada
penatalaksanaan diabetic.
4. Meninjau ulang tentang pentingnya makanan
yang teratur bila memakai insulin.
5. Memperhatikan adanya mual dan muntah
khususnya pada trimester pertama.
6. Mengkaji pemahaman stress pada diabetic
7. Mengajarkan pasien tentang metode finger
stick untuk memantau glukosa sendiri
8. Meninjau ulang dan diskusikan tanda gejala
serta kepentingan hipo atau hiperglikemia
9. Menginstruksikan untuk mengatasi
hipoglikemia asimtomatik.
10. Menganjurkan pemantauan keton urine.
11. Berdiskusikan tentang dosis , jadwal dan tipe
insulin.
12. Menyesuaikan diet dan regimen insulin untuk
memenuhi kebutuhan individu.
13. Merujuk pada ahli gizi.
14. Mengobservasi kadar Glukosa darah.
2. Resiko cidera janin 1. Mengkaji control diabetik sebelum konsepsi.
b/d Besarnya ukuran 2. Menentukan klasifikasi white terhadap
janin diabetes
3. Mengkaji gerakan janin dan denyut janin setiap
kunjungan.
4. Mengobservasi tinggi fundus uteri setiap
kunjungan.
5. Mengobservasi urine terhadap keton
6. Memberikan informasi dan buatkan prosedur
untuk pemantauan glukosa dan
penatalaksanaan diabetes di rumah.
7. Memantauan adanya tanda tanda edema,
proteinuria, peningkatan tekanan darah.
8. Meninjau ulang prosedur dan rasional untuk
Non stress Test setiap minggu.
9. Meninjau ulang prosedur dan rasional untuk
tindakan amniosentesis
10. Mengkaji HbA1c setiap 2 – 4 minggu sesuai
indikasi.
11. Mengkaji kadar albumin glikosilat pada
getasi minggu ke 24 sampai ke 28 khususnya
pada ibu dengan resiko tinggi.
12. Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat
3 Gangguan eliminasi 1. Melakukan penilaian kemih yang konprehensif
urine b/d Urgensi berfokus pada inkontinensia (misalnya, output
urin, pola berkemih, fungsi kognitif, dan
masalah kencing praeksistem)
2. Memantau penggunaan obat dengan sifat anti
kolinergik atau properti alfa agonis
3. Memonitoring efek dari obat obatan yang
diresepkan, seperti kalsium channeblockers
dan antikolinergik
4. Memasukan kateter kemih
5. Menganjurkan pasien atau keluarga untuk
merekam output urin
6. Menginstruksikan cara-cara untuk menghindari
konstipasi atau impaksi tinja
7. Memantau asupan dan keluaran
8. Memantau tingkat distensi kandung kemih
dengan palpasi dan perkusi
9. Membantu untuk ke toilet secara berkala
10. Merujuk ke spesialis kontinensia kemih
4 Itoleransi aktivitas 1. Berkolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi
b/d Kelemahan medik dalam merencanakan program terapi
yang tepat
2. Membantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
3. Membantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi, dan sosial
4. Membantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktifitas yang diinginkan
5. Membantu klien untuk membuat jadwal latihan
di waktu luang
6. Membantu pasien untuk mengembankan
motivasi diri dan penguatan
7. Memonitor respon fisik, emosi, sosial, dan
spiritual
3.8 Evaluasi
NO TANGGAL/JAM EVALUASI TTD
1 15 februari 2018 S:
13:00 wib - Pasien mengatakan sudah tidak
mudah haus, keingginan untuk
berkemih berkurang, dan nafsu
makan berkurang
O:
- Pasien sudah tidak terlihat lemah
- Pasien sudah tidak sering lapar lagi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan interfensi 2, 3, 7, 10, 11, 12,
13,14
2 16 februari 2018 S:
09:00 wib - Pasien mengatakn nafsu makan
sudah berkurang tetapi berat badan
masih menurun
O:
- TD:110/80 mmHg
- N : 90 x/menit
- RR : 24 x/menit
- S : 36,5oC
- BB : 65
- GDS : 200 mg/dl
- Hb : 11 mg/dl
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 3, 4, 7, 10, 11, 12

3 17 februari 2018 S:
09:00 wib - Pasien mengatakan rasa haus dan
selalu igin berkemih berkurang
O:
- Pasien terlihat sudah tidak sering
pergi kekamar mandi
- Resistensi urine +
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 4, 5, 7, 10 Commented [K13]: Bagaimana caranya
4 18 februari 2018 S:
11:oo wib
- Pasien mengatakan suadah tidak
lemah dan bisa melakukan aktifiats
seperti biasanya

O:

- Keadaan umum sudah tidak lemah


- Pasien terlihat sudah bisa
berasktifitas seperti biasanya
- Pasien sudah bisa kekamar mandi
sendiri

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Diabetes militus gestasional adalah intoleransi glukosa yang dimulai atau baru ditemukan
pada waktu hamil. Diabetes Melitus pada kehamilan dapat mengakibatkan dampak buruk
bagi sang ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya. Penyakit diabetes melitus yang
terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh
tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati membran sel.Faktor resiko ibu
hamil dengan diabetes melitus adalah riwayat keluarga dengan diabetes melitus, glukosuria
dua kali berturut-turut, obesitas, keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus
spontan), kelahiran anak sebelumnya besar, umur mulai tua.Hal yang terpenting dari
penanganan diabetes gestasional adalah mengontrol kadar gula dalam darah.

4.2 Saran
Bagi ibu hamil hendaknya mengatur pola makan dan porsi makan dengan benar,
menghindari makanan dan minuman yang mengandung glukosa berlebih, rutin berolahraga,
serta selalu rajin untuk kontrol gula darah, agar jika terdpat peningkaan gula darah yang
berlebih segera mendapat penanganan dari petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTKA

ADA (American Diabetes Asociation ). 2015. Diagnosis And Classification Of Diabetes Melitus.
Diabetes Care. USA: Ajuru El
Mitayani. 2013. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba
Nurahmani. 2012. Stop Diabetes Melitus. Yogyakarta: Familia
Perkeni. 2015. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, Perkeni,
Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: binapustaka
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai