Anda di halaman 1dari 2

BAB III

PEMBAHASAN

Serangan jantung merupakan suatu kondisi ketika kerusakan dialami oleh bagian otot
jantung (myocardium) akibat mendadak sangat berkurangnya pasokan darah ke bagian otot
jantung. Berkurangnya pasokan darah ke jantung secara tiba-tiba dapat terjadi ketika salah satu
nadi koroner ter blokade selama beberapa saat, entah akibat spasme – mengencangnya nadi
koroner – atau akibat pergumpalan darah – thrombus. Apabila pasokan darah ke jantung terhenti
sama sekali, sel-sel yang bersangkutan mengalami perubahan yang permanen hanya dalam
beberapa jam saja dan bagian otot jantung termaksud mengalami penurunan mutu atau rusak secara
permanen. Otot yang mati ini disebut infark.
Pada kasus ini pasien adalah seorang laki-laki usia 68 tahun. Pasien datang ke RS Dr
Moewardi dengan keadaan tidak sadarkan diri. Pasien ini merupakan pasien rujukan dari RSUD
Surakarta dengan diagnosa STEMI anterior observasi dyspneu dan hiperglikemia. Hasil
pemeriksaan tanda vital pasien didapatkan tekanan darah 157/102 mmHg, HR 120x/menit, nadi
120x/menit, RR 24x/menit.
Pada pasien dyspneu atau perasaan sulit benapas dapat diakibatkan karena terganggunya
pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam alveoli serta meningkatnya tahanan aliran udara.
Pada pasien ini untuk pemeriksaan penunjang diagnostik yang dilakukan adalah
echocardiografi untuk melihat ejection fraction, abnormalitas wall motion dan katup, serta dapat
untuk mengamati adanya trombus atau tidak. Pemeriksaan laboratorium darah rutin dilakukan
untuk melihat adakah kenaikan kadar enzim yang dapat menjadi penanda terjadinya infark.
Kemudian pemeriksaan kimia klinik seperti GDS, SGOT/SGPT, albumin, creatinin dan ureum
untuk melihat adanya faktor risiko DM, disfungsi hepar akibat gagal jantung, serta gangguan
fungsi ginjal. Pemeriksaan elektrolit dilakukan untuk melihat adanya retensi cairan dan monitoring
efek obat yang diberikan terhadap elektrolit. Rontgen thoraks dilakukan untuk menilai ukuran
jantung.Kemudian pemeriksaan EKG menilai apakah ada kelainan dalam penghantaran listrik di
jantung. Dengan melihat EKG dapat dinilai adakah pembesaran ruang jantung, iskemi atau infark
yang mungkin dapat menyebabkan gagal jantung.
Pada pasien ini mendapatkan terapi bedrest total setengah duduk, infus RL 40cc/jam, diet
jantung III 1700 kkal, atorvastatin, captopril, laxadin, amiodaron, allopurinol, ISDN. Pada pasien
dengan gagal jantung, jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh sangat dibatasi sekali sehingga
kecepatan tetesan cairan infus hanya 20cc/jam. Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial,
digoksin dapat digunakan untuk memperlambat laju ventrikel yang cepat. Diuretik
direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda klinis atau gejala kongesti (kelas
rekomendasi I, tingkatan bukit B).Tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai status
euvolemia (kering dan hangat) dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai
kebutuhan pasien, untuk menghindari dehidrasi atau reistensi. Terapi dengan valsartan
memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi angka perawatan rumah sakit karena
perburukan gagal jantung.

Anda mungkin juga menyukai