Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kewirausahaan, kekayaan menjadi relatif sifatnya. Ia hanya
merupakan produk bawaan (by-product) dari sebuah usaha yang berorientasi
dari sebuah prestasi. Prestasi kerja manusia yang ingin mengaktualisasikan
diri dalam suatu kehidupan mandiri. Ada pengusaha yang sudah amat sukses
dan kaya, tapi tidak pernah menampilkan diri sebagai orang yang hidup
mewah, dan ada juga orang yang sebenarnya belum bisa dikatakan kaya,
namun berpenampilan begitu glamor dengan pakaian dan perhiasan yang amat
mencolok. Maka soal kekayaan akhirnya terpulang pada masing-masing
individu. Keadaan kaya miskin, sukses gagal, naik dan jatuh merupakan
keadaan yang bisa terjadi kapan saja dalam kehidupan seorang pengusaha,
tidak peduli betapapun piawainya ia. Ilmu kewirausahaan hanya menggariskan
bahwa seorang Wirausahawan yang baik adalah sosok pengusaha yang tidak
sombong pada saat jaya, dan tidak berputus asa saat jatuh.
Tidak ada satu suku katapun dari kata “Wirausaha” yang menunjukkan
arti kearah pengejaran uang dan harta benda, tidak pula kata wirausaha itu
menunjuk pada salah satu strata, kasta, tingkatan sosial, golongan ataupun
kelompok elite tertentu. Di Indonesia, di penghujung abad ke 20 ini
kewirausahaan boleh dikata baru saja diterima oleh masyarakat sebagai salah
satu alternatif dalam meniti karier dan penghidupan. Seperti diketahui,
umumnya rakyat Indonesia mempunyai latar belakang pekerja pertanian yang
baik. Dengan hidup dialam penjajahan hampir 3,5 abad lamanya, nyaris tidak
ada figur panutan dalam dunia kewirausahaan. Yang ada hanya pola pemikiran
feodalisme, priyayiisme, serta elitisme yang satu diantaranya sekian banyak
ciri-cirinya adalah mengagungkan status sosial sebagai pegawai, terutama
pegawai negeri (kontras dengan status leluhur yang petani).
Penulis melihat banyak peluang usaha ekonomi produktif di wilayah
kecamatan Krucil, akan tetapi penulis berpendapat bahwa kegiatan Wirausaha

1
yang paling cocok di wilayah ini adalah Wirausaha Budidaya Ternak sapi
Perah.

B. Pokok Masalah
 Bagaimanakah Peluang kewirausahaan di Kecamatan Krucil saat ini?
 Peluang usaha apakah yang sangat potensial di wilayah Kecamatan Krucil?
 Motivasi apa saja yang mendorong para pengusaha kecil untuk
berwirausaha budidaya ternak sapi perah di Kecamatan krucil?

C. Tujuan
 Ingin Mengetahui kondisi kewirausahaan Kecamatan Krucil saat ini.
 Ingin mengetahui peluang usaha apakah yang sangat potensial di
Kecamatan Krucil.
 Ingin Mengetahui Motivasi apa saja yang mendorong para pengusaha kecil
untuk berwirausaha budidaya ternak sapi perah di Kecamatan krucil.

D. Batasan Masalah
Malakalah ini membahas tentang
 Kondisi kewirausahaan di Kecamatan Krucil saat ini
 Peluang usaha Budidaya Ternak sapi perah di Kecamatan Krucil

BAB II
LANDASAN TEORI

2
A. Kewirausahaan
Sosok kewirausahaan yang ideal dituntut mempunyai nilai-nilai
kearah kualitas manusia yang semapan mungkin, dalam artian sangat
memperhatikan struktur prioritas kewirausahaan yang terdiri dari empat lapisan
yaitu :
1. Sikap Mental
Sikap mental merupakan elemen paling dasar yang perlu dijamin
untuk selalu dalam keadaan baik. Unsur ini yang menentukan apakah orang
menjadi sosok yang tinggi budi ataukah sebaliknya menjadi orang yang
jahat dan culas. Orang baik budi merupakan kader pembangunan bangsa,
sedangkan orang jahat akan menjadi beban masyarakat dari bangsa itu
sendiri.
Tentu kita tidak ingin melihat bahwa banyak kejahatan dan
keculasan merajalela di negeri ini. Itu sebabnya pembinaan sikap mental
menjadi unsur penting dalam dunia kewirausahaan sekaligus dalam
kehidupan. Selain menghadirkan sifat-sifat baik alamiah seperti kejujuran
dan ketulusan, sikap mental mencakup juga segi-segi positif dalam motivasi
dan proaktivitas. Saran-saran berikut akan membantu wirausahawan untuk
mengembangkan sikap mental yang baik :
a. Para wirausaha adalah orang-orang yang mengetahui bagaimana
menemukan kepuasan dalam pekerjaan dan bangga akan prestasinya.
Tunjukan sikap mental yang positif terhadap pekerjaan wirausahawan,
karena sikap inilah yang akan ikut menentukan keberhasilan
wirausahawan.
b. Otak wirausahawan merupakan alat yang berdaya luar bisaa.
Menyediakan waktu beberapa saat setiap hari untuk renungan pikiran
wirausahawan yang akan memungkinkan wirausahawan terarah pada
kegiatan-kegiatan yang berarti.
c. Kebanyakan orang membatasi pikiran-pikirannya pada problem-problem
dan kegiatan-kegiatan sehari-hari. Gunakanlah imajinasi wirausahawan
untuk meluaskan pikiran-pikiran wirausahawan dan cobalah berpikir
yang besar-besar. Orang-orang yang dapat melihat gambaran besar

3
adalah orang yang bersifat wirausaha dan merupakan calon-calon
pemimpin bisnis maupun masyarakat.
d. Rasa humor ikut mengembangkan sikap mental yang sehat. Terlalu
serius dapat merugikan pekerjaan wirausahawan dan tidak sehat.
Menunjukan rasa humor berpengaruh terhadap orang lain dengan jalan
menyebarkan optimisme dan suasana yang santai.
Pikiran wirausahawan haruslah terorganisasi dengan baik sekali
dan mampu memfokuskan pada pelbagai problem. Wirausahawan haruslah
mampu memindahkan perhatian wirausahawan dari satu problem ke
problem lain dengan upaya yang minim.

2. Kepemimpinan.
Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik adalah sebagai
berikut “ perlakukanlah orang-orang lain sebagaimana wirausahawan ingin
diperlakukan ”. Berusaha membangkitkan suatu keadaan dari sudut
pandangan orang lain akan ikut mengembangkan sebuah sikap tepo seliro.
Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara mantap adalah yang
memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat menonjol. Ciri-ciri mereka
bisaanya sangat menonjol, dan sangat khas. Dimana keputusan dan sepak
terjangnya sering dianggap tidak lazim dan lain dari pada umumnya
pengusaha.
Mereka “tampil beda”. Salah satu contoh : adalah Kim Woo Chong,
seorang Wirausahawan terkemuka di Korea, pendiri kelompok Daewoo.
Kim tidak pernah terpengaruh oleh sepak terjang pengusaha-pengusaha lain
dan ikut-ikutan mengejar trend bisnis yang ramai-ramai dilakukan orang.
Pada saat para pengusaha lain berlomba-lomba mencari pasar di Amerika
dan Eropa, ia secara mengejutkan justru menerobos negara-negara tirai besi,
seperti Rusia dan sekutu-sekutunya. Lebih mencengangkan lagi ia juga
merangkul negara-negara yang sejauh ini sangat ditakuti dan diharamkan
oleh negara-negara penganut kapitalisme seperti Libia dan Iran. Akan tetapi
kenyataan membuktikan bahwa Kim benar. Dengan keputusannya itu ia, dan

4
Daewoo berkembang menjadi salah satu konglomerat terbesar di Asia serta
diperhitungkan dimana-mana termasuk Amerika dan Eropa.
a. Perilaku Pemimpin Perilaku pemimpin menyangkut dua bidang utama :
 Berorientasi pada tugas yang menetapkan sasaran, merencanakan dan
mencapai sasaran.
 Berorientasi pada orang, yang memotivasi dan membina hubungan
manusiawi.
Orientasi Tugas Seorang pemimpin dengan orientasi demikian cenderung
menunjukan perilaku :
 Merumuskan secara jelas peranannya sendiri maupun peranan
stafnya.
 Menentukan tujuan-tujuan yang sukar tapi dapat dicapai.
 Melaksanakan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan,
mengarahkan, membimbing dan mengendalikan kegiatan-kegiatan
yang berorientasi pada tujuan.
 Berminat mencapai peningkatkan produktivitas.
Orientasi orang-orang yang kuat dalam orientasi orang cenderung akan
menunjukan perilaku sebagai berikut :
 Menunjukan perhatian atas terpeliharanya keharmonisan dalam
organisasi dan menghilangkan ketegangan, jika timbul.
 Menunjukan perhatian pada orang sebagai manusia dan bukan
sebagai alat produksi saja.
 Menunjukan pengertian dan rasa hormat pada kebutuhan-kebutuhan,
tujuan-tujuan dan keinginan-keinginan, perasaan dan ide-ide
karyawan.
 Mendirikan komunikasi timbal balik dengan staf.
 Menerapkan prinsip penekanan ulang untuk meningkatkan prestasi
karyawan.
 Mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab, serta mendorong
inisiatif.

5
 Menciptakan suatu suasana kerjasama dan gugus kerja dalam
organisasi.
b. Tindakan Kepemimpinan
Saran-saran berikut akan dapat membantu wirausahawan meningkatkan
kemampuan kepemimpinan wirausahawan :
1. Sekali wirausahawan telah mengambil keputusan, ambil tindakan
secepat mungkin
2. Upaya-upaya wirausahawan dapat dilipat gandakan melalui bakat dan
kemampuan staf wirausahawan. Untuk menjadi seorang pemimpin
yang baik, wirausahawan harus mengetahui bagaimana dan kapan
menggunakan kemampuan ini dari orang-orang yang mampu
disekitar wirausahawan dan menyokong serta percaya pada
wirausahawan sebagai pemimpin.
3. Wirausahawan akan memperoleh kepercayaan pada kemampuan
kepemimpinan wirausahawan, jika wirausahawan memusatkan
perhatian pada upaya meningkatkan kekuatan-kekuatan
wirausahawan. Jauhilah situasi dimana kelemahan-kelemahan
wirausahawan akan tampak.
4. Seorang pemimpin yang baik bersedia mengakui kesalahan-kesalahan
dan mengubah rencana-rencana. Wirausahawan haruslah sadar bahwa
keadaan selalu berubah dan penyesuaian-penyesuaian haruslah dibuat
sewaktu-waktu.

3. Tata Laksana
Tata laksana merupakan terjemahan dari kata Management artinya
pengelolaan. Yang perlu dimengerti disini adalah manajemen bukan semata-
mata konsumsi para manajer saja. Setiap orang perlu manajemen apapun
status dan jabatan orang tersebut. Bahkan ibu rumah tanggapun perlu
manajemen untuk mengelola uang dapur dan belanjaannya. Tata laksana
merupakan metode atau serangkaian cara dan prosedur. Gunanya jelas, yaitu
untuk menghasilkan efektifitas dan efisiensi setiap pekerjaan, agar

6
mendapatkan hasil yang baik dalam mutu serta tepat waktu dalam
penyerahannya.
Berbeda dengan sikap mental dan kepemimpinan yang termasuk
dalam klasifikasi nilai atau kualitas, maka manajemen merupakan
pengetahuan yang bersifat praktis. Kalau sikap mental dan kepemimpinan
berada di dalam jiwa, manajemen berada diluar mirip ketrampilan teknis.
Manajemen mempunyai arti yang amat luas. Kegunaannya juga sangat
universal dan semua orang atau organisasi memerlukan manajemen. Banyak
sekali kasus yang membuktikan bahwa bila manajemen terabaikan, maka
sebuah organisasi akan menjadi kacau dan morat marit. Perusahaan tanpa
manajemen yang baik, bisa dipastikan akan mengalami hambatan besar
dalam perkembangannya. Oleh sebab itu, setiap orang yang ingin memulai
usaha harus mewaspadai aspek tata laksana sedini mungkin. Mulailah
kegiatan manajemen seketika pada saat perusahaan baru saja dimulai,
sekecil apapun ukurannya.

4. Ketrampilan
Lapisan terluar dari struktur prioritas keWirausahaan adalah
ketrampilan. Banyak pihak berpendapat, bahwa dengan berbekal
penguasaan ketrampilan, seseorang akan bisa diharapkan menjadi seorang
entrepreneur yang berhasil. Pendapat ini sebenarnya tidaklah terlalu salah,
kalau dilihat banyak contoh yang membuktikan, misalnya seorang penjahit
dengan ketrampilan yang dimiliki akhirnya bisa memiliki sebuah
perusahaan pakaian jadi yang cukup besar.
Namun demikian, kalau wirausahawan mau meneliti lebih jauh,
ternyata keberhasilan-keberhasilan itu sebenarnya bukan disebabkan oleh
ketrampilan semata, melainkan lebih oleh jiwa kepemimpinan yang dimiliki
si pengusaha. Leadership yang bersangkutan yang menuntun dan
membawanya ke jenjang sukses.
Ada tiga hal yang memungkinkan seseorang, baik trampil maupun
tidak untuk bisa tampil sebagai tokoh yang sukses, atau orang yang
berkecukupan yaitu :
 Memanfaatkan ledership yang berasal dari diri sendiri.

7
 Memanfaatkan ledership orang lain.
 Faktor keberuntungan ( luck atau hoki )

B. Karakteristik Wirausahawan.
Sejarah kewirausahaan menunjukkan bahwa Wirausahawan
mempunyai karakteristik umum serta berasal dari kelas yang sama. Para
pemula revolusi industri Inggris berasal dari kelas menengah dan menengah
bawah. Dalam sejarah Amerika pada akhir abad ke sembilan belas, Heillbroner
mengemukakan bahwa rata-rata Wirausahawan adalah anak dari orang tua
yang mempunyai kondisi keuangan yang memadai, tidak miskin dan tidak
kaya.
Schumpeter menulis bahwa Wirausahawan tidak membentuk suatu
kelas sosial tetapi berada dari semua kelas. Menurut Mc Clelland, karakteristik
Wirausahawan adalah sebagai berikut :
1. Keinginan untuk berprestasi.
Penggerak psikologis utama yang memotivasi Wirausahawan adalah
kebutuhan untuk berprestasi, yang bisaanya diidentifikasikan sebagai
kebutuhan. Kebutuhan ini didefinisikan sebagai keinginan atau dorongan
dalam diri orang yang memotivasi perilaku ke arah pencapaian tujuan.
Pencapaian tujuan merupakan tantangan bagi kompetisi individu.
2. Keinginan untuk bertanggung jawab.
Wirausahawan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi pencapaian
tujuan. Mereka memilih menggunakan sumber daya sendiri dengan cara
bekerja sendiri untuk mencapai tujuan dan bertanggung jawab sendiri
terhadap hasil yang dicapai. Akan tetapi mereka akan melakukannya secara
berkelompok sepanjang mereka bisa secara pribadi mempengaruhi hasil-
hasil.
3. Preferensi kepada resiko-resiko menengah.
Wirausahawan bukanlah penjudi. Mereka memilih menetapkan tujuan-
tujuan yang membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi, suatu tingkatan yang
mereka percaya akan menuntut usaha keras tetapi yang dipercaya bisa
mereka penuhi.
4. Persepsi pada kemungkinan berhasil.

8
Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan adalah kwalitas
kepribadian Wirausahawan yang penting. Mereka mempelajari fakta-fakta
yang dikumpulkan dan menilainya. Ketika semua fakta tidak sepenuhnya
tersedia, mereka berpaling pada sikap percaya diri mereka yang tinggi dan
melanjutkan tugas-tugas tersebut.
5. Rangsangan oleh umpan balik.
Wirausahawan ingin mengetahui bagaimana hal yang mereka kerjakan,
apakah umpan baliknya baik atau buruk. Mereka dirangsang untuk
mencapai hasil kerja yang lebih tinggi dengan mempelajari seberapa efektif
usaha mereka.
6. Aktifitas enerjik.
Wirausahawan menunjukan enerji yang jauh lebih tinggi dibandingkan rata-
rata orang. Mereka bersifat aktif dan mobil dan mempunyai proporsi waktu
yang besar dalam mengerjakan tugas dengan cara baru. Mereka sangat
menyadari perjalanan waktu. Kesadaran ini merangsang mereka untuk
terlibat secara mendalam pada kerja yang mereka lakukan.
7. Orientasi ke masa depan.
Wirausahawan melakukan perencanaan dan berpikir ke depan. Mereka
mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh di masa depan.
8. Ketrampilan dalam pengorganisasian.
Wirausahawan menunjukkan ketrampilan dalam organisasi kerja dan orang-
orang dalam mencapai tujuan. Mereka sangat obyektif dalam memilih
individu-individu untuk tugas tertentu. Mereka akan memilih yang ahli
bukan teman agar pekerjaan bisa dilakukan dengan efisien.
9. Sikap terhadap uang.
Keuntungan finansial adalah nomor dua dibandingkan arti penting dari
prestasi kerja mereka. Mereka hanya memandang uang sebagai lambang
kongkret dari tercapainya tujuan dan sebagai pembuktian dari kompetensi
mereka.

C. Potensi Kewirausahaan.
Karakteristik Wirausahawan sukses adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan inovatif.

9
Inovasi memerlukan pencarian kesempatan baru. Hal tersebut berarti
perbaikan barang dan jasa yang ada, menciptakan barang dan jasa baru,
atau mengkombinasikan unsur-unsur produksi yang ada dengan cara baru
dan lebih baik.
2. Toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity).
Ini berarti kemampuan untuk berhubungan dengan hal yang tidak
terstruktur dan tidak bisa diprediksi. Karakteristik ini berkaitan erat
dengan proses inovatif
3. Keinginan untuk berprestasi adalah tanda-tanda penting dari dorongan
keWirausahaan.
Hal ini menandai para pemiliknya sebagai orang yang tidak mengenal
menyerah di dalam mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan sendiri.
4. Kemampuan perencanaan realistis.
Menetapkan tujuan yang menantang dan bisa diterapkan adalah tanda dari
perencanaan realistis. Tujuan ditetapkan sesuai dengan tujuan dari
Wirausahawan.
5. Kepemimpinan terorientasi pada tujuan.
Wirausahawan membutuhkan aktivitas yang mempunyai tujuan. Semangat
yang tinggi memotivasi mereka untuk mengarahkan tenaga mereka dan
rekan kerja serta bawahan mereka ke arah tujuan yang ditetapkan.
6. Obyektivitas.
Wirausahawan obyektif di dalam mengarahkan pemikiran dan aktivitas
keWirausahaannya dengan cara pragmatis. Wirausahawan mengumpulkan
fakta-fakta yang ada, mempelajarinya dan menentukan arah tindakan
dengan cara-cara praktis.
7. Tanggung jawab pribadi.
Wirausahawan memikul tanggung jawab pribadi, mereka menetapkan
tujuan sendiri dan memutuskan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut
dengan kemampuan mereka sendiri.
8. Kemampuan beradaptasi.
Para Wirausahawan mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan
perubahan lingkungan. Ketika Wirausahawan terhambat oleh kondisi yang
berbeda dari apa yang mereka harapkan, mereka tidak menyerah, namun
melihat situasi secara obyektif.
9. Kemampuan sebagai pengorganisasi dan administrator.

10
Wirausahawan mempunyai kemampuan mengorganisasi dan administasi di
dalam mengidentifikasi dan mengelompokkan orang-orang berbakat untuk
mencapai tujuan. Mereka menghargai kompetensi dan akan memilih para
spesialis untuk mengerjakan tugas dengan efisien.

BAB III
ANALISA
MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

A. Kondisi Nyata Usaha Kecil dan Menengah saat ini


Selama krisis ekonomi yang berawal pada pertengahan tahun 1997,
sektor agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil secara nyata telah mampu
menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih tetapnya
usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama usaha menengah dan usaha
kecil. Meskipun demikian, pengembangan usaha kecil juga mengalami
berbagai permasalahan seperti : [1] kesulitan mendapatkan modal yang cukup,
[2] kekurangan pengetahan di bidang agribisnis, [3] kelemahan dalam
pengelolaan atau manajemen usaha, [4] kekurangan dalam perencanaan usaha,
[5] kekurangan dalam pengalaman berusaha, [6] kekurangan pengetahuaan
dan ketrampilan teknis bidang usaha yang dilakukan. Dengan kata lain, titik

11
berat persoalan usaha kecil adalah sedikitnya pengusaha kecil yang memiliki
jiwa wirausaha. (Noer: 2001).
Kewirausahaan adalah jiwa, sehingga kurang tepat jika dikatakan
pengembangan kewirausahaan agribisnis dan usaha kecil. Kewirausahaan
adalah kemampuan dalam melihat atau menilai kesempatan di peluang bisnis
serta kemampuan mengoptimalkan sumberdaya dan mengambil tindakan yang
beresiko tinggi. Mungkin lebih tepat apabila dikatakan pengembangan
agribisnis usaha kecil. (Noer: 2001)
Selama ini prospek bisnis ke depan, yang berkaitan dengan
kontrak/transaksi, cenderung memerlukan kemitraan dalam kaitannya antara
perusahaan besar dengan perusahaan kecil. Kemitraan ini tidak hanya di
budidaya, tetapi juga di bagian pembibitan dan pengolahan. Kegiatan hulu
sampai dengan kegiatan hilir ini dapat saling dimanfaatkan. (Noer: 2001)
Bagi agribisnis baik petani, maupun pengusaha kecil dalam
menjalankan usahanya, mempunyai karakteristik, berupa harga dan pasar hasil
petani tidak dapat dipengaruhi oleh produser secara sendiri-sendiri tapi harus
dihadapi oleh agribisnis secara keseluruhan. Untuk mendpatkan kesepakatan
bersama ini tidak mudah tapi kelompok sekaligus bisa mempengaruhi harga
dan pasar, sehingga semua produser baik yang masuk kelompok atau tidak
akan merasakan hasilnya. Kemudian akan banyak para produser untuk
menanamkan produknya lebih luas dan produser yang tadinya tidak menanam
produk tersebut akan tertarik pula untuk menanam produk yang sama,
sehingga pada akhirnya persediaan produk berlebih serta harga dan pasar akan
turun.

B. Peluang Usaha Kecil yang sedang dikembangkan.


Untuk mendayagunakan keunggulan Indonesia sebagai negara agraris
dan maritim serta menghadapi tantangan kedepan seperti otonomi daerah,
liberalisasi perdagangan, perubahan pasar internasional lainnya. Pemerintah
sedang mempromosikan pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang
berdaya saing (Competiveness), berkerakyaratan (People-Driven),
berkelanjutan (Sustainable) dan terdesentralistis (Decentralized).

12
Pembangunan pertanian dalam kerangka system agribisnis merupakan
suatu rangkaian dan keterkaitan dari : (1) Sub agribisnis hulu (upstream
agribusiness) yaitu seluruh kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana
produksi bagi pertanian primer (usahatani); (2) Sub agribisnis usahatani (on-
farm agribusiness) atau pertanian primer, yaitu kegiatan yang menggunakan
sara produksi dan sub agribisnis hulu untuk menghasilkan komoditas
pertanian primer. Sub ini di Indonesia disebut pertanian; (3) Sub agribisnis
hilir (down-stream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah
komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik bentuk produk antara
(intermediate product) maupun bentuk produk akhir (finished product); dan
(4) Sub jasa penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga sub
agribisnis di atas.
Sedangkan Strategi Sistem Agribisnis diatas harus bersinergi kedalam
4 sub-sistem yang terjabarkan sebagai berikut: Keterkaitan 4 sub Sistem dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Upstream Agribusiness
Sub sistem agribisnis hulu berupa pengembangan industri yang
menghasilkan barang modal bagi pertanian, yaitu industri pembenihan
atau pembibitan, tanaman, ternak ikan industri agro kimia (Agro-otomotif)
seperti pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak/ikan, sindustri alat dan mesin
pertanian.
2. Onfarm agribusiness
Sub sistem pertanian primer berupa pengembangan kegiatan budidaya
yang menghasilkan komoditi pertanian primer (usaha tani tanaman
pangan, usahatani hortikultura, usahatani tanaman obat-obatan) usaha
perkebunan, usaha peternakan, usaha perikanan, dan usaha kehutanan.
3. Downstream agribusiness
Sub sistem Agribisnis Hilir berupa pengembangan industri-industri yang
mengolah komoditi pertanian primer menjadi olahan seperti makanan dan
minuman, industri pakan ternak, industri barang-barang serat alam,
industri farmasi, industri bio-energi dan lain-lain.
4. Services for Agribusiness

13
Sub Sistem penyedia jasa Agribisnis berupa fasilitas Perkreditan,
transportasi, pergudangan, Litbang, Pendidikan SDM dan kebijakan
ekonomi.
Dalam artian, peluang akan membuka usaha kecil dan menengah
terbuka pada 4 subsistem agribisnis, yang menjadi kendala saat ini, adakah
jiwa-jiwa kewirausahaan dan kepemimpinan untuk segera mempergunakan
peluang tersebut.
Hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa peneliti menunjukkan
bahwa integrasi dan link-antar sub sistem usaha agribisnis belum tersinkron
dengan baik, dimana setiap subsistem masih berjalan dengan sendiri-sendiri
bahkan cenderung mengakibatkan kerugian yang sebenarnya justru harus
mendatangkan dampak positip dari keberadaannya. Usaha-usaha pada sistem
agribisnis tersebut masih berskala kecil dengan sumberdaya manusia seadanya,
teknologi yang terbatas dan tidak ada kepastian harga dan proteksi akan
kelangsungan usahanya.

C. Kondisi Kepemimpinan Usaha Kecil


1. Mencari Pemimpin Yang Baik.
Usaha mencari perpaduan terbaik untuk menjadi seorang pemimpin yang
sukses tidaklah mudah. Dan, usaha untuk bisa menemukan nilai, gaya dan
aktivitas atau apa pun yang relevan untuk disebut sebagai pemimpin yang
sukses merupakan proses yang panjang. Ada pemimpin yang sukses karena
mampu bertindak sebagai seorang pengarah tugas, pendorong yang kuat,
dan berorientasi pada hasil sehingga mendapatkan nilai kepemimpinan yang
tinggi. Ada pemimpin yang sukses karena mampu memberi wewenang
kepada para pegawainya untuk membuat keputusan dan bebas memberikan
saran, mampu menciptakan jenis budaya kerja yang mendorong serta
menunjang pertumbuhan. Pendeknya, untuk menjadi pemimpin yang sukses
haruslah memiliki dorongan yang kuat dan integritas yang tinggi.
Kepemimpinan adalah sebuah proses yang melibatkan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain dengan memberi kekuatan motivasi, sehingga

14
orang tersebut dengan penuh semangat berupaya menuju sasaran. Ahli
manajemen, Peter F Drucker secara khas memandang kepemimpinan adalah
kerja. Seorang pemimpin adalah mereka yang memimpin dengan
mengerjakan pekerjaan mereka setiap hari. Pemimpin terlahir tidak hanya
dalam hirarki managerial, tetapi juga dapat terlahir dalam kelompok kerja
non formal.
2. Kondisi Kepemimpinan Bisnis Kecil saat ini
Kepemimpinan sebenarnya sangat bersangkut erat terhadap karakter
seseorang, jika seseorang berbudi halus maka ia cenderung memimpin
dengan gaya dan type yang halus pula. Melihat kondisi kebanyakan bisnis
kecil yang ada di Indonesia, Pemimpin: Manajer, Direktur bisaanya juga
pemilik itu sendiri, bagian-bagian vital perusahaan cenderung dijabat oleh
anggota keluarga dekat, sehingga kekuasan pemimpin pada bisnis kecil tak
terbatas. Disamping itu pengetahuan akan teori-teori kepemimpinan juga
terbatas sehingga kebanyakan pemimpin bisnis kecil memimpin dengan
gaya tradisional, misalnya pemimpin bisnis kecil di Bali akan cenderung
memimpin dengan gaya serta type dengan kaidah-kaidah atau norma-norma
ke-baliannya. Begitu juga, jika ada pemimpin bisnis kecil dari suku
Tionghoa akan cenderung juga menerapkan gaya dan type kepemimpinan
ala cines, atau kalau kita bandingkan dengan teori kepemimpin lebih dekat
kepada gaya Paternalistik kekeluargaan.
Masalah-masalah SDM pada perusahaannya belum begitu nampak besar
dan serius karena skala usahanya masih kecil, unsur kekeluargaan masih
bisa dijalankan dengan baik, hal ini juga sebenarnya menjadi faktor
penghambat kenapa bisnis kecil tetap kecil. Alasan pertama adalah gaya dan
type kepemimpinan yang masih tradisional, paternalistik, lebih-lebih masih
saja ada yang feodal, seperti di Jawa misalnya.
3. Penerapan Teori Kebutuhan Maslow Dalam Bisnis Kecil
Penerapan Teori Kebutuhan Maslow dalam menumbuhkan dukungan yang
kuat para anggota perusahaan yang bersaing dalam: inovasi” dan
“peningkatan kualitas” sehingga terjadi peningkatan kinerja dan keuntungan

15
perusahaan. Motivasi merupakan proses interaksi antara kebutuhan (need),
dorongan (drive), dan tujuan (goals)
Mengapa dua produk yang sama, dijual oleh dua perusahaan yang berbeda,
memberikan hasil yang berbeda ? Suatu perusahaan membuat produk yang
dapat dijual, bukan menjual produk yang dapat dibuat, karena itu
perusahaan perlu mengenali pelanggan dan mengidentifikasi kebutuhannya.
Dengan demikian perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Salah
satu kegagalan dari produk baru, bisaanya adalah karena mereka salah
mengenali kebutuhan konsumen. Perusahaan mengharapkan konsumennya
menjadi pelanggan, sehingga ada kontinuitas pembelian.
Dalam pemenuhan kebutuhan konsumen, wirausahawan tidak dapat
menciptakan suatu produk untuk memenuhi semua kebutuhan. Diversifikasi
produk perlu dilakukan untuk melayani semua kebutuhan. Berbagai usaha
dilakukan perusahaan untuk membuat pelanggannya merasa istimewa.
Selain untuk meningkatkan penjualan juga untuk membangun loyalitas
pelanggan. Perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas, sehingga mereka
yang menjalankan organisasi tahu apa yang ingin dicapai dan dapat
melakukan perencanaan dan implementasinya.
Kunci dari keberhasilan Perusahaan untuk mencapai tujuan yaitu
membangun loyalitas pelanggan dalam arti luas dapat dijabarkan bahwa:
pelanggan bukan semata-mata hanya orang yang membutuhkan produk
yang dihasilkan oleh perusahaan tetapi jauh lebih luas, dalam Total Quality
Management dijelaskan yang termasuk pelanggan adalah: Konsumen,
Pekerja, dan pemilik. Kelemahan mendasar pada bisnis kecil adalah
mengabaikan arti dan makna motivasi ini, pemilik bisaanya hanya
memperhatikan pada tingkat kebutuhan dasar, belum lagi, pemerintah telah
mematok upah minimum regional misalnya, justru ini akan menjadi acuan
untuk menggaji karyawannya sebatas atau sebesar UMR itu sendiri. Pada
akhirnya banyak bisnis kecil yang tidak bertahan lama.

16
BAB IV
ANALISA USAHA
BUDIDAYA TERNAK SAPI PERAH

A. Peluang Usaha di Kecamatan Krucil


Wilayah Kecamatan Krucil terletak di daerah pegunungan, tepatnya di
lereng gunung Argopuro sebelah barat, dengan ketinggian 800 s/d 950 m DPL.
Dengan kondisi alam yang berbukit-bukit dan masih alamiahnya kondisi hutan
sehingga debit air sangat banyak. Begitu juga banyak lahan kosong yang
belum dimanfaatkan serta luasnya padang rumput, sehingga banyak peluang
usaha khususnya sektor Agribisnis dan wisata alam Bahari yang layak
dikembangkan di wilayah ini.
Wilayah Kecamatan Krucil sampai saat ini hanya sector Wisata saja
yang dimanfaatkan oleh investor. Akan tetapi untuk peluang usaha Agribisnis
masih belum ada Investor yang menagani secara signifikan. Oleh karena itu
penulis tertarik untuk menganalisa peluang usaha Agribisnis di Wilayah
Kecamatan Krucil khususnya wirausaha budidaya ternak sapi perah.

B. Faktor Pendukung Budidaya Ternak Sapi Perah


Kondisi alam yang agraris diwilayah Kecamatan Krucil sangat cocok
untuk dikembangkan khususnya pada sektor usaha Agribisnis baik dibidang
pertanian maupun peternakan.

17
Dalam makalah ini penulis berusaha menganalisa usaha di bidang
peternakan khusunya Wirausaha Budidaya Ternak Sapi Perah. Mengapa
penulis memilih menganalisa di bidang peternakan khusunya Wirausaha
Budidaya Ternak Sapi Perah?. Karna kondisi alam di wilayah Kecamatan
Krucil sangat mendukung dalam menjalankan usaha ini.
Adapun faktor pendukung Wirausaha Budidaya Ternak Sapi Perah di
wilayah Kecamatan Krucil adalah sebagai berikut :

1. Kondisi Sumber Daya Alam


Wilayah Kecamatan Krucil yang terletak di daerah pegunungan sangat lah
strategis untuk pengembangan usaha budidaya ternak sapi perah. Karena
diwilayah ini masih alami dan banyak sumber daya alam yang mendukung
seperti, lahan yang luas, debit air yang melimpah, banyak rumput hijauan,
banyaknya hasil bumi masyarakat yang dapan dimanfaatkan sebagai pakan
ternak (jagung, daun jagung, singkong, daun singkong, kulit kacang
kedelai, ketela rambat, katul padi, katul jagung dan sebagainya).
2. Permodalah
Dalam menjalankan suatu usaha modal financial adalah faktor utama
selain faktor pendukung lainnya dalam menyukseskan suatu usaha. Dalam
hal ini bagi setiap orang yang mau mengembangkan usaha ini sangatlah
mudah, karena di Kecamatan Krucil telah ada KUD sebagai mitra peternak
dalam mengembangkan usahanya.
Dalam hal permodalan penulis mengkategorikan 2 macam Wirausahawan
dalam Budidaya ternak sapi perah:
a) Pengusaha yang modal dengkul (Modal Tenaga Saja)
Bagi masyarakat yang tidak mempunyai modal untuk membuat
kandang dan tidak mampu membeli sapi, di Wilayah kecamatan Krucil
Terdapat KUD ARGOPURO yang menyediakan modal usaha bagi
peternak yang tidak mempunyai modal sendiri.
System ini dinamakan system Gadoan (Kerjasama), yang mana dalam
hal ini KUD sebagai pemberi modal pinjaman mempberikan
pembinaan dan pengawasan secara langsung kepada peternak. Dengan
konsekwensi peternak menyicil setelah sapi produksi sampai dengan
lunas sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama, dan

18
secara otomatis peternak yang bersangkutan langsung menjadi anggota
KUD. Setelah modal pinjaman lunas, peternak dalam jangka waktu
tertentu sudah dapat memiliki hewan ternak dan kandang sapi sendiri.
b) Pengusaha dengan modal sendiri (Modal Uang Pribadi)
Bagi masyarakat yang mempunyai modal sendiri bisa membeli Sapi
kepada KUD dan menyetor Susu ke KUD secara langsung dengan
syarat harus menjadi anggota KUD dan mematuhi segala peraturan
yang berlaku.
3. Pemasaran
Adapun hasil produksi dari ternak sapi perah ini adalah susu segar yang
dihasilkan. Dalam pemasarannya peternak bisa langsung setor ke KUD
yang menampung susu segar dari peternak dua kali sehari (pagi dan sore).
Kemudian susu segar diolah oleh KUD yang selanjutnya disetor ke PT.
Nestle Indonesia Kejayan Pasuruan.

C. Analisa Usaha Budidaya Ternak Sapi Perah (Analisis SWOT)


Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh
peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi.
Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh
kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek
reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem
recording, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Selain itu
pengetahuan petani mengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan sehingga
keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya. Produksi susu
sapi di dunia kini sudah melebihi 385 juta m2/ton/th dengan tingkat penjualan
sapi dan produknya yang lebih besar daripada pedet, pejantan, dan sapi
afkiran. Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan
pemberian pakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana
minimum pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan
sekitar 3,5-4% dari bahan kering.

19
Matriks SWOT Usaha Peternakan Sapi Perah
Kekuatan – S
1. Adanya koperasi susu (KUD) yang memberikan pelayanan pengadaan modal, konsentrat, IB, kesehatan dan menyalurkan susu ke Industri
Pengolahan Susu (IPS)
2. Adanya IPS yang menampung produksi susu dari peternak
3. KUD Memiliki tenaga ahli di bidang peternakan
4. Pemanfaatan teknologi IB (Insenminasi Buatan) sudah meluas yang mengurangi biaya produksi dan meningkatkan laju reproduksi
5. Adanya balai-balai IB yang menyediakan bibit pejantan, memproduksi semen dan mendistribusikannya
6. Adanya petugas IB yang memberikan pelayanan IB dan kesehatan Adanya kelompok-kelompok peternak sapi perah sebagai wadah
peternak-peternak kecil yang mengkoordinasi dan menampung semua permasalahan yang berkaitan dengan peternakan
7. Pelatihan dan penyuluhan tentang sapi perah oleh petugas penyuluh pertanian dan petugas koperasi susu atau KUD untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan peternak
8. Pelatihan dan pengembangan ketrampilan bagi Peternak
9. Lahan hijauan di Wilayah Kecamatan Krucil sangat luas sehingga Rumput segar sebagai makanan pokok ternak mudah didapatkan serta
didukung oleh Sumber air, dan hasil bumi masyarakat yang melimpah

20
Kelemahan – W
1. Produktivitas sapi perah masih rendah
2. Kebijakan pemuliaan sapi perah yang tidak terarah karena sistem pencatatan yang kurang bagus sehingga peningkatan mutu genetik lamban
3. Pengadaan bibit pejantan IB dan bahan baku konsentrat masih impor dari wilayah kecamatan lain
4. Penggunaan bahan baku konsentrat masih bersaing dengan manusia
5. Biaya produksi yang cukup tinggi, sehingga membutuhkan penanganan yang maksimal
7. Pendidikan dan ketrampilan peternak yang masih rendah
8. Sistem pencatatan produksi dan reproduksi yang buruk pada peternakan rakyat
9. Adanya kasus pemalsuan susu

21
Peluang – O
1. Permintaan susu dalam negeri belum terpenuhi
2. Hubungan yang baik antara peternak, Koperasi Susu atau KUD dengan IPS
3. Jalur distribusi produk jelas
4. Berkembangnya diversifikasi produk olahan susu sehingga memperluas pangsa pasar produk susu
5. Konsumsi susu sapi yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan susu dari ternak lainnya
6. Meningkatnya konsumsi susu terutama akibat tuntutan selera yang menginginkan aneka produk
7. Pertumbuhan penduduk semakin meningkat
8. Peningkatan pengetahuan terutama ilmu gizi dan taraf hidup masyarakat
9. Tersedianya tenaga kerja
10. Adakanya kebijakan – kebijakan pemerintah yang mendukung pelaksanaan usaha peternakan sapi perah
11. Berkembangnya pasar swalayan, restoran dan lain-lain yang dapat mendukung system distribusi produk
Ancaman – T
1. Krisis ekonomi yang menyebabkan harga bahan baku konsentrat naik
2. Melemahnya rupiah terhadap dolar
3. Susu Segar mudah basi (butuh penanganan khusus untuk menajaga mutu)
4. Tingkat suku bunga pinjaman tinggi

22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis SWOT, maka strategi-strategi yang dapat

dilakukan dalam menjalankan usaha peternakan sapi perah diantaranya adalah

seperti yang dipaparkan di bawah ini.

Strategi S -O

1. Meningkatkan pemanfaatan teknologi IB untuk meningkatkan laju

reproduksi.

2. Mengembangkan skala usaha untuk meningkatkan produksi.

3. Memanfaatkan kelompok-kelompok peternak, koperasi susu atau KUD,

balai IB dan IPS sesuai dengan fungsinya.

4. Meningkatkan kerjasama antara peternak, koperasi susu atau KUD, balai

IB dan IPS.

5. Mengurangi ketergantungan impor bahan baku konsentrat dengan

memanfaatkan bahan baku lokal terutama by product pertanian dan limbah

industri misalnya ampas tahu dan ampas tempe.

Strategi W – O

1. Meningkatkan produktivitas sapi perah dengan memperbaiki mutu genetik

dan manajemen beternak.

2. Mengurangi ketergantungan impor bahan baku konsentrat dengan

memanfaatkan bahan baku lokal terutama by product pertanian dan limbah

industri misalnya ampas tahu dan ampas tempe.

23
3. Memperbaiki budidaya hijauan makanan ternak, mengusahakan lahan

untuk budidaya dan memperbaiki teknologi pengawetannya.

4. Membuat dan melaksanakan kebijakan pemuliaan yang sesuai terutama

memperbaiki sistem pencatatan dan memanfaatkannya.

Strategi S -T

1. Mengoptimalkan pelayanan KUD terutama dalam pengadaan konsentrat

dengan pemanfaatan bahan baku pakan lokal untuk mengurangi

ketergantungan impor.

2. Pendayagunaan tenaga ahli peternakan untuk misalnya untuk

memformulasikan konsentrat dengan menggunakan bahan baku lokal.

3. Untuk mengatasi masalah bunga pinjaman yang tinggi dengan

memperbaiki dan mempertahankan hubungan kerjasama antara pihak

investor dan lembaga-lembaga perbankan dengan KUD, IPS dan peternak

agar diperoleh modal dengan skim kredit yang sesuai dengan usaha

peternakan.

Strategi W -T

1. Mengurangi ketergantungan impor bahan baku konsentrat dengan

memanfaatkan bahan baku lokal terutama by product pertanian dan limbah

industri misalnya ampas tahu dan ampas tempe.

2. Membuat dan melaksanakan kebijakan pemuliaan yang sesuai terutama

memperbaiki sistem pencatatan dan memanfaatkannya

Penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi semua pihak yang

membacanya, khusunya bagi masyarakat yang berminat menjadi peternak.

24
B. Saran
Motivasi Pemerintah Selama krisis ekonomi yang berawal pada
pertengahan tahun 1997, sektor agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil
secara nyata telah mampu menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal
ini terbukti masih tetapnya usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama
usaha menengah dan usaha kecil. Jika ini yang terjadi haruslah ada intervensi
pemerintah sebagai regulasi dalam memotivasi bertumbuhnya wira-wira
usaha baru sehingga perekonomian nasional dapat segera bangkit.
Khususnya bagi Usaha budidaya Ternak sapi perah, Pemerintah perlu
mendukung peternak dalam menjembatani usahanya, baik dalam usaha
peningkatan Keterampilan melalui pelatihan maupun kemudahan dalam
mendapatkan pinjaman modal.
Diwilayah kecamatan Krucil KUD Argopuro berperan sangat penting
dalam usaha Peningkatan dan Kesejahteraan Peternak sapi perah. Oleh karena
itu Dinas Peternakan wajib membina KUD Argopuro sebagai mitra peternak
dalam mengembangkan usahanya.
Peternak sangat membutuhkan bimbingan dan kemudahan dari semua
instansi terkait dalam memotivasi bertumbuhnya usaha budidaya ternak sapi
perah sehingga upaya mendorong peningkatan perekonomian nasional dapat
segera bangkit.

DAFTAR PUSTAKA

25
Sutjipta, Nyoman, 2001, “Manajemen Sumber Daya Manusia” Diktat: Univeritas
Udayana, Denpasar.
Sumidjo, Wahyo, 1984,”Kepemimpinan dan Motivasi”, Ghalia Indonesia,
Jakarta.
http://artikelrande.blogspot.com/2010/07/manajemen-kewirausahaan.html
Thoha, Miftah, 1994,”Kepemimpinan Dalam Manajemen”, CV. Rajawali, Jakarta.
Yukl, Gary, 1996, “Kepemimpinan Dalam kewirausahaan”, Prerhallindo,
Jakarta.
Anonim. 1983. Petunjuk cara-cara penggunaan obat-obatan ternak. Samarinda,
Dinas Peternakan Kalimantan Timur.
Anonim. 1988. Kondisi peternakan sapi perah dan kualitas susu di pulau Jawa.
Buletin PPSKI
Anonim. 1988. Pemerahan, satu faktor penentu jumlah air susu. Swadaya
Peternakan Indonesia
Anonim. 1988. Upaya peningkatan kesejahteraan peternak melaluipeningkatan
efisiensi produksi. Buletin PPSKI
Bandini, Yusni. 1997. Sapi Bali. Cet 1. Jakarta, Penebar Swadaya.
Djarijah, Abbas Sirega. 1996. Usaha ternak sapi. Yogyakarta, Kanisius.

26

Anda mungkin juga menyukai