Anda di halaman 1dari 9

ANATOMI PROSTAT

Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak
di sebelah inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior. Prostat
berbentuk seperti pyramid terbalik dan merupakan organ kelenjar
fibromuskuler yang mengelilingi uretra pars prostatica. Bila mengalami
pembesaran organ ini menekan uretra pars prostatika dan menyebabkan
terhambatnya aliran urin keluar dari buli-buli. Prostat merupakan kelenjar
aksesori terbesar pada pria; tebalnya ± 2 cm dan panjangnya ± 3 cm dengan
lebarnya ± 4 cm, dan berat 20 gram.

Gambar 1. Alat Reproduksi Pria


Kelenjar prostat terbagi atas 5 lobus :
a. Lobus medius
b. Lobus lateralis (2 lobus)
c. Lobus anterior
d. Lobus posterior

Pada kelenjar prostat juga dibagi dalam 5 zona :


a. Zona Anterior atau Ventral .
Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma
fibromuskular. Zona ini meliputi sepertiga kelenjar prostat.
b. Zona Perifer
Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar
prostat. Zona ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal
karsinoma terbanyak.
c. Zona Sentralis.
Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius, sesuai dengan lobus
tengah meliputi 25% massa glandular prostat.Zona ini resisten terhadap
inflamasi.
d. Zona Transisional.
Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai
kelenjar preprostatik. Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu
kurang lebih 5% tetapi dapat melebar bersama jaringan stroma
fibromuskular anterior menjadi benign prostatic hyperpiasia (BPH).
e. Kelenjar-Kelenjar Periuretra
Bagian ini terdiri dari duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar
abortif tersebar sepanjang segmen uretra proksimal.

Gambar 2. Zona Kelenjar Prostat


FISIOLOGI PROSTAT
Sekret kelenjar prostat adalah cairan seperti susu yang bersama-
sama sekret dari vesikula seminalis merupakan komponen utama dari cairan
semen. Semen berisi sejumlah asam sitrat sehingga pH nya agak asam (6,5).
Selain itu dapat ditemukan enzim yang bekerja sebagai fibrinolisin yang
kuat, fosfatase asam, enzim-enzim lain dan lipid. Sekret prostat dikeluarkan
selama ejakulasi melalui kontraksi otot polos. kelenjar prostat juga
menghasilkan cairan dan plasma seminalis, dengan perbandingan cairan
prostat 13-32% dan cairan vesikula seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi.
Kelenjar prostat dibawah pengaruh Androgen Bodies dan dapat dihentikan
dengan pemberian Stilbestrol.

Mulyono, A. 1995. Pengobatan BPH Pada Masa Kini. Dalam : Pembesaran Prostat
Jinak. Yayasan penerbit IDI, Jakarta ; 40-48.5.

Sekret kelenjar prostat adalah cairan seperti susu yang bersama-sama sekret
dari vesikula seminalis merupakan komponen utama dari cairan semen. Semen
berisi sejumlah asam sitrat sehingga pH nya agak asam (6,5). Selain itu dapat
ditemukan enzim yang bekerja sebagai fibrinolisin yang kuat, fosfatase asam,
enzim-enzim lain dan lipid. Sekret prostat dikeluarkan selama ejakulasi melalui
kontraksi otot polos. kelenjar prostat juga menghasilkan cairan dan plasma
seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan vesikula
seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi. Kelenjar prostat dibawah pengaruh
Androgen Bodies dan dapat dihentikan dengan pemberian Stilbestrol.

Gardjito W.Retensi Urin : Permasalahan dan Penatalaksanaan. JURI 1994; 4: 18-


26

Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya BPH adalah :


1. Kadar Hormon
Kadar hormon testosteron yang tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko
BPH. Testosteron akan diubah menjadi androgen yang lebih poten yaitu
dihydrotestosteron (DHT) oleh enzim 5α-reductase, yang memegang peran penting
dalam proses pertumbuhan sel-sel prostat.
2. Usia
Pada usia tua terjadi kelemahan umum termasuk kelemahan pada buli (otot
detrusor) dan penurunan fungsi persarafan. Perubahan karena pengaruh usia tua
menurunkan kemampuan buli-buli dalam mempertahankan aliran urin pada proses
adaptasi oleh adanya obstruksi karena pembesaran prostat, sehingga menimbulkan
gejala. Testis menghasilkan beberapa hormon seks pria, yang secara keseluruhan
dinamakan androgen. Hormon tersebut mencakup testosteron, dihidrotestosteron
dan androstenesdion. Testosteron sebagian besar dikonversikan oleh enzim 5-alfa-
reduktase menjadi dihidrotestosteron yang lebih aktif secara fisiologis di jaringan
sasaran sebagai pengatur fungsi ereksi. Tugas lain testosteron adalah pemacu libido,
pertumbuhan otot dan mengatur deposit kalsium di tulang. Sesuai dengan
pertambahan usia, kadar testosteron mulai menurun secara perlahan pada usia 30
tahun dan turun lebih cepat pada usia 60 tahun keatas.
3. Ras
Orang dari ras kulit hitam memiliki risiko 2 kali lebih besar untuk terjadi BPH
dibanding ras lain. Orang-orang Asia memiliki insidensi BPH paling rendah.
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga pada penderita BPH dapat meningkatkan risiko terjadinya
kondisi yang sama pada anggota keluarga yang lain. Semakin banyak anggota
keluarga yang mengidap penyakit ini, semakin besar risiko anggota keluarga yang
lain untuk dapat terkena BPH. Bila satu anggota keluarga mengidap penyakit ini,
maka risiko meningkat 2 kali bagi yang lain. Bila 2 anggota keluarga, maka risiko
meningkat menjadi 2-5 kali.
5. Obesitas
Obesitas akan membuat gangguan pada prostat dan kemampuan seksual, tipe
bentuk tubuh yang mengganggu prostat adalah tipe bentuk tubuh yang membesar
di bagian pinggang dengan perut buncit, seperti buah apel. Beban di perut itulah
yang menekan otot organ seksual, sehingga lama-lama organ seksual kehilangan
kelenturannya, selain itu deposit lemak berlebihan juga akan mengganggu kinerja
testis.
Pada obesitas terjadi peningkatan kadar estrogen yang berpengaruh terhadap
pembentukan BPH melalui peningkatan sensitisasi prostat terhadap androgen dan
menghambat proses kematian sel-sel kelenjar prostat. Pola obesitas pada laki-laki
biasanya berupa penimbunan lemak pada abdomen. Salah satu cara pengukuran
untuk memperkirakan lemak tubuh adalah teknik indirek, di antaranya yang banyak
dipakai adalah Body Mass Indeks (BMI) dan waist to hip ratio (WHR). BMI diukur
dengan cara berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m).
Interpretasinya (WHO) adalah overweight (BMI 25-29,9 kg/m2), obesitas (BMI >
30 kg/m2). Pengukuran BMI mudah dilakukan, murah dan mempunyai akurasi
tinggi. WHR diukur dengan cara membandingkan lingkar pinggang dengan lingkar
panggul. Pengukurannya dengan cara penderita dalam posisi terlentang, lingkar
pinggang diambil ukuran minimal antara xyphoid dan umbilicus dan lingkar
pinggul diambil ukuran maksimal lingkar gluteus - simfisis pubis. Pada laki-laki
dinyatakan obesitas jika lingkar pinggang > 102 cm atau WHR > 0,90.19
6. Pola Diet
Kekurangan mineral penting seperti seng, tembaga, selenium berpengaruh pada
fungsi reproduksi pria. Yang paling penting adalah seng, karena defisiensi seng
berat dapat menyebabkan pengecilan testis yang selanjutnya berakibat penurunan
kadar testosteron. Selain itu, makanan tinggi lemak dan rendah serat juga membuat
penurunan kadar testosteron. Walaupun kolesterol merupakan bahan dasar untuk
sintesis zat pregnolone yang merupakan bahan baku DHEA
(dehidroepianandrosteron) yang dapat memproduksi testosteron, tetapi bila
berlebihan tentunya akan terjadi penumpukan lemak pada perut yang akan menekan
otot-otot seksual dan mengganggu testis, sehingga kelebihan lemak tersebut justru
dapat menurunkan kemampuan seksual. Akibat lebih lanjut adalah penurunan
produksi testosteron, yang nantinya mengganggu prostat. Suatu studi menemukan
adanya hubungan antara penurunan risiko BPH dengan mengkonsumsi buah dan
makanan mengandung kedelai yang kaya akan isoflavon. Kedelai sebagai estrogen
lemah mampu untuk memblokir reseptor estrogen dalam prostat terhadap estrogen.
Jika estrogen yang kuat ini sampai menstimulasi reseptor dalam prostat, dapat
menyebabkan BPH. Studi demografik menunjukkan adanya insidensi yang lebih
sedikit timbulnya penyakit prostat ini pada laki-laki Jepang atau Asia yang banyak
mengkonsumsi makanan dari kedelai. Isoflavon kedelai yaitu genistein dan
daidzein, secara langsung mempengaruhi metabolisme testosteron. Risiko lebih
besar terjadinya BPH adalah mengkonsumsi margarin dan mentega, yang termasuk
makanan yang mengandung lemak jenuh. Konsumsi makanan yang mengandung
lemak jenuh yang tinggi (terutama lemak hewani), lemak berlebihan dapat merusak
keseimbangan hormon yang berujung pada berbagai penyakit. Estrogen, hormon
yang jumlahnya lebih besar pada wanita ternyata juga dimiliki oleh pria (dalam
jumlah kecil). Namun, hormon ini sangat penting bagi pria, sebab estrogen
mengatur libido yang sehat, meningkatkan fungsi otak (terutama ingatan), dan
melindungi jantung. Tetapi jika tingkatnya terlalu tinggi, maka tingkat hormon
testoteron akan berkurang, dan pria akan mengalami kelelahan, lemas, fungsi
seksual yang menurun, dan akan terjadi pembesaran prostat. Masukan makanan
berserat berhubungan dengan rendahnya kadar sebagian besar aktivitas hormon
seksual dalam plasma, tingginya kadar SHBG (sex hormone-binding globulin),
rendahnya/bebas dari testosteron. Mekanisme pencegahan dengan diet makanan
berserat terjadi akibat dari waktu transit makanan yang dicernakan cukup lama di
usus besar sehingga akan mencegah proses inisiasi atau mutasi materi genetik di
dalam inti sel. Pada sayuran juga didapatkan mekanisme yang multifaktor dimana
di dalamnya dijumpai bahan atau substansi anti karsinogen seperti karoteniod,
selenium dan tocopherol. Dengan diet makanan berserat atau karoten diharapkan
mengurangi pengaruh bahan-bahan dari luar dan akan memberikan lingkungan
yang akan menekan berkembangnya sel-sel abnormal.

Parsons J. Kellog, dkk. Metabolic factors Associated with Benign Prostatic


Hiperplasia. The Journals of Clinical Endocrinology & Metabolism. 2006. Volume
91 no 7 2562-2568. URL : http://www.joem.endojournals.org. Diakses 10 Mei 2007
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PEMASANGAN
KATETER
Pada wanita maupun pria, terdapat beberapa indikasi dan kontraindikasi
untuk pemasangan kateter. Pemasangan kateter juga memiliki dua jalan yaitu
melalui urethra dan suprapubik.
Indikasi umum untuk pemasangan kateter, baik yang intermitten, jangka
pendek dan jangka panjang.
a. Kateterisasi intermiten
 Untuk pengambilan sampel urin
 Menangani ketidaknyamanan pada distensi vesica urinaria
 Dekompresi vesica urinaria
 Mengukur urin residual
 Penanganan pasien dengan spinal cord injury, degenerasi
neuromuskular atau incompetent bladder

b. Kateterisasi tetap jangka pendek


 Pengawasan output urin pada pasien post-operasi dan pasien kritis
 Prosedur operasi yang melibatkan operasi abdomen atau pelvis untuk
penanganan versica urinaria, uretra dan struktur sekitarnya
 Obstruksi saluran kemih (contoh pembesaran prostat), retensi urin akut
 Pencegahan obstruksi uretra dari gumpalan darah dengan irigasi vesica
urinaria kontinu atau intermitten
 Pemberian obat secara berkala pada vesica urinaria

c. Kateterisasi tetap jangka panjang


 Refractory bladder outlet obstruction dan neurogenic bladder dengan
retensi urin
 Retens urin yang kronik
 Untuk membantu penyembuhkan ulkus perineal dimana urin dapat
memperburuk penyembuhan
Selain indikasi, pemasangan kateter uretra juga memiliki kontraindikasi,
yaitu prostatitis akut dan kecurigaan adanya trauma urethra.

Pemasangan kateter melalui suprapubik juga memiliki indikasi dan


kontraindikasi tertentu, yaitu sebagai berikut.
a. Indikasi kateterisasi suprapubik
 Retensi urin akut atau kronik dengan pengeluaran urin yang tidak
adekuat dengan kateter urerthra
 Lebih disarankan pada pasien dengan kebutuhan khusus seperti
pengguna kursi roda, dan dengan masalah alat kelamin
 Prostatitis akut
 Obstruksi, striktur atau anatomik urethra yang abnormal
 Trauma pelvis
 Adanya komplikasi dari penggunaan kateterisasi urethra yang lama
 Operasi abdominal atau urethra yang kompleks
 Pasien dengan inkontinensia fekal yang mengkontaminasi kateter
urethra

b. Kontraindikasi kateterisasi suprapubik


 Adanya karsinoma vesica urinaria atau dicurigai adanya karsinoma
 Kateterisasi suprapubik dikontraindikasikan untuk pasien yang tidak
teraba vesica urinaria nya atau tidak tampak pada pemeriksaan USG
 Adanya operasi pada daerah bawah abdominal sebelumnya
 Koagulopati
 Asites

c. Keuntungan kateterisasi suprapubik


 Kurangnya risiko trauma urethra, nekrosis dan catheter-induced
urethritis
 Menguranig risiko konraminasi kateter yang umumnya ditemukan pada
usus
 Jauh lebih nyaman, khususnya pasien yang menggunakan kursi roda
 Lebih mudah diakses untuk membersihkan dan mengganti kateter
 Membantu dalam hubungan seksual pasien

d. Keterbatasan kateterisasi suprapubik


 Insersi adan tindakan invasif dengan risiko adanya cedera visceral dan
perdarahan
 Pasien masih ada kemungkinan mengeluarkan urin melalui urethra
 Tindakan ini mungkin membutuhkan tenaga ahli
 Pasien dengan katup jantung buatan mungkin membutuhkan terapi
antibiotik
 Pasien dengan terapi antikoagulan perlu pemeriksaan darah

Geng V, dkk. Catheterisation, Indwelling catheters in adults, Urethral and


Suprapubic. European Association of Urology Nurses. 2012

Anda mungkin juga menyukai