GLAUKOMA
Disusun oleh:
Chelsia
I11112037
Pembimbing:
dr. Djoko S. Tardan, Sp.M
dr. Marsita Lita
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang; biasanya
disertai peningkatan tekanan intraokular. Pada sebagian besar kasus, glaukoma tidak
disertai dengan penyakit mata lainnya (glaukoma primer).1,2
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak setelah katarak di
seluruh dunia. Kebutaan yang diakibatkan glaukoma bersifat permanen, atau tidak
dapat diperbaiki (irreversible). WHO 2010 memperkirakan sebanyak 3,2 juta orang
mengalami kebutaan akibat glaukoma.3
Hampir 60 juta orang terkena glaukoma. Sekitar 50% kasus glaukoma tidak
terdiagnosis. Sekitar 6 juta orang mengalami kebutaan akibat glaukoma, termasuk
100.000 penduduk Amerika, menjadikan penyakit ini sebagai penyebab utama
kebutaan yang dapat dicegah di Amerika Serikat. Umumnya penderita glaukoma
berusia lanjut. Risiko glaukoma meningkat sebesar 10% pada usia di atas 40 tahun.1
Glaukoma sudut terbuka primer menyebabkan penyempitan lapangan pandang
bilateral progresif asimptomatik yang timbul perlahan dan sering tidak terdeteksi
sampai terjadi penyempitan lapangan pandang yang luas. Ras kulit hitam memiliki
risiko yang lebih besar mengalami onset dini, keterlambatan diagnosis, dan
penurunan penglihatan yang berat dibandingkan ras kulit putih. Glaukoma sudut
tertutup didapatkan pada 10- 15% kasus ras kulit putih. Glaukoma sudut tertutup
prirner berperan pada lebih dari 90% kebutaan bilateral akibat glaukoma di China.1
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Anatomi
Prosesus siliaris, terletak pada pars plicata adalah struktur utama korpus
siliaris yang membentuk aqueous humor.4 Prosesus siliaris memiliki dua lapis
epitelium, yaitu lapisan berpigmen dan tidak berpigmen. Lapisan dalam epitel yang
tidak berpigmen diduga berfungsi sebagai tempat produksi aqueous humor.5
Sudut bilik mata depan dibentuk oleh jaringan korneosklera dengan pangkal
iris. Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Berdekatan dengan
sudut ini, terdapat jaringan trabekula, kanal schlemm, baji sklera, garis Schwabe dan
jonjot iris.2
2
disusun atas tiga bagian, yaitu uvea meshwork (bagian paling dalam), corneoscleral
meshwork (lapisan terbesar) dan juxtacanalicular/endothelial meshwork (lapisan
paling atas).7
Kanalis Schlemm merupakan lapisan endotelium tidak berpori dan lapisan
tipis jaringan ikat. Pada bagian dalam dinding kanalis terdapat vakuola-vakuola
berukuran besar, yang diduga bertanggung jawab terhadap pembentukan gradien
tekanan intraokuli.7
Aqueous humor adalah cairan jernih yang dibentuk oleh korpus siliaris dan
mengisi bilik mata anterior dan posterior. Aqueous humor mengalir dari korpus
siliaris melewati bilik mata posterior dan anterior menuju sudut kamera okuli
anterior.5 Aqueous humor akan dialirkan dari kanalis Schlemm ke vena episklera
untuk selanjutnya dialirkan ke vena siliaris anterior dan vena opthalmikus superior.
Selain itu, aqueous humor juga akan dialirkan ke vena konjungtival, kemudian ke
vena palpebralis dan vena angularis yang akhirnya menuju ke vena ophtalmikus
superior atau vena fasialis. Pada akhirnya, aqueous humor akan bermuara ke sinus
kavernosus.4
2.2. Fisiologi
Aqueous humor diproduksi dengan kecepatan 2-3 μL/menit dan mengisi bilik
anterior sebanyak 250 μL serta bilik posterior sebanyak 60 μL.4 Aqueous humor
berfungsi memberikan nutrisi (berupa glukosa dan asam amino) kepada jaringan-
jaringan mata di segmen anterior, seperti lensa, kornea dan trabecular meshwork.
Selain itu, zat sisa metabolisme (seperti asam piruvat dan asam laktat) juga dibuang
dari jaringan-jaringan tersebut. Fungsi yang tidak kalah penting adalah menjaga
kestabilan tekanan intraokuli, yang penting untuk menjaga integritas struktur mata.
Aqueous humor juga menjadi media transmisi cahaya ke jaras penglihatan.7
Produksi aqueous humor melibatkan beberapa proses, yaitu transport aktif,
ultrafiltrasi dan difusi sederhana. Transport aktif di sel epitel yang tidak berpigmen
memegang peranan penting dalam produksi aqueous humor dan melibatkan Na+/K+-
3
ATPase. Proses ultrafiltrasi adalah proses perpindahan air dan zat larut air ke dalam
membran sel akibat perbedaan tekanan osmotik. Proses ini berkaitan dengan
pembentukan gradien tekanan di prosesus siliaris.5
Sistem pengaliran aqueous humor terdiri dari dua jenis sistem pengaliran
utama, yaitu aliran konvensional/ trabecular outflow dan aliran nonkonvensional/
uveoscleral outflow. Trabecular outflow merupakan aliran utama dari aqueous humor,
sekitar 90% dari total. Aqueous humor mengalir dari bilik anterior ke kanalis
Schlemm di trabecular meshwork dan menuju ke vena episklera, yang selanjutnya
bermuara pada sinus kavernosus. Sistem pengaliran ini memerlukan perbedaan
tekanan, terutama di jaringan trabekular.4
Uveoscleral outflow, merupakan sistem pengaliran utama yang kedua, sekitar
5-10% dari total. Aqueous humor mengalir dari bilik anterior ke muskulus siliaris dan
rongga suprakoroidal lalu ke vena-vena di korpus siliaris, koroid dan sklera. Sistem
aliran ini relatif tidak bergantung kepada perbedaan tekanan.4
4
2.3. Glaukoma
2.3.1. Definisi
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang; biasanya
disertai peningkatan tekanan intraokular.1 Glaukoma berasal dari bahasa Yunani,
“glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada
pupil penderita glaukoma.2
2.3.3. Epidemiologi
Hampir 60 juta orang terkena glaukoma. Diperkirakan 3 juta penduduk
Amerika Serikat terkena glaukoma, dan diantaranya sekitar 50% tidak terdiagnosis.
Sekitar 6 juta orang mengalami kebutaan akibat glaukoma, termasuk 100.000
penduduk Amerika, menjadikan penyakit ini sebagai penyebab utama kebutaan yang
dapat dicegah di Amerika Serikat. Umumnya penderita glaukoma berusia lanjut.
Risiko glaukoma meningkat sebesar 10% pada usia di atas 40 tahun.1
Glaukoma sudut terbuka primer, bentuk tersering pada ras kulit hitam dan
putih, menyebabkan penyempitan lapangan pandang biiateral progresif asimptomatik
yang timbul perlahan dan sering tidak terdeteksi sampai terjadi penyempitan iapangan
pandang yang luas. Ras kulit hitam memiliki risiko yang lebih besar mengalami onset
dini, keterlambatan diagnosis, dan penurunan penglihatan yang berat dibandingkan
5
ras kulit putih. Glaukoma sudut tertutup didapatkan pada 10- 15% kasus ras kulit
putih. Persentase ini jauh lebih tinggi pada orang Asia dan suku Inuit. Glaukoma
sudut tertutup primer berperan pada lebih dari 90% kebutaan bilateral akibat
glaukoma di China. Glaukoma tekanan normal merupakan tipe yang paling sering di
Jepang.1
Sebagian besar glaukoma merupakan glaukoma primer Orang keturunan Asia
lebih sering menderita glaukoma sudut tertutup, sedangkan keturunan Afrika dan
Eropa lebih sering menderita glaukoma sudut terbuka.
Survey kesehatan Indera tahun 1993-1996 menunjukkan bahwa 1,5%
penduduk Indonesia mengalami kebutaan dengan prevalensi kebutaan akibat
glaukoma sebesar 0,20%. Prevalensi glaukoma hasil Jakarta Urban Eye Health Study
tahun 2008 adalah glaukoma primer sudut tertutup sebesar 1,89%, glaukoma primer
sudut terbuka 0,48%, dan glaukoma sekunder 0,16% atau keseluruhannya 2,53%.3
2.3.4 Klasifikasi
Klasifikasi glaukoma berdasarkan etiologinya1,2
Glaukoma Primer
o Glaukoma sudut terbuka (glaukoma simpleks kronik)
o Glaukoma tertutup
Glaukoma Kongenital
o Primer atau infantil
o Menyertai kelainan kongenital lainnya
Glaukoma sekunder
o Perubahan lensa
o Kelainan uvea
o Trauma
o Bedah
o Rubeosis
6
o Steroid
Glaukoma absolut (hasil akhir semua glaukoma yang tidak terkontrol adalah
mata yang keras, tidak dapat melihat, dan sering nyeri.
2.3.5. Patofisiologi
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah apoptosis sel
ganglion retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti-
dalam retina serta berkurangnya akson di nervus optikus. Diskus optikus menjadi
atropik, disertai pembesaran cawan optik.1
Patofisiologi peningkatan tekanan intraokular-baik disebabkan oleh
mekanisme sudut terbuka maupun yang tertutup-akan dibahas sesuai dengan entitas
penyakitnya. Efek peningkatan tekanan intraokulardipengaruhi oleh perjalanan waktu
dan besar peningkatan tekanan intraokular. Pada glaukoma sudut tertutup akut,
tekanan intraokular mencapai 60-80 mmHg, menimbulkan kerusakan iskemik akut
pada iris yang disertai edema komea dan kerusakan nervus optikus. Pada glaukoma
sudut terbuka primer, tekanan intraokular biasanya tidak meningkat lebih dari 30
7
mmHg dan kerusakan sel ganglion terjadi setelah waktu yang lama, sering setelah
beberapa tahun. Pada glaukoma tekanan normal, sel-sel ganglion retina mungkin
rentan mengalami kerusakan akibat tekanan intraokular dalam kisaran normal, atau
mekanisme kerusakarmya yang utama mungkin iskemia caput nervi optici.1
8
Pada glaukoma sudut tertutup akut terjadi peningkatan tekanan bola mata
dengan tiba-tiba akibat penutupan pengaliran keluar aqueous humor secara
mendadak. Ini menyebabkan rasa sakit hebat, mata merah, kornea keruh dan
edematus, penglihatan kabur disertai halo (pelangi disekitar lampu). Glaukoma sudut
tertutup akut merupakan suatu keadaan darurat.1
2.3.5.3.Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital adalah bentuk glaukoma yang jarang ditemukan.
Glaukoma ini disebabkan oleh kelainan perkembangan struktur anatomi mata yang
menghalangi aliran keluar aqueous humor. Kelainan tersebut antara lain anomali
perkembangan segmen anterior dan aniridia (iris yang tidak berkembang). Anomali
perkembangan segmen anterior dapat berupa sindrom Rieger/ disgenesis
iridotrabekula, anomali Peters/ trabekulodisgenesis iridokornea, dan sindrom
Axenfeld.1
9
Gambar 3. Bufthalmos pada glaukoma kongenital.6
2.3.5.4.Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang timbul akibat adanya penyakit
mata yang mendahuluinya. Beberapa jenis glaukoma sekunder antara lain glaukoma
pigmentasi, pseudoeksfoliasi, dislokasi lensa, intumesensi lensa, fakolitik, uveitis,
melanoma traktus uvealis, neovaskular, steroid, trauma dan peningkatan tekanan
episklera.1
2.3.5.5.Glaukoma Tekanan-Normal
Beberapa pasien dapat mengalami glaukoma tanpa mengalami peningkatan
tekanan intraokuli, atau tetap dibawah 21 mmHg. Patogenesis yang mungkin adalah
kepekaan yang abnormal terhadap tekanan intraokular karena kelainan vaskular atau
mekanis di kaput nervus optikus, atau bisa juga murni karena penyakit vaskular.
Glaukoma jenis ini sering terjadi di Jepang. Secara genetik, keluarga yang memiliki
glaukoma tekanan-normal memiliki kelainan pada gen optineurin kromosom 10.
10
Sering pula dijumpai adanya perdarahan diskus, yang menandakan progresivitas
penurunan lapangan pandang.1
2.3.6. Diagnosis
2.3.6.1.Tonometri
Tonometri adalah pengukuran tekanan intraokular. Instrumen yang paling luas
digunakan adalah tonometer aplanasi Goldmann, yangdilekatkan ke slitlamp dan
mengukur gaya yang diperlukan untuk meratakan daerah kornea tertentu. Ketebalan
kornea berpengaruh terhadap keakuratan pengukuran. Tekanan intraokular mata yang
korneanya tebal, akan ditaksir terlalu tinggi; yang korneanya tipis, ditaksir terlalu
rendah. Kesulitan ini dapat diatasi dengan tonometer kontur dinamik Pascal.
Tonometer Schiotz adalah tonometer portabel; tonometer ini mengukur indentasi
kornea yang ditimbulkan oleh beban yang diketahui sebelumnya.1
Rentang tekanan intraokular normal adalah 10-21 mm Hg. Pada usia lanjut,
rerata tekanan intraokularnya lebih tinggi sehingga batas atasnya adalah 24 mmHg.
Pada glaukoma sudut terbuka primer, 32-50% individu yang terkena akan
memperlihatkan tekanan intraokular yang normal saat pertama kali diperiksa.
Sebaliknya, peningkatan tekanan intraokular semata tidak selalu diartikan bahwa
pasien mengidap glaukoma sudut terbuka primer, sehingga untuk menegakkan
diagnosis diperlukan bukti-bukti lain seperti adanya diskus optikus glaukomatosa
atau kelainan lapangan pandang.1
Apabila tekanan intraokular terus-menerus meninggi sementara diskus optikus
dan lapangan pandang normal (hipertensi okular), pasien dapat diobservasi secara
berkala sebagai tersangka glaukoma.1
2.3.6.2. Gonioskopi
Sudut bilik mata depan dibentuk oleh pertemuan kornea perifer dengan iris,
yang di antaranya terdapat anyaman trabekular. Konfigurasi sudut ini-yakni lebar
(terbuka), sempit, atau tertutup-memberi dampak penting pada aliran keluar aqueous
11
humor. Lebar sudut bilik mata depan dapat diperkirakan dengan pencahayaan oblik
bilik mata depan, menggunakan sebuah senter atau dengan pengamatan kedalaman
bilik mata depan perifer menggunakan slitlamp.1
Akan tetapi, sudut bilik mata depan sebaiknya ditentukan dengan gonioskopi,
yang memungkinkan visualisasi langsung struktur-struktur sudut. Apabila
keseluruhan anyaman trabekular, taji sklera, dan processus iris dapat terlihat, sudut
dinyatakan terbuka. Apabila hanya garis Schwalbe atau sebagian kecil dari anyaman
trabekular yang dapat terlihat, sudut dinyatakan sempit. Apabila garis Schwalbe tidak
terlihat, sudut dinyatakan tertutup. Mata miopia yang besar memiliki sudut lebar, dan
mata hiperopia kecil merniliki sudut sempit. Pembesaran lensa seiring dengan usia
mempersempit sudut ini dan berperan pada beberapa kasus glaukoma sudut tertutup.1
Gambar 4. Ilustrasi gambaran sudut bilik mata depan secara anatomik (kiri) dan
gonioskopik (kanan)6
12
Gambar 5. Perkiraan kedalaman bilik mata depan melalui pencahayaan6
13
Gambar 6. Glaukoma awal menunjukkan takik fokal pada tepi diskus optikus (mata
kiri).6
14
Besaran tersebut adalah perbandingan antara ukuran cawan optik terhadap
diameter diskus, mis., cawan kecil-rasionya 0,1 dan cawan besar-0,9: Apabila
terdapat kehilangan lapangan pandang atau peningkatan tekanan intraokular, rasio
cawan-diskus lebih dari 0,5 atau terdapat asimetri yang bermakna antara kedua mata
sangat diindikasikan adanya atrofi glaukomatosa. Penilaian klinis diskus optikus
dapat dilakukan dengan oftalmoskopi langsung atau dengan pemeriksaan
menggunakan lensa 78 dioptri atau lensa kontak kornea khusus yang memberi
gambaran tiga dimensi. Bukti klinis lain adanya kerusakan neuron pada glaukoma
adalah atrofi lapisan serat saraf retina, yang mendahului timbulnya keiainan diskus
optikus. Kerusakan ini dapat terdeteksi dengan oftalmoskopi atau foto fundus.1
15
menimbulkan breakthrough perifer. Lapangan pandang perifer temporal dan 5-10
derajat sentral baru terpengaruh pada stadium lanjut penyakit. Ketajaman penglihatan
sentral bukan merupakan petunjuk perkembangan penyakit yang dapat diandalkan.
Pada stadium akhir penyakit, ketajaman penglihatan sentral mungkin normal tetapi
hanya 5 derajat lapangan pandang di tiap-tiap mata.
16
dari 3/60 atau kehilangan medan pandang pada mata yang lebih baik setelah
mendapat koreksi terbaik, atau sama dengan kehilangan penglihatan yang cukup
untuk mampu berjalan-jalan). Berbagai cara untuk memeriksa lapangan pandang
pada glaukoma adalah automated perimeter (misalnya Humphrey, Octopus, atau
Henson), perimeter Goldmann, Friedmann field analyzer, dan layar tangent. Defek
lapangan pandang tidak terdeteksi sampai kira-kira terdapat kerusakan ganglion retina
sebanyak 40%. 1
17
2. Golongan α2-adrenergik Agonis
Golongan α2-adrenergik agonis obat ini dibagi menjadi 2 yaitu selektif dan
tidak selektif. Apraclonidine (larutan 0,5% 3x1 dan 1%, dan sesudah terapi laser)
menurunkan pembentukan aqueous humor tanpa menimbulkan efek pada aliran
keluar. Ini terutama berguna untuk mencegah peningkatan tekanan intraokular
pascaterapi laser segmen anterior dan terapi jangka pendek pada kasus-kasus yang
sukar disembuhkan. Tidak sesuai untuk terapi jangka panjang karena bersifat
takiflaksis (hilangnya efek terapi dengan berjalannya waktu) dan tingginya insidens
reaksi alergi. Farmakokinetik dari pemberian apraklonidin 1% dalam waktu 1 jam
dapat menghasilkan penurunan tekanan intraokuler yang cepat paling sedikit 20%
dari tekanan intraokuler awal.1
Brimonidine (larutan 0,2% 2x1) adalah suatu agonis adrenergik- α yang
terutama menghambat pembentukan aqueous humor dan juga meningkatkan
pengaliran aqueous keluar. Obat ini digunakan sebagai lini pertama atau tambahan,
tetapi reaksi alergi sering ditemukan.1
18
dorzolamid topikal (larutan 2%) akan terjadi penetrasi melalui kornea dan sklera ke
epitel tak berpigmen prosesus siliaris sehingga dapat menurunkan produksi humor
aqueus dan HCO3- dengan cara menekan enzim karbonik anhidrase II. Penghambat
karbonat anhidrase topikal (dorsolamid) dapat menurunkan tekanan intraokuler
sebesar 15-20%.1
Indikasi pemberian untuk mengontrol glaukoma baik jangka pendek maupun
jangka panjang, sebagai obat tunggal atau kombinasi. Indikasi lain untuk mencegah
kenaikan tekanan intraokuler pasca bedah intraokuler. Efek samping lokal yang
dijumpai seperti mata pedih dan reaksi alergi.1
2. Analog prostaglandin
Analog prostaglandin merupakan obat lini pertama yang efektif digunakan
pada terapi glaukoma misalnya, latanopros 0,005%, bimatoprost 0,003%, dan
travoprost 0,004%. Latanopros merupakan obat baru yang paling efektif katena dapat
ditoleransi dengan baik dan tidak menimbulkan efek samping sistemik.1
Cara kerja obat ini dengan meningkatkan aliran keluarnya humor aqueus
melalui uveosklera. Obat ini diindikasikan pada glaukoma sudut terbuka, hipertensi
19
okuler yang tidak toleran dengan antiglaukoma lain. Semua analog prostaglandin
dapat menimbulkan hiperemua konjungtiva, hiperpigmentasi kulit periorbita,
pertumbuhan bulu mata, dan penggelapan iris yang bersifat permanen.
3. Epinefrin
Epinefrin 0,25-2% diteteskan 1-2x sehari meningkatkan aliran keluar aqueous humor
dan sedikit banyak disertai dengan penurunan pembentukan aqueous humor. Efek
samping okular mencakup vasodilatasi konjungtiva, konjungtivitis folikular, dan
reaksi alergi.1
4. Dipivefrin
Merupakan prodrug epinefrin yang dimetabolisme secara intraokular menjadi bentuk
aktifnya. Epinefrin maupun dipivefrin tidak boleh digunakan untuk mata dengan
sudut bilik maya depan yang sempit.1
20
Kontraksi pupil penting dalam penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup
primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil penting dalam
pengobatan penutupan sudut iris akibat bombe karena sinekia posterior.1
Apabila penutupan sudut disebabkan oleh pergeseran lensa ke anterior,
digunakan siklopegik (cyclopentolate dan atropine) untuk merelaksasi otot siliaris
sehingga aparatus zonular menjadi kencang dalam upaya menarik lensa ke belakang.1
21
Teknik ini dapat diterapkan pada beragam bentuk glaukoma sudut terbuka, dan
hasilnya bervariasi tergantung pada penyebab yang mendasari. Penurunan tekanan
biasanya memungkinkan pengurangan terapi medis dan penundaan tindakan bedah
glaukoma. Pengobatan dapat diulang. Trabekuloplasti laser dapat digunakan dalam
terapi awal glaukoma sudut terbuka primer. Pada sebagian besar kasus, tekanan
intraokular perlahan-lahan akan kembali ke tingkat praterapi dalam 2-5 tahun. Hasil
tindakan bedah drainase glaukoma berikutnya dapat dipengaruhi tanpa disengaja.1
Gambar 10. Trabekulektomi menunjukkan ‘bleb’ pada nasal atas dan iridektomi
perifer.6
22
Komplikasi yang utama adalah fibrosis jaringan episklera, yang menyebabkan
penutupan jalur drainase baru tersebut. Hal ini iebih mudah terjadi pada pasien
berusia muda, pasien berkulit hitam, pasien glaukoma akibat uveitis, dan pasien yang
pernah menjalani bedah drainase glaukoma atau tindakan bedah lain yang melibatkan
jaringan episklera. Terapi adjuvan pra- dan pascaoperasi dengal antimetabolit, seperti
5-fluorouracil dan mitomycin C memperkecil risiko kegagalan bleb dan dikaitkan
dengan.kontrol tekanan intraokular yang baik.1
Akan tetapi, terapi ini dapat menimbulkan komplikasi yang berkaitan dengan
bleb, mrsalnya rasa tidak nyaman terus-menerus pada mata, infeksi bleb, atau
makulopati akibat hipotoni okular persisten. Trabekulektomi rnempercepat
pembentukan katarak secara nyata.
Penanaman selang silikon untuk membentuk saluran keluar perrnaneri bagi
aqueous humor adalah tindakan alternatif untuk mata yang tampaknya tidak
berespons terhadap trabekulektorni. Ini meliputi mata dengan glaukoma sekunder-
terutama glaukoma neovaskular-dan glaukoma pascabedah tandur kornea.
Viskokanalostorni dah sklerektomi dalam dengan irnplan kolagen menghindarkan
dilakukannya insisi ketebalan penuh (full-thickncss) ke dalam mata. Penurunan
tekanan intraokular yang dihasiikan tidak sebaik trabekulektorni, tetapi kornplikasi
yang timbul mnngkin lebih sedikit. Secara teknis, tindakan ini sulit dikerjakan.1
Goniotomi dan trabekulotoni adalah teknik-teknik yang bermanfaat untuk
rnengobati glaukoma kongenital prirner, yang tampaknya terdapat sumbatan drainase
aqueous humor di bagian dalam anyaman trabekular.1
23
menghancurkan corpus ciliare. Terapi biasanya diberikan dari luar melalui sklera,
tetapi telah tersedia sistem aplikasi laser endoskopi.1
2.3.9. Prognosis
Tanpa pengobatan, glaukoma sudut terbuka dapat berkembang secara
perlahan hingga akhirnya menimbulkan kebutaan total. Apabila obat tetes
antiglaukoma dapat mengontrol tekanan intraokular mata yang belum mengalami
kerusakan glaukomatosa luas, prognosisnya akan baik (walaupun penurunan lapangan
pandang dapat terus berlanjut pada tekanan intraokular yang telah normal). Glaukoma
sudut tertutup memerlukan penatalaksanaan sesegera mungkin untuk
mempertahankan penglihatan.1
Pada kasus glaukoma kongenital yang tidak diobati, kebutaan timbul secara
dini. Mata mengalami peregangan hebat bahkan dapat ruptur hanya karena trauma
ringan. Pencekungan diskus optikus khas glaukoma timbul relatif cepat, menekankan
perlunya terapi segera. Terapi selalu dengan tindakan bedah, dan dapat dilakukan
goniotomi atau trabekulektomi.1
24
BAB III
KESIMPULAN
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang; biasanya
disertai peningkatan tekanan intraokular. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan
kedua terbanyak setelah katarak di seluruh dunia. Kebutaan yang diakibatkan
glaukoma bersifat permanen namun dapat dicegah. Hampir 50% kasus glaukoma
tidak terdeteksi, sering tidak disadari sampai terjadi gangguan pada lapang pandang
yang progresif. Berdasarkan etiologinya, glaukoma dibagi menjadi glaukoma primer,
sekunder, kongenital, dan absolut. Berdasarkan mekanisme peningkata intraokular,
glaukoma dibagi menjadi sudut terbuka dan tertutup. Penatalaksanaan dapat
dilakukan dengan medikamentosa dan terapi bedah dan laser. Prognosis pada
umumnya baik bila segera ditangani.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Salmon, J.R, 2009. Glaucoma. In: Paul R, Whitcher, J.P, ed 17. Vaughan &
Asbury’s General Ophthalmology. USA: McGraw-Hill, 212-228.
2. Ilyas HS & Yulianti SR. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. h. 222-9
3. Kemenkes RI. 2015. Infodatin: Situasi dan Analisa Glaukoma.
4. Solomon, I.S., 2002. Aqueous Humor Dynamics. Available from:
http://www.nyee.edu/pdf/solomonaqhumor.pdf
5. Simmons, S.T., et al, 2007. Intraocular Pressure and Aqueous Humor
Dynamics. In: Tanaka, S., ed. Glaucoma. Singapore: American Academy of
Ophthalmology, 17-29.
6. Riordan-Eva P,Witcher, JP. 2009. Vaughan & Asbury’s General
Ophtalmology, 17th Edition. USA:McGraw-Hill Companies.
7. Cibis, G.H., Beaver, H.A., Jhons, K., Kaushal, S., Tsai, J.C., and Beretska,
J.S., 2007. Trabecular Meshwork. In: Tanaka, S., ed. Fundamentals and
Principles of Ophthalmology. Singapore: American Academy of
Ophthalmology, 54-59.
8. Goel, M., Picciani R.G., Lee, R.K., Bhattacharya, S.K., 2010. Aqueous
Humor Dynamics: A Review. Op. Ophthalmol J. 4: 52-59.
9. Friedman, N.J., Kaiser, P.K., 2007. Glaucoma: Primary Open-Angle
Glaucoma. In: Merritt, J., ed. Essentials of Ophthalmology. Philadelphia:
Saunders, 201-204.
26