Anda di halaman 1dari 11

Asuhan Keperawatan pada Penderita Leukemia

Tugas ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Anak I
Dosen Pembimbing Fitriana Noor Khayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Di susun oleh
Dyah Puji Pangesti
1602102

Program Studi DIII Keperawatan

Stikes Muhammadiyah Klaten

Tahun 2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang sampai
saat ini masih memberi kita nikmat iman dan kesehaatan, sehingga saya diberi kesempatan
untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah ini tentang “ Asuhan Keperawatan Leukemia”.

Adapun penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan beberapa tugas mata kuliah
Keperawatan Anak I. Pada makalah ini membahas mengenai pengertian, etiologi, tanda &
gejala, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, fokus pengkajian, diagnosa
keperawatan, serta intervensi dari leukemia.

Kami sampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak
yang sudah mendukung kami selama berlangsungnya pembuatan makalah ini. Penulis
sekaligus juga berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi setiap pembaca.

Disertai keseluruhan rasa rendah hati, kritik dan saran yang membangun amat kami
nantikan dari kalangan pembaca agar nantinya meningkatkan dan merevisi kembali
pembuatan makalah di tugas lainnya dan di waktu berikutnya.

Klaten, November 2017

Penulis
BAB I

PENDAULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima
yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang
disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika seldarah
yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan mengganggupembelahan sel
darah normal.
Di Indonesia kasus leukemia kurang lebih 7000 kasus / tahun dengan angka
kematian mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent
Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak
yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007).
Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian di AmerikaSerikat karena
leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat
setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009
diperkirakan 53.240 orang akan meninggal dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari leukemia ?
2. Bagaimana etiologi dari leukemia ?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari leukemia ?
4. Bagaimana patofisiologi dari leukemia ?
5. Bagaimana pathway dari leukemia ?
6. Bagaimana pemeriksaan dari diagnostik leukemia ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari leukemia ?
8. Bagaimana fokus pengkajian dari leukemia ?
9. Bagaimana diagnosa keperawatan dari leukemia ?
10. Bagaimana intervensi keperawatan dari leukemia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari leukemia
2. Untuk mengetahui etiologi dari leukemia
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari leukemia
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari leukemia
5. Untuk mengetahui pathway dari leukemia
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari leukemia
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari leukemia
8. Untuk mengetahui fokus pengkajian dari leukemia
9. Untuk megetahui diagnosa keperawatan dari leukemia
10. Untuk mengetahui intervensi keperawatan dari leukemia
BAB II

ASUHAN KEPERAATAN LEUKEMIA

A. Pengertian
Leukemia adalah penyakit yang ditandai dengan poliferasi abnormal dari sel sel
hematopoitik (Sylvia Anderson, 1995). Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang
masih imatur dalam jaringan pembentuk darah (Prof. Dr. Iman, 1997). Leukimia adalah
proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang menggantikan
elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, 2002). Leukemia merupakan penyakit
maligna yang disebabkan abnormal overproduksi dari tipe sel darah putih tertentu,
biasanya sel-sel imatur dalam sumsum tulang. Berdasarkan dari beberapa pengertian
diatas, leukimia merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal
dari sel – sel leukosit.
B. Etiologi
Leukemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor menurut Handayani dah Hariwibowo
(2012) sebagai berikut
1. Faktor Genetik
Virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell leukemia-
lymphoma virus/HTLV).
2. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan
leukimia pada inatang maupun manusia. Angka kejadian leukimia mieloblastik
(AML) dan leukimia granulositik kronis (LGK) jelas sekali meningkat sesudah sinar
radioaktif.
3. Virus
Virus penyebab leukimia yaitu enzyme reverse transcriptase ditemukan dalam darah
manusia, enzim tersebut ditemukan dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C
yaitu jenis virus RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang.
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari Leukemia menurut Handayani dah Hariwibowo (2012) sebagai
berikut :
1. Kardiovaskuler
Tanda – tanda anemia yaitu lemah, letih, lesu, pucat, takhikardia, tekanan darah
menurun, palpitasi, dan murmur.
2. Pernapasan
Komplikasi infeksi pernapasan seperti sesak napas, kesulitan bernapas, napas pendek,
daan bunyi napas abnormal.
3. Integumen
Kulit pucat, dingin, konjungtiva anemis, adanya pendarahan pada kulit seperti
petekhie, pendarahan pada gusi, dan infeksi pada rongga mulut.
4. Gastrointestinal
Meningkatnya resiko pendarahan, mual, tidak napsu makan, darah dalam feses,
konstipasi, menurrunnya bising usus, hepatosplenomegali, tendernes pada abdomen,
dan menurunnya berat badan.
5. Persarafan
Kerusakan saraf kranial, nyeri kepala, papiledema seagai akiat infiltrasi pada selaput
otak sistem saraf pusat, kejang, dan koma yang kemungkinan bisa terjadi.
6. Muskuloskeletal
Nyeri tulang dan persendian.
7. Hiperurikemia yang dapat menyebabkan nyeri ginjal, obstruksi saluran kemih karena
terbentuknya batu dn gagal ginjal.
D. Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap
infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang
yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak
berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak
kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain
pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk
menyuplai oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal
yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi
perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau
perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan
insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan
perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel
abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan
tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan
genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal
dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada
akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel
yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bias menyusup ke dalam
organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.
Pathway
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan leukimia menurut Rita &
Suriadi (2010) sebagai berikut
1. Pemeriksaan darah lengkap untuk meunjukkan adanya penurunan hemoglobin,
hematokrit, jumlah sel darah merah dan trombosit. Jumlah sel darah putih meningkat
pada leukimia kronis, tetapi juga dapat turun, normal, atau tinggi pada leukmia akut.
2. Aspirasi sumsum tulang (bmp): hiperseluler terutama banyak sel muda. Jika
ditemukannya 25% sel blas akan memperkuat diagnosis.
3. Lumbal punksi untuk mengetahui apakah syaraf pusat terinfiltrasi.
4. Biopsi sumsum tulang.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien dengan leukimia menurut Rita & Suriadi
(2010) sebagai berikut
1. Penatalaksanaan Kemoterapi
a. Fase induksi
Dimulai 4 sampai 6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikosteroid (prednison), vrincristin, dan L-asparaginase. Fase induksi
dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam
sumsum tulang ditemukan sel-sel darah muda kurang dari 5%.
b. Fase profilaksis
Sistem syaraf pusat : pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan
hydocortison melaui intratekal untuk mencegah inflasi sel leukimia ke otak.
Terapi iradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukimia yang mengalami
gangguan sistem syaraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisi dan
mengurangi jumlah sel leukimia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala
mingguan atau bulanan dilakukan pemerikasaan darah lengkap untuk emniai
respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang
langkah pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia.
Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh
tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau partikel
seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat
diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah
bening setempat.
3. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak
dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh
dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang
juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker. Pada
penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani
transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human
Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa
dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan
pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap
pengobatan.
4. Terapi suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit
leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita
leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan
dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.
G. Fokus Pengkajian
1. Riwayat penyakit
2. Kaji tanda-tanda anemi, pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat
3. Kaji adanya tanda leukopenia: demam, infeksi.
4. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia: ptechiae, purpura, perdarahan membran
mukosa; kaji adanya inflasi intra medula; limfanenopati; hepatomegali, splenomegali.
5. Kaji adanya pembesaran testis, hepmaturia, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di
sekitar rectal, dan nyeri.
H. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah


3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah.
4. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
I. Intervensi Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan
Terjadi peningkatan toleransi aktivitas
a. Meningkatan

2. Resiko kekurangan voolume cairan erhubungan engaan mual muntah


3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhuungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah
4. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis leukemia
J. Evaluasi Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai