Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asesmen non tes sering juga di sebut dengan asesmen otentik.
Asesmen Otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan peserta didik
melalui berbagai teknik yang mampu memngunkapkan, membuktikan, atau
menunjukan atau menjukan secara tepat bahwa tujian pembelajaran dan
kemampuan (Kompetensi). Telah benar-benar di kusai dan di capai.
Penilaian ontentik di lakukan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa
secara menyeluruh. Hal ini sejalan Callison (2007), yang mendevenisikan
asesmen otentik sebgai seatu proses evaluasi yang menyangkup berbagai
bentuk pengukuran performen yang menggambarkan belajar, prestasi,
motivasi, dan sikap siswa atas aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan
pembelajaran.

Menurut Mueller (2006), asesmen otentik menuntut siswa untuk


melakukan seatu tugas dunia nyata ( Real World tasks )dengan
mendemonstrasikan penerapan yang bermakna atas pengetahuan dan
keterampilan penting penilaian otentik berisi prosedur-prosedur untuk
menilai kerja siswa sesuai kopentensi yang ingin di capai dalam konteks
dalam dunia nyata siswa. Asesmen otentik biasanya beupa sebuah tugas
yang harus dilakukan oleh siswa dan sebuah rubrik yang dijadikan dasar
menilai pervormen siswa dalam tugas dalam tugas tersebut.

Ada dua alasan utama kemunculan asesmen otentik : (1) prosedur


asesmen tradisional tidak mampu mengukur keseluruhan hasil belajar siswa,
(2) guru mengalami kesulitan dalam menggunakan informasi dari asesmen
tradisional untuk kepentingan perencanaan pembelajaran (Callison, 2007)

Ada beberapa istilah lain untuk penyebutan asesmen otentik.


Menurut Mueller (2006), asesmen otentik disebut juga asesmen performen.
Hal ini karena pada asesmen otentik siswa diminta dilakasanakan (to

1
perform) suatu tugas. Namun demikian, ada pula beberapa penulis yang
membedakan keduanya. Asesmen otentik adalah asesmen performen yang
menggunakan tugas dunia nyata (real-world tasks). Asesmen otentik
disebut juga alternative assement. Penggunaan istilah ini karena asesmen
otentik merupakan bentuk alternatif dari asesmen tradisional. Selain itu,
Mueller menyebut asesmen otentik ini dengan asesmen langsung (direct
assessment), karena asesmen otentik mampu memberikan bukti langsung
atas kemampuan siswa menerapkan pengetahuan dan kemampuannya.

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian penilaian sikap, kompenen penilaian sikap,
teknik penilaian sikap, tingkatan penilaian sikap, keunggulan dan
kelemahan penilaian sikap
2. Mengetahui pengertian penilaian unjuk kerja, teknik penilaian unjuk
kerja, tujuan penilaian unjuk kerja,langkah penilaian unjuk kerja,
kelebihan dan kekurangan penilaian unjuk kerja.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penilaian Sikap
1. Pengertian Penilaian Sikap
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait
dengan kecenderungan seseorang dalam merespon suatu objek. Sikap juga
sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh
seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan
yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga kompenen, yakni: afektif, kognitif
dan konatif. Kompenen afektif adalah perasaan yang dimiliki seseorang atau
penilaiannya terhadap suatu objek. Kompenen kognitif adalah kepercayaan
atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun kompenen konatif
adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara
tertentu berkenaan dengan kehadiran objek (Rusgiyanto, 2005).
Sikap adalah suatu kecenderungan atau kesiapan seseorang
memberikan respon dalam bentuk perilaku tertentu terhadap suatu stimulus
atau suatu rangsangan yang diberikan. Sikap adalah suatu keadaan internal
seseorang yang mempengaruhi tingkah lakunya terhadap suatu objek,
sesama atau kejadian disekitarnya (Gagne,1988).
Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui
sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik,
dan sebagainya. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) Penilaian Sikap adalah
suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif
terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Penilaian Sikap peserta
didik terhadap objek misalnya Penilaian sikap terhadap sekolah atau
terhadap mata pelajaran. Penilaian Sikap peserta didik ini penting untuk
ditingkatkan (Popham, 1999). Untuk itu pendidik harus membuat rencana
pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat
Penilaian Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai pada proses
pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut (Sumarna,
2004):

3
1. Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap
positif terhadap materi pelajaran. Dengan sikap “positif” dalam diri
peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih
mudah diberi motivasi, dan lebih mudah menyerap materi pelajaran
yang diajarkan.
2. Sikap terhadap guru/ pengajar. Peserta didik perlu memilik sikap
positif terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif
terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan.
Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap
guru/ pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan
guru tersebut.
3. Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga harus
memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang
berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran,
strategi, metodologi dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses
pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkna dapat
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga dapat
mencapai hasil belajar yang maksimal.
4. Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan
suatu materi pelajaran.
5. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang
relevan dengan mata pelajaran
6. Sikap berhubungan skala penilaian.

2. Komponen Penilaian Sikap

Menurut Walgito, “Penilaian Sikap mengandung tiga komponen:


kognitif (konseptual), afektif (emosional), konatif (perilaku atau action
component).
1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik Penilaian Sikap, komponen kognitif berisi
kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat

4
disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah
isu atau problem yang kontroversial.
2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional.Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam
sebagai komponen Penilaian Sikap dan merupakan aspek yang paling
bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah
Penilaian Sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan
perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
3. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku
tertentu sesuai dengan Penilaian Sikap yang dimiliki oleh seseorang.
Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi
terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek
yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa Penilaian
Sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

4. Teknik Penilaian Sikap


Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik.
Teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung,
laporan pribadi dan skala sikap. Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukan kecenderungan
seseorang dalam suatu hal. Misalnuya orang bisa minum kopi dapat
dipahami sabagai kecenderumgannya yang senang kepada kopi. Oleh
karena itu guru dapat melkukan observasi terhadap peserta didik yang
dibinanya. Hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai umpan balik
dalam pembinaan.
Observasi perilaku disekolah dapat dilakukan dengan
menggunakan catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan
dengan peserta didik selam disekolah. Selain itu, dalam observasi
perilaku dapat juga digunakan daftar cek yang memuat perilkau-

5
perilaku tertentu yang diharapkan muncul dari peserta didik pada
umumnya atau dalam keadaan tertentu.
b. Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung atau wawancara
tentang sikap seseoran berkaitan dengan suatu hal. Misalnya,
bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru
diberlakukan disekolah mengenai “Peningkatan Ketertiban”.
Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi
jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap.
Dalam penilaian sikap peserta didik disekolah, guru juga dapat
menggunkan teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta
didik.
c. Laporan pribadi
Melalui penggunaan teknik ini disekolah, peserta didik diminat
membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang
suatu masalah keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya
menulis pandangannya tantangan “ Kerusahan Antaretnis” yang
terjadi akhi-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat oleh
peserta didik tersebut dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap
yang dimilikinya. Untuk menilai perubahan perilaku atau sikap
peserta didik yang dimilinya. Untuk menilai perubahan perilaku atau
sikap peserta didik secara keseluruhan, khusunya kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian,
estetika dan jasmani, semua catatan dapat dirangkum dengan
menggunakan Lembar Pengamatan berikut.

Contoh Lembar Pengamatan Terhadap Sikap


Perilaku/sikap yang diamati:
Nama Peserta Didik :
Kelas :
Semester :

6
Deskripsi Capaian
Deskripsi Perilaku Perubahan
No. Awal Pertemuan…Hari/ ST T R SR
Tgl…
1
2

Keterangan
a. Kolom capaian diisi dengan tanda centang sesuai dengan
perkembangan perilaku
ST : Perubahan sangat tinggi
T : Perubangan tinggi
R : Perubahan rendah
SR : Perubahan sangat rendah

b. Informasi tentang deskripsi perilaku diperoleh dari :


1) Pertanyaan langsung
2) Laporan pribadi

d. Skala Penilaian Sikap

Ada beberapa model skala yang dikembangkan oleh para pakar

untuk mengukur penilaian sikap. Dalam naskah ini akan diuraikan dua

model saja, yakni Skala Diferensiasi Semantik (Semantic Differential

Techniques) dan Skala Likert (Likert Scales). Dua model ini dipilih

karena mudah dan bermanfaat untuk diimplementasikan oleh guru

dalam proses pembelajaran di kelas.

Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang

terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala penilaian sikap.

Hasilnya berupa kategori penilaian sikap, yakni mendukung (positif),

menolak (negatif), dan netral. Penilaian sikap pada hakikatnya adalah

kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen

7
penilaian sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan

dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi

berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut,

sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap

objek tersebut. Oleh sebab itu, Penilaian Sikap selalu bermakna bila

dihadapkan kepada objek tertentu.

Skala Penilaian Sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan

untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau

ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu,

pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni

pernyataan positif dan pernyataan negatif.

Salah satu skala Penilaian Sikap yang sering digunakan adalah

skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang

diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek

dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju,

sangat tidak setuju.

5. Tingkatan Penilaian Sikap

Menurut Azwar (2005) Penilaian Sikap terdiri dari berbagai


tingkatan yakni:
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi Penilaian
Sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

8
mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah
adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi
Penilaian Sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain
(tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu
atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah
mempunyai Penilaian Sikap positif terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko adalah mempunyai Penilaian Sikap yang paling
tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun
mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

6. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Sikap


Sebagai suatu paradigma baru, penilaian sikap memiliki
keunggulan-keunggulan dalam pelaksanaannya pada waktu proses
belajar mengajar berlangsung.
Adapun keunggulan dalam penilaian sikap antara lain:
1. Menumbuhkan rasa percaya diri, karena peserta didik diminta
untukmenilai dirinya sendiri.
2. Peserta didik dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dirinya
sendiri,karena metode ini merupakan metode untuk introspeksi
diri.
3. Peserta didik dapat termotivasi untuk berbuat jujur dan objektif
dalammenyikapi suatu hal.
4. Termotivasi untuk selalu berbuat baik kepada siapapun, misalnya
berkatajujur, tidak sombong, pemaaf, tidak berzina serta
memelihara amanah dan janji.

Adapun kelemahan dalam penilaian sikap antara lain:


1. Sulit merumuskan instrumennya.

9
2. Didalam pelaksanaannya rentan terhadapsubyektifitas guru.
3. Memerlukan waktu yang panjang.

B. Penilaian Unjuk Kerja


1. Pengertian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja merupkan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Sesuai dengan
pedoman meodel penilaian kelas yang di keluarkan pusat kurikulum,
Balitban Diknas, yang dimaksud dengan penilian unjuk kerja adalah
kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Oleh karena itu, penilian
untuk kerja dilakukan terhadap apa yang dilakukan oleh peserta didik ketika
sedang berbuat melakukan tugas tertentu (Suharmis Arikunto, 2013).
Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi
yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek
dilaboraturium, praktek sholat, praktek olah raga, persentasi, dikusi, bermain
peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi atau deklamasi dan
lain-lain. Cara penilaian ini dianggap lebih autentik dari pada tes tertulis
karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang
sebenarnya.
Selanjutnya, Mulyasa (2004) mengemukakan bahwa penilai untuk kerja
perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik
untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
2. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja
tersebut.
3. Kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
4. Upaya kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga
semua dapat diamati.
5. Kemampuan yang akan dinilai di urutukan berdasarkan urutuan yang
diamati.

Asesmen unjuk kerja adalah proses pengumpulan informasi melalui


pengamatan yang sistematik untuk menentukan kebijakan terhadap individu

10
seseorang. Berdasarkan defenisi ini ada lima komponen dalam melakukan
asesmen unjuk kerja, yaitu : (a). assmen unjuk kerja unjuk kerja adalah proses,
bukan suatu proses atau pengukuran tunggal; (b) fokus dalam dari proses ini
adalah mengumpulkan informasi dengan menggunakan berbagai pengukuran
dan strategi; (c) data dikumpulkan melalui suatu pengamatan yang sistematik.
Penekannya pada teknik pengamatan langsung bukan hanya pada ujian tertulis
saja; (d) data di padukan untuk menentukan kebijakan; (e) subjek penentuan
kebijakan individu biasanya karyawan atau peserta didik, bukan program atau
aktifitas kelompok;

Asesmen untuk kerja sangat cocok untuk penelitian di kelas, karena


jumlah siswanya relatif sedikit dan bahan yang di ujikan juga lebih sedikit di
banding dengan asesmen secara regional atau nasional. Untuk menentukan jenis
tugas yang diberikan untuk penilaian unjuk kerja digunkan sejumlah kriteria.
Kriteria ini sedapat mungkin digunakan semuanya walaupun dalam keadaan
tertentu untuk penilaian di kelas. Menurut Popham (1995) dalam Mardapi
(2000) ada tujuh kriteria yang dapat di gunakan untuk menilai tugas unjuk kerja,
yaitu ;

1. Generalizability: sejauh mana unjuk kerja peserta didik pada tugas yang
di kerjakan berlaku untuk tugas yang sejenis ?
2. Authenticity : apakah tugas yang dikerjakan peserta didik sama atau
setara dengan tugas yang ada di dunia luar ?
3. Multiple face : apakah tugas yang diberikan mengukur hasil
pembelajaran yang banyak ?
4. Teachabiniey : apakah kemampuan atau keterampilan peserta didik
meningkat sebagai akibat dari usaha dosen atau guru dalam
melaksanakan proses pembelajajaran ?
5. Fairness : apakah tugas yang diberikan kepada peserta didik cukup adil,
tidak bias gender, etnik, setatus sosial ekonomi ?
6. Feasibility : apakah tugas yang dikerjakan peserta didik realistik ditinjau
dari biaya, ruang, waktu, dan peralatan yang dibutuhkan ?

11
7. Fcorability: apakah tugas yang diberikan akan memberikan hasil yang
handal dan akurat ?

2. Teknik Penilaian Unjuk Kerja

Pengamatan unjuk kerja dalam berbagai konteks untuk menetapkan


tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai kempampuan
berbicara peserta didik, misalnya dilakukan pengamatan atau observasi
berbicara yang beragam, seperti : diskusi dalam kelompok kecil, berpidato,
bercerita, dan melakuakn wawancara. Dengan demikian gambaran
kemampuan peserta didik akan lebih utuh. Untuk mengamati unjuk kerja
peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen sebagai berikut :

1. Daftar cek (chek-list)


Penilaian unjuk kerja dapat dilakuakn dengan menggunkan daftar cek
(baik- tidak baik). Dengan menggunkan daftar cek, peserta didik
mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat
diamati oleh penilai. Jika tidak dapat di amati, peserta didik tidak dapat
memperoleh nilai kelemahan cara ini penilai hanya mempunyai dua
pilihan mutlak, misal benar salah, dapat diamati-tidak dapat diamati,
baik-tidak baik. Dengan demikian tidak terdapat nili tengah, namun
daftar cek lebih praktis digunkan mengamati sebuah subjek dalam
jumlah besar.
Contoh: Check-list: Format Penilaian Pidato Bahasa Inggris
Nama peserta didik : Kelas:
No Aspek yang di nilai Baik Tidak Baik
1. Organization( Introduction, body, conclution)

2. Content (depth of knowledge, logic)


3. Fluency
4. Language :
Pronounciation
Grammer

12
Vocabulary

5. Pervormance (eye contact,facial expresion,


gesture)
Skor yang dicapai

Skor Maksimum

2. Skala Peniliaan (Rating Scale)


Penilaian unjuk kerja yang menggunka sekala penilian memungkinkan
pemnilai memberi nilai tengah, terhadap penguasaan kompetensi tertentu,
karena pemeberian nilai secara kontinum dibana pemilihan katagori nilai
lebih dari dua. Sekala penilian terentang dari tidak sempurna sampai sangat
sempurna. Misalnya : 1= tidak kompeten , 2= cukup kompeten, 3=
kompeten, 4 = sangat kompeten Untuk memperkecil faktor subjektivitas,
perlu dilakukan penilian oleh lebih dari satu orang agar hasil penilian lebih
akurat.
Tabel :Format Penilaian Pidato Bahasa Inggris
Nama peserta didik : Kelas:
No Aspek yang di nilai Nilai
1 2 3 4

1. Organization( Introduction, body,


conclution)
2. Content (depth of knowledge, logic)
3. Fluency
4. Language :
Pronounciation
Grammer
Vocabulary

5. Pervormance (eye contact,facial expresion,

13
gesture)
Jumlah

Skor Maksimum

Kriteria penilaian dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Jika seorang siswa memperoleh skor 26-28 dapat ditetapkan sangat


kompeten
2. Jika seorang siswa memperoleh skor 21-25 dapat ditetapkan kompeten
3. Jika seorang siswa memperoleh skor 16-20 dapat dikatakan cukup kompeten
4. Jika seorang siswa memperoleh skor 0-15 dapat dikatakan tidak kompeten

3. Tujuan Penilaian Unjuk Kerja

Tujuan penilaian menurut Nia Budiana Tahun 2012 adalah :


1. Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar
2. Memonitor kemajuan dan perkembangan siswa.
3. Mengevaluasi kinerja guru dan mengaplikasikan tujuan pembelajaran
yang dirumuskan oleh guru.
4. Memberi kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pikiran dan
pemahamannya.
5. Dapat menimbulkan pertanyaan baru atau masalah lain.

4. Langkah-langkah Penilaian Unjuk Kerja


Langkah- langkah penilaian unjuk kerja menurut Badarudin tahun 2012
adalah :
1. Identifikasi semua langkah-langkah
penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir
yang terbaik
2. Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik (operasional) yang
penting dilakukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil
yang terbaik.

14
3. Usahakan membuat kriteria kemampuan yang diukur tidak terlalu
banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasikan selama
siswa melaksanakan tugas.
4. Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan di
ukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati
(observable) atau karakter produk yang dihasilkan.
5. Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan
urutan yang dapat diamati.
6. Periksa kembali apa yang telah dibuat dan kalau mungkin dibandingkan
kriteria kemampuan yang sudah ada yang telah dibuat sebelumnya oleh
orang lain di lapangan.

5. Kelebihan dan Kelemahan Penilaian Unjuk Kerja

Kelebihan Penilaian Unjuk Kerja Menurut Kusrini & Tatag Y.E.

Siswono Tahun 2009 :

1. Penilaian unjuk kerja memberikan kesempatan pada siswa untuk

berkompetisi dengan dirinya sendiri dari pada dengan orang lain. Melalui

penilaian tersebut, siswa mendapat pemahaman yang nyata tentang apa

yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka kerjakan. Penilaian

unjuk kerja tidak seperti tes tertulis karena tidak memberikan ancaman,

mengatasi ketakutan siswa dalam belajar.

2. Penilaian unjuk kerja membuat pembelajaran lebih relevan dengan

kehidupan siswa dan dunia nyata. Ini akan membantu guru-guru

memusatkan pada hasil-hasil pendidikan yang secara nyata penting dan

bukan terisolasi pada informasi yang sedikit saja. Sebagai siswa, yang

sedang belajar, hal itu akan menjadikan mereka kompeten dalam

pemecahan masalah, yakin dengan kemampuannya dalam berpikir logis

15
dan dapat mengkomunikasikan ide-idenya dengan jelas. Mereka akan

mengakui bahwa mereka telah menerima pengajaran dan bahwa

pendidikan itu disediakan untuk kehidupan mereka.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan kelebihan penilaian unjuk kerja

adalah :

a. Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk berkompetisi dengan

dirinya sendiri dari pada dengan orang lain

b. Siswa mendapat pemahaman yang nyata tentang apa yang mereka

ketahui dan apa yang mereka kerjakan

c. Pembelajaran lebih relevan dengan kehidupan siswa dan dunia

nyata

d. Tidak terisolasi pada informasi yang sedikit saja

e. Menjadikan siswa kompeten dalam pemecahan masalah karena

mampu berfikir logis dan dapat mengkomunikasikan ide-idenya

dengan jelas.

Kelemahan Penilaian Unjuk Kerja , menurut Ramlan Narie Tahun 2010

Kelemahan Penilaian unjuk kerja terutama pada daftar checklist cara

adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah,

dapat diamati-tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian tidak

terdapat nilai tengah, selain itu penilaian unjuk kerja sangat menuntut waktu

dan usaha, pertimbangan dalam penskoran sifatnya lebih subjektif.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penilaian Sikap
a. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap
peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan
sebagainya. Penilaian Sikap peserta didik terhadap objek misalnya
Penilaian sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran.
b. “Penilaian Sikap mengandung tiga komponen :
1) Komponen kognitif
2) Komponen afektif
3) Komponen konatif
c. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik
tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan
pribadi dan skala sikap
d. Menurut Azwar (2005) Penilaian Sikap terdiri dari berbagai tingkatan
yakni:
1) Menerima (receiving)
2) Merespon (responding)
3) Menghargai (valuing)
4) Bertanggung jawab (responsible)
5. Adapun keunggulan dalam penilaian sikap antara lain:
1) Menumbuhkan rasa percaya diri, karena peserta didik diminta
untukmenilai dirinya sendiri.
2) Peserta didik dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dirinya
sendiri,karena metode ini merupakan metode untuk introspeksi diri.
3) Peserta didik dapat termotivasi untuk berbuat jujur dan objektif
dalammenyikapi suatu hal.
4) Termotivasi untuk selalu berbuat baik kepada siapapun, misalnya
berkatajujur, tidak sombong, pemaaf, tidak berzina serta memelihara
amanah dan janji.
Adapun kelemahan dalam penilaian sikap antara lain:
1) Sulit merumuskan instrumennya.

17
2) Didalam pelaksanaannya rentan terhadapsubyektifitas guru.
3) Memerlukan waktu yang panjang.

2. Penilaian Unjuk Kerja


a. Penilaian unjuk kerja merupkan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Sesuai
dengan pedoman meodel penilaian kelas yang di keluarkan pusat
kurikulum, Balitban Diknas, yang dimaksud dengan penilian unjuk kerja
adalah kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.
b. Teknik penilaian unjuk kerja yaitu : Daftar cek (chek-list) dan Skala
peniliaan (Rating Scale),
c. Tujuan penilaian menurut Nia Budiana Tahun 2012 adalah :
1) Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar
2) Memonitor kemajuan dan perkembangan siswa.
3) Mengevaluasi kinerja guru dan mengaplikasikan tujuan
pembelajaran yang dirumuskan oleh guru.
4) Memberi kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pikiran dan
pemahamannya.
5) Dapat menimbulkan pertanyaan baru atau masalah lain.
d. Langkah- langkah penilaian unjuk kerja menurut Badarudin tahun 2012
adalah :
1) Identifikasi semua langkah-langkah
penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir
yang terbaik
2) Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik (operasional)
yang penting dilakukan untuk menyelesaikan tugas dan
menghasilkan hasil yang terbaik.
3) Usahakan membuat kriteria kemampuan yang diukur tidak terlalu
banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasikan selama
siswa melaksanakan tugas.

18
4) Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan
diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati
(observable) atau karakter produk yang dihasilkan.
5) Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan
urutan yang dapat diamati.
6) Periksa kembali apa yang telah dibuat dan kalau mungkin
dibandingkan kriteria kemampuan yang sudah ada yang telah dibuat
sebelumnya oleh orang lain di lapangan.

B. Saran
Makalah ini dibuat untuk membahas materi “Penilaian Sikap dan Unjuk
Kerja ” yang sering dilakukan dalam dunia pendidikan. Tulisan ini
didekikasikan kepada para pembaca khususnya guru, agar lebih kompeten dalam
bidang pengajaran. Sebab dewasa ini, banyak guru yang subjektif dalam
memberikan penilaian sikap kepada peserta didik hanya berdasar pada aspek
kecil yang dilihat dalam diri peserta didik tanpa menelaah lebih jauh mengapa
peserta didik mempunyai sikap yang demikian.
Diharapkan setelah membaca tulisan ini guru dapat bersikap objektif dan
lebih peduli atas hal-hal yang berkaitan dengan peserta didik , serta mengetahui
langkah sistematis dan bentuk-bentuk penilaian tentang penilaian sikap dan
unjuk kerja.

19

Anda mungkin juga menyukai