Anda di halaman 1dari 23

PERKEMBANGAN MORAL DAN PSIKOSOSIAL

SISWA SERTA PERSPEKTIF ISLAM

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mandiri Perkuliahan

pada Mata Kuliah Psikologi

UIN SUSKA RIAU

Oleh

Arinta Indah Ramadhani


NIM. 21910125559
Lokal: PGMI II A

Dosen Pengampu: Dr. Nurhasanah Bakhtiar, M.Ag

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
1440H/ 2020 M

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

1
Puji dan syukur (alhamdulillah wa syukur lillah) dipersembahkan ke hadirat
Allah SWT, karena berkat taufik dan hidayah-Nya, makalah ini dapat terselesaikan
dan telah selesai. Shalawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabatnya, dengan harapan semoga umatnya dapat mengikuti
akhlak dan budi pekerti yang mulia.
Makalah ini berjudul “Perkembangan Moral Dan Psikososial Siswa Serta
Perspektif Islam” dan disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Landasan
Pedagogik. Pada kesempatan ini tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih
kepada Dr. Nurhasanah Bakhtiar, M.Ag ,selaku dosen pembimbing mata kuliah
Landasan Pedagogik. yang senantiasa membimbing dan memberikan ilmunya
kepada kami. Kami juga berterima kasih kepada rekan-rekan yang telah memberikan
semangat dan ide yang luar biasa dalam mendukung penyelesaian makalah ini.

Kami juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kekeliruan dan masih
jauh dari kata sempurna dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca yang bersifat membangun.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya
dan kepada pembaca guna memperkaya ilmu pengetahuan tentang materi yang kami
sampaikan dalam makalah ini.

Pekanbaru, Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah............................................................................................. 4

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Moral…………………………………………………………… 6
B. Moral dalam Perspektif Islam ……………………………………………... 7
C. Tahapan Perkembangan Moral Dalam Islam………………………………. 8
D. Implementasi Pendidikan Moral Anak Sekolah Dasar ……………………. 10
E. Pengertian Psikososial……………………………………………………… 10
F. Perkembangan Psikososial…………………………………………………. 10
G. Pengertian Psikososial dalam Perspektif Islam…………………………….. 11
H. Domain-Domain Psikososial Islam…………………………………………. 14
I. Peran Orang Tua dan Guru dalam Perkembangan Moral dan Psikososial… 17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 18

DAFTAR KEPUSTAKAAN

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini bangsa kita sedang terpuruk mengalami banyak krisis, lebih
tepatnya krisis multidimensional. Salah satu sektor yang sangat memerlukan
penanganan khusus adalah krisis moral dan krisis psikis di tengah masyarakat , maka
sudah seharusnya pendidikan sebagai agent of change mengambil peranan utama
yang berdiri di garda terdepan sebagai benteng moral bangsa.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan daya upaya untuk
memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect),
dan tubuh anak. Di dalam Bab II Pasal 3 UU Sisdiknas 2003 juga dituliskan bahwa
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya pendidikan moral dan
pembangunan karakter bangsa. Pendidikan moral merupakan bagian integral yang
sangat penting dari pendidikan kita. Untuk itu dunia pendidikan harus mampu
menjadi motor penggerak untuk memfasilitasi pembangunan moral bangsa, sehingga
setiap peserta didik mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang
harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan sendisendi NKRI dan norma-
norma sosial di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama. Faktanya
meskipun pendidikan karakter dan moral menjadi prioritas utama pendidikan bangsa
kita, tetapi rupanya belum membuahkan hasil yang memuaskan. Terbukti
berdasarkan hasil survei yang dihimpun oleh BPS (Badan Pusat Statistik) justru
kenakalan remaja mengalami kenaikan sepanjang tahun.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Moral itu?
2. Bagaimanakah Moral dalam Perspektif Islam ?
3. Bagaimankah Tahapan Perkembangan Moral Dalam Islam ?
4. Bagaimana Implementasi Pendidikan Moral Anak Sekolah Dasar ?
5. Apakah Pengertian Psikososial itu?
6. Apakah Perkembangan Psikososial itu?
7. Apakah Pengertian Psikososial dalam Perspektif Islam?
8. Apa saja Domain-Domain Psikososial Islam?
9. Apa Peran Orang Tua dan Guru dalam Perkembangan Moral dan Psikososial?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Moral
2. Memahami Moral dalam Perspektif Islam
3. MemahamiTahapan Perkembangan Moral Dalam Islam
4. Memahami Implementasi Pendidikan Moral Anak Sekolah Dasar
5. Memahami Pengertian Psikososial
6. Memahami Perkembangan Psikososial
7. Memahami Psikososial dalam Perspektif Islam
8. Memahami Domain-Domain Psikososial Islam
9. Memahami Peran Orang Tua dan Guru dalam Perkembangan Moral dan
Psikososial

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Moral
Secara terminologi perkataan moral berasal dari ungkapan bahasa latin
‘mores’ yang merupakan bentuk jamak dari perkataan ‘mos’ yang berarti adat
kebiasaan. Sedangkan menurut KBBI moral adalah penentuan baik buruk terhadap
perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan
batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangai dinyatakan benar, salah,
baik, buruk, layak atau tidak layak, patut maupun tidak patut. Perilaku sikap moral
berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial, yang
dikembangakan oleh konsep moral. Yang dimaksud dengan konsep moral ialah
peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Konsep
moral inilah yang menentukan pola perilaku yang diharapakan dari seluruh anggota
kelompok.1
Menurut Piaget (Inggridwati; 2008, h.3-21), hakikat moralitas adalah
kecenderungan menerima dan menaati sistem peraturan. Sedangkan, menurut
Kohlberg (Inggridwati; 2008, h.3-22) mengemukakan bahwa aspek moral adalah
sesuatu yang tidak dibawa dari lahir, tetapi sesuatu yang berkembang dan dapat
diperkembangkan/dipelajari.
Moral dalam istilah dipahami juga sebagai (1) prinsip hidup yang berkenaan
dengan benar dan salah, baik dan buruk. (2) kemampuan untuk memahami perbedaan
benar dan salah. (3) ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik. Pendidikan
moral sebagai bagian dari pendidikan nilai di sekolah, adalah upaya untuk membantu
subyek didik mengenal , menyadai pentingnya, dan menghayati nilai-nilai moral yang
seharusnya dijadikan panduan bagi sikap dan perilakunya sebagai manusia, baik
secara perorangan maupun bersama-sama dalam suatu masyarakat.
Moral dapat dipahami sebagai suatu prinsip yang di sepakati oleh sekelompok
orang perilaku orang yang menjadi patokan tentang batas-batas tingkah laku yang
boleh atau tidak boleh dilakukan oleh anggota masyarakat tersebut. Batasan tersebut
lah nantinya juga menjadi pedoman untuk mmberi pemahaman apakah tingkah laku
terkategori benar ataupun salah.

Laila Maharani, Perkembangan Moral Pada Anak , Jurnal Bimbingan dan Konseling (E-Journal) p-
1

ISSN 2089-9955 e-ISSN 2355-8539, 2014, hlm. 1

6
B. Moral Dalam Perspektif Islam
Islam merupakan agama yang syamil dan kamil (menyeluruh dan sempurna)
memberikan aturan dan penjelasan disegala bidang, termasuk di dalamnya adalah
aturan dalam ber-etika atau ber-moral. Islam sebagai agama moral sudah tentu kaya
akan konsep dan kaidah, baik terkait dengan ketuhanan maupun kemanusiaan. Dalam
Islam istilah moral lebih dikenal dengan akhlak (Adian Husaini: 2016, h. 70),
meskipun diantara keduanya terdapat perbedaan yang signifikan dalam substansinya,
kata akhlak berasal dari bahasa Arab “yang merupakan bentuk jamak dari “khuluq”.
Secara bahasa “akhlak” berarti budi pekerti, tabi’at, watak. Ahmad Amin
mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang biasa dilakukan. Ibnu Maskawih
mengemukakan bahwa akhlak adalah perilaku jiwa seseorang yang mendorong untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan (sebelumnya). Sedangkan
Al-Ghazali memberikan definisi, akhlak adalah segala sifat yang tertanam dalam hati,
yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan
pemikiran sebagai pertimbangan.
Jadi pada hakekatnya akhlak (budi pekerti) ialah suatu kondisi atau sifat yang
telah meresap dalam jiwa dan telah menjadi kepribadian, hingga dari situ timbul
berbagai macam perbuatan dengan cara mudah dan spontan tanpa dibuat dan tanpa
memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan
terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti
yang mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah
budi pekerti yang tercela.
Salah satu contoh bahwa Islam mengajarkan akhlak adalah sabda Nabi
Muhammad : ُ Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah
malu. (HR. Ibnu Majah) Dari Ibnu Umar r.a ia berkata bahwa Rasulullah saw
bersabda “Malu itu pertanda dari iman.” (HR Bukhari dan Muslim) Dalam hadits
yang lain nabi SAW bersabda, “ Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia.” (Al Bukhari)
Akhlak adalah perhiasan yang paling utama karena orang mukmin yang paling
sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dengan akhlak yang baik,
seorang mukmin dapat mencapai derajat seperti orang yang siang harinya selalu
berpuasa dan dimalam hari selalu shalat malam. “Tidak ada sesuatupun yang lebih
berat dalam timbangan daripada akhlak yang baik.”(HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

7
C. Tahapan Perkembangan Moral Dalam Islam
Berbeda dengan perspektif barat, dalam Islam perkembangan dan penanaman
nilai akhlak dibagi dalam beberapa tahap;2
1. Masa Prenatal (‫( الجنين‬dalam Islam masa prenatal sudah dihitung sebagai tahap
awal perkembangan, karena Islam menganggap bahwa janin itu hidup, aktif dan
mampu menerima stimulus, sehingga dapat ditanamkan nilai-nilai akhlak dengan
cara mendoakan janin, memberikan gizi yang baik, dibacakan ayat-ayat suci Al-
Qur’an, dlsb. Hal ini dijelaskan Allah seperti terlihat dalam Q.S.Al-A’raaf ayat
172 :

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak


Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,(Q.S. Al-
A’raaf : 172)
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwasannya ruh (nyawa) sesungguhnya
memberi respon kepada setiap stimulus yang diberikan. Dengan demikian jelas
bahwa anak di dalam kandungan sudah bisa menerima stimulus/didikan.

2. Pasca lahir (‫( الطفل‬usia 0-2 tahun, masa ini anak berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar),
intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual),
sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang
khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak penanaman
akhlak pada usia ini melalui bisyarah (ungkapan kegembiraan/syukur),
mengadzani ketika lahir, melakukan rutinitas positif dan mentahniq (oleh orang

2
Munari, Perkembangan Moral (Perspektif Barat Dan Islam ), (Salatiga : Pascasarjana IAIN Salatiga,
hlm. 8-12

8
soleh) dengan harapan agar anak bisa meneladani keutamaan orang soleh
tersebut.
3. Masa Kanak-Kanak (5-3( ‫ة‬UUU‫ الطفول‬tahun, masa ini anak sudah mampu
menggunakan kemampuan kognitifnya sehingga tepat untuk menanamkan nilai-
nilai tauhid kepada anak melalui pendekatan yang merangsang anak untuk
memiliki tauhid yang aktif (yang mendorongnya untuk bergerak melakukan
sesuatu yang baik menurut Allah).
4. Anak Usia Sekolah usia 6-10 tahun, fase ini anak sudah mulai mampu
membedakan baik dan buruk berdasarkan nalarnya sendiri sehingga di fase inilah
kita sudah mulai mempertegas pendidikan akhlak dan pokok-pokok syariat.
Adapun yang dimaksud dengan usia sekolah adalah kelompok anak yang berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan
kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan
spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan
komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Pendidikan akhlak pada anak usia sekolah dilaksanakan dalam suatu lembaga
pendidikan yang melaksanakan pembinaan pendidikan dan pengajaran dengan
sengaja, teratur dan terencana, yaitu di sekolah. Dan guru sebagai pelaksana
dalam tugas pembinaan, pendidikan dan pengajaran adalah orang yang telah
dibekali dengan pengetahuan tentang anak didik dan memiliki kemampuan untuk
melaksanakan tugas kependidikan.
5. Masa Amrad (10-15 tahun) fase ini adalah fase dimana anak mulai
mengembangkan potensi dirinya guna mencapai kedewasaan dan memiliki
kemampuan bertanggung jawab secara penuh. Dalam islam, fase ini juga
merupakan fase dimana anak mencapai aqil baligh 10 sehingga sudah semakin
pandai menggunakan akalnya secara penuh. Salah satu yang menjadi tuntutan
bagi anak kemudian adalah kepandaiannya dalam mengatur harta yang dimulai
dengan kemampuan mengatur anggaran untuk dirinya sendiri.
6. Masa Taklif (15-18 tahun) pada masa ini anak sudah sampai pada titik bernama
taklif atau bertanggung jawab, baik kepadara pribadinya, keluarganya dan
Tuhannya. Bagi lelaki setidaknya fase ini paling lambat dicapai di usia 18 tahun
dan bagi anak perempuan paling lambat dicapai di usia 17 tahun. Tanggung
jawab yang dimaksud selain pada diri sendiri juga tanggung jawab terhadap

9
keluarga, masyarakat sekitar dan masyarakat secara keseluruhan. Sehingga pada
tahap ini orang tua maupun pendidik lebih bersifat membimbing dan
mengarahkan bukan mengatur.

D. Implementasi Pendidikan Moral Anak Sekolah Dasar


Setelah kita mempelajari dan memahami tahap perkembangan moral pada
anak maka langkah yang dapat kita lakukan sebagai pendidik adalah sebagai berikut :
a. Memahami bahwa perkembangan moral berlangsung secara bertahap, sehingga
hendaknya seorang pendidik menanamkan nilai-nilai moral sesuai tahapanya,
dimulai dengan nilai-nilai yang konkrit berlanjut ke konsep abstrak.
b. Lakukanlah penanaman nilai moral melalui pembelajaran yang menyenangkan,
aktif dan kreatif karena tahap perkembangan usia SD/MI adalah masa aktifnya
anak, sehingga anak tidak mudah bosan
c. Mulailah menanamkan nilai-nilai moral dengan yang asas terlebih dahulu,
seperti akhlak kepada tuhan-nya, keluarganya, kejujuran, disiplin, bertanggung
jawab, adil, kasih sayang, dll.
d. Bekerja samalah dengan orangtua (co parenting) orang tua murid harus menjadi
partner dalam membentuk moral anak, bahkan mempunyai peran utama.
Sekolah yang menjalankan pendidikan moral harus mempunyai rencana yang
jelas tentang kegiatan yang dapat dilakukan bersama orang tua murid agar
pembentukan karakter anak dapat terwujud.

E. Pengertian Psikososial
Psikososial adalah peristiwa yang menggambarakan hubungan antara kondisi
sosisal seseorang dengan kondisi kesehatan mental/emosioanlanya. Dari akatanya,
istilah psikosoisal melibatkan aspek psikologi dan sosial. Contohnya aadalah
hubungan yang dimiliki seseorang (psikologis) teradap bagaimana cara ia berinteraksi
dengan orang lain dilingkungan sosialnya. Seseorang yang sehat mentalnya akan
bereaksi dengan cara yang positif dalam berbagai situasi.
Pendekatan psikososial memandang individu dalam konteks pengaruh
gabungan yang dimiliki faktoe psilogis dan lingkungan sosial disekitarnya terhadap
kesehatan fisik dan mental.3

3
Woodward, Kath 2015, Studi Psikososial: An Introduction, New York. Routldge, hlm.2-4 ISBN 978-
1-315-8-9782-3

10
Untuk menunjang psikososial seseorang diperlukan adaptasi psikosial dan
daukungan psikososial, yang dimaksud dengan adaptasi psikosial adalah proses yang
dialami seseorang untuk mencapai kebugaran yang baik dalam lingkungan yang
dikenal sebagai penyesuaian yang berorientasi kebijasanaan dan keseimbangan
psikososial. Sedangankan yang dimaksud dengan dukungan psikosial yaitu
penyediaan sumber daya psikologis dan sosial untuk seseorang oleh pendukung yang
dimaskudkan untuk kepentingan penerimaan utuk mengatasi maslah yang dihadapi.4
F. Perkembangan Psikososial
Perkembangan psikososial adalah proses berkembangnya kemampuan anak
untuk menyesuaikan diri terhadap dunia sosial yang lebih luas. Dalam proses
perkembangan ini siswa diharapkan mengerti/memahami orang lain yang berarti
mampu menggambarkan ciri-cirinya, mengenali apa yang dipikirkan, dirasa, dan
diinginkan serta dapat menempatkan diri pada sudut pandang oranglain tersebut tanpa
“kehilangan” dirinya sendiri, sehingga akan terciptanya suatu interaksi sosial
(Soetjiningsih, 2014). Interaksi sosial yang meliputi interaksi dengan anggota
keluarganya, interaksi dengan teman sebayanya, interaksi dengan lingkungan
sekolahnya, semua itu merupakan ruang lingkup dari berkembangnya psikologi sosial
(psikososial), sesuai dengan pendapat dari Santrock (2011) menyatakan bahwa ketika
seorang siswa mengalami perkembangan, mereka sangat memerlukan interaksi
dengan orang-orang terdekat yang mereka cintai
Perkembangan psikososial adalah perkembangan yang berkaitan dengan
emosi, motivasi dan perkembangan pribadi manusia serta perubahan dalam
bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Jadi, perkembangan psikososial
merupakan kepribadian yang saling berkaitan dengan hubungan social. Menurut
Erikson perkembangan psikososial adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan
ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Maksudnya,
perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang
kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa
kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi
positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan
psikososial.
G. Pengertian Psikososial dalam Perspektif Islam

4
Elizabeth Da Silva, Julie A 2009, Memahami Penyesuaian Psikososial dengan Penyakit Kronis dan
Cacat: Buku Pegangan untuk Praktisi Berbasis Bukti dalam Rehabilitasi, hlm. 51, ISBN 97-0-8261-2387-9

11
Psikososial didefinisikan sebagai hubungan yang dinamik antara psikologi dan
pengaruh sosial dan di antara keduanya saling mempengaruhi. Kedua, komponen
tersebut merupakan hal yang penting untuk proses perkembangan individu.
Psikososial sebagai istilah yang difokuskan untuk mempelajari dan menerangkan
tingkah laku individu sebagai fungsi dari rangsangan-rangsangan psikologikal dan
sosial.5 Gangguan psikososial terjadi apabila terdapat ketidakseimbangan antara kedua
komponen di atas yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan (Smet, dalam
Anwar, 2014) Dalam bidang keilmuan zakiah daradjat merupakan tokoh yang sangat
multitalenta. Menurut prof. Dr. Zakiah Daradjat pendidikan islam adalah
pembentukan kepribadian; pendidikan islam ini telah banyak ditujukan pada
perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan sesuai dengan
tujuan ajaran islam. Karena itu pendidikan islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi
juga bersifat praktis atau pendidikan islam adalah sekaligus pendidikan iman dan
pendidikan amal.6
Psikososial dalam tinjauan islam memahami hakikat anak dalam perspektif
fase perkembangannya dan pola pembinaannya merupakan hal penting dalam upaya
melahirkan generasi yang sukses di dunia dan akhirat. maka psikososial Islam dapat
dirumuskan definisinya sebagai suatu pandangan yang melibatkan persepsi, motivasi,
kepercayaan dan interaksi sosial yang berasaskan ajaran Islam untuk melihat suatu
permasalahan sosial yang akan mempengaruhi atribut tingkah laku individu di dalam
masyarakat (Anwar, 2014)
Sayangnya, konsep pembagian fase perkembangan anak dan pembinaan anak
selama ini masih banyak berkaca pada teori-teori psikologi barat. Bukan berarti ini
tidak tepat, namun alangkah lebih baiknya dilandaskan pada konsep islam yang secara
akidah maupun ilmiah dapat dipertanggung jawabkan. Dalam perspektif
perkembangan, pembagian perkembangan manusia dibagi dalam beberapa tahap.

H. Domain-Domain Psikososial Islam


Domain-domain psikososial Islam dibagi menjadi tiga, yaitu (Anwar, 2014):7
5
Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017) hlm 30
6
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, Jakarta: Prenada Media) h 273
7
Khairil Anwar, Sri Wahyuni , Penerapan Mental Kognitif Islam Dan Psikososial Islam Dalam
Mencegah Perilaku Lgbt Pada Remaja Muslim Pekanbaru, (Pekanbaru : UIN SUSKA Riau) 2017, Jurnal
Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Januari – Juni, hlm 85-98

12
1. Instrinsik Islam, yaitu mengenali konsep khalifah, keunggulan diri, mengenali
dan membangun misi, menciptakan wawasan, komitmen, jati diri, kecerdasan,
cita-cita, keberuntungan, kreativitas, obsesi dan ibadah. Anak dalam domain
ini dirangsang untuk mengenali jati dirinya dengan wawasan keislaman bahwa
dirinya lahir kemuka bumi ini sebagai khalifah yang harus senantiasa
beribadah kepada Allah sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah
ayat 30 :

Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, “


Aku hendak menjadikan khalifah*) di bumi “ Mereka berkata, “ Apakah
Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di
sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia
berfirman, “ Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui

Pada ayat ke 30 dalam surat ini menjelaskan kedudukan manusia


sebagai khalifah di muka bumi yaitu manusia diberi tugas untuk memelihara
dan melestarikan alam, menggali, mengelola, dan mengolah kekayaan alam
untuk dimanfaatkan demi kesejahteraan segenap manusia dalam rangka
beribadah kepada Allah SWT. Untuk mewujudkan tugas yang mulia tersebut,
siswa dituntun dan dibimbing oleh guru untuk meningkatkan kemampuannya
baik fisik maupun rohaninya kearah yang lebih maju baik dalam bidang ilmu
pengetahuan maupun teknologi. Dalam mewujudkan hal tersebut siswa di ber
stimulus agar menjauhi sifat-sifat yang buruk baik dan menjauhi segalas
sesuatu yang mampu menyebakan hubungan sosial menjadai renggang yang
menjadi penyebab kerusakan seperti pertumpahan darah maupun kerusakan
alam. Oleh karena itu senantiasa manusia dianjurkan selalu ingat kepada Allah
selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjahui segala larangan-
larangan-Nya

13
2. Sikap dan sudut pandang sosial yaitu prasangka, saling percaya, saling
mendukung, kerjasama, terbuka, penampilan terbaik, lalu kemampuan
mengambil keputusan. Kemampuan mengambil keputusan anak berhubungan
erat dengan perkembangan daya abstraksinya. Artinya, makin konkrit, anak
makin mudah mengambil keputusan dan makin abstrak sesuatu yang
dipecahkan anak, makin sukar dalam mengambil keputusan.8
Dalam Islam, menurut Ibnu Taimiyah pengambilan keputusan yang
disepakati ialah Musyawarah, sebab merupakan ijma’ (konsensus) hasil
musyawarah dan tidak merupakan rekayasa sepihak untuk mementingkan
kepentingan tertentu.9 Selain itu, dalam Islam terdapat prinsip
a. Adil
Prinsip yang pertama dan paling utama dalam pengambilan keputusan
adalah adil. Secara istilah adil dapat diartikan tidak berat sebelah, tidak
memihak dan seimbang. Prinsip keadilan sangat penting karena dengan
keadilan keputusan yang diambil tidak merugikan oerang lain.
b. Amanah
Amanah dapat diartikan pula terpercaya. Melalui amanah maka dalam
pengambilan keputusan akan memiliki dampak psikologis bahwa keputsan
tersebut merupakan keputusan yang harus dilaksanakan dan akan
dipertanggung jawabkan dikemudian hari. Sifat amanah sangat diperlukan
karena menyangkut hajat hidup manusia sehari-hari, baik dalam urusan
pribadi, maupun urusan bersama. 
c. Istiqomah
Dalam Islam Istiqomah berarti berpendirian teguh atas jalan yang
lurus, berpegang pada akidah Islam dan melaksanakan syariat dengan
teguh, tidak berubah dan berpaling walau dalam apa-apa keadaan
sekalipun. 

.
3. Dakwah dan nilai diri yaitu iman dan yakin yang betul, menjadi khalifah untuk
berdakwah10

8
http://afifulikhwan.blogspot.com/2012/11/pentingnya-sebuah-keputusan-telah-al.html#!/tcmbck
9
Shohahussurur, Proses Pengambilan Keputusan dalam Perspektif Ibnu Taimiyyah, Jurnal Tsaqafah,
Vol. 6, No. 1, April 2010. Hlm. 67
10
Siti Hikmah, Mengenalkan Dakwah Pada Anak Usia Dini, (Universitas Islam Negeri (Uin)
Walisongo Semarang : 2014) Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 34, No.1, Januari – Juni Issn 1693-8054

14
Pertama, dalam mengajarkan dakwah kepada anak, tidak boleh
dilakukan dengan pemaksaan namun disesuaikan dengan perkembangan
kognitif anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang dalam tahap
perkembangan pra operasional kongkrit, sedangkan materi dakwah bersifat
nilai-nilai. Pendidikan untuk anak usia dini (0-8 tahun) merupakan pendidikan
yang memiliki karakteristik berbeda dengan anak usia lain, sehingga
pendidikannya pun perlu dipandang sebagai sesuatu yang dikhususkan.
Pendidikan anak usia dini bertujuan membimbing dan mengembangkan
potensi setiap anak agar dapat berkembang secara optimal sesuai tipe
kecerdasannya. Oleh karena itu pendidik atau guru harus memahami
kebutuhan khusus atau kebutuhan individual anak.
Kedua, menanamkan pendidikan ma’rifaturrasul (mengenal
Rasulullah) sejak dini, agar ia memiliki teladan yang mampu menjadi
pemandu hidupnya, dan tidak salah pilih teladan meneladani Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah sebaik-baiknya mengidolakan. Jadi
pendidik dan orang tua harus berupaya memperkenalkan rasulullah melalui
kisah Rasulullah agar anak tidak asing akan sosok mulia penerang alam
semseta ini.
Ketiga, menanamkan tarbiyah akhlaqiyah wa sulukiyah3 (pembinaan
akhlak dan perilaku) sejak dini agar anak menghormati orang tua dan yang
lebih tua, atau menyayanyi yang lebih muda. Agar anak tahu adab makan,
minum, berjalan, berpakaian, dan berbicara, serta adab-adab lainnya. Supaya
mereka menyayangi sahabat dan memaafkan musuh. Ibnu Qayim
rahimahullah berkata, “Siapa yang lalai dalam mengajarkan anaknya sesuatu
yang bermanfaat dan membiarkannya begitu saja, maka dia telah melakukan
sesuatu yang sangat buruk terhadapnya. Kebanyakan anakanak sebab
kerusakannya bersumber dari orang tuanya yang melalaikannya dan
mengabaikan pendidikan agamanya. Mereka telah menyia-nyiakannya di
masa kecil, sehingga mereka tidak berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk
dirinya dan tidak juga mendatangkan manfaat untuk orang tuanya ketika
telah besar.”
Keempat, memperkenalkan dengan tokoh-tokoh Islam, mulai para
sahabat nabi, para Imam dan ulama, para pahlawan dan mujahidin Islam, baik
dalam atau luar negeri. Bukan justru memperkenalkan mereka dengan bintang

15
film, penyanyi, pemain sepak bola, atau penghibur yang membuatnya jauh
dari Allah dan kewajiban-kewajiban agama.
Kelima, mengajarkan anak untuk mengetahui fitrahnya. Fitrah yang
dikemukakan dalam hadis fitrah menyangkut masalah akidah Islam yang
tercakup dalam rukun iman. Fitrah anak dalam hadis itu berkembang
dipengaruhi oleh lingkungan. Apabila lingkungan berpengaruh baik, maka
fitrah anak akan menjadi baik. Sebaliknya, apabila lingkungan berpengaruh
buruk, maka fitrah akan menjadi buruk. Lingkungan yang pertama kali
mempengaruhi fitrah anak dalam perkembangannya adalah lingkungan
keluarga.
Sehubungan dengan itu, akidah mempunyai fungsi dan peranan dalam
kehidupan sesuai yang telah disebutkan pada bab II sebagai berikut.
1. Menuntun dan mengemban dasar ketuhanan yang dimiliki manusia
sejak lahir.
Manusia sejak lahir telah memiliki potensi keberagamaan
(fitrah), sehingga sepanjang hidupnya membutuhkan agama dalam
rangka mencari keyakinan terhadap Tuhan.11 Dalam rangka mencari
keyakinan terhadap Tuhan harus dimulai semenjak anak usia dini.
Dengan demikian, fitrah beragama yang dimilikinya harus diajarkan
akidah
2. Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa
Agama sebagai kebutuhan fitrah akan senantiasa menuntut dan
mendorong manusia untuk mencari ketenangan dan ketentraman.
Dikatakan demikian, karena manusia lahir dengan membawa berbagai
potensi (fitrah) dalam dirinya. Berbagai potensi (fitrah) itu menurut
tabiat beragama yang terkandung dalam akidah (pokok ajaran Islam),
karena antara fitrah dan tabiat beragama adalah satu relasi yang
utuh.12 Oleh karena itu dengan pengembangan pada fitrah anak
semenjak usia dini dengan dilengkapi tabiat beragama yang
terkandung dalam akidah (pokok ajaran kepercayaan Islam), akan
memberikan hikmah (wisdom) yang mampu mengubah diri ke arah

11
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya pembentukan pemikiran dan Kepribadian
Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 130.
12
Sayid Qutub, Tafsir Al-Qur’an fi z}ilal Al-Qur’an Jilid V, (Kairo: Da>r As-Syuru>q, 2003), hlm. 27

16
yang lebih baik, mengobati jiwa yang sakit, dan memberikan
ketenangan dan ketentraman jiwa dari rasa keberpalingan.
3. Memberikan pedoman hidup yang pasti Manusia lahir membawa
fitrah (potensi) untuk mengenal Tuhan.
Apabila fitrah itu dilengkapi dengan akidah Islam, maka akan
membawa Keyakinan terhadap Tuhan. Hal ini memberikan arahan
dan pedoman hidup yang pasti. Sebab fitrah ditunjukkan akidah pada
kebenaran keyakinan sesungguhnya dan diberikan pengetahuan asal
dan tujuan hidup manusia. Sehingga kehidupan manusia akan lebih
jelas dan bermakna. Sebagaimana pendapat Yusuf al-Qardawi yang
dikutip Alim mengatakan, bahwa akidah Islam bukan sekedar
keyakinan dalam hati, melainkan pada tahap selanjutnya harus
menjadi acuan dasar dalam bertingkah laku dan berbuat yang pada
akhirnya akan membuahkan amal saleh.13

I. Peran Orang Tua dan Guru dalam perkembangan Moral dan Psikososial Anak
Untuk menciptakan moral yang baik bagi anak adalah menciptakan komunikasi
yang harmonis antara orangtua dan anak, karena itu akan menjadi modal penting
dalam membentuk moral. Kebanyakan ketika anak beranjak remaja atau dewasa, tidak
mengingat ajaran-ajaran moral diakibatkan tidak adanya ruang komunikasi dialogis
antara dirinya dengan orangtua sebagai “guru pertama” yang mestinya terus
memberikan pengajaran moral. Jadi, titik terpenting dalam membentuk moral sang
anak adalah lingkungan sekitar rumah, setelah itu lingkungan sekolah dan terakhir
adalah lingkungan masyarakat sekitar. Namun, ketika dilingkungan rumahnya sudah
tidak nyaman, biasanya anak-anak akan memberontak di luar rumah (kalau tidak di
sekolah, pasti di lingkungan masyarakat). Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal
seperti itu sudah kewajibannya orang tua membina interaksi komunikasi yang baik
dengan sang buah hati supaya di masa mendatang ketika mereka memiliki masalah
akan meminta jalan keluar kepada orang tuanya.
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dan utama bagi tumbuh
kembangnya anak. Anak akan berkembang optimal apabila mereka mendapatkan
stimulasi yang baik dari keluarga. Oleh karena itu pola parenting yang tepat dapat

13
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya pembentukan pemikiran dan Kepribadian
Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 130.

17
dijadikan sarana untuk perkembangan moral anak. Keluarga berfungsi
mengembangkan moral anak yang dibentuk secara sosial melalui accepting,
preserving, taking, exchanging dan biophilous (Alwisol, 2006).
Perkembangan moralitas pada tingkat I yaitu penalaran moral yang pra-
konvensional, yang mendasarkan pada objek di luar diri individu sebagai ukuran
benar atau salah. Pada stadium 1. Orientasi patuh dan takut hukuman, suatu tingkah
laku dinilai benar bila tidak dihukum dan salah bila perlu dihukum. Seseorang harus
patuh pada otoritas karena otoritas tersebut berkuasa. Berdasarkan perkembangan
moralitas tingkat I ini, orangtua akan menggunakan pola asuh yang cenderung kaku
(otoriter) untuk merealisasikan keinginan-keinginannya. Pola asuh yang dimaksud
dapat direfleksikan dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis terhadap anak-
anaknya. Hal ini tercermin dari tutur kata, sikap, perilaku dan tindakan mereka
terhadap sang anak.14
Keluarga adalah tempat pertama dan utama di mana seorang anak didik dan
dibesarakan. Fungsi keluarga utama seperti yang telah diuraikan di dalam resolusi
majelis umum PBB adalah “keluarga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan
mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat
menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan
lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahterah. 15 Menurut Urie
Bronfenbrenner perkembangan psikososial anak dipengaruhi oleh lingkungan sistem
mikro dalam keluarga, sekolah, maupun lembaga kesehatan (rumah sakit, pusat
kesehatan masyarakat maupun poliklinik). Lingkungan kehidupan pertama yang
meberi pengaruh besar bagi perkembangan emosional anak dalam keluarga.
Orangtua merupakan orang-orang penting yang langsung berhubungan dengan
anak. Selanjutnya, anak akan berhubungan dengan lembaga untuk mencapai
keseimbangan tubuh yang sehat. Dalam lingkungan keluarga, pengaruh signifikan
terhadap perkembangan emosional anak ditandai dengan dua kutub yang saling
bertentangan antara yang satu dengan yang lain. Artinya bila kondisi keluarga
memberikan kesempatan yang positif bagi anak, maka akan menumbuh kembangkan
emosi yang stabil. Sebaliknya bila ingkungan keluarga tidak memberi jaminan yang
positif maka akan berakibat perkembangan yang cendrung negative, labil dan

14
Retno Dwiyanti, Peran Orang Tua Dalam Perkembangan Moral Anak (Kajian Teori Kohlberg),
Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
15
Zubaedi, Strategi Taktis Pendidikan Karakter, (Depok, PT RajaGrafindo Persada.2017), h.27

18
abnormal.Piaget maupun Kohlberg sependapat bahwa orangtua mempunyai peran
besar bagi pembentukan dan perkembangan moral seorang anak.16
Sekolah merupakan tempat yang sangat strategis untuk pendidikan karakter
sebagai pembentuk kepribadian anak. Selain itu anak-anak banyak menghabiskan
sebagian waktunya di sekolah, sehingga apa yang di dapatkannya di sekolah akan
mempengaruhi pembentukan kepribadian anak.17 Untuk dapat merelisasikan karakter
mulia dalam kehidupan setiap orang, pembudayaan karakter menjadi suatu hal
penting. Pemberian mata pelajaran pendidikan karakter, pendidikan akhlak,
pendidikan moral atau pendidikan etika akan sangat berpengaruh pada kepribadian
anak. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan kepribadian harus dipersiapkan dengan
baik dan melibatkan semua pihak yang terkait dengan pelaksanaanya serta harus
dilakukan evaluasi yang berkesinambungan. Pengembangan karakter dan kepribadian
di sekolah menjadi sangat penting mengingat disinilah peserta didik mulai berkenalan
dengan berbagi bidang kajian keilmuan. Pada masa ini pula peserta didik mulai sadar
akan jati dirinya sebagai pribadi atau manusia yang mulai beranjak dewasa dengan
berbagai problem yang menyertainya.18

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Moral dapat dipahami sebagai suatu prinsip yang di sepakati oleh sekelompok
orang perilaku orang yang menjadi patokan tentang batas-batas tingkah laku yang
boleh atau tidak boleh dilakukan oleh anggota masyarakat tersebut. Batasan tersebut
lah nantinya juga menjadi pedoman untuk mmberi pemahaman apakah tingkah laku
terkategori benar ataupun salah.

16
Erik Erikson.2010.Teori Perkembangan Psikososial Erik H.Erikson.Jakarta
17
F.J.Monks dan A.M.P.Knoers, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press,2006), h.122
18
Muhimmatul Hasanah, Dinamika Kepribadian Menurut Psikologi Islam, Jurnal Ummum Qura.

19
Perkmabnagan moral dalam islam terbagi atas 6 masa
1. Masa Prenatal (‫( الجنين‬dalam Islam masa prenatal sudah dihitung sebagai
tahap awal perkembangan, karena Islam menganggap bahwa janin itu
hidup, aktif dan mampu menerima stimulus, sehingga dapat ditanamkan
nilai-nilai akhlak dengan cara mendoakan janin, memberikan gizi yang
baik, dibacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an
2. Pasca lahir (‫( الطفل‬usia 0-2 tahun, masa ini anak berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan, intelegensi, sosial emosional.
3. Masa Kanak-Kanak (5-3( ‫ة‬UU‫ الطفول‬tahun, masa ini anak sudah mampu
menggunakan kemampuan kognitifnya sehingga tepat untuk menanamkan
nilai-nilai tauhid
4. Anak Usia Sekolah (‫ ( ز ال ِّ تمي‬usia 6-10 tahun, fase ini anak sudah mulai
mampu membedakan baik dan buruk berdasarkan nalarnya sendiri
sehingga di fase inilah kita sudah mulai mempertegas pendidikan akhlak
dan pokok-pokok syariat.
5. Masa Amrad (10-15 tahun) fase ini adalah fase dimana anak mulai
mengembangkan potensi dirinya guna mencapai kedewasaan dan
memiliki kemampuan bertanggung jawab secara penuh.
6. Masa Taklif (15-18 tahun) pada masa ini anak sudah sampai pada titik
bernama taklif atau bertanggung jawab.
Psikososial sebagai istilah yang difokuskan untuk mempelajari dan
menerangkan tingkah laku individu sebagai fungsi dari rangsangan-rangsangan
psikologikal dan sosial.

Domain psikososial dibagi menjadi tiga :


1. Instrinsik Islam, Anak dalam domain ini dirangsang untuk mengenali jati
dirinya dengan wawasan keislaman bahwa dirinya lahir kemuka bumi ini
sebagai khalifah yang harus senantiasa beribadah kepada Allah.
2. Sikap dan sudut pandang sosial yaitu prasangka, saling percaya, saling
mendukung, kerjasama, terbuka, penampilan terbaik, lalu kemampuan
mengambil keputusan. Kemampuan mengambil keputusan anak
berhubungan erat dengan perkembangan daya abstraksinya. Artinya,

20
makin konkrit, anak makin mudah mengambil keputusan dan makin
abstrak sesuatu yang dipecahkan anak, makin sukar dalam mengambil
keputusan.
3. Dakwah dan nilai diri yaitu iman dan yakin yang betul, menjadi khalifah
untuk berdakwah
.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017)

Elizabeth Da Silva, Julie A 2009, Memahami Penyesuaian Psikososial dengan Penyakit


Kronis dan Cacat: Buku Pegangan untuk Praktisi Berbasis Bukti dalam
Rehabilitasi, hlm. 51, ISBN 97-0-8261-2387-9

Erik Erikson.2010.Teori Perkembangan Psikososial Erik H.Erikson.Jakarta

21
F.J.Monks dan A.M.P.Knoers, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press,2006),

Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 9 1. Jakarta: Salemba Medika

Khairil Anwar, Sri Wahyuni , Penerapan Mental Kognitif Islam Dan Psikososial Islam
Dalam Mencegah Perilaku Lgbt Pada Remaja Muslim Pekanbaru,
(Pekanbaru : UIN SUSKA Riau) 2017, Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1,
Januari – Juni, hlm 85-98

Laila Maharani, Perkembangan Moral Pada Anak , Jurnal Bimbingan dan Konseling (E-
Journal) p-ISSN 2089-9955 e-ISSN 2355-8539, 2014,

http://afifulikhwan.blogspot.com/2012/11/pentingnya-sebuah-keputusan-telah-
al.html#!/tcmbck

https://www.kompasiana.com/gelarkiswara/55547219739773d31590561d/peran-orang-tua-dalam-
perkembangan-moral-anak

https://www.kompasiana.com/khalistafani/5dae99ee0d82304083632e72/peran-orang-tua-terhadap-
pertumbuhan-dan-perkembangan-pada-anak?page=all

https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0,5&qsp=2&q=psikososial+anak&qst=ib

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya pembentukan pemikiran dan


Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 130.

Munari, Perkembangan Moral (Perspektif Barat Dan Islam ), (Salatiga : Pascasarjana


IAIN Salatiga,

Retno Dwiyanti, Peran Orang Tua Dalam Perkembangan Moral Anak (Kajian Teori Kohlberg), Prosiding
Seminar Nasional Parenting 2013

Shohahussurur, Proses Pengambilan Keputusan dalam Perspektif Ibnu Taimiyyah, Jurnal


Tsaqafah, Vol. 6, No. 1, April 2010.

Siti Hikmah, Mengenalkan Dakwah Pada Anak Usia Dini, (Universitas Islam Negeri
(Uin) Walisongo Semarang : 2014) Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 34, No.1, Januari
– Juni Issn 1693-8054

Sayid Qutub, Tafsir Al-Qur’an fi z}ilal Al-Qur’an Jilid V, (Kairo: Da>r As-Syuru>q,
2003), hlm. 27

Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Woodward, Kath 2015, Studi Psikososial: An Introduction, New York. Routldge, hlm.2-4
ISBN 978-1-315-8-9782-3

22
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, Jakarta: Prenada
Media)

Zubaedi, Strategi Taktis Pendidikan Karakter, (Depok, PT RajaGrafindo Persada.2017),

23

Anda mungkin juga menyukai