Anda di halaman 1dari 10

e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)


terhadap Sikap Sosial dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD
Gugus II Bona, Kabupaten Gianyar Tahun Pelajaran 2012/2013

Ida Ayu Kade Dewi Rosalina, Wayan Lasmawan, A.A.I.N. Marhaeni


Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

dewi.rosalina@pasca.undiksha.ac.id, wayan.lasmawan@pasca.undiksha.ac.id,
agung.marhaeni@pasca.undiksha.ac.id
ABSTRAK

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Sains
Teknologi Masyarakat terhadap sikap sosial dan prestasi belajar IPS siswa. Penelitian ini merupakan
sebuah eksperimen semu yang melibatkan sampel sebanyak 75 siswa kelas IV SD Gugus II Bona
yang diambil secara random. Pengumpulan data menggunakan dua tes, yaitu kuisioner sikap sosial
dan tes prestasi belajar IPS. Analisis data menggunakan manova satu jalur. Hasil analisis
menunjukkan terjadi perbedaan yang signifikan pada sikap sosial dan prestasi belajar IPS siswa, baik
secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, dimana siswa yang belajar dengan model
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat sikap sosial dan prestasi belajar IPS lebih tinggi daripada
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.

Kata Kunci : model pembelajaran STM, sikap sosial dan prestasi belajar IPS, pembelajaran di SD

Abstract

This research aims at investigating the effect of science technology society learning model on
social attitude and social studies learning achievement. It was a quasi-experiment involving 75 fourth
grade elementary school students of Cluster II Bona which were taken randomly. The data were
collected using two tests: social attitude cuissioner and social studies test learning achievement. The
data were analyzed using one-way MANOVA. The result of the research shows that there is a
significant difference of social attitude and social studies learning achievement of students, separately
or simultaneously, where social attitude and social studies learning achievement of students learning
with science technology society is better than those learning with conventional learning model.

Keywords: science technology society learning model, social attitude, social studies learning
achievement, learning in elementary school

1
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

PENDAHULUAN menjadi tujuan pembelajaran IPS tercapai


Upaya tepat untuk menyiapkan dengan baik.
sumber daya manusia yang berkualitas Model STM dalam pembelajaran
adalah pendidikan. Namun, pada IPS adalah merupakan salah satu model
kenyataanya dunia pendidikan saat ini yang disinyalir dapat meningkatkan mutu
banyak dihadapkan pada masalah yang dan kualitas pembelajaran IPS. Melalui
berkaitan dengan mutu pendidikan, baik model pembelajaran STM, siswa belajar
proses maupun produknya. IPS dalam konteks pengalaman nyata,
Pendidikan IPS merupakan salah yang meliputi aplikasi keteampilan
satu pembelajaran yang harus diberikan di berpikir, memecahkan masalah, apresiasi
sekolah dasar. Sesuai dengan amanat UU budaya, dan keterampilan mengambil
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem keputusan yang tepat terhadap hubungan
Pendidikan Nasional, Pendidikan IPS kausal sain, teknologi dan masyarakat.
adalah program pendidikan yang wajib Dalam aplikasinya, model STM
diberikan di sekolah, baik dari tingkat mengkondisikan peserta didik untuk
dasar sampai tingkat perguruan tinggi. mengembangkan dan melatih
Sayangnya, dalam realitas praktik Sistem kemampuan serta keterampilan berpikir
Pendidikan Nasional, status, kedudukan, dan sosial secara nyata khususnya
dan fungsi IPS justru termajinalkan. menyangkut pemecahan masalah-
Akibatnya mutu pendidikan khususnya masalah sosial yang diakibatkan oleh
bidang IPS sangat rendah. Oleh karena kemajuan IPTEK. Bertolak dari beberapa
itu, perlu reorientasi dan pendekatan temuan di atas, tampaknya model
baruu yang lebih efektif dalam pembelajaran STM cukup teruji
pembelajaran IPS. efektivitasnya dan dapat dijadikan sebagai
Saat ini, dalam proses alternatif strategis untuk menyelesaikan
pembelajaran IPS masih banyak guru permasalahan pada pembelajaran IPS
yang menggunakan model pembelajaran terutama dalam hal meningkatkan prestasi
konvensional dengan metode ceramah. belajar IPS dan sikap sosial siswa di
Pola model seperti ini dilakukan secara sekolah dasar.
monoton dari waktu ke waktu. Konsep Berdasarkan teori-teori yang ada,
yang diterima siswa terkait dengan dari temuan-temuan empiris yang sudah
pembelajaran semuanya berasal dari dilakukan, maka tujuan dari penelitian
penjelasan guru saja, serta siswa akan penelitian ini adalah : (1) untuk
cenderung menghafal. Kondisi ini sangat mengetahui perbedaan sikap sosial siswa
berpengaruh terhadap prestasi belajar dan yang mengikuti pembelajaran IPS dengan
sikap sosial siswa, maupun pembentukan pembelajaran model Sains-Teknologi-
aktivitas dan kreativitas siswa. Masyarakat (STM) daripada siswa yang
Konsekuensinya adalah siswa akan mengikuti pembelajaran IPS dengan
berusaha mencapai hasil dengan segala model konvensional pada kelas IV SD
cara, tidak dengan ketekunan, kejujuran, Negeri Gugus II Bona, Gianyar (2) untuk
disiplin, dan kerja keras. mengetahui perbedaan prestasi belajar
Permasalan IPS juga terjadi di IPS yang mengikuti pembelajaran dengan
beberapa sekolah dasar di Bali. Salah model Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)
satunya adalah di Kelas IV SD Negeri 1 daripada siswa yang mengikuti
Belega dan SD Negeri 3 Belega yang pembelajaran IPS dengan model
terletak di Gugus II Bona, Gianyar. Hal konvensional pada kelas IV SD Negeri
tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata Gugus II Bona, Gianyar, (3) untuk
kelas IPS siswa kelas IV pada tahun mengetahui perbedaan sikap sosial dan
pelajaran 2011/2012. Maka dari itu untuk prestasi belajar siswa pada pembelajaran
meningkatkan kebermaknaan belajar IPS IPS dengan model pembelajaran Sains-
di SD tersebut diperlukan cara atau Teknologi-Masyarakat (STM) daripada
langkah yang efektif agar apa yang siswa yang mengikuti pembelajaran IPS

2
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

dengan model pembelajaran konvensional menghadapi hidup dengan tantangan-


pada kelas IV SD Negeri Gugus II Bona, tantangannya. Selanjutnya mereka kelak
Gianyar. diharapkan mampu bertindak secara
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial rasional dalam memecahkan masalah-
(IPS) dalam sistem pendidikan di masalah sosial yang dihadapinya.
Indonesia baru dikenal sejak lahirnya Sama halnya tujuan dalam bidang-
kurikulum tahun 1975. Sebelumnya, bidang yang lain, pembelajaran IPS juga
pembelajaran ilmu-ilmu sosial untuk mempunyai tujuan yang lebih tinggi.
tingkat persekolahan menggunakan istilah Secara hirarki, tujuan pendidikan nasional
yang berubah-rubah sesuai dengan situasi pada tataran operasional dijabarkan
politik pada masa itu. dalam tujuan institusional tiap jenis dan
Secara mendasar, pembelajaran jenjang pendidikan. Akhirnya tujuan
IPS berkenaan dengan kehidupan kurikuler secara praktis operasional
manusia yang melibatkan segala tingkah dijabarkan dalam tujuan instruksional atau
laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan tujuan pembelajaran. Sub bahasan ini
dengan cara manusia memenuhi dibatasi pada uraian tujuan kurikuler
kebutuhannya, baik kebutuhan untuk bidang studi IPS.
memenuhi materi, budaya, dan Untuk skala Indonesia, maka
kejiwaannya; memanfaatkan sumber daya tujuan IPS khususnya pembelajaran IPS
yang ada dipermukaan bumi; mengatur pada jenjang sekolah dasar sebagimana
kesejahteraan dan pemerintahannya tecantum dalam Kurikulum IPS-SD Tahun
maupun kebutuhan lainnya dalam rangka 2006 adalah agar peserta didik mampu
mempertahankan kehidupan masyarakat mengembangkan pengetahuan dan
manusia. keterampilan dasar yang berguna bagi
Pendidikan IPS pada hakekatnya dirinya dalam kehidupannya sehari-hari
tidak hanya membekali peserta didik (Depdiknas, 2006). Ilmu pengetahuan
pengetahuan dan keterampilan proses, sosial juga membahas hubungan antara
tetapi juga difungsionalkan dalam manusia dengan lingkungannya, yaitu
transformasi dan internalisasi berpikir, lingkungan masyarakat dimana anak didik
sikap, etika, moral, dan nilai yang selama tumbuh dan berkembang sebagai bagian
ini kurang mendapat perhatian dari guru dari masyarakat, dan dihadapkan pada
IPS, khususnya di sekolah dasar. berbagai permasalahan yang ada dan
Namun demikian yang kita jumpai terjadi di lingkungan sekitarnya.
dalam kenyataan, pengajaran IPS Dari uraian diatas, secara umum
didominasi oleh proses pembelajaran pembelajaran IPS bertujuan untuk
yang menggunakan buku literatur. melibatkan peserta didik dengan
Sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa lingkungan disekitarnya dengan
pengajaran IPS hanya menghafal konsep menumbuh kembangkan kesadaran dan
dan tidak bermakna, tidak relevan dengan kepekaan tentang gejala dan masalah
apa yang dihadapi siswa dalam sosial. Kepekaan yang perlu ditingkatkan
kehidupannya sehari-hari di masyarakat. pada abad 21 ini antara lain penguasaan
Untuk itu guru perlu menciptakan suatu Ilmu pengetahuan (sains) dan kamajuan
pembelajaran IPS yang bermakna bagi teknologi. Peran IPS bukan sebagai
siswa. pencetak ilmuwan, melainkan lebih
Perlu disadari bahwa, sesuai mengutamakan pada berpikir bagaimana
dengan tingkat perkembangannya, siswa menghadapi dampak sosial sebagai akibat
SD belum mampu memahami keluasan perkembangan dan penerapan sains dan
dan kedalaman masalah-masalah sosial teknologi. Hal ini diperlukan agar
secara utuh. Akan tetapi mereka dapat masyarakat dapat menerima berbagai
diperkenalkan kepada masalah-masalah hasil sains dan teknologi disertai dengan
tersebut. Melalui pengajaran IPS mereka pemahaman yang cukup. Pada akhirnya
dapat memperoleh pangetahuan, diharapkan mereka dapat menerima hasil
keterampilan, sikap, dan kepakaan untuk teknologi tanpa disertai gejolak-gejolak

3
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

sosial, bahkan dapat digunakan untuk masyarakat. Penerapan ilmu sudah


kemajuan masyarakat itu sendiri. saatnya terus dikembangkan agar apa
Istilah STM antara lain: Sains- yang diperoleh di bangku sekolah tidak
Teknology-Society (STS), Science lagi hanya sebatas pengetahuan yang
Tehcnology Society and Environtment sulit dipahami karena hanya berupa
(STSE) atau Sains Teknologi Lingkungan konsep-kosep abstrak, sehingga sulit
dan Masyarakat (Salingtemas). Model diterapkan di dalam masyarakat.
pembelajaran STM (Sain-Teknologi- Tujuan dari pengembangan model
Masyarakat) dipandang sebagai sebuah STM pada dasarnya dimaksudkan untuk
pembaharuan dalam pembelajaran IPS membantu peserta didik untuk : (1)
pada jenjang sekolah dasar dan menyadari hubungan-hubungan yang
menengah hampir di seluruh dunia. kompleks yang ada di antara ilmu
Konsepsi ini didasari oleh suatu rasional pengetahuan, teknologi, dan masyarakat,
bahwa dalam aplikasinya, model ini khususnya konsekuensi-konsekuensi
memerlukan pembaharuan pemikiran jangka pendek dan jangka panjang dari
yang mendasar dan baru di kalangan guru meluas dan majunya teknologi, (2)
maupun peserta didik. Ilmu pengetahuan memahami dan mengadaptasi secara
dan teknologi merupakan dua hal yang lebih baik perubahan-perubahan besar
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan yang terjadi sebagai akibat kemajuan
masyarakat. Ilmu pengetahuan dan IPTEK, dimana keduanya berpengaruh
teknologi dapat berkembang dengan secara signifikan terhadap masyarakat
cepat karena masyarakat sendiri yang dan individu, (3) mengetahui dengan baik
menumbuh kembangkannya. Maka dari dan terampil dalam mengambil keputusan-
itu, ilmu pengetahuan dan teknologi perlu keputusan sosial dan moral yang
diberikan kepada peserta didik baik dari berkaitan dengan pemanfaatan IPTEK
tingkat dasar sampai jenjang yang lebih dalam kehidupan masyarakat, seperti
tinggi. pencemaran lingkungan, biogenetik,
Teknologi pada dasarnya transportasi, abrasi moral-budaya, banjir,
merupakan penggunaan pengetahuan tanah logsor, dan pengembangan
dan keterampilan secara kreatif untuk masyarakat, (4) secara realistik dapat
menyelesaikan masalah-masalah sosial memproyeksikan (memperhitungkan)
atau pribadi, yang mana karakteristik masa depan yang alternatif dan
utamanya adalah di desai untuk mempertimbangkan konsekuensi-
menjadikan kehidupan masyarakat lebih konsekuensi positif dan negatifnya, dan
baik. IPTEK berperan dalam menjadikan (5) dapat bekerja sesuai dengan masa
kehidupan manusi dalam masyarakat depan yang diingikan dan adil bagi semua
lebih baik. Menyikapi kemajuan IPTEK manusi (Lasmawan, 2003).
dalam era globalisasi dewasa ini, maka Melalui proses pembelajaran STM
kurikulum STM pada hakekatnya akan mengantarkan siswa untuk melihat
merupakan kerangka kerja untuk ilmu sebagai dunianya, siswa akan
membelajarkan dan membiasakan peserta mengenal dan memiliki pengalaman
didik untuk things globaly act localy sebagaimana yang pernah dialami oleh
(Wahab, 2000). seorang ilmuwan. STM dengan
Model STM dapat teknologinya berusaha menyembatani
diimplementasikan pada pembelajaran antara ilmu dan masyarakat. Penerapan
IPS dengan menekankan pada peran ilmu ilmu sudah saatnya terus dikembangkan
pengetahuan dan teknologi di dalam agar apa yang diperoleh di bangku
berbagai kehidupan dan menumbuhkan sekolah tidak lagi hanya sebatas
rasa tanggung jawab sosial terhadap pengetahuan yang sulit dipahami karena
dampak ilmu pengetahuan dan teknologi hanya berupa konsep-kosep abstrak,
yang berkembang di masyarakat. STM sehingga sulit diterapkan di dalam
dengan teknologinya berusaha masyarakat
menyembatani antara ilmu dan

4
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

Sementara itu, Yager (1996) masyarakat, yang merupakan reformasi


mengungkapkan tujuan pengembanngan dalam pembelajaran IPS yang telah
model STM dalam dimensi pembelajaran dilakukan di banyak negara. Model STM
adalah: (1) membekali dan melatih dapat mempertemukan antara kebutuhan
peserta didik seperangkat kemampuan personal dan komunal untuk kemajuan
dan keterampilan dalam merancang dan dan kebertahanan hidup (Yager, 1996).
mendesain masa depan yang sesuai Perkembangan sains dan teknologi dapat
dengan realitas sosial yang ada dan menimbulkan perubahan masyarakat.
dihadapi, (2) melatih peserta didik untuk Caray (2010) mengatakan sikap
dapat memformulasikan dan mengambil adalah kesadaran individu yang
keputusan-keputusan sosial-teknologi menentukan perbuatan yang nyata dalam
secara akurat, khususnya yang berkaitan kegiatan-kegiatan sosial. Maka sikap
dengan pengaruh kemajuan IPTEK sosial adalah kesadaran individu yang
terhadap kehidupan masyarakat, (3) menentukan perbuatan yang nyata, yang
membiasakan peserta didik untuk berpikir berulang-ulang terhadap objek sosial.
kreatif sehingga mampu memahami Sikap sosial yang dimaknai sebagai
implikasi IPTEK terhadap kehidupan bentuk sikap yang diarahkan untuk
masyarakat termasuk dampak negatif- kepentingan pengembangan kompetensi
positifnya, dan (4) membimbing peserta sosial.
didik untuk merancang dan merencanakan Dalam buku Psikologi Sosial
masa depan termasuk karirnya demi dijelaskan bahwa: “Faktor-faktor yang
kehidupan yang lebih baik. mempengaruhi sikap sosial: (a) Faktor
Pengembangan model STM dalam Indogen dan (b) faktor Eksogen”(Sarwono,
pembelajaran IPS lambat laun akan 1997:89). Sementara itu menurut Prasetyo
menggeser model konvensional, dimana dalam bukunya Psikologi Pendidikan
pembelajaran cenderung berpusat pada mengemukakan bahwa: “Faktor-faktor
guru sebagai otoritas tunggal yang mempengaruhi sikap sosial adalah
pembelajaran. sebagai berikut: (a) Faktor Indogen; faktor
Menurut Yager dan Pederson pada diri anak itu sendiri seperti faktor
(dalam Astra Winaya 2009) tahap-tahap imitasi, sugesti, identifikasi, simpati dan
pendekatan STM dalam pembelajaran (b) Faktor Eksogen; faktor yang berasal
adalah : (1) tahap apersepsi (inisiasi dan dari luar seperti lingkungan keluarga,
eksplorasi) yang mengemukakan lingkungan masyarakat, dan lingkungan
isu/masalah sosial-teknologi aktual yang sekolah” (Prasetyo, dalam Dunia Psikologi
ada di masyarakat, (2 )tahap 2012).
pembentukan konsep, yaitu siswa Dalam Kamus Umum Bahasa
membangun atau mengkonstruksi Indonesia (1996:186) “Prestasi adalah
pengetahuan sendiri melalui observasi, hasil yang telah dicapai (dilakukan,
eksperimen, dan diskusi, (3) tahap aplikasi dikerjakan dan sebagainya)”. Sedangkan
konsep atau penyelesaian masalah, yaitu menurut Winkel (dalam Hengkiriawan,
menganalisis isu/masalah yang telah 2012) “Prestasi adalah bukti usaha yang
dikemukakan di awal pembelajaran telah dicapai. Menurut Nasution (2001)
berdasar konsep yang telah dipahami prestasi belajar adalah penguasaan
siswa, (4) tahap pemantapan konsep, seseorang terhadap pengetahuan atau
dimana guru memberikan pemahaman keterampilan tertentu dalam suatu mata
konsep agar tidak terjadi kesalahan pelajaran, yang lazimnya diperoleh dari
konsep pada siswa, dan (5) tahap nilai tes atau angka yang diberikan oleh
evaluasi, dapat berupa evaluai proses guru. Prestasi belajar IPS adalah tingkat
maupun evaluasi hasil. keberhasilan siswa atau hasil maksimal
pembelajaran IPS. yang diperoleh oleh siswa dalam
Pembelajaran IPS dengan model proses pemahaman materi-materi yang
STM mengacu pada konteks kegiatan disampaikan oleh guru dan kemampuan
transaksional dan kehidupan riil siswa dalam mengerjakan maupun

5
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

menyelesaikan tugas yang diberikan serta terdiri dari SD N 3 Belega sebagai kelas
keaktifan siswa dalam proses belajar eksperimen, sedangkan jumlah siswa
mengajar IPS di kelas. orang terdiri dari SD N 1 Belega sebagai
Sudjana (2000), mengungkapkan kelas kontrol.
bahwa faktor-faktor yang dapat Variabel yang menjadai fokus
mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas
adalah faktor luar (eksternal) dan faktor dan variabel terikat. Variabel bebas dalam
dalam (internal). Faktor luar meliputi penelitian ini adalah model pembelajaran
lingkungan (alami dan sosial) dan IPS yang digunakan dan dibandingkan
instrumental (kurikulum, program, sarana, hasilnya dalam penelitian ini, yaitu model
dan prasarana, serta guru). Sedangkan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dan
faktor dalam terdiri atas faktor fisiologis model pembelajaran konvensional.
(kondisi fisik secara umum dan kondisi Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
panca indera) dan faktor psikologis (minat, sikap sosial siswa dan prestasi belajar
kecerdasan, bakat, motivasi, dan gaya siswa.
pikir). Data sikap sosial siswa
dikumpulkan dengan cara memberikan
kuisioner skala sikap sosial yang
METODE PENELITIAN merupakan modifikasi dari skala Lickert.
Penelitian ini menggunakan Selanjutnya, untuk mengukur penelitian
rancangan penelitian eksperimen semu prestasi belajar IPS siswa ini dikumpulkan
menggunakan non-equivalent posttest dengan pemberian tes prestasi belajar
only with control group design (Sugiyono, IPS, dengan model tes pilihan ganda
2007:75). Desain eksperimen semu Sebelum instrumen penelitian
dilakukan mengingat peneliti tidak digunakan untuk mengumpulkan data
mungkin melakukan proses randomisasi dilakukan uji coba instrumen terlebih
baik dalam pemilihan subjek maupun dahulu sehingga instrumen yang
pemilihan kelas eksperimen dan kelas digunakan betul-betul memenuhi
kontrol. Peneliti memilih subjek dan kelas persyaratan validitas dan reliabilitas.
sesuai dengan kondisi kelas yang sudah Sebelum melakukan uji coba penelitian ,
ada. instrumen diuji oleh expert judges.
Rancangan analisis penelitian ini Instrumen yang diuji adalah uji validitas
adalah multivariat analysis of variant isinya, uji validitas empiris, dan uji
(manova) satu jalur. Model pembelajaran reliabilitasnya.
STM selanjutnya disebut X1 dan model Analisis uji coba sikap sosial siswa
pembelajaran Konvensional disebut X2, karena koefesien validitas 1,00 lebih besar
prestasi belajar IPS disebut Y1 dan sikap dari 0,70 (yang merupakan koefesien
sosial siswa disebut Y2. minimal yang boleh digunakan), maka
Populasi dalam penelitian ini instrumen sikap sosial siswa kelas IV SD
adalah seluruh siswa kelas IV sekolah ini bisa digunakan dalam penelitian. Hasil
dasar negeri di gugus II Bona, Kabupaten analisis validitas empiris untuk instrumen
Gianyar sebanyak 6 sekolah yaitu siswa sikap sosial siswa kelas IV SD
SD N 1 Belega, SD N 2 Belega, SD N 3 menunjukan bahwa tidak ada dari 25
Belega, SD N 1 Bona, SD N 2 Bona, dan kuisioner sikap sosial Siswa Kelas IV SD
SD N 3 Bona. Jumlah siswa kelas IV memiliki nilai r(hitung) lebih kecil dari r(tabel)
sekolah dasar gugus II Bona, Gianyar (r(hitung) < r(tabel)). Maka dari itu, dapat
tahun pelajaran 2012/2013 yang menjadi disimpulkan bahwa 25 soal tersebut dapat
anggota sampel penelitian ini adalah SD N digunakan untuk pengambilan data sikap
1 Belega dengan jumlah siswa 39 dan SD sosial siswa kelas IV SD. Dari analisis
N 3 Belega dengan jumlah 36 siswa. reliabilitas diatas, didapatkan koefisien
Dalam penelitian ini, sampel yang reliabilitas bernilai 0,783. Apabila
digunakan adalah kelas IV di gugus II dikonsultasikan menggunakan kriteria
Bona dengan jumlah siswa 75 orang yang dibuat oleh Guilford, maka dapat

6
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

disimpulkan bahwa instrumen sikap sosial


siswa kelas IV SD memiliki reliabilitas / Berdasarkan tabel di atas, dapat
kekonsistenan yang tinggi. dilihat bahwa rata-rata prestasi belajar IPS
Berdaskan analisis uji coba dan rata-rata sikap sosial siswa yang
prestasi belajar IPS, karena koefesien mengikuti pembelajaran dengan model
validitas 1,00 lebih besar dari 0,70 (yang STM lebih tinggi dibandingkan rata-rata
merupakan koefesien minimal yang boleh prestasi belajar IPS dan rata-rata sikap
digunakan), maka instrumen prestasi sosial siswa yang mengikuti pembelajaran
belajar IPS siswa kelas IV SD ini bisa dengan model konvensional.
digunakan dalam penelitian. Hasil analisis Selanjutnya data tersebut di atas
validitas empiris untuk instrumen prestasi digunakan untuk pengujian hipotesis.
belajar IPS siswa kelas IV SD menunjukan Setelah dilakukan uji prasyarat diketahui
bahwa tidak ada dari 25 soal prestasi bahwa data berdistribusi normal,
belajar IPS siswa kelas IV SD memiliki homogen, dan tidak ada korelasi antar
nilai r(hitung) lebih kecil dari r(tabel) (r(hitung) < variabel terikat. Hasil uji hipotesis dengan
r(tabel)). Maka dari itu, dapat disimpulkan manova untuk hipotesis pertama dan
bahwa 25 soal tersebut dapat digunakan kedua memperoleh hasil sebagai berikut.
untuk pengambilan data prestasi belajar
IPS siswa kelas IV SD. Dari analisis
reliabilitas diatas, didapatkan koefisien
reliabilitas bernilai 0,715. Apabila
dikonsultasikan menggunakan kriteria
yang dibuat oleh Guilford, maka dapat
disimpulkan bahwa instrumen prestasi
belajar IPS siswa kelas IV SD memiliki Tabel 2 Rangkuman Uji Hipotesis Pertama
reliabilitas / kekonsistenan yang tinggi. dan Kedua

HASIL PENELITIAN DAN Variab Nilai


PEMBAHASAN el Nilai Signifi Kesim
Hasil rekapitulasi analisis Terika F kansi pulan
deskriptif data tentang model t (sig.)
pembelajaran, sikap sosial data siswa dan Sikap 70,16 0,000 Signifik
data prestasi belajar IPS siswa tersebut sosial 4 an
diperoleh deskripsi data secara umum Presta 151,1 0,000 Signifik
sebagai berikut. si 56 an
Belajar
Tabel 1 Rekapitulasi Analisis Deskriptif IPS
Data
Selanjutnya hasil uji hipotesis
A1Y1 A2Y1 A1Y2 A2Y2 ketiga dengan manova dapat dilihat pada
Statistik
tabel berikut.
mean ( ) 92,2 85,4 21,5 14,6
5 4 8 4 Tabel 3 Ringkasan Uji Multivariat
standar deviasi 2,98 3,95 2,13 2,70
(sd) Statist Nilai Nilai Kesimpul
varians ( ) 8,88 15,6 4,54 7,29 ik F Signif an
2 ikansi
skor minimum 86 79 17 10 (sig.)
( ) Pillai’s 92,8 0,000 Signifikan
skor maksimum 98 92 25 19 Trace 2
( ) Wilks’ 92,8 0,000 Signifikan
jangkauan/renta 12 13 8 9 Lambd 2
ngan a

7
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

Hotelli 92,8 0,000 Signifikan sosial dan prestasi belajar IPS siswa kelas
ng’s 2 IV SD Negeri Gugus II Bona tahun
Trace 2012/2013, ditolak. Dengan kata lain, ada
Roy’s 92,8 0,000 Signifikan perbedaan yang signifikan tehadap sikap
Larges 2 sosial dan prestasi belajar IPS siswa
t Root setelah diterapkan model STM.
Berdasarkan hasil di atas
Berdasarkan tabel 2 dan 3 hasil menunjukkan secara keseluruhan bahwa
analisis menunjukkan bahwa: pertama, prestasi belajar IPS maupun sikap sosial
efek utama ini dapat dilihat dari hasil siswa pada kelompok pembelajaran model
analisis Manova untuk variabel sikap STM lebih tinggi daripada kelompok
sosial siswa, dari analisis data dengan pembelajaran konvensional. Temuan ini
bantuan SPSS diperoleh nilai F= 3,578 juga membuktikan bahwa model STM
dan Sig = 0,063. Ini berarti Data ini dalam pembelajaran IPS dapat
menunjukkan bahwa F hitung > F tabel. meningkatkan prestasi belajar IPS dan
hipotesis H0 ditolak atau H1 diterima, sikap sosial siswa kelas IV SD Negeri
sehingga dapat dinyatakan perbedaan Gugus II Bona, Gianyar tahun 2012/2013.
yang signifikan sikap sosial antara siswa Hasil penelitian ini sejalan dengan
yang mengikuti pembelajaran model STM yang dilakukan oleh Suantari (2009)
dengan siswa yang mengikuti dalam penelitiannya yang
pembelajaran model konvensional siswa membandingkan antara penerapan model
kelas IV SD Negeri Gugus II Bona tahun pembelajaran STM dengan model
2012/2013. Rata-rata sikap sosial pada pembelajaran konvensional. Studinya
kelompok eksperimen adalah 92,25 lebih tersebut dilakukan di SD N 2 Penebel dan
tinggi dari rata-rata sikap sosial pada SD N 4 Penebel, Tabanan. Suantari
kelompok kontrol yaitu 85,55. menyebutkan rata-rata prestasi belajar
Kedua, untuk prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran
yakni F= 151,156 dan Sig = 0,106. Data dengan model STM adalah sebesar 27,82,
ini menunjukkan bahwa F hitung > F tabel. sedangkan prestasi belajar siswa dengan
hipotesis H0 ditolak atau H1 diterima, model konvensional sebesar 23,16. Beliau
sehingga dapat dinyatakan perbedaan juga mengatakan bahwa model STM lebih
yang signifikan prestasi belajar IPS mampu mengambil inisiatif dan tindakan
antara siswa yang mengikuti dalam mengatasi berbagai masalah
pembelajaran model STM dengan siswa IPTEK yang ada di lingkungan sekitar,
yang mengikuti pembelajaran model dibandingkan dengan siswa yang
konvensional siswa kelas IV SD Negeri dibelajarkan dengan model konvensional.
Gugus II Bona tahun 2012/2013. Rata-rata Lasmawan (2009) dalam
prestasi belajar IPS pada kelompok penelitiannya, menyebutkan bahwa : (1)
eksperimen adalah 21,58 lebih tinggi dari modul STM memberikan ruang gerak
rata-rata prestasi belajar IPS pada kepada siswa untuk mengapresisasi
kelompok kontrol yaitu 14,64. berbagai fenomena masalah sosial aktual
Ketiga, uji hipotesis yang ke-tiga, yang ada di masyaratkat secara lebih
yang menguji ada tidaknya pengaruh bermakna , (2) materi IPS lebih mudah
penerapan model pembelajaran STM dipahami oleh siswa melalui penerapan
secara bersamaan terhadap sikap sosial model STM, (3) pengorganisasian materi
dan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD IPS dengan menggunakan prinsip-prinsip
Negeri Gugus II Bona tahun 2012/2013, model STM lebih menghargai potensi
menunjukkan harga F hitung untuk illai’s siswa sehingga memudahkan mereka
Trace, Wilks’ Lambda, Hotelling’s Trace, untuk memahaminya, dan (4) siswa yang
dan Roy’s Largest Root lebih kecil 0,05. dibelajarkan dengan model STM pada
Berdasarkan data tersebut, maka materi IPS yang sama lebih baik hasil
hipotesis nol yang menyatakan tidak ada belajaranya dibandingkan siswa yang
pengaruh model STM terhadap sikap

8
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

dibelajarkan dengan model keseharian Berbeda dengan pembelajaran


(model konvensional). STM, pembelajaran konvensional lebih
Hasil penelitian ini juga sejalan didasari oleh paham behaviouristik.
dengan teori dan konsep dasar yang ada Pembelajaran konvensional lebih
dalam pembelajaran STM bahwa anak didominasi oleh guru daripada siswa.
dimungkinkan untuk mengembangkan Sehingga siswa menjadi pasif dan
kemampuan berpikirnya. Pembelajaran cenderung manja dalam menyelesaikan
STM memberikan peluang lebih baik permasalahan pembelajaran. Siswa hanya
terhadap prestasi belajar IPS dan sikap menerima pengetahuan langsung tanpa
sosial siswa dibandingkan dengan mengetahui proses terbentuknya
menggunakan pembelajaran pengetahuan itu sendiri. Pembelajaran
konvensional. Pembelajaran STM lebih bersifat teoritis dan abstrak.
membuat siswa terlibat secara aktif dalam Disamping itu, siswa kurang memiliki
mencari informasi yang dapat diterapkan kesempatan untuk mengasah kemampuan
untuk memecahkan masalah atau isu sikap sosialnya.
sosial yang berkembang dimasyarakat
(Indrawati, 2010). SIMPULAN DAN SARAN
Sebagai contoh, dalam Berdasarkan temuan-temuan
pembelajaran IPS terdapat materi tentang penelitian yang telah dipaparkan
sumber daya alam. Siswa diberikan sebelumnya, maka simpulan yang dapat
beberapa masalah yang berkaitan dengan diambil adalah (1) terdapat perbedaan
sumber daya alam yang berkaitan pula sikap sosial siswa yang mengikuti
dengan teknologi. Kemudian siswa pembelajaran IPS dengan pembelajaran
diminta untuk mencari informasi dari model Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)
berbagai sumber baik itu melalui buku, daripada siswa yang mengikuti
media cetak atau elektronik, bahkan pembelajaran IPS dengan model
dengan cara melakukan penelitian untuk konvensional pada kelas IV SD Negeri
mencari jawaban atas permasalahan yang Gugus II Bona, Gianyar, (2) terdapat
telah diberikan guru. Apabila siswa perbedaan prestasi belajar IPS yang
melakukan kegiatan penelitian, maka mengikuti pembelajaran dengan model
siswa harus membuat rumusan masalah Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)
tersendiri. Setelah itu, siswa merumuskan daripada siswa yang mengikuti
jawaban sementara (hipotesis), kemudian pembelajaran IPS dengan model
melaporkan hasil akhirnya secara konvensional pada kelas IV SD Negeri
bergiliran. Kegiatan ini sangat Gugus II Bona, Gianyar, dan (3) terdapat
merangsang siswa untuk berpikir dan perbedaan sikap sosial dan prestasi belaja
terlibat secara aktif dalam pembelajaran. IPS siswa secara simultan dengan model
Pengalaman belajar siswa yang pembelajaran Sains-Teknologi-
melibatkan pengalaman fisik, sosial, dan Masyarakat (STM) daripada siswa yang
pengaturan diri akan membuatnya belajar mengikuti pembelajaran IPS dengan
secara optimal dan meningkatkan prestasi model pembelajaran konvensional pada
belajar siswa. Belajar dengan pengalaman kelas IV SD Negeri Gugus II Bona,
nyata sehari-hari, yang dilihat dan dialami Gianyar.
akan membentuk siswa semakin memiliki Berdasarkan beberapa temuan
tanggung jawab untuk menyelesaikan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
tugas-tugasnya dengan baik. Dengan ada beberapa saran yang dapat
demikian, akan tercipta pula dikemukakan yaitu: (1) kepada seluruh
kebermaknaan siswa dalam belajar serta pendidik (guru) mata pelajaran IPS
siswa lebih senang dalam melaksanakan khususnya di SD Negeri Gugus II Bona,
proses belajar yang diatur sendiri, bekerja Gianyar disarankan agar menggunakan
sama, kritis, kreatif, serta membantunya model pembelajaran STM sebagai model
untuk tumbuh dan berkembang menjadi alternatif untuk menigkatkan prestasi
individu yang lebih baik. belajar dan sikap sosial siswa, (2) bagi

9
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

para pemegang kebijakan di Lembaga Prayekti. 2001. “Pendekatan Sains


Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Teknologi Masyarakat tentang
(LPTK), disarankan untuk membekali Konsep Pesawat Sederhana
calon guru binaannya dengan model dalam Pembelajaran IPA di
pembelajaran STM sebagai model Kelas 5 Sekolah Dasar”. Jurnal.
alternatif, sehingga ketika mereka telah http://www.depdiknas.go.id/Jurn
menjadi guru sudah terbiasa menerapkan al/29/editorial.htm - 35k - .
model pembelajaran STM. Diakses tanggal 6 Oktober
2012.
DAFTAR RUJUKAN Stopsky, F. Dan Lee, S. 1994. Social
Astra. 2009. “Model Pembelajaran STM”. Studies in a Global Society.
http://selanbawakpeople.blogsp New York: Delmar Publisher
ot.com/2009/10/model- Inc.
pembelajaran-stm.html.Diakses Sugiyono. 2003. Metode Penelitian
tanggal 6 Oktober 2012. Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Caray. 2010. “Sikap SosiaL”. Bandung: Alfabeta.
http://makalahdanskripsi.blogsp Undang-Undang No. 2 Tahun 2003.
ot.com/2010/12/sikap- Tentang Sistem Pendidikan
sosial.html. Diakses tanggal 8 Nasional.
Agustus 2012. Yager, Robert E. 1996.
Dunia Psikologi. 2012. “Sikap: Pengertian, Science/Technology/Society :
Definisi, dan Faktor yang As Reform in Science
Mempengaruhi”. Education. New York : State
http://www.duniapsikologi.com/s University of New York Press.
ikap-pengertian-definisi-dan-
faktor-yang-mempengaruhi/.
Diakses tanggal 8 Agustus
2012.
Haris, Agustian. 2010. “Pembelajaran IPS
di Sekolah Dasar”.
http://agustianharis.wordpress.c
om/2010/11/29/pembelajaran-
ips-di-sekolah-dasar/. Diakses
tanggal 9 Oktober 2012.
Indrawati. 2010. Sains Teknologi
Masyarakat untuk Guru SD.
Jakarta : PPPPTK IPA.
Lasmawan, W. 2003. “Pengembangan
Model Pembelajaran IPS
dengan Pendekatan Sosial
Budaya (Studi Pengembangan
Pembelajaran IPS pada
Sekolah Dasar di Bali)”.
Laporan Penelitian. Singaraja:
STKIP Singaraja.
---------. 2009. “Pengembangan Materi
dan Model Pembelajaran IPS
Berbasis Sains-Teknologi-
Masyarakat (STM) pada
Siswa SD di Kabupaten
Buleleng”. JPP Undiksha
Volume 3, Tahun ke XII
(halaman 17-21).
10

Anda mungkin juga menyukai