PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan aqidah ?
2. Bagaimana Kedudukan Akidah dalam Islam?
3. Apa saja ruang lingkup aqidah?
4. Apa Macam-macam Tauhid?
5. Apa sumber dan fungsi aqidah?
6. Bagaimana metode memahami akidah?
C. Tujuan Makalah
1. Menjelaskan pengertian aqidah.
2. Menjelaskan Kedudukan Akidah dalam Islam.
3. Menerangkan tentang ruang lingkup aqidah.
4. Menjelaskan Macam-macam Tauhid.
5. Menjelasakn sumber dan fungsi aqidah.
6. Menjelaskan metode memahami akidah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, (Bogor: Pustaka
1
3
Yaitu sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia
berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan di dalam hati
dan diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti, dan ditolak segala
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.3
3
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam (LPPI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 1993), hlm. 1-2
4
.ك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه أَ َحدًا َ ًفَ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا لِقَآ َء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َملْ َع َمال
ُ صالِحًا َوالَيُ ْش ِر
Artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di
akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun
dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Kahfi: 110)
Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul
mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang
lainnya. Rasulullah salallahu `alaihi wasalam berdakwah dan mengajarkan Islam
pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-nilai aqidah atau keimanan,
dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang lebih tiga belas
tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan minoritas di
Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu kemudian
terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau
landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan
pengajaran dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam
rentang waktu yang lebih singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini
menjadi pelajaran bagi kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah
atau keimanan dalam ajaran Islam.
5
1. Ilahiyah
Ilahiyah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
Allah, seperti wujud, nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan Allah swt.
a) Wujud Allah SWT
Bagaimana kita mengetahui wujud Allah? Jawabannya, ketika kita
melihat matahari, bulan, bintang dan planet bergerak teratur, malam dan siang
berganti dengan keteraturan yang amat detil. Mungkinkah mereka bergerak
sendiri? Tidak diragukan lagi bahwa semuanya telah diciptakan dan diatur
oleh Allah swt. Jika Allah tidak ada, kita memohon ampunan kepada-Nya
mustahil matahari, bulan, bintang-bintang, planet, siang, dan malam menjadi
ada dan bertahan dengan pergerakannya yang amat teratur. Dengan demikian
pula tidak akan ada makhluk yang sangat tergantung dengan mereka semua.
Wujud Allah telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara’ dan indera.
1) Dalil Fitrah
Bukti fitrah tentang wujud Allah adalah bahwa iman kepada sang
Pencipta merupakan fitrah setiap makhluk, tanpa terlebih dahulu berpikir
atau belajar. Tidak akan berpaling dari tuntutan fitrah ini, kecuali orang
yang di dalam hatinya terdapat sesuatu yang dapat memalingkannya.
Rasulullah bersabda:
“Semua bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu
bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Kristen, atau Majusi. ” (HR.
Al Bukhari)
6
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu menurunkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu’ Mereka
menjawab: ‘ (Betul Engkau Tuhan kami) kami mempersaksikannya (Kami
lakukan yang demikian itu) agar kalian pada hari kiamat tidak
mengatakan: ‘Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan-Mu) atau agar kamu tidak mengatakan:
‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan
sejak dahulu sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang
datang setelah mereka.’” (QS. Al A’raf: 172-173).
Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas bahwa fitrah seseorang
mengakui adanya Allah dan juga menunjukkan, bahwa manusia dengan
fitrahnya mengenal Rabbnya. Adapun bukti syari’at, kita menyakini bahwa
syari’at Allah yang dibawa para Rasul yang mengandung maslahat bagi seluruh
makhluk, menunjukkan bahwa syari’at itu datang dari sisi Dzat yang Maha
Bijaksana.
Mengimani adanya Allah ini bisa dibuktikan dengan pertama, adanya dalil
fitrah, bahwa manusia mempunyai fitrah mengimani adanya Tuhan tanpa harus
didahului dengan berfikir dan mempelajari sebelumnya. Fitrah ini tidak akan
berubah kecuali ada sesuatu pengaruh lain yang mengubah hatinya.5
5
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Ulasan Tuntas Tentang Tiga Prinsip Pokok, terj. Zainal
Abidin Syamsuddin, (Jakarta: Yayasan al-Shofwa, 2000), hlm. 139.
7
di luar kemampuan manusia. Allah melakukannya sebagai pemerkuat dan
penolong bagi para Rasul.
8
Adanya dalil syar‟i yang menunjukkan adanya Allah adalah seluruh
kitab-kitab samawi membicarakan tentang adanya Allah. Demikian pula
hukum serta aturan dalam kitab-kitab tersebut yang mengatur kehidupan demi
kemaslahatan manusia menunjukkan bahwa kitab-kitab tersebut berasal dari
Tuhan Yang Maha Esa.6
Dari semua dalil-dalil yang dapat dilihat di atas itu adalah berfungsi
menguatkan pandangan kita betapa keagungan Allah swt begitu luar biasa dan
menundukkan kita sendiri di hadapan keagungan ini. Langsung mencetuskan
Tauhidullah yang luar biasa.
2. Nubuwwah
Nubuwwah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
nabi dan rasul, termasuk pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah, mukjizat, dan
keramat.
a. Nabi dan Rasul Allah
Nabi adalah manusia yang diberikan wahyu kepadanya dengan membawa
syariat untuk diamalkan dan tidak diperintahkan untuk menyampaikannya.
Sedangkan rasul adalah manusia yang diberikan wahyu kepadanya untuk
diamalkan dan diperintahkan untuk menyampaikannya. Setiap rasul adalah
nabi akan tetapi tidak setiap nabi adalah rasul.
b. Kitab-kitab Allah
Kitab-Kitab Samawi Yang Disebutkan Di dalam Al Quran: Shuhuf
Ibrahim, Shuhuf Musa, Taurat, Zabur, Injil, dan Al Quran.Nama-Nama Lain Al
Quran: Al Furqan, At Tanzil, Adz Dzikru, Al Kitab, dan Al Quran. Sifat – sifat
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Ulasan Tuntas Tentang Tiga Prinsip Pokok, terj. Zainal
6
9
Al-Qur’an: Nuur, Mubin, Huda, Syiifa, Rahmah, Mau’idzah, Basyir, Nazir, dan
Mubarak.
d. Jenis-Jenis Mukjizat
Mukjizat boleh dibagikan kepada dua jenis, yaitu:
1) Mukjizat Hissy
Mukjizat hissy ialah mukjizat yang dapat dicapai dan dirasai oleh
pancaindera. Mukjizat jenis ini lebih mempengaruhi jiwa umum dan ianya
mudah dimengerti oleh semua golongan manusia. Kebanyakan mukjizat
yang Allah beri kepada para nabi dan rasul dari kalangan bani Israel ialah
berupa mukjizat hissy.
Ini kerana umat manusia pada masa itu kecerdasan mereka terlalu
rendah. Sebagai contohnya, mukjizat nabi Musa a.s adalah terletak pada
tongkatnya yang boleh bertukar menjadi ular. Manakala Nabi Isa a.s pula
boleh menyembuhkan penyakit sopak, menghidupkan orang yang sudah
mati dan sebagainya.
2) Mukjizat Aqli
Mukjizat Aqli ialah mukjizat yang hanya dapat difahami oleh
manusia dengan akal serta mata hati sahaja. Mukjizat jenis ini hanya
dikurniakan kepada Nabi Muhammad sahaja iaitu Al Quran. Di samping
itu Nabi Muhammad saw juga mempunyai mukjizat hissy, ini kerana umat
yang dihadapi oleh Nabi Muhammad saw adalah bersifat yang kian hari
kian maju fikirannya. Dengan lain perkataan mukjizat Al Quran itu boleh
difahami dengan menggunakan akal fikiran yang murni dan mata hati
10
memandangkan kandungannya adalah sesuai dengan ilmu pengetahun dan
akal manusia serta terang terbukit kebenarannya.
3. Ruhaniyah
Ruhaniyah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan alam metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, dan roh.
4. Sam’iyah
Sam’iyah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
diketahui lewat sama’i. Maksudnya, melalui dalil naqli berupa Al-Qur’an dan
As-sunah, seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga,
neraka, dan lainnya.7
D. Macam-macam Tauhid
Berkenan dengan macam-macam tauhid, maka saya sampaikan bahwa tauhid
ada tiga macam.
a. TauhidRububiyah.
Artinya mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal perbuatanNya.
Seperti mencipta, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan,
mendatangkan bahaya, memberi manfaat, dan lain-lain yang merupakan
perbuatan-perbuatan khusus Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seorang muslim
haruslah meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memiliki sekutu
dalam RububiyahNya.
b. TauhidUluhiyah
Artinya mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam jenis-jenis
peribadatan yang telah disyariatkan. Seperti ; shalat, puasa, zakat, haji, do’a,
nadzar, sembelihan, berharap, cemas, takut, dan sebagainya yang tergolong jenis
ibadah. Mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal-hal tersebut
dinamakan Tauhid Uluhiyah ; dan tauhid jenis inilah yang dituntut oleh Allah
Subhanhu wa Ta’ala dari hamba-hambaNya. Karena tauhid jenis pertama, yaitu
7
Hasan al-Banna, Aqidah Islam, terj. M. Hasan Baidaei, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1980), hlm. 14
11
Tauhid Rububiyah, setiap orang (termasuk jin) mengakuinya, sekalipun orang-
orang musyrik yang Allah Subhanahu wa Ta’ala utus Rasulullah kepada mereka.
Mereka mayakini Tauhid Rububiyah ini, sebagaiman tersebut dalam firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
َفَأَنَّ ٰى يُؤْ فَ ُكون ُۖ سأ َ ْلتَ ُه ْم َمنْ َخلَقَ ُه ْم لَيَقُولُنَّ هَّللا
َ َْولَئِن
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, Siapakah yang menciptakan
mereka ? niscaya mereka menjawab Allah. Maka bagaimana mereka dapat
dipalingkan (dari menyembah Allah)”. [Al-Zukhruf/43 : 87]
8
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Ulasan Tuntas Tentang Tiga Prinsip Pokok, terj. Zainal
Abidin Syamsuddin, hlm. 143-146.
12
E. Sumber Dan Fungsi Aqidah
a. Sumber Aqidah
Aqidah bersumber dari Allah yang mutlak, maka kesempurnaannya tidak
diragukan lagi. Ada beberapa Dalil aqidah dalam Al-Qur’an (Qs. Al-Kahfi (110),
Qs. An-Nahl (36),
1. Dalam Qs. Al-Kahfi (110)
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut1 itu’,…” (QS.
An Nahl: 36)
13
3. Dalam Qs. Al-A’raf (59)
b. Fungsi Aqidah
1. Aqidah dapat menimbulkan optimisme dalam kehidupan
2. Aqidah dapat menumbuhkan kedisiplinan
3. Aqidah berpengaruh dalam peningkatana etos kerja
4. Membebaskan kita dari ubudiyah/penghambaan kepada selain Allah, baik
bentuknya menghamba kepada kekuasaan, harta, pimpinan maupun yang
lainnya.
5. Membentuk pribadi yang seimbang, yaitu selalu taat kepada Allah, baik
dalam keadaan suka maupun duka.
6. Kita akan merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas, takut
kepada kurang rezeki, terhadap jiwa, harta, keluarga, jin dan seluruh manusia,
termasuk takut kepada kematian. Sehingga dia penuh tawakal kepada Allah.
7. Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa, sekokoh gunung. Aqidah hanya
berharap kepada Allah dari ridha terhadap segala ketentuan Allah.
8. Aqidah Islamiyah berdasarkan kepada asasukhuwah (persaudaraan) dan
persamaan, tidak membedakan antara miskin dan kaya, antara pejabat dan
rakyat jelata, antara kulit putih dan hitam, dan antara orang Arab dan bukan
Arab, kecuali kadar ketakwaan kita di sisi Allah SWT.
14
F. Prinsip – Prinsip Aqidah
1. Iman kepada Allah
Beriman kepada Allah adalah meyakini dengan penuh kesadaran bahwa Allah-
lah dzat yang paling berhak disembah, karena Dia menciptakan, membina,
mendidik dan menyediakan segala kebutuhan manusia
2. Iman kepada malaikat
Beriman kepada malaikat adalah meyakini dengan penuh kesadaran bahwa Allah
menciptakan makhluk dari cahaya. Sifat-sifat malaikat di antaranya :
a. Selalu patuh dan taat
b. Sebagai penyampai wahyu
c. Diciptakan dari cahaya
d. Mempunyai kemampuan yang luar biasa
3. Iman kepada kitab suci (Al-Qur’an)
Kitab-kitab yang berasal dari firman Allah seluruhnya ada empat :
1. Taurat diturunkan kepada Nabi Musa As
2. Zabur diturunkan kepada Nabi Daud As
3. Injil diturunkan kepada Nabi Isa As
4. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
4. Iman kepada Nabi dan Rasul
Allah mengutus para Nabi dan Rasul untuk membawa kabar gembira kepada
umat manusia, memberi teladan akhlak mulia dan berpegang teguh terhadap
ajaran Allah. Sifat-sifat yang ada pada diri Nabi dan Rasul Allah adalah :
a. Shiddiq artinya benar. Apa yang disabdakan Nabi adalah benar karena
Nabi tidak berkata-kata kecuali apa yang diwahyukan Allah SWT.
b. Amanah artinya dapat dipercaya. Segala urusan akan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya
c. Fathanah artinya bijaksana dan cerdas. Nabi mampu memahami
perintah-perintah Allah dan menghadapi penentangnya dengan bijaksana.
d. Tabligh artinya menyampaikan. Nabi menyampaikan kepada umatnya
apa yang diwahyukan Allah kepadanya
5. Iman kepada hari akhir
15
Beriman kepada hari akhir adalah meyakinibahwa manusia akan mengalami
kesudahan dan meminta pertanggung jawaban di kemudian hari.Al-Qu’ran selalu
menggugah hati dan pikiran manusia dengan menggambarkan peristiwa-peristiwa
hari kiamat, dengan nama-nama yang unik, misalnya al-zalzalah, al-qari’ah, an-
naba’ dan al-qiyamah. Istilah-istilah tersebut mencerminkan peristiwa dan
keadaan yang bakal dihadapi manusia pada saat itu.
16
semua hasil pemikiran rasional umat manusia bisa dipergunakan bila
berdayaguna untuk memperkuat kebenaran dan menambah keyakinan. 9 Menurut
metode ini, di mana alam semesta kerumitan hukum-hukumnya adalah berupa
dalil akal. Menurut akal, kebenaran sesuatu dapat diamati, diteliti, dan dicapai
oleh akal. Bahwa segala yang wujud pasti ada yang mewujudkan. Yang
mewujudkan pasti yang wajibul wujud, Maha Ada dan Maha Kekal. Sebaliknya
akal membantah keras bila ada sesuatu dengan sendirinya. Hal yang dianggap
mustahil aqli (mustahil bagi akal).10
9
Zurkani Jahja, Teologi al-Ghazali: Pendekatan Metodologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009), hlm. 52-53.
10
Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), hlm. 6
11
Zurkani Jahja, Teologi al-Ghazali: Pendekatan Metodologi, hlm. 53
17
(kepercayaan), karena yang demikian itu akan mematikan otak, dan tidak
membawa manusia ke arah kemajuan. Orang yang tidak percaya meskipun ada
bukti-bukti yang terang, padahal kalau mau memikirkannya mesti akan masuk di
dalam akalnya, namun ia tetap tidak percaya. Bahkan bukti-bukti itu masih
diselidiki lagi, dengan maksud mencari apa yang tersembunyi dibalik bukti yang
sudah terang itu untuk mengingkari. 12 Islam mencela kedua-duanya, Islam
melarang untuk menerima dan menolak begitu saja sebelum diselidiki dan
dipikirkan terlebih dahulu.
12
Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), hlm. 4
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
Al-Imam Abi al-Husain Muslim bin al-Hajjaj Ibnu Muslim alQusyairi an-Naisaburi,
al-Jami’ ash-Shahih, vol-VIII, hlm. 226.
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Ulasan Tuntas Tentang Tiga Prinsip Pokok, terj.
Zainal Abidin Syamsuddin,
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, (Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2006).
20
21