PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
· Untuk menjelaskan tentang ikan belut.
· Untuk menjelaskan klasifikasi ikan belut.
· Untuk menjelaskan morfologi ikan belut.
· Untuk menjelaskan habitat ikan belut.
· Untuk menjelaskan kebiasaan ikan belut.
· Untuk menjelaskan reproduksi ikan belut.
· Untuk menjelaskan manfaat ikan belut.
II. ISI
albus), Belut Rawa (Synbrancus bengalensis) dan Belut laut (Macrotema caligans).
Belut sawah memiliki ukuran panjang tubuh 20 kali dari lebar badannya, serta
memiliki tiga lengkung insang.Sedangkan belut rawa memiliki ukuran panjang tubuh 30 kali
dari lebar badannya, serta memiliki 4 lengkung insang. Sedangkan belut laut memiliki mata
yang sangat kecil dan 4 lengkung insang. Belut sawah memiliki ukurang panjang rata-rata
Belut termasuk hewan hermaprodit (hermaphroditisme) yaitu hewan yang dapat berganti
kelamin atau memiliki kelamin ganda (jantan dan betina). Hermaprodit adalah sifat seksual
ikan yang dapat membawa jaringan jantan dan betina dalam tubuhnya atau menghasilkan
spermatozoa dan ovum secara bersamaan, spesies yang demikian disebut juga hermaprodit
normal. Ikan dikatakan hermaprodit apabila gonad ikan mempunyai jaringan jantan dan
betina. Jika seluruhnya atau hampir seluruhnya individu tersebut mempunyai jaringan
ovarium dan testis, maka spesies tersebut adalah hermaprodit. Berdasarkan sifat
gonokorisme (gonochorisme).
Hermaprodit sinkroni adalah sifat pematangan sel kelamin jantan dan betina pada waktu yang
sama. Hermaprodit protogini adalah sifat perubahan kelamin dan betina menjadi jantan,
sedangkan hermaprodit protandri adalah perubahan kelamin dan jantan menjadi betina. Untuk
kelamin/diferensiasi berlangsung pada fase overlap (Shapiro, 1981, Robertson dan Justines,
ukuran tertentu akan berganti kelarnin (change sex) dan betina menjadi jantan. Pada waktu
masih muda, gonad belut mempunyai dua set kelamin, ovarium dan testis. Yang berkembang
lebih dahulu adalah sel ovariumnya dengan menghasilkan telur. Pada waktu mencapai ukuran
panjang sekitar 40 cm dan umur sekitar 9 bulan, ovariumnya akan mengecil dan jaringan sel
testisnya membesar sehingga belut akan mengeluarkan cairan sperma pada waktu
reproduksinya. Pada belut yang sudah tua, ovariumnya telah tereduksi dan hampir seluruh
Chan and
Hongkong 20-30 30-70 70 ke atas
Philips, 1967
Chan and
Cungking 5-26 26-40 40 ke atas
Philips, 1967
Handojo,
Jawa Tengah & 20-28 29-35 36 ke atas
1986
Yogyakarta
Manimpahoi,
(Sulawesi
Selatan)
Awal kehidupannya belut muda berkelamin betina, kemudian berubah menjadi jantan. Pada
saat perubahan dan betina menjadi jantan ini terdapat masa transisi atau interseks. Perubahan
betina menjadi jantan sangat tergantung pada lingkungan di mana belut itu hidup. Karena itu,
spesies belut yang sama karena berbeda wilayah geografi dan lingkungan hidupnya, maka
perubahan kelamin dan betina menjadi jantan pun tidak sama (Tabel 4).
Belut yang hidup pada lingkungan yang cocok dan subur, kaya akari makanan bisa cepat
besar dan panjang, dibandingkan dengan belut yang hidup di tempat yang tidak subur.
Dengan demikiari, bisa jadi belut yang hidup di tempat yang subur walaup un telah memiliki
panjang tubuh lebih dan 40 cm, tetapi belum mengalami perubahan kelamin.
Penelitian yang dilakukan oleh Handojo (1986) di daerah Secang (Magelang, Jawa Tengah),
Desa Gadingsari (Bantul, Yogyakaita), dan Dinoyo (Malang, Jawa Timur), menemukan
bahwa belut yang mencapai ukuran > 36 cm berkelamin jantan, dan belut ukuran 20-28 cm
berkelamin betina. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kordi (1994) di Manimpahoi,
Sinjal (Sulawesi Selatan), ditemukan belut betina berukuran 19-32 cm dan belut jantan
ukuran > 37 cm. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Chan dan Philips (1967) di
Hongkong menemukan belut ukuran > 70 cm berkelamin jantan dan belut ukuran 20-30 cm
Pada ukuran panjang hingga 50 cm, belut masih ada yang berkelamin betina. Namun dalam
ukuran 55 cm, biasanya belut sudah menjadi jantan (Taufik dan Sapaninto, 2008). Apabila
sudah menjadi jantan, belut akan menjadi ganas karena membutuhkan daerah teritorial yang
lebih luas. Sewaktu belut mengalami perubahan kelamin dan betina menjadi jantan akan
terjadi masa transisi karena terjadi diferensiasi fase sel kelamin. Pada saat transisi, terjadi
kekosongan sel kelamin sehingga belut menjadi kanibal dengan saling memangsa sesamanya.
Di alam, belut cukup mudah berkembang biak. Perkawinan belut sawah di alam terjadi sekali
dalam setahun, tetapi masa perkawinannya sangat panjang, dari awal musim hujan hingga
awal musim kemarau, sekitar 4-5 bulan. Perkawinan belut umumnya terjadi pada malam hari
ketika kondisi udara agak hangat pada optimal 28 derajat celsius. Sebagai sarang perkawinan,
induk jantan membuat lubang berbentuk “U” di bagian yang dangkal serta menyusun busa
(buih) yang dikeluarkannya di depan salah satu ujung sarangnya dan menunggu kedatangan
induk betina. Busa ini jga digunakan oleh induk jantan untuk menarik induk betina.
Perawinan akan terjadi bila induk betina mendatangi lubang induk jantan. Belut betina akan
mengeluarkan telur dan akan dibuahi oleh jantan, kemudian belut betina pergi mencari sarang
jantan yang lain. Belut betina mendatangi beberapa sarang belut jantan hingga telurnya habis.
Seekor belut jantan juga didatangi oleh beberapa ekor belut betina.
Setelah terjadi pembuahan, telur belut yang mengapung dibawah busa dan di sekitar lubang
perkawinan segera dicakup oleh mulut belut jantan untuk disemburkan ke dalam lubang.
Dalam usahanya memasukkan telur ke dalam lubang ini, terkadang ada telur yang tertelan
masuk ke dalam mulutnya. Yang bertugas menjaga telur hingga menetas adalah induk jantan.
Selama bertugas menjaga telur, Iarva,dan anakan, induk jantan sangat galak dan menyerang
apa saja yang mendekat. Terkadang gerakan induk jantan mengotori dan mengganggu telur
sehingga ada telur yang ditemukan melayang di permukaan air, sehingga mungkin tidak
dapat menetas.
Saat perkawinan terjadi pada malam hari pada suhu air 28 derajat Celcius atau lebih. Setelah
dibuahi, telur akan dijaga oleh induk jantan hingga menetas dalam waktu 8-10 hari pada suhu
28-32 derajat celcius. Larva yang baru keluar dari cangkang telur dilengkapi dengan kuning
telur sebagai persediaan pakan sementara. Warna larva belut mula-mula kekuningan,
kemudian lambat laun akan berubah menjadi kuning kecoklatan. Anak-anak belut yang baru
menetas masih diasuh oleh induknya sampai kira-kira berumur 2 minggu. Setelah itu, baru
anak-anak belut meninggalkan sarang untuk mencari makan dan membuat lubang sendiri.
2.7 Manfaat Ikan Belut
· Sumber Energi dan Protein
Dilihat dari komposisi gizinya, belut mempunyai nilai energi yang cukup tinggi, yaitu
303 kkal per 100 gram daging. Nilai energi belut jauh lebih tinggi dibandingkan telur (162
kkal/100 g tanpa kulit) dan daging sapi (207 kkal per 100 g). Hal itulah yang menyebabkan
belut sangat baik untuk digunakan sebagai sumber energi.
Nilai protein pada belut (18,4 g/100 g daging) setara dengan protein daging sapi (18,8
g/100g), tetapi lebih tinggi dari protein telur (12,8 g/100 g). Seperti jenis ikan lainnya, nilai
cerna protein pada belut juga sangat tinggi, sehingga sangat cocok untuk sumber protein bagi
semua kelompok usia, dari bayi hingga usia lanjut.
Protein belut juga kaya akan beberapa asam amino yang memiliki kualitas cukup
baik, yaitu leusin, lisin, asam aspartat, dan asam glutamat. Leusin dan isoleusin merupakan
asam amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga
kesetimbangan nitrogen pada orang dewasa.
Leusin juga berguna untuk perombakan dan pembentukan protein otot. Asam
glutamat sangat diperlukan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan asam aspartat
untuk membantu kerja neurotransmitter.
Tingginya kadar asam glutamat pada belut menjadikan belut berasa enak dan gurih.
Dalam proses pemasakannya tidak perlu ditambah penyedap rasa berupa monosodium
glutamat (MSG).
Kandungan arginin (asam amino nonesensial) pada belut dapat memengaruhi
produksi hormon pertumbuhan manusia yang populer dengan sebutan human growth
hormone (HGH). HGH ini yang akan membantu meningkatkan kesehatan otot dan
mengurangi penumpukan lemak di tubuh. Hasil uji laboratorium juga menunjukkan bahwa
arginin berfungsi menghambat pertumbuhan sel-sel kanker payudara.
· Kaya Mineral dan Vitamin
Belut kaya akan zat besi (20 mg/100 g), jauh lebih tinggi dibandingkan zat besi pada
telur dan daging (2,8 mg/100g). Konsumsi 125 gram belut setiap hari telah memenuhi
kebutuhan tubuh akan zat besi, yaitu 25 mg per hari. Zat besi sangat diperlukan tubuh untuk
mencegah anemia gizi, yang ditandai oleh tubuh yang mudah lemah, letih, dan lesu.
Zat besi berguna untuk membentuk hemoglobin darah yang berfungsi membawa oksigen ke
seluruh jaringan tubuh. Oksigen tersebut selanjutnya berfungsi untuk mengoksidasi
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi untuk aktivitas tubuh. Itulah yang
menyebabkan gejala utama kekurangan zat besi adalah lemah, letih, dan tidak bertenaga. Zat
besi juga berguna untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tidak mudah
terserang berbagai penyakit infeksi.
Belut juga kaya akan fosfor. Nilainya dua kali lipat fosfor pada telur. Tanpa kehadiran
fosfor, kalsium tidak dapat membentuk massa tulang. Karena itu, konsumsi fosfor harus
berimbang dengan kalsium, agar tulang menjadi kokoh dan kuat, sehingga terbebas dari
osteoporosis. Di dalam tubuh, fosfor yang berbentuk kristal kalsium fosfat umumnya (sekitar
80 persen) berada dalam tulang dan gigi.
Fungsi utama fosfor adalah sebagai pemberi energi dan kekuatan pada metabolisme
lemak dan karbohidrat, sebagai penunjang kesehatan gigi dan gusi, untuk sintesis DNA serta
penyerapan dan pemakaian kalsium. Kebutuhan fosfor bagi ibu hamil tentu lebih banyak
dibandingkan saat-saat tidak mengandung, terutama untuk pembentukan tulang janinnya.
Jika asupan fosfor kurang, janin akan mengambilnya dari sang ibu. Ini salah satu
penyebab penyakit tulang keropos pada ibu. Kebutuhan fosfor akan terpenuhi apabila
konsumsi protein juga diperhatikan.
Kandungan vitamin A yang mencapai 1.600 SI per 100 g membuat belut sangat baik
untuk digunakan sebagai pemelihara sel epitel. Selain itu, vitamin A juga sangat diperlukan
tubuh untuk pertumbuhan, penglihatan, dan proses reproduksi.
Belut juga kaya akan vitamin B. Vitamin B umumnya berperan sebagai kofaktor dari
suatu enzim, sehingga enzim dapat berfungsi normal dalam proses metabolisme tubuh.
Vitamin B juga sangat penting bagi otak untuk berfungsi normal, membantu membentuk
protein, hormon, dan sel darah merah.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapt disimpulkan :
· Belut adalah jenis ikan darat yang tidak bersisik dan mampu hidup di air keruh.
· Belut dibagi menjadi 3 yaitu : belut sawah, belut rawa, dan belut laut.
· Belut mempunyai ciri-ciri badan bulat panjang seperti ular tetapi tidak bersisik, dan kulitnya
licin mengeluarkan lendir
· Biasanyabelut memangsa hewan-hewan kecil di rawa atau sungai, seperti ikan, katak,
serangga, serta krustasea kecil.
· Belut tersebar luas di perairan air tawar, baik perairan dangkal berlumpur, tepian sungai,
kanal, danau dan kolam dengan dengan kedalaman kurang dari 1 meter.
· Manfaat dari belut adalah : sumber energy dan protein dan kaya akan mineral dan vitamin.
DAFTAR PUSTAKA
- Anne, 2011. Ikan Belut. http://www.anneahira.com. Diakses pada tanggal 14 Mei 2011,
pukul 12.47 WIB.
- Mase, 2011. Manfaat Belut Untuk Tulang. http://masenchipz.com. Diakses pada tanggal 14
Mei 2011, pukul 12.41 WIB.
- Mitra, 2010. Pengenalan Ikan Belut. http://belutmitrasukses.blogspot.com. Diakses pada
tanggal 14 Mei 2011, pukul 12.06 WIB.
- Sentra, 2011. Sejarah Tentang Belut. http://www.iptek.net.id. Diakses pada tanggal 14 Mei
2011, pukul 12.35 WIB.