Anda di halaman 1dari 11

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belut adalah jenis ikan darat yang tidak bersisik dan mampu hidup di air keruh.
Hewan ini merupakan ikan darat yang tidak bersirip dan banyak dijumpai didaerah
persawahan dan di rawa-rawa. Pada musim kemarau, belut membuat lubang didalam tanah
yang lembab sebagai upaya untuk mempertahankan hidup.
Sebagian besar belut dipasaran masih merupakan hasil tangkapan dari alam.
Sedangkan budidayanya sangat sedikit dan nyaris terseok-seok. Belut termasuk komoditas
perikanan yang membutuhkan perlakuan berbeda dari ikan lain pada umumnya, sebab
karakter hidupnya di lumpur yang menjadikannya berbeda.

1.2 Rumusan Masalah


· Pengenalan ikan belut ?
· Klasifikasi ikan belut ?
· Morfologi ikan belut ?
· Habitat ikan belut ?
· Kebiasaan ikan belut ?
· Reproduksi ikan belut ?
· Manfaat ikan belut ?

1.3 Tujuan
· Untuk menjelaskan tentang ikan belut.
· Untuk menjelaskan klasifikasi ikan belut.
· Untuk menjelaskan morfologi ikan belut.
· Untuk menjelaskan habitat ikan belut.
· Untuk menjelaskan kebiasaan ikan belut.
· Untuk menjelaskan reproduksi ikan belut.
· Untuk menjelaskan manfaat ikan belut.
II. ISI

2.1 Pengenalan Ikan Belut


Belut adalah jenis ikan darat yang tidak bersisik dan mampu hidup di air keruh.
Hewan ini merupakan ikan darat yang tidak bersirip dan banyak dijumpai didaerah
persawahan dan di rawa-rawa. Pada musim kemarau, belut membuat lubang didalam tanah
yang lembab sebagai upaya untuk mempertahankan hidup. Di Negara kita, daerah
penyebarannya, ada di daerah Jawa, Madura, Bali, NTB, Flores, Sumatera, Kalimantan,
hingga Sulawaesi.
Sebagian besar belut dipasaran masih merupakan hasil tangkapan dari alam.
Sedangkan budidayanya sangat sedikit dan nyaris terseok-seok. Belut termasuk komoditas
perikanan yang membutuhkan perlakuan berbeda dari ikan lain pada umumnya, sebab
karakter hidupnya di lumpur yang menjadikannya berbeda.
Terdapat tiga jenis belut yang dikenal selama ini, yaitu : Belut Sawah (Monopterus

albus), Belut Rawa (Synbrancus bengalensis) dan Belut laut (Macrotema caligans).

Belut sawah memiliki ukuran panjang tubuh 20 kali dari lebar badannya, serta

memiliki tiga lengkung insang.Sedangkan belut rawa memiliki ukuran panjang tubuh 30 kali

dari lebar badannya, serta memiliki 4 lengkung insang. Sedangkan belut laut memiliki mata

yang sangat kecil dan 4 lengkung insang. Belut sawah memiliki ukurang panjang rata-rata

antara 25-40 cm dengan diameter sekitar 1,5 cm.

2.2 Klasfikasi Ikan Belut


Klasifikasi belut adalah sebagai berikut:
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Synbranchoidae
Famili : Synbranchidae
Genus : Synbranchus
Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (jenis rawa); Monopterus albus
Zuieuw (jenis sawah); Macrotema caligans Cant (jenis kali/laut)
2.3 Morfologi Ikan Belut
Belut mempunyai ciri-ciri badan bulat panjang seperti ular tetapi tidak bersisik, dan
kulitnya licin mengeluarkan lendir. Matanya kecil hampir tertutup oleh kulit. Giginya juga
kecil runcing berbentuk kerucut dan bibir berupa lipatan kulit yang lebar di sekeliling
mulutnya. Belut mempunyai sirip punggung, sirip dubur, dan sirip ekor yang sangat kecil,
sehingga hampir tidak terlihat oleh mata.
Ukuran tubuh bervariasi, kebanyakan tidak suka berenang dan lebih suka
bersembunyi di dalam lumpur. Semua jenis ikan ini adalah pemangsa. Biasanya memangsa
hewan-hewan kecil di rawa atau sungai, seperti ikan, katak, serangga, serta krustasea kecil.

2.4 Habitat Ikan Belut


Habitat belut tersebar luas di perairan air tawar, baik perairan dangkal berlumpur,
tepian sungai, kanal, danau dan kolam dengan dengan kedalaman kurang dari 1 meter. Pada
habitat aslinya, media hidup belut berupa 80 % Lumpur dan 20 % air. Karena belut memiliki
alat Bantu pernapasan berupa kulit tipis berlendir yang terletak pada rongga mulutnya. Belut
juga sangat toleran terhadap daerah bertemperatur dingin.
Belut merupakan ikan yang dapat beradaptasi dengan baik, selama tempat tersebut
mengandung air, jadi tidak membutuhkan iklim dan geografis spesifik.

2.5 Kebiasaan Ikan Belut


Belut sangat menyukai perairan yang bersih dan kaya oksigen. Selama masa
pertumbuhan, perubahan air menjadi basa, sering terjadi pada kolam pemeliharaan. Hal ini
disebabkan antara lain tingginya kadar ammonia, seiring dengan bertumpuknya sisa-sisa
pakan dan dekomposisi hasil metabolisme (pambusukan). Air basa akan tampak merah
kecokelatan. Untuk mengatasinya diperlukan pergantian / sirkulasi air yang baik.
Secara alamiah, belut memakan makanan yang lebih kecil, seperti serangga, cacing,
anak kodok, siput atau keong dan anak ikan. Karena sifat belut yang karnivora (pemakan
daging), untuk mencegah kanibalisme belut, pemberian pakan perlu diperhatikan dengan
baik, yaitu pakan yang mengandung protein tinggi,seperti keong mas (yang telah di rebus dan
dicacah) bisa juga ayam yang telah mati namun harus dibakar lebih dahulu hingga matang
(bulu-bulunya habis terbakar).
2.6 Reproduksi Belut

Belut termasuk hewan hermaprodit (hermaphroditisme) yaitu hewan yang dapat berganti

kelamin atau memiliki kelamin ganda (jantan dan betina). Hermaprodit adalah sifat seksual

ikan yang dapat membawa jaringan jantan dan betina dalam tubuhnya atau menghasilkan

spermatozoa dan ovum secara bersamaan, spesies yang demikian disebut juga hermaprodit

normal. Ikan dikatakan hermaprodit apabila gonad ikan mempunyai jaringan jantan dan

betina. Jika seluruhnya atau hampir seluruhnya individu tersebut mempunyai jaringan

ovarium dan testis, maka spesies tersebut adalah hermaprodit. Berdasarkan sifat

perubahannya, hermaprodit dibagi menjadi 4 yaitu:

 hermaprodit sinkroni (synchronous hermaphrodite),

 hermaprodit protogini (protogynous hermaphrodite),

 hermaprodit protandri (protandrous hermaphrodite),

 gonokorisme (gonochorisme).

Hermaprodit sinkroni adalah sifat pematangan sel kelamin jantan dan betina pada waktu yang

sama. Hermaprodit protogini adalah sifat perubahan kelamin dan betina menjadi jantan,

sedangkan hermaprodit protandri adalah perubahan kelamin dan jantan menjadi betina. Untuk

kepentingan reproduksi, seksualitas ikan yang hermaprodit perlu diketahui, terutama

menyangkut fase transisi/interseks, yaitu fase peralihan kelamin, karena pergantian

kelamin/diferensiasi berlangsung pada fase overlap (Shapiro, 1981, Robertson dan Justines,

1982 dalam Shapiro, 1984).

Belut tergolong hermarrodit protogini (protogyflous hermaphrodite) yakni setelah mencapai

ukuran tertentu akan berganti kelarnin (change sex) dan betina menjadi jantan. Pada waktu

masih muda, gonad belut mempunyai dua set kelamin, ovarium dan testis. Yang berkembang

lebih dahulu adalah sel ovariumnya dengan menghasilkan telur. Pada waktu mencapai ukuran
panjang sekitar 40 cm dan umur sekitar 9 bulan, ovariumnya akan mengecil dan jaringan sel

testisnya membesar sehingga belut akan mengeluarkan cairan sperma pada waktu

reproduksinya. Pada belut yang sudah tua, ovariumnya telah tereduksi dan hampir seluruh

gonadnya telah terisi oleh jaringan testis.

Tabel 4. Hubungan panjang badan dan jenis kelamin belut sawah

Betina Intersek Jantan


Asal Belut Pustaka
(cm) s (cm) (cm)

Chan and
Hongkong 20-30 30-70 70 ke atas
Philips, 1967

Chan and
Cungking 5-26 26-40 40 ke atas
Philips, 1967

Handojo,
Jawa Tengah & 20-28 29-35 36 ke atas
1986
Yogyakarta

Manimpahoi,

Sinjai 19-32 34-37 37 ke atas Kordi, 1994

(Sulawesi

Selatan)

Awal kehidupannya belut muda berkelamin betina, kemudian berubah menjadi jantan. Pada

saat perubahan dan betina menjadi jantan ini terdapat masa transisi atau interseks. Perubahan

betina menjadi jantan sangat tergantung pada lingkungan di mana belut itu hidup. Karena itu,
spesies belut yang sama karena berbeda wilayah geografi dan lingkungan hidupnya, maka

perubahan kelamin dan betina menjadi jantan pun tidak sama (Tabel 4).

Belut yang hidup pada lingkungan yang cocok dan subur, kaya akari makanan bisa cepat

besar dan panjang, dibandingkan dengan belut yang hidup di tempat yang tidak subur.

Dengan demikiari, bisa jadi belut yang hidup di tempat yang subur walaup un telah memiliki

panjang tubuh lebih dan 40 cm, tetapi belum mengalami perubahan kelamin.

Penelitian yang dilakukan oleh Handojo (1986) di daerah Secang (Magelang, Jawa Tengah),

Desa Gadingsari (Bantul, Yogyakaita), dan Dinoyo (Malang, Jawa Timur), menemukan

bahwa belut yang mencapai ukuran > 36 cm berkelamin jantan, dan belut ukuran 20-28 cm

berkelamin betina. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kordi (1994) di Manimpahoi,

Sinjal (Sulawesi Selatan), ditemukan belut betina berukuran 19-32 cm dan belut jantan

ukuran > 37 cm. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Chan dan Philips (1967) di

Hongkong menemukan belut ukuran > 70 cm berkelamin jantan dan belut ukuran 20-30 cm

berkelamin betina. Informasi ini dapat menjelaskan bahwa,lingkungan sangat berpengaruh

terhadap perubahan kelamin.

Pada ukuran panjang hingga 50 cm, belut masih ada yang berkelamin betina. Namun dalam

ukuran 55 cm, biasanya belut sudah menjadi jantan (Taufik dan Sapaninto, 2008). Apabila

sudah menjadi jantan, belut akan menjadi ganas karena membutuhkan daerah teritorial yang

lebih luas. Sewaktu belut mengalami perubahan kelamin dan betina menjadi jantan akan

terjadi masa transisi karena terjadi diferensiasi fase sel kelamin. Pada saat transisi, terjadi

kekosongan sel kelamin sehingga belut menjadi kanibal dengan saling memangsa sesamanya.

Di alam, belut cukup mudah berkembang biak. Perkawinan belut sawah di alam terjadi sekali

dalam setahun, tetapi masa perkawinannya sangat panjang, dari awal musim hujan hingga
awal musim kemarau, sekitar 4-5 bulan. Perkawinan belut umumnya terjadi pada malam hari

ketika kondisi udara agak hangat pada optimal 28 derajat celsius. Sebagai sarang perkawinan,

induk jantan membuat lubang berbentuk “U” di bagian yang dangkal serta menyusun busa

(buih) yang dikeluarkannya di depan salah satu ujung sarangnya dan menunggu kedatangan

induk betina. Busa ini jga digunakan oleh induk jantan untuk menarik induk betina.

Perawinan akan terjadi bila induk betina mendatangi lubang induk jantan. Belut betina akan

mengeluarkan telur dan akan dibuahi oleh jantan, kemudian belut betina pergi mencari sarang

jantan yang lain. Belut betina mendatangi beberapa sarang belut jantan hingga telurnya habis.

Seekor belut jantan juga didatangi oleh beberapa ekor belut betina.

Setelah terjadi pembuahan, telur belut yang mengapung dibawah busa dan di sekitar lubang

perkawinan segera dicakup oleh mulut belut jantan untuk disemburkan ke dalam lubang.

Dalam usahanya memasukkan telur ke dalam lubang ini, terkadang ada telur yang tertelan

masuk ke dalam mulutnya. Yang bertugas menjaga telur hingga menetas adalah induk jantan.

Selama bertugas menjaga telur, Iarva,dan anakan, induk jantan sangat galak dan menyerang

apa saja yang mendekat. Terkadang gerakan induk jantan mengotori dan mengganggu telur

sehingga ada telur yang ditemukan melayang di permukaan air, sehingga mungkin tidak

dapat menetas.

Saat perkawinan terjadi pada malam hari pada suhu air 28 derajat Celcius atau lebih. Setelah

dibuahi, telur akan dijaga oleh induk jantan hingga menetas dalam waktu 8-10 hari pada suhu

28-32 derajat celcius. Larva yang baru keluar dari cangkang telur dilengkapi dengan kuning

telur sebagai persediaan pakan sementara. Warna larva belut mula-mula kekuningan,

kemudian lambat laun akan berubah menjadi kuning kecoklatan. Anak-anak belut yang baru

menetas masih diasuh oleh induknya sampai kira-kira berumur 2 minggu. Setelah itu, baru

anak-anak belut meninggalkan sarang untuk mencari makan dan membuat lubang sendiri.
2.7 Manfaat Ikan Belut
· Sumber Energi dan Protein
Dilihat dari komposisi gizinya, belut mempunyai nilai energi yang cukup tinggi, yaitu
303 kkal per 100 gram daging. Nilai energi belut jauh lebih tinggi dibandingkan telur (162
kkal/100 g tanpa kulit) dan daging sapi (207 kkal per 100 g). Hal itulah yang menyebabkan
belut sangat baik untuk digunakan sebagai sumber energi.
Nilai protein pada belut (18,4 g/100 g daging) setara dengan protein daging sapi (18,8
g/100g), tetapi lebih tinggi dari protein telur (12,8 g/100 g). Seperti jenis ikan lainnya, nilai
cerna protein pada belut juga sangat tinggi, sehingga sangat cocok untuk sumber protein bagi
semua kelompok usia, dari bayi hingga usia lanjut.
Protein belut juga kaya akan beberapa asam amino yang memiliki kualitas cukup
baik, yaitu leusin, lisin, asam aspartat, dan asam glutamat. Leusin dan isoleusin merupakan
asam amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga
kesetimbangan nitrogen pada orang dewasa.
Leusin juga berguna untuk perombakan dan pembentukan protein otot. Asam
glutamat sangat diperlukan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan asam aspartat
untuk membantu kerja neurotransmitter.
Tingginya kadar asam glutamat pada belut menjadikan belut berasa enak dan gurih.
Dalam proses pemasakannya tidak perlu ditambah penyedap rasa berupa monosodium
glutamat (MSG).
Kandungan arginin (asam amino nonesensial) pada belut dapat memengaruhi
produksi hormon pertumbuhan manusia yang populer dengan sebutan human growth
hormone (HGH). HGH ini yang akan membantu meningkatkan kesehatan otot dan
mengurangi penumpukan lemak di tubuh. Hasil uji laboratorium juga menunjukkan bahwa
arginin berfungsi menghambat pertumbuhan sel-sel kanker payudara.
· Kaya Mineral dan Vitamin
Belut kaya akan zat besi (20 mg/100 g), jauh lebih tinggi dibandingkan zat besi pada
telur dan daging (2,8 mg/100g). Konsumsi 125 gram belut setiap hari telah memenuhi
kebutuhan tubuh akan zat besi, yaitu 25 mg per hari. Zat besi sangat diperlukan tubuh untuk
mencegah anemia gizi, yang ditandai oleh tubuh yang mudah lemah, letih, dan lesu.
Zat besi berguna untuk membentuk hemoglobin darah yang berfungsi membawa oksigen ke
seluruh jaringan tubuh. Oksigen tersebut selanjutnya berfungsi untuk mengoksidasi
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi untuk aktivitas tubuh. Itulah yang
menyebabkan gejala utama kekurangan zat besi adalah lemah, letih, dan tidak bertenaga. Zat
besi juga berguna untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tidak mudah
terserang berbagai penyakit infeksi.
Belut juga kaya akan fosfor. Nilainya dua kali lipat fosfor pada telur. Tanpa kehadiran
fosfor, kalsium tidak dapat membentuk massa tulang. Karena itu, konsumsi fosfor harus
berimbang dengan kalsium, agar tulang menjadi kokoh dan kuat, sehingga terbebas dari
osteoporosis. Di dalam tubuh, fosfor yang berbentuk kristal kalsium fosfat umumnya (sekitar
80 persen) berada dalam tulang dan gigi.
Fungsi utama fosfor adalah sebagai pemberi energi dan kekuatan pada metabolisme
lemak dan karbohidrat, sebagai penunjang kesehatan gigi dan gusi, untuk sintesis DNA serta
penyerapan dan pemakaian kalsium. Kebutuhan fosfor bagi ibu hamil tentu lebih banyak
dibandingkan saat-saat tidak mengandung, terutama untuk pembentukan tulang janinnya.
Jika asupan fosfor kurang, janin akan mengambilnya dari sang ibu. Ini salah satu
penyebab penyakit tulang keropos pada ibu. Kebutuhan fosfor akan terpenuhi apabila
konsumsi protein juga diperhatikan.
Kandungan vitamin A yang mencapai 1.600 SI per 100 g membuat belut sangat baik
untuk digunakan sebagai pemelihara sel epitel. Selain itu, vitamin A juga sangat diperlukan
tubuh untuk pertumbuhan, penglihatan, dan proses reproduksi.
Belut juga kaya akan vitamin B. Vitamin B umumnya berperan sebagai kofaktor dari
suatu enzim, sehingga enzim dapat berfungsi normal dalam proses metabolisme tubuh.
Vitamin B juga sangat penting bagi otak untuk berfungsi normal, membantu membentuk
protein, hormon, dan sel darah merah.
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapt disimpulkan :
· Belut adalah jenis ikan darat yang tidak bersisik dan mampu hidup di air keruh.
· Belut dibagi menjadi 3 yaitu : belut sawah, belut rawa, dan belut laut.
· Belut mempunyai ciri-ciri badan bulat panjang seperti ular tetapi tidak bersisik, dan kulitnya
licin mengeluarkan lendir
· Biasanyabelut memangsa hewan-hewan kecil di rawa atau sungai, seperti ikan, katak,
serangga, serta krustasea kecil.
· Belut tersebar luas di perairan air tawar, baik perairan dangkal berlumpur, tepian sungai,
kanal, danau dan kolam dengan dengan kedalaman kurang dari 1 meter.
· Manfaat dari belut adalah : sumber energy dan protein dan kaya akan mineral dan vitamin.
DAFTAR PUSTAKA

- Anne, 2011. Ikan Belut. http://www.anneahira.com. Diakses pada tanggal 14 Mei 2011,
pukul 12.47 WIB.
- Mase, 2011. Manfaat Belut Untuk Tulang. http://masenchipz.com. Diakses pada tanggal 14
Mei 2011, pukul 12.41 WIB.
- Mitra, 2010. Pengenalan Ikan Belut. http://belutmitrasukses.blogspot.com. Diakses pada
tanggal 14 Mei 2011, pukul 12.06 WIB.
- Sentra, 2011. Sejarah Tentang Belut. http://www.iptek.net.id. Diakses pada tanggal 14 Mei
2011, pukul 12.35 WIB.

Anda mungkin juga menyukai