Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pakan merupakan komponen penting dalam budidaya ikan terutama
dalam energi ikan dalam melakukan aktifitas, berkembang, reproduksi, dll. Di
alam ikan dapat memenuhi kebutuhan makanannya dengan pakan yang tersedia di
alam. Pakan yang berasal dari alam selalu sesuai dengan selera ikan (Hany, 2010)
Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dan disesuaikan dengan jenis
ikan baik itu ukuran, kebutuhan protein dan kebiasaan ikan. Pakan buatan ini
biasanya dinamakan pellet. Pelet untuk ikan terbagi kedalam 2 jenis yaitu: Pelet
terapung dan pelet tenggelam. Pakan alami adalah pakan yang biasa sudah
tersedia di alam seperti daun sente, daun talas, daun ubi jalar, plankton.
Pakan buatan bersifat mengapung di air karena mengandung bahan
perekat yang berasal olahan tepung kanji menjadi cairan kental seperti lem yang
memiliki daya serap air cukup tinggi tetapi minim air. Semakin rendah mutu
perekat yang digunakan akan semakin mudah hancur dan tenggelam di dasar
kolam, maka pakan ini memmiliki mutu rendah. Berdasarkan bahan bakunya
tergolong menjadi dua, yaitu: Pakan Basah dan Pakan Kering. Kualitas pakan
dapat diketahui dengan melihat tampilan fisik pelet dan melihat ketahanan
menggumpalnya pelet di dalam air. Berdasarkan uraiana diatas dapat kita lakukan
pratikum secara langsung analisis kualitas fisik pelet.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dilakukan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu
mengetahui kualitas pelet secara fisik dan mampu mengetahui faktor-faktor yang
dapat mengurangi kualitas fisik pelet dan mengetahui cara mengatasinya.

Manfaat yang dapat diambil dari hasil praktikum ini adalah diharapkan
kepada setiap mahasiswa dapat mengetahui kualitas pelet secara fisik dan dapat
mengetahui faktor-faktor yang dapat mengurangi kualitas fisik pelet dan
mengetahui cara mengetahui cara mengatasinya.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Kualitas pakan buatan untuk ikan, tidak hanya ditentukan oleh
kandungan nutrisinya yang mencukupi untuk kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan ikan, akan tetapi juga ditentukan oleh sifat fisiknya, misalnya
kemampuan daya apungnya maupun stabilitas pakan dalam air, serta beberapa
sifat fisik pakan yang lain. Agar diperoleh pakan dengan stabilitas dalam air yang
baik, perlu digunakan bahan perekat (binder) ke dalam campuran bahan pakan
tersebut. Binder atau bahan perekat adalah bahan tambahan yang sengaja
ditambahkan ke dalam formula pakan untuk menyatukan semua bahan baku yang
digunakan dalam membuat pakan (Saade & Aslamyah, 2009) dalam (Dini
Siswani Mulia1, 2014)
Daya apung pakan buatan dapat di ukur dengan menjatuhkan atau
menebarkan pakan tersebut kedalam bejana kaca yang telah di isi air hingga
kedalaman 1525 cm. Waktu yang di perlukan oleh pakan sejenak ditebarkan
hingga tenggelam di dasar bejana merupakan gambaran mengenai daya apung
pakan buatan tersebut ( Afrianto, 2005).
Uji fisik pakan ikan meliputi daya apung, tingkat kekerasan, tingkat
homogenitas, kecepatan pecah, dan uji organoleptik pakan ikan. Daya apung
pakan dilakukan dengan menjatuhkan 5 butir pakan ke dalam gelas ukur 500 ml

yang berisi air setinggi 20 cm. Setelah itu mengamati dan mencatat waktu yang
dibutuhkan oleh pakan tersebut mencapai dasar ember dengan menggunakan stop
watch. (Dini Siswani Mulia1, 2014)
Faktor yang mempengaruhi pelet ikan bisa mengambang atau terapung
yaitu dari bahan atau dari mesinnya yang hebat dan canggih. Pelet bisa terapung
karena ada pori pori dalam pelet yang terjadi karena gesekan dari bahan yang
dibawa oleh ekstruder dengan dinding tabung dan dipadatkan diujung ekstruder
dengan tekanan tinggi hingga menimbulkan panas yang cukup untuk membuat
pelet matang,kemudian masuk kedalam lubang yang dinamakan dies setelah
keluar dari lubang dies tersebut dipotong oleh pisau pemotong. Karena perbedaan
suhu d idalam dan suhu ruang maka pelet tersebut dapat membuat pori-pori pelet.
Intinya dari proses ini adalah thermo mechanical cooking (teknik memasak
dengan mekanik). Steam boiler dihilangkan tetapi memasak dengan kekuatan
mekanik mesin sehingga menggunakan energi yang cukup besar (Alip, 2010).
Pengujian daya tahan stabilitas pelet dilakukan dengan cara merendam
contoh pelet yang akan diuji selama beberapa waktu di dalam air. Tingkat daya
tahan pelet dalam air (water stability) diukur sejak pelet direndam sampai pecah.
Makin lama waktu yang dibutuhkan untuk membuyarkan pelet dalam proses
perendaman, berarti makin baik mutunya. Pelet ikan yang baik mempunyai daya
tahan dalam air minimal 10 menit. (Yulpiferius, 2009).

III. BAHAN DAN METODE


3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 12 Oktober 2016 pukul
15:15-17:15 WIB, sedangkan tempat dilaksankan praktikum ini adalah
Laboratorium Nutrisi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Riau.

3.2. Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang digunakan untuk praktikum adalah pelet yang telah
dibuat pada pratikum sebelumnya. Sedangkan alat yang digunakan adalah
aquarium atau toples dan stopwatch.

3.3. Metode Praktikum


Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode pengamatan secara
langsung

di Laboratorium Nutrisi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Riau.

3.4. Prosedur Pratikum


Adapun prosedur yang dilakukan dalam praktikum ini adalah wadah
berupa akuarium atau toples diisi air sekitar bagian. Kemudian dimasukan 3
potong pelet kedalam wadah tersebut secara bersamaan. Setelah itu diamati dan
dicatat berapa lama waktu yang dibutuhkan setiap potong pelet mengapung,
mengumpal atau utuh, tenggelam, mulai pecah, dan mulai hancur. Pengamatan
dilakukan sebanyak 3 kali.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
TABEL 1. PENGAMATAN KUALITAS FISIK PELET
parameter

pengamatan
1
Menggumpal
110 s
Pecah
192 s
Hancur
932 s
Terapung
2 s
Tenggelam
3 s

Pengamatan 2
262 s
379 s
885 s
1,8 s
2s

pengamatan 3

Rata-rata

323 s
480 s
620 s
1s
4s

231,67 s
417 s
812,33 s
1,6 s
3s

4.2. Pembahasan
Uji analisis dari pakan dapat melalui 3 metode yakni secara kimia, fisika
dan biologi. Dari ketiga metode di atas kita dapat mengetahui kualitas dari pakan
tersebut. Kualitas pakan dapat diketahui melaui beberapa cara yaitu dengan
mengukur kandungan nutriennya, melihat pertumbuhan ikan peliharaan,
ketahanan menggumpalnya pelet di dalam air, dan melihat tampilan fisik pelet.
Pada pratikum kali ini yang dianalisis hanya kualitas fisik pelet.
Komposisi fisik terdiri atas berat jenis dan ukuran partikel. Proses
variabel berhubungan dengan spesifikasi mesin yang digunakan seperti kecepatan
putaran mesin per menit (RPM), jarak antara die dan roller, kecepatan die,
penempatan pisau pemotong, dan permukaan roller. Sistem variabel berhubungan
dengan lamanya bahan baku berada di dalam mesin pelet selama proses pemeletan
berlangsung dan jumlah energi yang digunakan (Thomas et al., 1997).
Berdasarkan tabel 1 . pengamatan kualitas fisik pelet dapat diketahui
bahwa terjadi perbedaan waktu pada pengamatan satu, dua , dan tiga pada pelet
dan air yang sama. Faktor yang mempengaruhi kualitas fisik pelet yaitu

Komponen penyusun bahan baku, kelembaban Bahan, ukuran partikel, Suhu. Cara
meningkatkan kualias fisik pelet bisa dilakukan

Anda mungkin juga menyukai