Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL

ANALISIS UTILISASI KAMAR OPERASI


DI RUMAH SAKIT X
TAHUN 2017

Oleh:

NOFHI ISNUAINY

140110019

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN

TANGERANG SELATAN

2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 36
tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara ssial dan ekonomi.
Pembangunan kesehatan diarahkan dalam rangka tercapainya
kesadaran kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Negara bertanggungjawab untuk menyediakan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Menurut Adisasmito (2012) manajemen kesehatan dalah
tatanan yang mengumpulkan bermacam cara administrasi
kesehatan yang diperkuat oleh pengelolaan data dan informasi,
pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta pengaturan hukum kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
Dalam Undang-undang Reublik Indonesia nomor 44 tahun
2009, Rumah Sakit aadalah institusi pelayanan bagi masyarakat
dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknoogi
dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI
no.159b/MENKES/PER/II/1988 pasal 1 (1). Rumah sakit
didefinisikan sebagai sarana upaya kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat
dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan dirumah sakit yaitu
kegiatan berupa pelayanan rawat jalan, rawat inap dan pelayanan
gawat darurat yang mecakup layanan medik dan penunjang
medik (pasal 1 ayat 2).
Menurut Depkes RI 2006, fungsi rumah sakit adalah
sebagai tempat penyelenggaraan pelayanan medis, penunjang
medis, administrasi dan juga dapat digunakan sebagai tempat
pendidikan atau pelatihan dan pengembangan.
Utilisasi adalah waktu aktual yang diperlukan untuk
melakukan tindakan operasi di tambah turn over (waktu
perpindahan operasi) dibagi dengan waktu yang tersedia (Tyler,
Pasquariello & Chen, 2003). Utilisasi ini dapat dikatakan
mencapai 100% jika waktu yang sebenarnya digunakan untuk
melakukan proses operasi dalam 1 hari = waktu total yang
tersedia.

1.2 Rumusan Masalah


Penggunaan atau pemanfaatan utilisasi secara maksimal
dari sebuah kamar operasi merupakan tujuan dari setiap
manajemen Rumah Sakit, karena tidak dapat dipungkiri bahwa
pendapatan terbesar dari Rumah Sakit salah satunya adalah dari
Kamar Operasi. Mengharapkan utilisasi mencapai 100% adalah
suatu hal yang tidak realistik. Berdasarkan penelitian Tyler dkk,
melaporkan bahwa utilisasi Kamar Operasi sudah dikatakan
maksimal ketika mencapai angka 85% - 90%, akan tetapi ada
Kamar Operasi yang tidak mampu mencapainya.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Seberapa besarkah utilisasi baku kamar operasi Rumah Sakit
X?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi utilisasi kamar operasi?
3. Apakah alasan keterlambatan jadawal memiliki hubungan
dengan utilisasi kamar operasi?
1.4 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui utilisasi kamar operasi beserta faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui utilisasi baku kamar operasi Rumah Sakit X.
2. Menegtahui faktor-faktor yang mempengaruhi utilisasi kamar
operasi.
3. Mengetahui hubungan alasan keterlambatan jadwal dengan
utilisasi kamar operasi.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat meningkatkan pengetahuan dan memberikan
informasi mnegenai tilisasi kamar operasi beserta faktor-fktor
yang mempengaruhinya.
2. Bagi Tempat Penelitian
Memberikan masukan informasi menegani utilisasai
kamar operasi dan adapt menjadi bahan pertimbangan dala
melakukan penjadwalan operasi.
3. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman mengenai utilisasai kamar operasi. Penerapan
ilmu yang didapat selama kuiah untuk mengasah keterampilan
dalam menganalisa masalah-masalah yang terjadi di Rumah
Sakit.

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Kamar Operasi


Kamar Operasi adalah salah satu fasilitas yang ada di rumah
sakit dan termasuk sebagai fasilitas yang mempunyai banyak
persyaratan. Kamar Operasi adalah bagian integral yang penting
dari pelayanan, berbentuk suatu unit yang terorganisir dan sangat
terintegrasi, dimana didalamnya tersedia sarn dan prasarana
prnunjang untuk melakukan tindakan pembedahan. Ruang
operasi adalah suatu unit khusus di RS yang berfungsi sbg tempat
utk melakukan pembedahan secara elektif maupun akut, yang
membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya.

2.2 Lokasi Kamar Operasi


Luas ruangan harus cukup untuk memungkinkan petugas
bergerak sekeliling peralatan operasi/bedah. Ruang operasi harus
dirancang dengan faktor keselamatan yang tinggi. Di ruang
operasi, pasien dipindahkan dari stretcher khusus Ruang Operasi
Rumah Sakit ke meja operasi/bedah. Di ruang ini pasien operasi
dilakukan pembiusan (anestesi). Setelah pasien sudah teranestesi,
selanjutnya proses operasi dimulai oleh Dokter Ahli Bedah
dibantu petugas medik lainnya (Kemenkes, 2012).
Berbagai kemungkinan bisa saja terjadi selama pasien
menjalani tindakan operasi, bahkan sampai hal terburuk
sekalipun. Oleh karenanya syarat lokasi kamar bedah yang paling
ideal adalah harus berdekatan dengan ICU (Intensive Care Unit),
NICU/ Perina, CSSD (Central Sterile Supply Department) dan
Kamar Bersalin (Kemenkes, 2012).

2.3 Ruang Lingkup Kamar Operasi


1. Pelayanan pre Operasi
2. Pelayanan Intra Operasi
3. Pelayanan Pasca Operasi

2.4 Bagian Kamar Operasi


Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari 3 area.
1. Area bebas terbatas (unrestricted area)
Pada area ini petugas dan pasien tidak perlu
menggunakan pakaian khusus kamar operasi.
2. Area semi ketat (semi restricted area)
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian
khusus kamar operasi yang terdiri atas topi, masker, baju dan
celana operasi.
3. Area ketat / terbatas (restricted area).
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus
kamar operasi lengkap yaitu : topi, masker, baju dan celana
operasi serta melaksanakan prosedur aseptic.

2.5 Manajemen Kamar Operasi


Manajemen Kamar Operasi adalah pengkoordinasian
aktifitas kerja beberapa orang atau merupakan bagian integral
yang penting dari pelayanan suatu rumah sakit berbentuk suatu
unit yang terorganisir dan sangat terintegrasi, dimana didalamnya
tersedia sarana dan prasarana penunjang untuk melakukan
tindakan pembedahan.

2.6 Manajemen Organisasi Kamar Operasi


Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan kamar operasi,
kerja sama yang baik sangat diperlukan antar para personelnya,
baik dokter, perawat, anaestesi,maupun personel kamar operasi
lainnya. Tenaga pelaksana instalasi kamar operasi terdiri dari :
a. Tenaga medis
b. Paramedic/perawat
c. Administrative
Instalasi Kamar Operasi dipimpin oleh seorang kepala
Instalasi dengan kualifikasi dokter spesialis atau S2 manajemen
RS. Adapun kepala ruangannya adalah seorang tenaga perawat
profesional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam
kegiatan pelayanan keperawatan di ruangan operasi dengan
persyaratan:
a. D3 Keperawatan dengan pengalaman sebagai pelaksana
Keperawatan > 3 tahun
b. Mempunyai sertifikat PPGD/BLS
c. Berdisiplin tinggi, mau terus belajar dan menjunjung tinggi
kompetensi dan profesionalisme.
d. Berwibawa, mampu membimbing rekan sejawat, memberi
contoh yang baik bagi rekan sejawatnya.
e. Terampil dan terlatih secara internal RS
f. Sehat jasmani dan rohani

2.7 Manajemen Pengendalian Infeksi Nosokomial


Kamar bedah secara rutin dan periodik selalu dibersihkan
secara teratur. Ini bertujuan untuk tetap mempertahankan
sterilisasi dari kamar bedah, sehingga dapat di cegah infeksi
nosokomial yang bersumber dari kamar bedah. Pembersihan
Kamar Operasi yang dilakukan dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
a. Pembersihan sewaktu
Pembersihan yang dilakukan segera setelah dilakukan
tindakan operasi. Jika dalam waktu satu hari terdapat 8
tindakan operasi, maka dilakukan pembersihan sebanyak itu
juga.
b. Pembersihan Harian
Pembersihan ini dilakukan dimalam hari ketika tindakan
operasi sudah selesai dilakukan.
c. Pembersihan mingguan
Pembersihan ini dilakukan 1 minggu sekali. Dimana
tidak ada sama sekali tindakan operasi elektif dijadwalkan
selama proses pembersihan berlangsung.

2.8 Utilisasi Kamar Operasi


Utilisasi adalah waktu aktual yang diperlukan untuk
melakukan tindakan operasi di tambah turn over (waktu
perpindahan operasi) dibagi dengan waktu yang tersedia (Tyler,
Pasquariello & Chen, 2003). Utilisasi ini dapat dikatakan
mencapai 100% jika waktu yang sebenarnya digunakan untuk
melakukan proses operasi dalam 1 hari = waktu total yang
tersedia. Secara umum utilisasi kamar operasi dapat dinyatakan
dalam rumus sebagai berikut:
Penggunaan/ utilisasi secara maksimal dari sebuah kamar
operasi merupakan tujuan dari setiap manajemen Rumah Sakit,
karena tidak dapat dipungkiri bahwa pendapatan terbesar dari
Rumah Sakit salah satunya adalah dari Kamar Operasi.
Mengharapkan utilisasi mencapai 100% adalah suatu hal yang
tidak realistik. Berdasarkan penelitian Tyler dkk, melaporkan
bahwa utilisasi Kamar Operasi sudah dikatakan maksimal
ketika mencapai angka 85% - 90%, akan tetapi banyak Kamar
Operasi yang tidak mampu mencapainya.

2.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Utilisasi


a. Kesesuaian Waktu Penjadwalan Dengan Tindakan Operasi
Penjadwalan merupakan faktor utama dalam optimalisasi
utilisasi Kamar Operasi. Manajemen penjadwalan yang baik
sangat menentukan utilisasi yang dihasilkan oleh sebuah Kamar
Operasi. Ada 2 cara dalam menentukan penjadwalan, yaitu:
1. First – come, first serve (nonblock) booking dan block
booking. Penjadwalan nonblock memang lebih mudah untuk
diaplikasikan, tapi biasanya menyebabkan beberapa
kerugian, diantaranya: antrian yang panjang, tingginya
angka pembatalan, tingginya overtime/ lembur, timbul friksi
antar operator dan dapat menurunkan utilisasi (Viapiano &
Ward, 2000, Hamilton, 2003).
2. Sistem blok menyediakan waktu kamar operasi untuk satu
tindakan tertentu atau dokter tertentu yang ditentukan
beberapa hari sebelum pembedahan dilakukan.
Hal lain yang mempengaruhi penjadwalan adalah waktu
mulainya operasi dan rata –rata waktu pergantian satu operasi
dengan operasi lain/ turnover. The Health Financial Manajement
Association/ HFMA (2008) mengatakan bahwa rata – rata
operasi yang mulainya sesuai dengan penjadwalan adalah 27%,
sedangkan seharusnya rata – rata angka kesesuaian operasi
berdasarkan penjadwalan operasi adalah 76%. Tidak efisiennya
turnover juga menyebabkan kemunduran/ delay operasi.
Lamanya waktu paling baik yang dibutuhkan untuk turnover
adalah 15menit. Dua faktor tersebut di atas dapat menyebabkan
rendahnya waktu yang dapat dialokasikan untuk tindakan
operasi.
b. Standar Fasilitas Dan Peralatan
1) Standar ruangan yang harus diiliki adalah sebagai berikut:
a) Ruang penerimaan pasien
b) Ruang operasi/ tindakan
c) Ruang pemulihan
d) Koridor untuk cuci tangan
e) Ruang obat
f) Ruang istirahat petugas kamar operasi
g) Ruang pantry
h) Ruang ganti baju
i) Ruang kepala instalasi dan kepala ruangan
j) Kamar mandi
2) Standar alat/ instrument
a) Set extra sejumlah 5 set, digunakan untuk operasi kecil.
b) Set minor sejumlah 6 set, digunakan untuk operasi
sedang.
c) Set mayor sejumlah 11 set, digunakan untuk operasi
besar.
d) Set sinus sejumlah 1 set, digunakan untuk operasi THT
kecuali tonsil.
e) Set tonsil sejumlah 1 set, digunakan untuk operasi
tonsil.
f) Set cranial sejumlah 1 set, digunakan untuk operasi
kraniotomi.
g) Set ECCE (Extra Capsular Catarac Extraction) sejumlah
1 set, digunakan untuk operasi katarak manual.
h) Set phaco sejumlah 1 set, untuk operasi katarak
menggunakan mesin phaco.
i) Set hernia sejumlah 1 set, digunakan untuk operasi
hernia.
j) Set hemoroid sejumlah 1 set, digunakan untuk operasi
hemoroid.
k) Set urologi sejumlah 3 set, digunakan digunakan untuk
operasi urologi.
l) Set orthopedi sejumlah 3 set, digunakan untuk operasi
ortopedi.
m) Set laparaskopi sejumlah 1 set, digunakan untuk
operasi sedang/ besar dengan minimal invasive.
c. Lamanya Tindakan Operasi
Lamanya tindakan operasi juga dapat mempengaruhi
utilisasi, namun terkadang bertolak belakang dengan
produktivitas dari Kamar Operasi itu sendiri. Tindakan
operasi yang berdurasi lama dapat meningkatkan utilisasi, tapi
dapat berakibat rendahnya produktifitas. Oleh karena itu RS
harus memiliki range waktu tindakan operasi dan besarnya
utilisasi berdasarkan jenis tindakan. Menurut Patterson
(1997) mengatakan bahwa untuk Kamar Operasi standar
utilisasinya adalah 75%, Bedah saraf dan Jantung adalah 65%
dan sistoscopy adalah 50%. Moaker (2009) dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa waktu tindakan operasi
yang pendek mudah untuk dijadwalkan dibandingkan dengan
kasus yang membutuhkan waktu yang lama. Sebagai contoh:
ketika ada tersisa waktu 1 jam yang kosong, maka akan sulit
untuk mengoptimalkan utilisasi Kamar Operasi jika kasus
yang ada/ akan dijadwalkan adalah 2jam. Sehingga pilihannya
adalah Kamar Operasi harus memilih antara membiarkan
waktu 1jam terbuang tanpa ada tindakan operasi atau
menjadwalkan tapi akan ada cost yang harus dibayarkan pada
1jam overtime Durasi operasi juga berbeda pada saat
tindakan, variasi durasi operasi dipengaruhi oleh pasien,
dokter bedah dan tersedianya alat dan bahan operasi. Kondisi
yang tidak dapat diduga adalah adanya perbedaan pengalaman
dokter operator dan keahliannya atau alat yang rusak juga
dapat mempengaruhi lamanya pembedahan.

d. Tenaga Perawat Kamar Operasi


Salah satu faktor yang mempengaruhi utilisasi kamar
operasi adalah jumlah tenaga perawat. Dapat dibayangkan
jika kamar operasi siap pakai tapi jumlah tim bedah tidak
lengkap, maka tindakan operasi pun tidak dapat berjalan.
Banyak rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah
tenaga keperawatan, namun rumus yang diadopsi oleh RS X
adalah berdasarkan DepKes.
1) Kamar operasi Dasar penghitungan tenaga kamar operasi
a) Jumlah dan jenis operasi
b) Jumlah kamar operasi
c) Pemakaian kamar operasi pada hari kerja
d) Tugas perawat di kamar operasi
e) Ketergantungan pasien
 Operasi besar : 5 jam/ 1 operasi
 Operasi sedang: 2 jam/ 1 operasi
 Operasi kecil: 1 jam/ 1 operasi

(jam perawatan/ hari x jumlah operasi) x jumlah perawat dalam tim


Jam kerja efektif/ hari.)

2) Ruang RR
Ketergantungan pasien di ruang penerimaan : 15
menit Keter gantungan pasien di RR : 1jam Untuk
penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah faktor
koreksi dengan:
a. Hari libur/ cuti/ hari besar (loss day)Jumlah hari minggu
dalam 1 tahun + cuti + hari besar X jumlah perawat
tersedia pada hari kerja.
b. Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas –
tugas non keperawatan (Jumlah tenaga keperawatan +
Loss day) x 25%.

e. Perawatan Pre Operasi


Hal –hal yang perlu diperhatikan sebelum operasi
adalah dilakukannya pemeriksaan fisik dan riwayat
pembedahan sebelumnya, pemeriksaan/ konsul
anestesi,pengkajian keperawatan serta pemeriksaan–
pemeriksaan penunjang lain yang dibutuhkan sebelum
dilakukannya tindakan pembedahan. Kunjungan preoperasi
meningkatkan kepuasan pasien, sehingga dapat
menurunkanpemeriksaan dan konsultasi yang tidak
dibutuhkan, menurunkan lama rawat dan identifikasi faktor
resiko yang dapat memprediksi biaya rumah sakit. Intervensi
pre operasi juga dapat menurunkan resiko–resiko tersebut di
atas yang pada akhirnya juga menurunkan angka pembatalan
dan delay operasi. Konsultasi dan evaluasi pra operasi
merupakan interaksi penting antara pasien dan dokter. Proses
inimemungkinkan ahli bedah untuk berhati-hati menilai
kondisi medis, mengevaluasi status kesehatan pasien secara
keseluruhan, menentukan faktor risiko terhadap prosedur,
mendidik pasien dan mendiskusikan prosedur secara rinci.
Selain itu pasien harus mendapatkan pemahaman yang
realistis dari operasi yang direncanakan, mempertimbangkan
pilihan pengobatan alternatif dan mengerti kemungkinan
komplikasi selama periode perioperatif. Waktu yang
disediakan dalam evaluasi pra operasi menghasilkan
hubungan pasien-dokter yang lebih baik dan mengurangi
komplikasi bedah.
Manajemen preoperatif pasien dengan masalah bedah
melibatkan pemeriksaan diagnostik, evaluasi praoperasi dan
persiapan pra operasi. Hasil pemeriksaan diagnostik
menentukan penyebab dan luasnya kondisi pasien. Evaluasi
praoperasi adalah penilaian keseluruhan kesehatan pasien
untuk mengidentifikasi risiko operasi yang dapat
mempengaruhi periode pemulihan. Evaluasi ini mencakup
rencana anestesi yang mempertimbangkan kondisi medis
pasien, persyaratan prosedur bedah dan preferensi pasien.
Pengkajian menyeluruh memastikan bahwa penyakit pasien
beradapadaterapi medis yang tepat sebelum prosedur elektif
dan membangun hubungan dan kepercayaan dengan pasien
untuk menghilangkan rasa takut dan dapat menjawab
pertanyaan. Akhirnya, persiapan pra operasi melibatkan
prosedur yang dilaksanakan berdasarkan sifat dari operasi
yang akan dilakukan dan temuan dari hasil pemeriksaan
diagnostik dan evaluasi pra operasi.
Beberapa poin penting dalam mengkaji faktor risiko
pasien pada fase preoperatif adalah:
1) Alergi
2) Riwayat kesehatan sebelumnya (misalnya tekanan darah
tinggi, asma, masalah jantung atau pernapasan)
3) Penggunaan tembakau (karena rokok meningkatkan
risiko infeksi)
4) Penggunaan alkohol dan narkotika
5) Pengalaman pribadi pasien dengan sedasi dan anestesi
sebelumnya
6) Berat badan
7) Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
8) Ada tidaknya risiko untuk anestesi dan sedasi
9) Permintaan khusus dari pasien untuk jenis anestesi dan
sedasi
10) Kecemasan pasien
11) Delirium
12) Status nutrisi
13) Risiko potensial untuk deep vein thrombosis

f. Perawatan Post Operasi


Perawatan pasca operasi juga mempengaruhi utilisasi
kamar operasi. Misalnya: tersedianya ruangan perawatan post
operasi baik ruang rawat biasa, ruang intermediate ataupun
ruang intensif. Rumah Sakit yang ruang rawat ICU dan ruangan
bedahnya terbatas akan sangat berdampak pada utilisasi Kamar
Operasi. Selain ruangan yang tersedia, hal–hal yang perlu
diperhatikan dalam perawatan post oparasi adalah manajemen
nyeri dan penanganan efek anestesi seperti mual,muntah, pusing
dan lain–lain, jika kondisi–kondisi tersebut dapat teratasi
dengan baik, maka LOS (length of stay) di RS akan menurun.
Penurunan LOS berarti juga tempat yang tersedia untuk pasien
pembedahan meningkat.
Beberapa poin penting dalam mengkaji faktor risiko
pasien pada fase post operatif adalah:
1. Mengkaji status mental pasien, dapat dilakukan dengan
menanyakan kepada pasien:
a. Tanggal hari ini
b. Hari apa hari ini
c. Nama tempat ia berada saat ini
d. Nomor teleponnya
e. Nama jalan tempat tinggalnya
f. Kapan ia dilahirkandan Berapa umurnya
g. Siapa nama gadis ibu kandungnya

2. Mengkaji status fisik pasien, dapat dilakukan dengan


memeriksa tanda vital,derajat nyeri, adanya pembengkakan,
fungsi respirasi, drainage luka, efek samping anestesi, atau
deep vein thrombosis.
3. Mengkaji obat-obatan yang dibutuhkan, hal ini meliputi obat-
obatan apa yang harus diteruskan dari operasi, atau mana
yang harus distop atau obat-obat baru, termasuk darah dan
komponen-komponen darah yang diperlukan. Peresepan dan
pemberian obat-obatan tersebut harus dicatat dengan baik
sesuai urutannya, semua perintah verbal diulang kembali, dan
dilabel secara benar. Dapat dipikirkan pemanfaatan teknologi
komputer untuk pendokumentasian maupun pengingat.
4. Mencegah infeksi (khususnya dari surgical site, kateter urin,
dan akses intravena)
a) Monitor ketat suhu tubuh dan kadar glukosa darah untuk
mengurangi risiko infeksi postoperatif darisurgical site
b) Gunakan kateter urin hanya bila diperlukan
c) Kurangi waktu penggunaan kateter urin, kateter harus
sering diganti secara berkala
d) Gunakan teknik yang benar untuk insersi dan perawatan
e) Catat semua penggunaan kateter urin
Banyaknya variabel yang mempengaruhi utilisasi Kamar
Operasi mengakibatkan banyak manajemen yang menganggap
utilisasi tidak dapat digambarkan secara akurat. Wachtel and
Dexter (2008) mendeskripsikan tentang utilisasi, pertama,mereka
mengatakan bahwa presentase utilisasi dapat dibuat meningkat.
Cara mudah untuk melakukan ini adalah dengan mengurangi
jumlah waktu yang tersedia dengan menutup salah satu kamar
operasi atau memperpanjang lamanya tindakan 23operasi.
Tindakan operasi yang lama dapat meningkatkan utilisasi kamar
operasi, tapi secara produktivitas dan efisiensi ruangan akan
menjadi rendah.
Wachtel and Dexter (2008) juga mengatakan bahwa
estimasi utilisasi Kamar Operasi juga kurang akurat jika
dikelompokkan berdasarkan dokter bedah masing-masing dan
sub spesialistik dengan durasi operasi yang lama, karena beresiko
menyebabkan rendahnya produktifitas. Sebagai contoh: dokter
operator yang memiliki pengalaman yang banyak dapat
menyelesaikan tindakan dengan waktu yang lebih singkat
dibandingkan dengan dokter operator yang masih baru
(pengalamannya masih kurang). Saat kita membandingkan
utilisasi yang digunakan kedua operator tersebut sama tapi secara
produktifitas dokter operator berpengalaman mempengaruhi
produktivitas yang lebih tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa
utilisasi tidak mampu menggambarkan secara adekuat terhadap
produktifitas dari Kamar Operasi.
2.10 Kerangka Teori
Skema 2.1 Kerangka Teori

Kesesuaian waktu
penjadwalan
dengan tindakan
operasi

Peralatan

Jadwal tenaga
perawat

Utilisasi kamar Produktifitas


Lamanya tindakan operasi kamar operasi
operasi

Perawat pre
operasi

Perawat post
operasi

Sumber: (operating room performance matric,2011, operating


room utilization, 2003)
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan
visualisasi hubungan atau kaitan antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmojo, 2010). Keranga konsep penelitian adalah suatu
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang
lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007).
Dalam penelitian ini peneliti hanya akan meneliti tentang
pengetahuan pasien rawat inap kebidanan sebelum dan sesudah
pemberian informasi terhadap kelengkapan administrasi jaminan
BPJS di RSU Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan uraian diatas
maka kerangka konsep yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.

Skema 4.1 Kerangka Konsep

Kesesuaian waktu
penjadwalan
dengan tindakan
operasi

Peralatan

Jadwal tenaga
perawat

Produktifitas
Lamanya tindakan kamar operasi
operasi
Perawat pre
operasi

Perawat post
operasi

Keterangan
Variabel dependen :
Variabel independen :

4.2 Definisi Operasional


Definisi Operasional adalah uraian tentang batasan
variabel yang dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh
variabel yang bersangkutan (Notoatmojo, 2010). Sedangkan
menurut (Hidayat, 2009) definisi operasional adalah
mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti
untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat
terhadap suatu objek atau fenomena.
Tabel 4.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Hasil Ukuran
dependen Ukur Ukur
1 Kesesuaian Penjadwalan Kuesioner Mengisi Baik = numerik
waktu merupakan faktor kuesioner Jika nilai
penjadwala utama dalam benar
n dengan optimalisasi utilisasi mencapai
tindakan Kamar Operasi. 76 –
2 Peralatan Peralatan yang Kuesioner Mengisi Numerik
100% (
digunakan untuk kuesioner
benar 6 –
melakukan operasi
8)
yang sudah disapkan
2. Cukup
per-kit
3 Jadwal (jam perawatan/ hari Kuesioner Mengisi baik = Numerik
tenaga x jumlah operasi) x kuesioner Jika nilai
perawat jumlah perawat dalam benar
tim Jam kerja efektif/ mencapai
hari.) 56 –
75%
(benar 4
4 Lamanya RS harus memiliki Kuesioner Mengisi Numerik
-
tindakan range waktu tindakan kuesioner
5)
operasi operasi dan besarnya
3.
utilisasi berdasarkan
Kurang
jenis tindakan.
Baik =
5 Perawat pre dilakukannya Kuesioner Mengisi Numerik
Jika nilai
operasi pemeriksaan fisik dan kuesioner
benar <
riwayat pembedahan
56% (
sebelumnya,
benar 0 –
pemeriksaan/ konsul
3)
anestesi,pengkajian
keperawatan serta
pemeriksaan–
pemeriksaan
penunjang lain yang
dibutuhkan sebelum
dilakukannya
tindakan pembedahan
6 Perawat ruangan yang Kuesioner Mengisi Baik = Numerik
Post tersedia, manajemen kuesioner Jika nilai
Operasi nyeri dan penanganan benar
efek anestesi seperti mencapai
mual,muntah, pusing 76 –
dll 100% (
benar 6 –
8)
2. Cukup
baik =
Jika nilai
benar
mencapai
56 –
75%
(benar 4
-
5)
3.
Kurang
Baik =
Jika nilai
benar <
56% (
benar 0 –
3)

4.3 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian,
patokan duga atau dalil sementara yang kebenarannya akan
dibuktikan dalam penelitian tersebut. Hipotesis merupakan suatu
pertanyaan yang masih lemah dan membutuhkan pembuktian
untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau
harus ditolak berdasarkan fakta atau data empiris yang telah
dikumpulkan dalam penelitian. Hipotesis juga merupakan sebuah
pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara dua
variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Hidayat,
2007). Menurut Sumantri (2011) Hipotesis adalah penjelasan
sementara yang diajukan untuk menerangkan fenomena
problematic atau persoalan penelitian yang dihadapi. Adapun
hipotesis dari penelitian ini yaitu, mengetahui frekuensi dari
utilitas kamar operasi.

4.4 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan suatu studi dengan pendekatan
kuantitatif Design penelitian yang digunakan dalam judulm
“Analisis Utilisasi Kamar Operasi ” ialah Cross Sectional dengan
cara mengisi kuesioner yang dimaksudkan untuk mengetahui
gambaran secara jelas masalah yang diteliti.

4.5 Populasi dan Sample


4.5.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2014: 80) populasi adalah wilayah


generalisasi, obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
menurut Sutrisno Hadi (2004) adalah seluruh individu yang akan
dikenai sasaran generalisasi dari sampel yang akan diambil
dalam suatu penelitian. Populasi bisa berupa manusia, tumbuhan,
hewan, produk bahkan dokumen. Populasi bukan sekedar jumlah
pada jumlah pada subjek atau objek yang dipelajari tetapi
meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki dua status,
yaitu sebagai objek penelitian, jika populasi bukan sekedar
sumber informasi tetapi sebagai substansi yang diteliti (Etta
Mamang & Sopiah, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh petugas di instalasi kamar operasi.

4.5.2 Sample
Menurut Arikunto (2010: 174) berpendapat bahwa
sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Sedangkan menurut Sugiyono (2014: 81) berpendapat sample
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Menurut Sugiono (2010) sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan
dapat diperlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul betu representative
(mewakili).

4.6 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan di Rumah Sakit X, Waktu penelitian
dilakukan dari tanggal 12 Maret – 12 April 2017. Peneliti
melakukan penelitian dengan cara menyebarkan kuesioner ke
petugas kamar operasi.
4.7 Jenis Data yang Digunakan
4.7.1 Data Primer
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dari kuesioner yang dibagikan kepada petugas
instalasi kamar operasi.
4.7.2 Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan oleh peneliti dengan dibantu
oleh pembimbing lapangan yang telah ditentukan di Rumah
Sakit.
4.8 Alat Pengukuran
Menurut sugiono (2014: 142), kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang efesien apabila peneliti tahu
dengan siapa variabel akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden. Kuesioner dapat berupa pertanyaan-
pertanyaan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada
responden secara langsung atau dikirim melaui pos atau internet.

4.9 Validitas dan Reliabilitas


4.9.1 Validitas

Validitas adalah suatu derajat ketepatan/kelayakan


instrumen yang digunakan untuk mengukur apa yang akan
diukur (Zainal Ariffin.2012). Menurut Sukardi (2013) validitas
adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur
apa yang hendak diukur. Sedangkan menurut Saifuddin Azwar
(2014) bahwa validitas mengacu sejauh mana akurasi suatu tes
atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Dari
ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa validitas
adalah Derajat keetepatan/kelayakan instrumen yang digunakan
untuk mengukur apa yang akan diukur serta sejauh mana
instrumen tersebut menjalankan fungsi pengukurannya Disalin
dan Dipublikasikan melalui Eureka PendidikanValiditas
menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila intrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2010).
Validitas adalah pengolahan data digunakan untuk
mengukur apa yang akan diukur (Zainal Ariffin.2012). Menurut
Sukardi (2013) validitas adalah derajat yang menunjukkan
dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan
menurut Saifuddin Azwar (2014) bahwa validitas mengacu
sejauh mana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan
fungsi pengukurannya. Dari ketiga pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa validitas adalah Derajat
keetepatan/kelayakan instrumen yang digunakan untuk
mengukur apa yang akan diukur serta sejauh mana instrumen
tersebut menjalankan fungsi pengukurannya Disalin dan
Dipublikasikan melalui Eureka PendidikanValiditas menyatakan
apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid
apabila intrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang hendak diukur (Sugiyono, 2010). Validitas adalah
pengolahan data dari suatu pertanyaan menggunakan
komputerisasi dengan program SPSS, untuk mengetahui valid
atau tidak valid suatu pertanyaan dapat dilihat dari hasil output
pada tabel dengan judul Item-Total-Statistik. Menilai validitas
masing-masing pertanyaan, dapat dilihatdari nilai corrected
Item-Total Correlation. Tekhnik korelasi yangdigunakan adalah
Pearson Product Moment, setelah itu diujidengan menggunakan
uji t dan lalu baru dilihat penafsiran dariindeks korelasinya
(Hidayat, 2007).

4.9.2 Reliabilitas
Menurut Saifuddin (2012:110), reliabilitas menunjuk
pada pengertian bahwa instrumen yang digunakan dapat
mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke
waktu. Syarat kualifikasi suatu instrument pengukur adalah
konsisten atau tidak berubah-ubah. Instrumen yang diuji
reliabilitasnya adalah instrumen yang dibuat oleh peneliti.
Dalam hal ini instrumen tersebut adalah instrumen komponen
konteks, masukan, proses dan hasil. Reliabilitas instrument
adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran
dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang
berbeda. Ari dkk, 1977 (Dalam, Setiadi, 2007) mengemukakan
bahwasannya ada dua pendekatan terhadap realiabilitas yaitu:
1. Reliabilitas menunjukkan banyaknya variansi atau
perbedaan yang diharapkan pada seperangkat pengukuran
yangdilakukan secara berulang-ulang terhadap suatu
objek.
2. Reliabilitas pengukuran juga menunjukkan kapasitas
individu mempertahankan posisi relatifnya dalam
kelompok. Setelah mengukur validitas, maka perlu
mengukur realibilitas data, apakah alat ukur dapat
digunakan atau tidak. Dalam mengukur reabilitas dapat
digunakan beberapa rumus, salah satunya adalah
Spearman Brown (Hidayat, 2009)
4.10 Etika Penelitian
Penelitian kesehatan pada umumnya dan penelitian
kesehatan masyarakat pada khususnya menggunakan manusia
sebagai objek yang diteliti disatu sisi dan sisi lain manusia
sebagai peneliti atau yang menggunakan penelitian. Hal ini
berarti bahwa ada hubungn timbal balik antara orang sebagai
peneliti dan orang sebagai yang diteliti. Oleh sebab itu sesuai
dengan prinsip etika dalam pelaksanaan penelitian kesehatan
khususnya harus memperhatikan hubungan antara kedua belah
pihak ini secara etika atau yang sering sebut etika penelitian
(Notoatmodjo,2010). Masalah etika yang harus diperhatikan
menurut Hidayat (2007), antara lain adalah sebagai berikut :
4.10.1 Informed Consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian
dilakukan. Tujuan Informe consent adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya. Jika
subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati hak pasien.

4.10.2 Anomity (Tanpa Nama)


Masalah etika penelitian merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian
dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama
responden dalam lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan
disajikan. Pada penelitian, peneliti tidak mencantumkan nama
responden, tetapi peneliti menggunakan tanda tangan.
4.10.3 Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan
memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi
maupun sebagai masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

4.11 Analisis Data


4.11.1 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk


mendapatkan gambaran dan menjelaskan atau mendeskripsikan
distribusi frekuensi atau besarnya proporsi menurut berbagai
variabel yang diteliti, baik untuk variabel dependen maupun
independen. Analisis ini dilakukan setelah tabulasi data,
masingmasing frekuensi kemudian dihitung besarnya persentasi.
(Sugiyono, 2008)

4.11.2 Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan ntuk mengetahui


hubungan lebih dari satu variabel dependen. Bertujuan untuk
mengethui variabel independen yang mana yang lebih erat
hubungannya dengan variabel dependen. (Notoatmodjo)

Anda mungkin juga menyukai