Anda di halaman 1dari 55

AMDAL KANAL DAN POLDER

DRAINASE KOTA SANGATTA

BAB
II

RUANG LINGKUP STUDI

2.1. LINGKUP RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG AKAN DITELAAH


DAN ALTERNATIF KOMPONEN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN.

a. Status Dan Lingkup Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang


Akan Ditelaah.

1. Status pelaksanaan studi AMDAL.


Pelaksaaan studi AMDAL kegiatan pembangunan dan
pengoperasian kanal dan Polder di areal seluas ± 39 Ha disusun
setelah disyahkannya laporan akhir desain pembangunan kanal
dan polder dari jalan Soekarno Hatta ke Sungai Kenyamukan,
Kecamatan Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur.

2. Kesesuaian lokasi kegiatan dengan dengan rencana tata ruang


setempat.
Dilihat dari kesesuaian lokasi rencana kegiatan pembangunan
dan pengoperasian kanal dan polder (areal tapak/batas proyek
seluas ± 36 Ha) Jika dihubungkan dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Propinsi Kalimantan Timur adalah termasuk
dalam Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK).

3. Uraian singkat rencana kegiatan pembangunan dan


pengoperasian kanal dan polder adalah :
Nama dan Lokasi Proyek
Pemerintah Kabupaten Kutai Timur melalui Dinas Pekerjaan
Umum akan melakukan pembangunan dan pengoperasian
kanal dan polder yang berlokasi di antara jalan Soekarno Hatta
– Jalan Pendidikan, Kota Sangatta, Kabupaten Kutai Timur,
Propinsi Kalimantan Timur.

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 1
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Hubungan antara lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan


dengan jarak dan tersedianya sumber daya
Hubungan lokasi pertambangan ini dengan tersedianya sumber
daya adalah;
Sumber daya air berupa :
Disekitar lokasi kanal dan folder terdapat 2 DAS yakni DAS
Sangatta dan DAS Kenyamukan. DAS Sangatta dan DAS
Kenyamukan mengalir dari utara ke selatan. Sumber daya air
ini kesemuanya bermuara ke laut dan merupakan sumber air
baku air minum bagi masyarakat yang tinggal di bantaran
sungai.
Sumber daya manusia
Di sekitar lokasi kanal dan polder terdapat permukiman
penduduk Desa Teluk Lingga. Sumber daya manusia
khususnya tenaga kerja yang nantinya diperlukan dalam
pembangunan dan pengoperasian kanal dan polder
didapatkan dari Desa Teluk Lingga dan sekitarnya yang
dalam pelaksanaannya akan disesuaikan dengan klasifikasi
dan keahlian yang miliki tenaga kerja tersebut..
Tata letak usaha dan/atau kegiatan
Waduk lapangan atau polder difungsikan sebagai tampungan
sementara debit banjir drainase dari daerah buangan di sekitar
waduk. Waduk ini dilengkapi dengan pintu pengatur dan
pompa untuk pembuangannya. Sistem drainase kota Sangatta
direncanakan dibuat polder di lokasi jalan Ilham Maulana dan
kanal dari jalan Ilham Maulana hingga memotong/crossing jalan
Pendidikan dan berakhir di sungai Kenyamukan.
Tapak proyek rencana kegiatan adalah :
-
Luas areal polder = 16 ha
-
Luas areal kanal = 13 ha
-
Kolam penangkap sedimen 2 buah = 2 ha
-
Luas areal untuk sarana bermain = 3550 m2
-
Luas areal untuk sarana parkir = 6485 m2
-
Luas areal untuk sarana olahraga = 1,4 ha

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 2
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

-
Luas areal untuk joging track = 1,7 ha
-
Luas areal untuk berkemah = 4225 m2
Tahap pelaksanaan usaha dan/atau kegiatan tahap persiapan,
konstruksi, masa operasi, hingga pasca operasi
Sebelum pelaksanaan penyusunan dokumen dilakukan
sosialisasi AMDAL sebagai konsultasi publik dalam rangka
penyampaian informasi mengenai tahapan pelaksanaan
kegiatan pembangunan kanal dan polder serta dampak-
dampak yang timbul dari kegiatan tersebut. Kegiatan sosialisasi
yang telah dilakukan adalah :
 Pengumuman melalui media cetak melalui Tribun Kaltim.
 Pengumuman melalui papan pengumuman kantor Camat
Sangatta Utara dan kantor Kepala Desa Teluk Lingga.
 Sosialisasi langsung kepada perwakilan masyarakat
(perangkat Kampung dan tokoh masyarakat) yang berada di
Desa Teluk Lingga telah dilakukan pada tanggal 22
September 2010. Berdasarkan hasil pertemuan tersebut
terdapat masukan dan saran yang tertuang dalam berita
acara sosialisasi.
Uraian singkat kegiatan pembangunan kanal dan polder secara
garis besar terdiri dari 4 (empat) tahap kegiatan, yaitu :
Tahap Pra Konstruksi.
1). Pengukuran dan pematokan
Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan data lapangan
atau lokasi rencana kanal dan polder. Aktivitas ini meliputi :
Penetapan lokasi kanal dan polder yang ideal sesuai
dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku agar
hasil desain yang dapat dilaksanakan dan bermanfaat
dalam pengendalian banjir kota Sangatta.
Pengukuran detail sebagai garis kerangka poligon
meliputi pengukuran : survey topografi, survey
hidrometri, dan detail engineering.
Survey geoteknik yang mencakup investigasi tanah
merupakan kegiatan pemetaan penyebaran tanah atau
batuan dasar.

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 3
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

2). Pembebasan Lahan.


Peminjaman dan pembebasan lahan akan dilakukan oleh
adalah pada daerah yang terkena aktifitas kegiatannya saja
yaitu di areal seluas ± 39 Ha.
Peminjaman dan pembebasan lahan yang akan dilakukan
untuk lokasi , sistim yang akan digunakan adalah dengan
sistim ganti rugi putus atau sistim pinjam pakai.
Untuk menghindari terjadinya konflik (tumpang tindih
lahan) di kemudian hari dalam masalah peminjaman dan
pembebasan lahan, maka akan dilakukan koordinasi
dengan masyarakat pemilik lahan serta akan melibatkan
dinas/instansi terkait seperti BPN, Pemerintahan Desa dan
Pihak Kecamatan.
Peminjaman dan pembebasan lahan untuk di Kawasan
Budidaya Non Kehutanan (KBNK) akan dilakukan setelah
adanya perijinan dari Bupati Kutai Timur, yang kemudian
dilanjutkan dengan sosialisasi, inventarisasi lahan dan
musyawarah dengan pemilik lahan untuk menentukan
kesepakatan mengenai harga ganti rugi lahan dan tanaman
tumbuh (yang mengacu pada NJOP), baru dilanjutkan
dengan proses pembayaran.
Tahap Konstruksi.
1). Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi.
Dalam pelaksanaan kegiatan konstruksi kanal dan polder ini
tentunya akan membutuhkan tenaga kerja yang cukup
banyak dari yang berketerampilan rendah sampai yang
berkeahlian tinggi. Kebijakan dalam rekruitmen tenaga kerja
adalah dengan memprioritaskan masyarakat lokal untuk
dapat bekerja sebagai tenaga kerja dalam tahap konstruksi
ini, yang tentunya penyerapan tenaga kerja tersebut
disesuaikan dengan kualifikasi/persyaratan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan (baik itu persyaratan mengenai
kesehatannya, pendidikannya, keterampilannya, keahliannya
(skill) dan sertifikasinya).
2). Mobilisasi Peralatan Konstruksi dan Material.
Kegiatan mobilisasi peralatan (alat-alat berat) terutama dari
luar proyek yang masuk ke dalam lokasi proyek (base camp),
akan dilakukan melalui jalan darat dengan menggunakan
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
II - 4
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

mobil pengangkut khusus (trailer) yang melewati ruas jalan


raya yang ada. Dimana dalam kegiatannya ini, tentunya
pelaksana kegiatan akan meminta izin terlebih dahulu dan
akan mendapatkan pengawasan dari instansi-instansi terkait.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana/estimasi
penggunaan peralatan yang digunakan adalah : bulldozer (3
unit), concrete mixer ( 5 unit), dump truk (14 unit), excavator
long arm (4 unit), excavator (4 unit), motor grader (1 unit),
vibrator roller (1 unit), concrete vibrator (2 unit), water
tanker (2 unit), alat pancang (1 unit).
Selain kegiatan mobilisasi peralatan (alat-alat berat), juga
akan melakukan mobilisasi material-material, seperti BBM
(solar), olie/minyak pelumas untuk operasional peralatan
serta pipa & plat besi/baja, semen, pasir, batu kali, kayu ulin,
kayu (balok dan papan), seng/multi roof, tegel/keramik dan
lain sebagainya untuk pembangunan emplasement.

3). Pembersihan Lahan.


Kegiatan pembersihan lahan dari vegetasi penutup tanah
akan dilakukan secara selektif sesuai kebutuhan, yaitu pada :
 Lokasi untuk polder dan sarana dan prasarana
(emplasement) penunjang yang meliputi restoran,
polder, kolam penampungan, area bermain anak, area
mini golf, area tenis, area fulsal, jogging track dan area
berkemah di suatu areal terpadu seluas  26 Ha.
 Lokasi untuk kanal yaitu total sepanjang  5 km dengan
lebar kanal  26 m (termasuk tanggul pengaman/berm di
kiri dan kanan kanal).
Pada rencana lokasi kanal dan polder, dalam pembersihan
lahannya dari vegetasi seperti pohon kecil dan semak
belukar akan dilakukan dengan parang atau didorong
dengan bulldozer, sedangkan untuk pohon yang cukup
besar dilakukan dengan chainsaw, vegetasi hasil dari
kegiatan pembersihan lahan tersebut nantinya ditimbun
disuatu tempat dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan
lainnya.
4). Pembuatan/Konstruksi Kanal, Polder dan Emplasement.
Dalam Pembuatan kanal dan polder serta emplasement

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 5
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

terdiri atas jenis pekerjaan :


 Bangunan polder terdiri perkerjaan tanah berupa
aktivitas galian tanah dengan volume 413.001,12 m 3 dan
timbunan jalan penunjang dengan volume 12.431,98 m 3
dan timbunan jalan inspeksi dengan volume 22.897,32
m3.
 Bangunan kolam penampungan (2 buah) berupa
aktivitas galian tanah dengan volume 61.389,14 m3 dan
timbunan jalan penunjang dengan volume 1.406,13 m3
dan timbunan jalan inspeksi dengan volume 2.531,32 m3
 Bangunan free intake dan pintu pengatur (1 buah),
berupa aktivitas bouflank, galian tanah (3.990 m 3),
pasangan (batu dan plesteran), beton.
 Bangunan pelimpah (2 buah) berupa aktivitas bouflank,
galian tanah (18.756,77 m3), pasangan (batu dan
plesteran), beton
 Bangunan inlet dan trashrack kolam penampungan (4
buah) berupa aktivitas bouflank, galian tanah (4.725 m 3),
pasangan (batu dan plesteran), beton
 Bangunan gorong-gorong ukuran 4 x 6 m sebanyak 2
buah berupa aktivitas bouflank, galian tanah (1.284 m3),
pasangan (batu dan plesteran), beton
 Bangunan gorong-gorong ukuran 20 x 10 m sebanyak 1
buah berupa aktivitas bouflank, galian tanah (550,70
m3), pasangan (batu dan plesteran), beton
 Bangunan saluran terdiri sekunder penampung berupa
aktivitas galian tanah (71.120,56 m3), sekunder
pembuang berupa aktivitas galian tanah (61.905,20 m 3),
primer pembuang berupa aktivitas galian tanah
(65.500.56 m3).
Normalisasi saluran (banjir kanal) hanya dilakukan pada
saluran-saluran eksisting yang kapasitasnya tidak mencukupi
kapasitas rencana serta pembuatan saluran-saluran baru
dengan luasan ± 13 ha. Dalam konstruksi kanal nanti, akan
dilakukan penggalian dan penimbunan (fill area)
Konstruksi kanal yang dibuat akan disesuaikan dengan
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
II - 6
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

design dan kondisi tanahnya, rencananya panjang saluran


primer ± 5 km, dimensi saluran b = 10 – 14 meter dan h =
2,5 – 2,7 meter, dimensi kanal (longstorage) lebar 20 meter
dan h = 2,5 – 2,7 meter.
Untuk lokasi kanal yang nantinya akan melewati jalan umum
akan melengkapi dengan membuat gorong-gorong (berupa
box culvert),. Gorong-gorong merupakan bangunan untuk
membawa air yang memotong jalan lalu lintas. Panjang
gorong-gorong direncanakan selebar jalan 8 m lebar
gorong-gorong yang digunakan  3 * 1.7 m
Beda kemiringan lantai hulu dan hilir gorong-gorong
direncanakan 0.05 m, lebar gorong-gorong yang digunakan
 3 * 1.7 m
Berdasarkan hasil analisa beberapa saluran pada sub-sistem
Ilham Maulana perlu dilakukan normalisasi seperti pada
contoh berikut :

Gambar 2.1.
Contoh Normalisasi Saluran Sub-Sistem Ilham Maulana

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 7
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Gambar 2.2.
Contoh Normalisasi Saluran Sub-Sistem Pendidikan

Pembuatan polder dan emplasement di lokasi yang terpadu


seluas ± 26 Ha, yang meliputi pembangunan :
-
Luas areal polder = 16 ha
-
Kolam penangkap sedimen 2 buah = 2 ha
-
Luas areal untuk sarana bermain = 3550 m2
-
Luas areal untuk sarana parkir = 6485 m2
-
Luas areal untuk sarana olahraga = 1,4 ha
-
Luas areal untuk joging track = 1,7 ha
-
Luas areal untuk berkemah = 4225 m2
Polder didefinisikan sebagai suatu kawasan atau lahan
reklamasi dengan kondisi awal mempunyai muka air tanah
tinggi, yang diisolasi secara hidrologis dari daerah di
sekitarnya dan kondisi muka air (air permukaan dan air
tanah) dapat dikendalikan. Kondisi lahannya sendiri
dibiarkan pada elevasi asalnya atau sedikit ditinggikan.
Pengisolasian dapat dilakukan dengan penanggulan atau
dengan mengelakkan air yang berasal dari luar kawasan
polder. Air di dalam polder dikendalikan dengan sistem
drainase, atau kadang-kadang dikombinasikan dengan
sistem irigasi. Dengan demikian, polder mempunyai sifat-
sifat sebagai berikut :
 Polder adalah daerah yang dibatasi dengan baik, dimana
air yang berasal dari luar kawasan tidak boleh masuk,
hanya air hujan (dan kadang-kadang air rembesan) pada
kawasan itu sendiri yang dikumpulkan.
 Dalam polder tidak ada aliran permukaan bebas seperti
pada daerah tangkapan air alamiah, tetapi dilengkapi
dengan bangunan pengendali pada pembuangannya
(dengan penguras atau pompa) untuk mengendalikan
aliran ke luar.
 Muka air di dalam polder (air permukaan maupun air
bawah permukaan) tidak bergantung pada permukaan
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
II - 8
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

air di daerah sekitarnya dan dinilai berdasarkan elevasi


lahan, sifat-sifat tanah, iklim, dan tanaman.
Komponen-komponen yang harus ada pada sistem polder
meliputi :
 Tanggul keliling atau konstruksi isolasi lainnya.
 Sistem drainase lapangan (field drainage system).
 Sistem pembawa (conveyance system).
 Kolam penampung dan stasiun pompa (outfall system).
 Badan air penerima (recipient waters).
Kelima komponen sistem polder harus direncanakan secara
integral, sehingga sistem dapat bekerja secara optimal.
Tidak ada artinya membangun sistem drainase lapangan
dan outlet pembuangan drainase (outfall) yang sempurna
dengan kapasitas tinggi, jika saluran pembawa tidak cukup
mengalirkan air dari lapangan ke outfall, demikian juga
sebaliknya.

Gambar 2.3
Sketsa Tipikal Sistem Polder

Penggunaan sistem polder ini dilakukan untuk melindungi daerah


pemukiman Kota Sangatta yang berada di tengah-tengah kawasan
banjir dengan memanfaatkan jalan aspal yang ada, yaitu Jalan
Pendidikan – Jalan Erry Suparjan – Jalan Yos Sudarso sebagai
tanggul keliling.

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 9
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Ketinggian Tanggul dan Tinggi Jagaan


Tinggi tanggul akan ditentukan berdasarkan tinggi muka air
rencana pada kala ulang 2-5 tahun dengan penambahan jagaan
yang diperlukan. Jagaan adalah tinggi tambahan dari tinggi muka
air rencana dimana air tidak diijinkan melimpah. Tabel di bawah
ini memperlihatkan standar hubungan antara besarnya debit
banjir rencana dengan tinggi jagaan yang disarankan.
Tabel 2.1
Hubungan antara Debit Banjir Rencana dengan Tinggi Jagaan
No. Debit Banjir Rencana Jagaan
3
(m /det) (m)
1. Kurang dari 200 0,60
2. 200 - 500 0,80
3. 500 - 2.000 1,00
4. 2.000 - 5.000 1,20
5. 5.000 - 10.000 1,50
6. 10.000 atau lebih 2,00
Sumber : Sosrodarsono, 1994:87

Berdasarkan tabel diatas dengan hasil perhitungan bahwa


debit banjir rancangan yang melewati Sungai Sangatta
berkisar antara 436,40 – 689,95 m 3/dt maka tinggi jagaan
yang disarankan adalah 0,8 m. Namun, kondisi di lapangan
juga memungkinkan terjadinya debit banjir rancangan
dengan kala ulang 50 tahun sehingga untuk perencanaan
tanggul tinggi jagaan yang digunakan adalah 1,00 m
dengan harapan bahwa jika terjadi banjir dengan kala ulang
50 tahun maka tinggi tanggul tidak terlewati.
Lebar Mercu Tanggul
Pada daerah yang padat dimana perolehan areal tanah
untuk tempat kedudukan tanggul sangat sulit dan mahal
untuk didapatkan, pembangunan tanggul dengan mercu
yang tidak lebar dan dengan lerengnya yang agak curam
kelihatannya cukup memadai, khususnya apabila hanya
ditinjau dari segi stabilitas tanggulnya. Akan tetapi mercu
yang cukup lebar (3 – 7 m) biasanya diperlukan apabila
ditinjau dari keperluan untuk perondaan di waktu banjir dan
sebagai jalan-jalan inspeksi serta logistik untuk
pemeliharaan tanggul. Berikut merupakan lebar standar
mercu tanggul berdasarkan debit banjir rencana.
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
II - 10
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Tabel 2.2
Lebar Standar Mercu Tanggul
Debit Banjir Rencana Lebar Mercu
No. 3
(m /det) (m)
1. < 500 3,00
2. 500 – 2.000 4,00
3. 2.000 – 5.000 5,00
4. 5.000 – 10.000 6,00
5. lebih besar dari 10.000 7,00
Sumber : Sosrodarsono, 1994:88

Kemiringan Lereng Tanggul


Penentuan kemiringan lereng tanggul merupakan tahapan
yang paling penting dalam perencanaan tanggul dan sangat
erat kaitannya dengan infiltrasi air dalam tubuh tanggul
serta karakteristik mekanika tanah tubuh tanggul tersebut.
Dalam keadaan biasa tanpa perkuatan lereng, tanggul
direncanakan dengan kemiringan 1 : 2 atau lebih kecil. Berm
dan elevasi kemiringan talud dasar mempunyai hubungan
yang sangat erat satu sama lain dan keduanya harus
ditentukan melalui pengujian terhadap bahan badan
tanggul, durasi banjir, stabilitas terhadap kebocoran dari air
tinggi dan pondasi subsoil dari pada tanggul tersebut. Hal
tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut :
 Berm harus disediakan tiap 3 – 5 m dari puncak pada sisi
bagian air bila tinggi tanggul 6 m atau lebih, dan tiap-
tiap dari sampai 3 m dari puncak pada sisi bagian tanah
bila tinggi tanggul 4 m atau lebih.
 Lebar 3 m atau lebih.
 Miring talud tanggul harus merupakan kemiringan
landai bandingan 1:2 atau lebih, namun hal itu tidak
perlu bila alud permukaan dilapisi dengan beton atau
bahan serupa.
Pompa
Daerah bantaran di hulu Sungai Sangatta dan Bengalon
mempunyai elevasi yang lebih rendah dari elevasi muka air
sungai, sehingga aliran drainase tidak bisa mengalir ke
sungai. Untuk mencegah terjadinya genangan yang lama
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
II - 11
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

seperti terjadi pada kejadian banjir selama ini, maka pada


dataran rendah tersebut direncanakan pembuatan pompa
air drainase. Pemasangan pompa dan pintu pengatur juga
dilakukan pada lokasi pembuatan waduk lapangan. Pompa
berfungsi sebagai pengangkat air dari elevasi yang lebih
rendah ke elevasi yang lebih tinggi.
Stasiun pompa drainase terdiri dari bagian-bagian utama
yaitu pompa dan rumah pompa. Pompa akan berfungsi
dengan baik apabila kedua bagian tersebut menjamin
stabilitas kedudukan pompa dan melindungi pompa dari
pengaruh udara luar.
Pompa drainase umumnya beroperasi pada saat terjadi
banjir dan tinggi-tekanan serta debitnya berubah-ubah
sepanjang waktu. Penentuan kapasitas pompa yang akan
dipakai berdasarkan analisa debit buangan dalam saluran
drainase. Untuk membantu pengaliran air dari Pond/Polder
ketika pengaturan air dengan mengatur posisi pintu
membutuhkan pompa, pompa yamg dipergunakan dalam
pekerjaan ini adalah 5 * 1.5 m³/dtk + 1 * 1.5 m³/dtk sebagai
cadangan
Pekerjaan konstruksi dilakukan dengan menggunakan
peralatan-peralatan seperti :
 Excavator sebagai alat gali dan muat,
 Dump truck sebagai alat angkut tanahnya,
 Back hoe sebagai alat dorong
 Compactor sebagai alat untuk memadatkan tanah
timbunan menjadi stabil sehingga dapat mengurangi
terjadinya penurunan permukaan tanah (subsidence),
5). Demobilisasi Peralatan Konstruksi.
Dengan berakhirnya kegiatan konstruksi kanal dan polder
maka peralatan atau alat-alat berat yang telah selesai
dipakai dan tidak digunakan lagi dalam tahap selanjutnya
(tahap operasi) akan diangkut ke luar lokasi proyek dengan
melalui jalan darat menggunakan trailer.

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 12
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

6). Rasionalisasi Tenaga Kerja Konstruksi.


Dengan berakhirnya kegiatan konstruksi kanal dan polder
maka rasionalisasi tenaga kerja atau pemutusan hubungan
kerja (PHK) tidak dapat dihindari
Dalam kegiatan rasionalisasi tenaga kerja atau pemutusan
hubungan kerja (PHK) ini, akan mengacu pada peraturan
dan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Tahap Operasi.
1). Pengoperasian kanal dan polder
Dengan selesainya pembangunan kanal dan polder beserta
fasilitas penunjang, selanjutnya diserahkan kepada
pemerintah dan siap untuk dioperasikan/digunakan oleh
masyarakat
2). Pemeliharaan kanal dan polder
Pemeliharaan kanal meliputi perbaikan fasilitas penunjang
(bangunan dan aksesbilitas), pembersihan polder dan kanal
serta saluran drainase, serta melakukan penghijauan.
Tahap Pasca Operasi.
Bangunan kanal dan polder merupakan bagian dari sistem
drainase yang berfungsi sebagai pengendali banjir, maka
bangunan tersebut akan tetap dipertahankan dan dipergunakan
selamanya. Untuk itu tidak ada kegiatan yang akan dilakukan
pada tahap pascaoperasi.

4. Kegiatan-kegiatan lain yang berada disekitar beserta dampak-


dampak yang ditimbulkannya adalah :
 Kegiatan Transportasi, Pasar Induk dan Perhotelan.
Lokasi rencana kegiatan pembangunan kanal dan polder
berdekatan dengan kegiatan transportasi masyarakat.
Adanya aktivitas ini diprakirakan akan terjadi gangguan lalu
lintas jalan dan kenyamanan akibat mobilisasi peralatan dan
material penunjang proyek.
 Pemukiman Penduduk.
Kegiatan pemukiman penduduk yang berada disekitar
lokasi rencana kegiatan pembangunan kanal dan polder
berbatasan langsung pemukiman penduduk Desa Teluk
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
II - 13
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Lingga.
Dimana dengan adanya pemukiman penduduk yang
berada, nantinya berkemungkinan pula akan dapat
menyebabkan dampak terhadap perubahan intensitas
kebisingan dan kualitas udara ambien akibat aktivitas alat
berat dan alat angkut serta kualitas air permukaan akibat
penggalian tanah.

b. Alternatif-Alternatif Yang Akan Dikaji Dalam ANDAL.


Sehubungan rencana lokasi pembangunan dan pengoperasian
kanal dan polder, tata letak sarana dan prasarana, yang sudah
sesuai dengan yang telah direncanakan, sehingga tidak ada
alternatif lain baik itu alternatif lokasi, alternatif tata letak ataupun
alternatif proses yang akan dikaji lebih lanjut di dalam ANDAL.

2.2. LINGKUP RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL.


a. Komponen Fisik – Kimia
Komponen fisik-kimia yang diperkirakan akan memberikan dan
atau yang akan terkena dampak adalah :
1. Klimatologi
Sangatta merupakan salah satu daerah di Kalimantan Timur
yang terletak di daerah katulistiwa yang pada umumnya
memiliki kondisi iklim yang panas sepanjang tahun, lembab dan
berangin. Dengan memperhatikan peta curah hujan kabupaten
Kutai, pada bagian hilir DAS curah hujan tahunan mencapai
2000 mm dengan jumlah hari hujan rerata 75 hari/tahun.
Sedangkan pada bagian tengah dan hulu tinggi curah hujannya
berkisar antara 2000-2500 mm/tahun dengan rerata suhu
sebesar 26oC, kelembaban udara yang cukup tinggi yang
berkisar pada 86% dan kecepatan angin rerata adalah 2.8 m/s.
Dengan klasifikasi iklim Mohr (1933) yang didasarkan pada
bulan basah (curah hujan >110 mm) dan bulan kering (curah
hujan <60 mm). Tipe iklim di Sangatta termasuk dalam zona a,
yaitu jumlah bulan basah 12 bulan dan julah bulan kering 0
bulan. Selanjutnya menurut FH Schimdt dan JHA Ferguson,
yang merupakan hasil pencatatan hujan selama 8 tahun (1992-
1999), maka tipe iklimnya adalah A sangat basah (Very wet) dan
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
II - 14
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

termasuk dalam zona A, karena mempunyai nisbah bulan kering


dan bulan basah kurang dari 0.14.
Dengan kondisi iklim demikian akan sering terjadi genangan
lokal yang terjebak karena kurang memperhatikan masalah
drainase dalam banyak pembangunan jalan dan sejenisnya di
Sangatta.
Data klimatologi yang digunakan dalam perencanaan ini adalah
data yang diambil dari stasiun pengamatan yang berada di
sekitar daerah studi, yakni Stasiun Meteorologi Sangatta (DAS
Sangatta). Adapun data hujan yang digunakan adalah seri data
hujan harian tahun 2001 hingga tahun 2005.
Tabel 2.3
Data Curah Hujan Rerata Bulanan Stasiun Sangatta
Bulan Jan. Feb. Maret April Mei Juni

R (mm) 110 143 173 201 213 208

Bulan Juli Agust. Sept. Okt. Nov. Des.

R (mm) 166 126 179 193 218 268


Sumber : DED Pembangunan Kanal dan Polder (2010)

Gambar 2.4.
Curah Hujan Rerata Bulanan Sta Sangatta

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 15
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Tabel 2.4
Data iklim rata-rata Stasiun Sangatta

Sumber : DED Pembangunan Kanal dan Polder (2010)

2. Topografi dan geologi


Kondisi topografi DAS Sangatta pada bagian hilir sebagian
besar banyak didominasi oleh rawa pasang surut (tidal swamp)
dengan ketinggian antara 0-7 m.dpl dan mempunyai
kemiringan lereng antara 0-2 %. Selain itu pada segmen ini
didominasi juga dataran aluvial (alluvial plain) yang mempunyai
ketinggian berkisar antara 7-25 m.dpl dan kelerengan antara 2-
15 %.
Kemudian pada segmen tengah banyak terdapat daerah
perbukitan dan pegunungan. Ketinggian pada segmen ini di
sepanjang sungai Sangatta masih berkisar antara 7-25 m.dpl
dan 25-100 m.dpl pada bagian sisi luar DAS. Elevasi tertinggi
dan segmen ini terdapat di Gunung Murung yaitu ± 351 dpl.
Kemiringan lerengnya besar, yaitu >40 %.
Selanjutnya pada bagian hulu sebagian terdapat dataran
dengan kemiringan lereng 25-40 % dan sebagian lagi pada
bagian paling hulu/sumber dari DAS ini banyak ditemui daerah
perbukitan dengan kelerengan >40%. Ketinggian pada segmen
ini berkisar antara 25-100 m.dpl, dengan puncak tertinggi
terdapat elevasi +425 m.dpl

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 16
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Geologi DAS Sangatta dari hulu ke hilir adalah sebagai berikut:


 Daerah paling hulu tersusun oleh batuan dari Formasi Maau
(Tonin) yang terdiri dari batu lempung, batu lanau dan batu
pasir.
 Daerah tengah ke hulu didominasi batuan Formasi
Pemaluan yang terdiri sari batu lempung dengan sisipan
tipis, batu pasir, napal, dan batu bara.
 Daerah tengah ke hilir didominasi batuan Formasi
Balikpapan yang terdiri pasir (lepas), lempung, lanau, tufa,
batubara (ketebelan 20-50 cm) dan sebagian endapan
aluvial yang tersebar pada daerah sekitar lembah pengaliran
Sungai Sangatta
 Daerah hilir secara keseluruhan tertutup endapan aluvial
yang terdiri dari lempung, lanau, pasir dan kerikil yang
merupakan endapan sungai dan pantai.
Batubara merupakan batuan yang banyak ditambang di DAS ini.
Deposit batubara yang akan ditambang terdapat di Pinang
Dome, sebelah utara DAS ini. Deposit batuan ini terdapat di
antara batuan sedimen terutama batu hat dan batu pasir. Pada
beberapa tempat banyak dijumpai bahan kapur dengan spot
yang tidak begitu luas tersebar di wilayah penambangan ini.
Batuan ini berumur miocene/pleocene. Jenis mineral yang
dijumpai dan batuan sedimen ini adalah mineral liat jenis
kaolinitik, geotik, konkresi besi, dan pasir kwarsa.
2. Kualitas Udara dan Kebisingan.
Dalam kegiatan pembangunan dan pengoperasian kanal dan
polder nantinya kehadiran dampak negatif seperti terjadinya
penurunan kualitas udara berupa emisi gas SO 2, NO2, CO Pb
dan debu serta peningkatan kebisingan merupakan suatu
keadaan yang tidak dapat dihindari, karena seluruh aktifitas
kegiatan yang menggunakan alat-alat berat sangat berpotensi
menimbulkan dampak-dampak negatif tersebut diatas.
Untuk mengetahui kondisi kualitas udara ambien (khususnya
parameter gas SO2, NO2, CO, Pb serta debu) dan tingkat
kebisingan di lokasi studi, nantinya akan dilakukan pengambilan
sample dan data hasil analisanya akan ditampilkan di dokumen
ANDAL.

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 17
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

3. Hidrologi.
Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang berfungsi
sebagai penampung dan menyalurkan aliran alamiah dari suatu
DAS mulai dari bagian hulu sampai ke hilir yang akhirnya
bermuara di laut. Pola aliran sungai Sangatta mengikuti suatu
aturan jaringan satu arah dimana cabang dan anak sungai
mengalir ke sungai utama dan membentuk pola aliran
gabungan antara bentuk trellis dan dendritik. Pola semacam ini
biasanya dijumpai pada daerah dengan lapisan sedimen di
daerah pegunungan lipatan (trellis) dan daerah dengan batuan
sejenis yang penyebarannya cukup luas, disamping juga akan
ditutupi sedimen yang luas dan terletak pada suatu bidang
horisontal di daerah dataran rendah.
Pola aliran sungai berkaitan erat dengan bentuk suatu DAS.
Bentuk DAS mempunyai arti penting dalam hubungannya
dengan pola aliran, yaitu berpengaruh terhadap kecepatan
waktu kedatangan (time of arrival) aliran banjir. Dalam
menentukan bentuk DAS terlebih dahulu harus didelinasi batas
DAS-nya, sehingga akan dapat ditentukan secara jelas bentuk
DAS tersebut.
Bentuk yang lebih sesuai denga karakteristik DAS Sangatta
adalah bentuk perpaduan antara bentuk memanjang (bulu
burung) dan radial. Hal ini disebabkan antara lain karena bentuk
sungai utama memanjang dengan anak-anak sungai langsung
masuk ke sungai utama. Jadi terkesan bentuk jaringannya aliran
banjir puncak (peak flood) relatif kecil karena perjalanan banjir
(time of arrival) dari anak-anak sungai berbeda-beda waktunya.
Adapun pada segmen bagian tengah bentuk pola jaringan
sungai pada DAS Sangatta memperlihatkan aliran yang seolah-
olah terpusat pada satu titik, sehingga menggambarkan adanya
bentuk radial atau kipas. Sebagai akibat dari bentuk tersebut,
maka waktu kedatangan banjir dari segala penjuru anak sungai
akan tiba dalam waktu yang hampir bersamaan sehingga
apabila terjadi hujan yang sifatnya merata di seluruh DAS
Sangatta, maka banjir besar tidak bisa dielakkan akan terjadi
pada segmen tengah dan hilir.
Secara morfologis alur sungai dibagi menjadi tiga segmen, yaitu
bagian hulu (upstream), tengah (middle stream) dan hilir (down
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
II - 18
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

stream). Secara rinci deskripsi masing-masing segmen tersebut


akan dijelaskan pada bagian berikut ini :
 Bagian Hulu (Up stream) : pada segmen bagian hulu sungai
membentuk alur relatif lurus dengan bentuk penampang
peralihan V ke bentuk U dengan lebar sekitar 10-20 meter
dan kemiringan lereng (side slope) cukup terjal serta
stabilitasnya cukup baik, karena sepanjang alur tersebut
didominasi oleh kawasan hutan yang merupakan bagian
dari Taman Nasional Kutai (TNK) dan kawasan budidaya non
kehutanan yang dapat mencegah adanya erosi tebing.
Adapun kemiringan sungai berkisar kurang lebih 0.003,
sehigga kecepatan alirannya cukup besar bila dibandingkan
dengan bagian hilirnya. Akibatnya pada saat banjir bukan
hanya sedimen yang terangkut, tapi juga pohon-pohon dan
batang-batang kayu yang sudah tua. Dampak yang terjadi
pada bagian hilir adalah sedimentasi akibat proses
pengempangan oleh balok kayu-kayu yang hanyut tersebut.
 Bagian Tengah (middle stream) : segmen pada bagian ini
merupakan peralihan dari bagian hulu dan hilir. Kemiringan
DAS Sangatta relatif lebih kecil dibandingkan dengan
daerah hulunya. Sehingga kecepatan alirannya juga relatif
kecil juga. Bagian ini juga merupakan daerah keseimbangan
antara proses degradasi dan agradasi yang lebih dikenal
dengan proses bed alteration. Akibat dari itu semua alur
sungai membentuk belokan-belokan yang cukup tajam.
Profil panampang sungai sudah mendekati bentuk U
dengan kemiringan tebing masih cukup terjal, yaitu berkisar
antara 45-75 o serta lebar panampang berkisar 30-40 meter.
 Bagian Hilir (down stream) : bagian ini merupakan bagian
akhir dan alur sungai, dimana aliran sungai bermuara di
Selat Makasar. Dalam proses pengaliran pada bagian ini
dipengaruhi oleh pasang-surut Selat Makasar, sehingga
kecepatan alirannya sangat tergantung pada proses alami
tersebut. Disamping itu kecepatan aliran pada segmen hilir
ini sangat dipengaruhi oleh kemiringan yang sangat landai
karena akibat ketidakseimbangan antara proses degradasi
agradasi serta meandering-meandering yang sangat tajam.
Pola aliran berkelok-kelok, bahkan cenderung pula
membentuk pola alur berjalin lebih banyak ditemui juga
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
II - 19
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

pada segmen ini. Oleh karena itu dengan kondisi semacam


ini, apabila terjadi banjir memungkinkan membentuk
dataran banjir dan kadang-kadang dapat juga membentuk
tanggul alam. Lebar profil sungai dengan bentuk U berkisar
antara 50 meter sampai dengan 70 meter.
Peruntukannya Kanal Sungai kenyamukan saat ini belum
jelas/belum ditetapkan oleh pemerintah. Jika dilihat dari
penggunaannya, saat ini air kanal sekitar proyek dan Sungai
Kenyamukan digunakan oleh Masyarakat sebagai sarana
transportasi.
Namun untuk mengetahui kondisi kualitas air permukaan
sungai-sungai tersebut secara detailnya, nantinya akan
dilakukan pengambilan sample dan data hasil analisisnya akan
ditampilkan di dokumen ANDAL.
4. Ruang, Lahan dan Tanah.
Tata Ruang Wilayah dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTRK)
Kota Sangatta
Berdasarkan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi
Kalimantan Timur yang berada di Kabupaten Kutai Timur,
bahwa areal tapak/batas proyek rencana lokasi kegiatan
pembangunan kanal dan polder yang seluas  39 Ha ini
mayoritas berada pada Kawasan Budidaya
Kehutanan (KBK).
Secara spesifik RDTRK mempunyai lingkup wilayah perencanaan
kawasan perkotaan Sangatta lama (Kota eksisting yang sudah
terbangun), Sangatta baru serta kawasan baru yang akan
dikembangkan sehubungan dengan fungsinya sebagai ibukota
kabupaten. Batas wilayah Kota sangatta adalah:
 Bagian utara: Kawasan infrastruktur PT. KPC
 Bagian Barat: Sungai Sangatta
 Bagian Timur: Selat Makassar
 Bagian Selatan: Sungai Makassar
Namun demikian, Desa Sangatta Selatan dan Desa Sangkima
yang berada di sebelah selatan Sungai Sangatta juga termasuk
ke dalam kawasan perkotaan Sangatta. Diperkirakan Kota

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 20
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Sangatta yang akan dikembangkan ini mempunyai luas wilayah


4.000 ha. Saat ini Kota Sangatta Lama yang sudah berkembang
diperkirakan mempunyai luas 1.000 Ha.
Ditinjau dari aspek fisik tata ruang, ada potensi utama bagi
pengembangan kota Sangatta sebagai kawasan perkotaan,
yaitu tersedianya lahan dan posisi strategis dalam sistem Kota
Kalimantan Timur yang perkembangannya berorientasi pada
jalur Trans Kalimantan. Ketersediaan lahan yang masih dapat
dikembangkan untuk kawasan perkotaan Sangatta masih
sangat besar dan diperkirakan akan mampu menampung
kebutuhan pengembangan berbagai kegiatan perkotaan
beserta prasarananya sesuai dengan fungsi yang diembannya
sebagai Ibukota Kabupaten Kutai Timur. Lahan yang
mempunyai kesesuian untuk dikembangkan sebagai kawasan
budidya permukiman (perkotaan) ini berupa lahan yang dapat
dikonversi pengunaan lahannya yang berada di bagian barat
wilayah pengembangan kota. Di luar itu, meski ada kendala fisik
di bagian timur (belukar basah dan rawa-rawa yang dapat
direklamasi), masih dapat dikembangkan wawasan perkotaan
secara terbatas sebagai manfaat masyarakat.
Kebijakan penetapan Kota Sangatta sebagai ibukota Kabupaten
mempengaruhi struktur kota secara keseluruhan. Pola
perkembangan saat ini yang cenderung linier dan memusat
akan menimbulkan ketidak efisienan pelayanan penduduk Kota
Sangatta serta Kecamatan Sangatta secara keseluruhan. Selain
itu pola perkembangan ke arah utara dan selatan menghadapi
berbagai kendala secara fisik. Bagian utara kota merupakan
daerah pertambangan batu bara yang dikelola oleh PT KPC,
sedangkan di bagian selatan merupakan kawasan preservasi
(hutan lindung dan taman nasional Kutai). Oleh karena itu,
perkembangan kemudian diarahkan ke bagian timur yang
relatif belum terbangun.
Kawasan yang pengembangannya diprioritaskan, yakni Pusat
pemerintahan dan Bisnis. Dalam konteks pengembangan Kota
Sangatta, kawasan prioritas ini merupakan kawasan baru yang
lokasinya berada di Sebelah utara, berbatasan langsung dengan
kawasan infrastrukutur PT KPC.
Secara keseluruhan, luas kotor kawasan prioritas yang akan

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 21
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

dikembangkan adalah 600 Ha untuk pusat pemerintahan serta


1500 Ha untuk kawasan bisnis, perumahan serta sarana
perkotaan lainnya yang memanjang mulai dari jalan di utara
Teluk Lingga (sebelah barat) sampai pusat pemerintahan di
sebelah timur.
Selain itu, ditinjau dari aspek fisik dasar, terdapat beberapa
kendala pengembangan kota sebagai berikut:
 Kawasan dataran rawa bakau/mangrove dan dataran berawa
(di sebelah timur) merupakan bidang limpah banjir. Kawasan
pesisir/teluk juga termasuk kawasan rawan bencana alam
tsunami, sehingga keberadaan rawa bakau sebaiknya
dipertahankan sebagai peredam tsunami
 Kawasan dataran berawa kemungkinan akan menghadapi
kondisi pondasi yang buruk
 Kawasan perbukitan rawan gerakan tanah pada bukit yang
memiliki lapisan batu lempung yang dapat menjadi bidang
gelincir apabila basah
Adanya gejala fisik dasar ini menyebabkan pengembangan
kawasan di bagian timur seyogyanya dilakukan secara
terbatas mengingat karakteristiknya sebagai kawasan
manfaat bersyarat.
Tata Guna Lahan
Tata guna lahan (land use) di daerah studi banyak didominasi
hutan lebat pada bagian hulu, kemudian terdapat semak alang-
alang, sawah, kebun campuran, dan pemukiman serta areal
pertambangan batu bara pada bagian tengah dan hilirnya.
Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah DAS Sangatta terbagi
menjadi tiga komponen pokok, yaitu kawasan lindung dan
kawasan non budi daya pada bagia hilir dan tengah, serta
kawasan hutan untuk bagian hulu.
Jenis penggunaan lahan yang menjadi perhatian utama
berkaitan dalam studi ini adalah areal pertambangan yang
dikelola beberapa pemegang ijin usaha, antara lain (Data Pokok
Pembangunan daerah Kutai, 1997):
1. Minyak dan Gas Bumi Unocal : SalimGroup, OED IV Mobil Oil

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 22
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

2. Batu bara : PT. Kaltim Prima Coal, PT. Indemeco Sarana


Mandiri
Adapun penggunaan lahan untuk lahan pertanian, sejauh
pengamatan konsultan belum ada yang dikelola secara teknis
dan semi teknis.
Jenis Tanah.
Apabila ditinjau dari sebaran jenis tanah daerah studi banyak
terdapat jenis tanah podsolik merah kuning dan bahan induk
batuan beku dan endapan pada bagian hilir dan tengah.
Adapun bagian hulunya didominasi oleh jenis tanah podsolik
merah kuning latosol dan litosol dan bahan induk batuan beku
endapan dan metamorf

b. Komponen Biologi.

1. Vegetasi/Flora Darat.
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan informasi dari
masyarakat, bahwa kondisi vegetasi di lokasi studi masih di
dominansi oleh jenis vegetasi berupa Semak, Semak Belukar
Rawa, dan Rawa-Rawa.
Perubahan vegetasi secara alami sebagai akibat alam maupun
aktifitas manusia seperti perladangan dan kebakaran
menyebabkan perubahan komposisi jenis baik secara drastis
maupun perlahan-lahan, dengan terbukanya lahan
menyebabkan tumbuhnya beberapa jenis yang bersifat pionir
dan vegetasi sekunder.
Kehadiran atau munculnya jenis tumbuhan dalam suatu areal
ditentukan oleh habitat yang merupakan tempat tumbuh suatu
individu atau jenis dan adaptasi jenis mana yang mampu hidup
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan setempat
ditambah adanya kesempatan suatu jenis untuk
mengembangkan diri dalam suatu areal serta masyarakat
tumbuhan yang berada disekitarnya.
Jenis vegetasi di lokasi kegiatan pembangunan dan
pengoperasian kanal dan polder antara lain adalah didominasi
belukar rawa seperti jenis paku-pakuan, alang-alang, predang,
putri malu, liana. Dari pengamatan vegetasi yang dilakukan, di
wilayah studi tidak ditemukannya jenis pohon dari jenis yang

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 23
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

langka dan dilindungi.

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 24
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

2. Satwa/Fauna Darat.
Bedasarkan informasi dari pihak perusahaan dan informasi dari
masyarakat mengenai jenis satwa liar yang terdapat di lokasi
studi yang telah mereka temui dalam satu tahun terakhir.
Dari informasi tersebut diperoleh gambaran bahwa di wilayah
studi umumnya banyak terdapat kelompok burung (aves),
insekta, mamalia dan reptilia.

3. Nekton/Ikan.
Berdasarkan informasi masyarakat, bahwa biota perairan
(nekton/ikan) yang terdapat di badan perairan (kanal dan
Sungai kenyamukan) di sekitar lokasi studi adalah jenis-jenis
ikan lokal, seperti gabus, lancang, sepat dan lain-lain. Jika dilihat
dari jenis-jenis biota perairan (nekton/ikan) yang terdapat di
disekitar lokasi studi, tidak ditemukan adanya jenis nekton/ikan
dari jenis yang langka dan dilindungi maupun jenis yang benilai
ekonomis penting (dibudidayakan masyarakat.

c. Komponen Sosial.
Penduduk merupakan salah satu elemen penting dari suatu
wilayah, yang memberikan ciri kehidupannya. Dengan segala
kegiatannya, penduduk menentukan dinamika kehidupan suatu
wilayah. Karakteristik kependudukan yang akan ditinjau berkaitan
dengan besaran dan pertumbuhannya, serta kepadatan dan
persebarannya.
Kecamatan Sangatta merupakan kecamatan dengan jumlah
penduduk terbesar di Kabupaten Kutai Timur. Pertumbuhan
penduduk Kecamatan Sangatta selain disebabkan oleh
pertumbuhan alami juga disebabkan besarnya arus migrasi masuk.
Hal ini disebabkan lokasi Kecamatan Sangatta yang strategis dan
merupakan pusat kegiatan sosial ekonomi di Kabupaten Kutai
Timur, serta potensi SDA yang besar. Dalam kurun waktu 7 tahun
(1990-1997), penduduk Kecamatan Sangatta meningkat hampir 2
kali lipat, dengan laju pertumbuhan rata-rata tiap tahun mencapai
19.45 %. Pada periode tahun 1997-1999, atau dalam rentang 2
tahun, laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Sangatta sebesar
47.08% atau mengalami pertumbuhan sebesar 23.54%
pertahunnya.

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 25
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

UPT Tepian Langsat merupakan desa yang mengalami


pertumbuhan tertinggi selama periode 1997-1999. laju
pertumbuhan penduduk di desa ini mencapai 163% atau rata-rata
81.5 % pertahunnya, hampir 4 kali lipat pertumbuhan rata-rata
penduduk Kecamatan Sangatta secara keseluruhan. Pada tahun
1997, UPT Tepian langsat merupakan desa dengan jumlah
penduduk telah melampaui desa-desa Pulung sari, Margo Mulyo
dan UPT Rantau Pulung VI.
Desa-desa lain yang memiliki pertumbuhan penduduk lebih dari
10% adalah Desa Mukti Jaya dan Desa Rantau Makmur. Desa Mukti
Jaya mempunyai laju pertumbuhan sebesar 29.67 % selama
periode 1997-1999 dengan laju pertumbuhan sebesar 14.83 %
pertahun. Desa Rantau Makmur memiliki laju pertumbuhan sebesar
14.99 % selama periode 1997-1999 dengan laju pertumbuhan rata-
rata sebesar 7.5 % pertahun. Desa-desa lainnya di Kecamatan
Sangatta umumnya memiliki pertumbuhan sebesar 1% sampai
dengan 3 % selama periode 1997-1999.
Desa sangatta Utara merupakan desa yang memiliki jumlah
penduduk terbanyak. Desa ini merupakan desa satu-satunya di
Kecamatan sangatta yang memiliki jumlah penduduk di atas 10.000
jiwa. Walaupun demikian, laju pertumbuhan penduduk relatif
rendah. Pada periode 1990-1997, laju pertumbuhan desa ini
mencapai 1.8 % atau hanya sebesar 0.25 % per tahun. Pada periode
1997-1999, laju pertumbuhannya menacapai 2.52 % atau rata-rata
sebesar 1.26 % pertahun.
Kepadatan penduduk kecamatan Sangatta selama periode 1997-
1999 secara umum tidak mengalami banyak perubahan. Kepadatan
penduduk di Kecamatan Sangatta secara keseluruhan adalah 9.98
jiwa per km2. Walaupun memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi,
secara umum kepadatan penduduk di Kecamatan Sangatta sangat
tidak merata. Beberapa desa memiliki kepadatan jauh di atas rata-
rata kepadatan penduduk kecamatan.
Jumlah penduduk sebesar 56.686 jiwa tahun 1999 terbagi ke dalam
12 desa setelah pemekaran Kabupaten Kutai. UPT Rantau Pulung
VI merupakan desa yang paling sedikit dihuni. Sementara Desa
Sangatta Utara merupakan desa yang paling banyak dihuni
penduduk pada tahun 1999. Namun, apabila dilihat dari tingkat
konsentrasi penduduk, desa Rantau Makmur merupakan desa yang

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 26
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

memiliki kepadatan penduduk tertinggi. Desa ini dihuni oleh rata-


rata 78,27 jiwa per km2nya. Kepadatan penduduk terendah
terdapat di Desa Teluk Pandan, yaitu sebesar 4,52 jiwa per km.

2.3. PELINGKUPAN.

a. Proses Pelingkupan.
Pelingkupan (scoping) merupakan suatu proses awal untuk
menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak
penting hipotesis yang terkait dengan rencana kegiatan.
Proses pelingkupan diawali dengan melakukan identifikasi dampak
potensial dengan dimaksudkan untuk mengidentifikasikan segenap
dampak lingkungan hidup yang secara potensial akan timbul
sebagai akibat dari rencana kegiatan Pembangunan kanal dan
polder.
Proses pelingkupan selanjutnya adalah melakukan evaluasi dampak
potensial dengan tujuan untuk menghilangkan/meniadakan
dampak-dampak potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak
penting, sehingga diperoleh daftar dampak penting hipotetik yang
dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah secara mendalam
dalam studi ANDAL.
Sebagai langkah akhir dari proses pelingkupan adalah penentuan
klasifikasi dan prioritas terhadap dampak penting hipotetik yang
bertujuan untuk mengelompokan/mengorganisir dampak penting
yang telah dirumuskan dari tahap sebelumnya.
Secara rinci proses pelingkupan (scoping) yang dilakukan adalah
terdiri dari :
1. Identifikasi Dampak Potensial.
Pada tahapan ini tujuan dari identifikasi dampak potensial
adalah untuk mengidentifikasi atau menginventarisasi segenap
dampak lingkungan hidup baik itu dampak positif maupun
negatif, dampak primer maupun lanjutan (sekunder, tersier, dst)
tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak, atau penting
tidaknya dampak yang secara potensial sudah dan akan timbul
sebagai akibat dari rencana kegiatan pembangunan kanal dan
polder.

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 27
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Identifikasi dampak potensial ini dilakukan untuk melihat


hubungan sebab akibat (causative effect) antara lingkup
rencana usaha dan/atau kegiatan seperti yang diuraikan pada
bagian 2.1. dengan lingkup rona lingkungan hidup awal yang
sudah dan akan terkena dampak seperti yang diuraikan pada
bagian 2.2.. Metode yang digunakan dalam identifikasi
dampak potensial ini, adalah dengan menggunakan matriks
interaksi sederhana, studi literatur atau telaahan pustaka dan
hasil pengamatan/peninjauan lapangan. Secara rinci hasil
identifikasi dampak potensial tersebut adalah sebagai berikut :
Tahap Pra Konstruksi.
1. Pengukuran dan pematokan
Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan data lapangan
atau lokasi rencana kanal dan polder meliputi Penetapan
route kanal dan lokasi polder, pengukuran detail dan survey
geoteknik yang mencakup investigasi tanah merupakan
kegiatan pemetaan penyebaran tanah atau batuan dasar.
Dampak potensial yang diprakirakan dari kegiatan ini adalah
dampak langsung/primer berupa persepsi dan sikap
masyarakat dengan indikator ada atau tidaknya friksi/konflik
di masyarakat terhadap aktivitas ini.
2. Pembebasan lahan
Dampak potensial yang diprakirakan timbul dari kegiatan
pembebasan lahan untuk kegiatan pembangunan kanal dan
polder adalah dampak langsung/primer berupa persepsi
dan sikap masyarakat berupa konflik sosial dengan indikator
ada atau tidaknya friksi/konflik di masyarakat terhadap
aktivitas ini..

Tahap Konstruksi.
1. Penerimaan tenaga kerja konstruksi
Dampak potensial yang diprakirakan timbul dari kegiatan
penerimaan tenaga kerja untuk konstruksi, adalah :
 Dampak primer/langsung berupa Terbukanya
kesempatan kerja.
 Peningkatan pendapatan pekerja (sebagai dampak
lanjutan/sekunder dari dampak terbukanya kesempatan
kerja)

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 28
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

 Terbukanya kesempatan berusaha (sebagai dampak


lanjutan/tersier dari dampak peningkatan pendapatan
karyawan).
 Peningkatan pendapatan masyarakat (sebagai dampak
lanjutan/kuarter dari dampak terbukanya kesempatan
berusaha).
 Dampak primer/langsung berupa timbulnya persepsi dan
sikap negatif berupa konflik sosial seperti terjadinya
demo-demo oleh masyarakat yang tidak diterima
bekerja di perusahaan.
2. Mobilisasi peralatan konstruksi dan material
Dampak potensial yang diprakirakan timbul dari kegiatan
mobilisasi peralatan konstruksi dan mobilisasi material adalah :
 Dampak primer/langsung berupa terjadinya gangguan lalu
lintas jalan.
 Terjadinya persepsi dan sikap negatif berupa konflik sosial
(sebagai dampak lanjutan/sekunder dari dampak terjadinya
gangguan lalu lintas jalan).
3. Pembersihan lahan
Dampak potensial yang diprakirakan timbul dari kegiatan
pembersihan lahan adalah :
 Dampak primer/langsung berupa hilangnya vegetasi (flora
darat) penutup tanah.
 Perubahan iklim mikro (sebagai dampak lanjutan/sekunder
dari dampak hilangnya vegetasi/flora darat penutup tanah).
 Terjadinya migrasi satwa/fauna darat (sebagai dampak
lanjutan/sekunder dari dampak hilangnya vegetasi/flora
darat penutup tanah).
 Dampak primer/langsung berupa Peningkatan erosi tanah.
4. Pembuatan/konstruksi kanal, polder dan emplasement
Dampak potensial yang diprakirakan timbul dari kegiatan
konstruksi kanal, polder dan emplasement dengan
menggunakan alat-alat berat adalah :
 Dampak primer/langsung berupa
perubahan kualitas udara ambien berupa peningkatan debu.
 Dampak primer/langsung berupa
peningkatan intensitas kebisingan.
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
II - 29
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

 Dampak primer/langsung berupa emisi gas


berupa ketebalan asap/opasitas dari gas buang alat-alat
berat.
 Dampak primer/langsung berupa laju debit
aliran permukan akibat timbunan tanah di sekitar kanal dan
polder
 Erosi tanah sebagai dampak
lanjutan/sekunder akibat pengalian dan penimbunan tanah
disekitar polder dan kanal.
 Dampak lanjutan/tersier berupa penurunan
kualitas air permukaan akibat adanya erosi tanah yang
masuk ke badan perairan
 Gangguan keselamatan dan kesehatan
kerja (sebagai dampak primer/langsung dari beroperasinya
alat-alat berat.
 Terganggunya kehidupan biota perairan
(sebagai dampak lanjutan/kuarter
5. Demobilisasi peralatan konstruksi.
Dampak potensial yang diprakirakan timbul dari kegiatan
demobilisasi peralatan konstruksi yang melewati jalan umum
adalah :
 Dampak primer/langsung berupa terjadinya gangguan lalu
lintas jalan.
 Terjadinya persepsi dan sikap negatif berupa konflik sosial
yakni demo-demo oleh masyarakat (sebagai dampak
lanjutan/sekunder dari dampak terjadinya gangguan lalu
lintas jalan).
6. Rasionalisasi tenaga kerja konstruksi.
Dampak potensial yang diprakirakan timbul dari kegiatan
rasionalisasi tenaga kerja konstruksi adalah dampak
primer/langsung berupa konflik sosial seperti terjadinya demo-
demo oleh karyawan yang terkena PHK akibat ketidakpuasan
besarnya nilai uang pesangon yang diberikan oleh kontraktor.

Tahap Operasi.
1. Pengoperasian kanal, polder dan emplasement

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 30
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Dampak potensial yang diprakirakan timbul dari kegiatan


operasional kanal dan polder, adalah :
 Dampak primer/langsung berupa laju debit aliran
permukaan.
 Dampak primer/langsung berupa perubahan pola aliran
permukaan
 Dampak primer/langsung berupa terbukanya kesempatan
usaha akibat aspek pariwisata pada area emplasement.
 Peningkatan pendapatan masyarakat (sebagai dampak
lanjutan/sekunder dari dampak terbukanya kesempatan
usaha)
2. Pemeliharaan kanal, polder dan emplesement
Dampak potensial yang diprakirakan timbul dari kegiatan
pemeliharaan kanal dan polder, adalah :
 Dampak primer/langsung berupa
terbukanya kesempatan kerja.
 Peningkatan pendapatan pekerja (sebagai
dampak lanjutan/sekunder dari dampak terbukanya
kesempatan kerja)
 Dampak primer/langsung berupa
terpeliharanya pola aliran kanal dan polder.

Tahap Pasca Operasi.


Kegiatan pada tahap pasca operasi tidak ada yang dilakukan
karena bangunan kanal dan polder merupakan bagian dari sistem
drainase yang berfungsi sebagai pengendali banjir, maka
bangunan tersebut akan tetap dipertahankan dan dipergunakan
selamanya

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 31
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Tabel 2.5.
Matriks Identifikasi Dampak Potensial
Tahapan Kegiatan
Komponen Lingkungan Pra Pasca
Konstruksi Operasi Keterangan
(Dampak Lingkungan) Konstruksi Operasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Iklim Mikro -P
2. Emisi Gas -P + = Dampak Positif
3. Debu. -P  = Dampak Negatif
4. Kebisingan. -P P = Dampak Primer/Langsung
5. Debit Aliran Permukaan -P S = Dampak Lanjutan/Sekunder
6. Erosi Tanah. -L T = Dampak Lanjutan/Tersier
7. Kualitas Air Permukaan. -S
8. Pola Aliran Permukaan +P
9. Flora (Vegetasi). ±P +P
10. Fauna Darat. -L
11. Biota Perairan -T
12. Kesempatan Kerja +P +P
13. Pendapatan Pekerja/Karyawan. +L +L
14. Kesempatan Berusaha +T +P
15. Pendapatan Masyarakat +K +L
16. Sikap dan Persepsi Positif +P
17. Konflik Sosial -P -P -L -L -P
18. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). -P
19. Gangguan Lalu Lintas Jalan -P -P
Komponen-Komponen Kegiatan Pembangunan Kanal dan Polder yaitu :
(1) Pengukuran dan pematokan (6) Pembuatan/konstruksi kanal, polder & emplasement
(2) Pembebasan lahan (7) Demobilisasi peralatan konstruksi
(3) Penerimaan tenaga kerja konstruksi (8) Rasionalisasi tenaga konstruksi
(4) Mobilisasi peralatan dan material (9) Pengoperasian kanal dan polder
(5) Pembersihan lahan (10) Pemeliharaan kanal, polder dan emplasement

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR II - 32


AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

2. Evaluasi Dampak Potensial.


Evaluasi dampak potensial merupakan tahapan lanjutan dari
identifikasi dampak potensial di dalam proses pelingkupan
(scoping).
Evaluasi dampak potensial dilakukan dengan tujuan untuk
menghilangkan/meniadakan dampak potensial yang dianggap
tidak relevan atau tidak penting, sehingga diperoleh daftar dampak
penting hipotetik yang dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah
secara mendalam dalam studi ANDAL.
Metode yang digunakan untuk melakukan evaluasi dampak
potensial ini adalah interaksi kelompok dalam Tim Studi ANDAL
dengan mempertimbangkan hasil konsultasi dan diskusi dengan
pakar, instansi yang bertanggung jawab serta masyarakat yang
berkepentingan serta dengan memperhatikan Keputusan Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-056 Tahun
1994 Tentang Pedoman Umum Mengenai Ukuran Dampak Penting.
Proses evaluasi dampak potensial yang dilakukan meliputi evaluasi
dampak yang terjadi pada :
Tahap Pra Konstruksi.
1. Pengukuran dan pematokan
Dampak potensial yang merupakan dampak penting hipotetik
yang diprakirakan timbul dari kegiatan ini adalah dampak
primer/langsung berupa persepsi dan sikap masyarakat baik
positif maupun negatif, ini dijadikan dasar penentuan dampak
penting hipotetik dengan mengacu pada Keputusan Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-056
Tahun 1994 Tentang Pedoman Umum Mengenai Ukuran
Dampak Penting, dikatagorikan termasuk dalam kriteria penting
ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak karena pada
saat pelaksanaan pengukuran dan pematokan, mayoritas wakil
masyarakat dari Desa Teluk Lingga mempunyai sikap dan
persepsi positif maupun negatif masyarakat bila menyepakati
atau tidak sepakat atas lokasi kanal dan polder tersebut..
2. Pembebasan Lahan.
Dampak potensial yang merupakan dampak penting hipotetik
yang diprakirakan timbul dari kegiatan ini adalah berupa
persepsi dan sikap masyarakat berupa konflik sosial dengan
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR II -
33
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

indikator ada atau tidaknya friksi/konflik di masyarakat akibat


kegiatan pembebasan lahan ini dijadikan dasar penentuan
dampak penting hipotetik dengan mengacu pada Keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-
056 Tahun 1994 Tentang Pedoman Umum Mengenai Ukuran
Dampak Penting, dikatagorikan termasuk dalam kriteria penting
ditinjau dari intensitas dampak yang dapat menimbulkan
kontroversi dengan masyarakat yang apabila dalam
pelaksanaan kegiatan pembebasan lahannya tidak
menimbulkan kata sepakat yang pada akhirnya akan dapat
menghambat kegiatan perusahaan nantinya.

Tahap Konstruksi.
1. Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi.
Dampak potensial yang merupakan dampak penting hipotetik
yang diprakirakan timbul dari kegiatan penerimaan tenaga kerja
untuk konstruksi kanal dan polder beserta fasilitas penunjang,
adalah berupa :
 Dampak primer/langsung berupa terbukanya kesempatan
kerja (berkurangnya angka/tingkat pengangguran), hal ini
dijadikan dasar penentuan dampak penting hipotetik
dengan mengacu pada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-056 Tahun
1994 Tentang Pedoman Umum Mengenai Ukuran Dampak
Penting, dikatagorikan termasuk dalam kriteria penting
ditinjau dari intensitas dampak karena apabila dalam
kegiatan penerimaan tenaga kerjanya tidak memperhatikan
tenaga kerja lokal maka diprakirakan dapat menimbulkan
konflik dengan masyarakat, dan ditinjau dari banyaknya
komponen lingkungan hidup yang lain yang terkena
dampak karena dapat menimbulkan dampak lanjutan
terhadap peningkatan pendapatan karyawan.
 Peningkatan pendapatan pekerja (sebagai dampak
lanjutan/sekunder dari dampak terbukanya kesempatan
kerja), hal ini dijadikan dasar penentuan dampak penting
hipotetik dengan mengacu pada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-056 Tahun
1994 Tentang Pedoman Umum Mengenai Ukuran Dampak
Penting, dikatagorikan termasuk dalam kriteria penting

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR II -


34
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

ditinjau dari intensitas dampak karena upah/gaji yang


diberikan oleh kontraktor pelaksana berdasarkan
pertimbangan ilmiah telah melampaui kriteria yang berlaku
yaitu berada di atas UMR Kabupaten Kutai Timur, dan
ditinjau dari banyaknya komponen lingkungan lain yang
terkena dampak karena dapat menimbulkan dampak
lanjutan terhadap terbukanya kesempatan berusaha.
 Terbukanya kesempatan berusaha (sebagai dampak
lanjutan/tersier dari dampak peningkatan pendapatan
karyawan), hal ini dijadikan dasar penentuan dampak
penting hipotetik dengan mengacu pada Keputusan Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-056
Tahun 1994 Tentang Pedoman Umum Mengenai Ukuran
Dampak Penting, dikatagorikan termasuk dalam kriteria
penting ditinjau dari banyaknya komponen lingkungan lain
yang terkena dampak karena dapat menimbulkan dampak
lanjutan terhadap pendapatan masyarakat, dan ditinjau dari
tidak berbaliknya dampak karena bersifat tidak berbalik atau
usaha-usaha tersebut akan terus ada.
 Peningkatan pendapatan masyarakat (sebagai dampak
lanjutan/kuarter dari dampak terbukanya kesempatan
berusaha), hal ini dijadikan dasar penentuan dampak
penting hipotetik dengan mengacu pada Keputusan Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-056
Tahun 1994 Tentang Pedoman Umum Mengenai Ukuran
Dampak Penting, dikatagorikan termasuk dalam kriteria
penting ditinjau dari intensitas dampak karena pendapatan
yang didapatkan dari berusaha diprakirakan berdasarkan
pertimbangan ilmiah telah melampaui kriteria yang berlaku
(UMP), dan ditinjau dari sifat kumulatif dampak karena
bersifat kumulatif.
 Dampak primer/langsung berupa timbulnya persepsi dan
sikap negatif berupa konflik sosial seperti terjadinya demo-
demo oleh masyarakat yang tidak diterima bekerja di lokasi
proyek, hal ini dijadikan dasar penentuan dampak penting
hipotetik dengan mengacu pada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-056 Tahun
1994 Tentang Pedoman Umum Mengenai Ukuran Dampak
Penting, dikatagorikan termasuk dalam kriteria penting

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR II -


35
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

ditinjau dari intensitas dampak karena apabila dalam


pelaksanaan kegiatan penerimaan tenaga kerja yang tidak
transaparan dan tidak memperhatikan tenaga kerja
lokal/penduduk setempat maka bisa berakibat timbulnya
konflik di masyarakat yang pada akhirnya dapat
menghambat aktifitas proyek.
3. Mobilisasi Peralatan Konstruksi dan Material.
Dampak potensial yang merupakan dampak penting
hipotetik yang diprakirakan timbul dari kegiatan mobilisasi
peralatan konstruksi dan mobilisasi material yang melewati
jalan yang ada adalah berupa :
 Dampak primer/langsung berupa terjadinya gangguan
lalu lintas jalan, hal ini dijadikan dasar penentuan
dampak penting hipotetik dengan mengacu pada
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Nomor : Kep-056 Tahun 1994 Tentang
Pedoman Umum Mengenai Ukuran Dampak Penting,
dikatagorikan termasuk dalam kriteria penting ditinjau
dari jumlah manusia yang akan terkena dampak karena
jalur jalan yang ada tersebut digunakan masyarakat
sebagai sarana transportasi masyarakat, dan ditinjau dari
tidak berbaliknya dampak karena gangguan lalu lintas
jalan yang terjadi bersifat tidak berbalik/permanen
seperti kematian bagi pengguna lalu lintas sungai
tersebut.
 Terjadinya persepsi dan sikap negatif berupa konflik
sosial (sebagai dampak lanjutan/sekunder dari dampak
terjadinya gangguan lalu lintas jalan), hal ini dijadikan
dasar penentuan dampak penting hipotetik dengan
mengacu pada Keputusan Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Nomor : Kep-056 Tahun 1994
Tentang Pedoman Umum Mengenai Ukuran Dampak
Penting, dikatagorikan termasuk dalam kriteria penting
ditinjau dari intensitas dampak karena apabila dalam
pelaksanaan kegiatan mobilisasi peralatan dan
materialnya menyebabkan terjadinya gangguan lalu
lintas jalan bagi pengguna jalur transportasi jalan, maka
akan dapat menimbulkan konflik/kontroversi.
4.Pembersihan Lahan.
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR II -
36
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Dampak potensial yang merupakan dampak penting


hipotetik yang diprakirakan timbul dari kegiatan
pembersihan lahan untuk kanal seluas 13 ha dan polder
seluas 26 ha adalah :
 Dampak primer/langsung berupa hilangnya vegetasi
(flora darat) penutup tanah, karena memang lokasi
yang terkena aktifitas kegiatan harus dibuka dan
selain itu pula dengan mengacu pada Keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor : Kep-056 Tahun 1994 Tentang Pedoman
Umum Mengenai Ukuran Dampak Penting,
dikatagorikan termasuk dalam kriteria penting
ditinjau dari banyaknya komponen lingkungan lain
yang terkena dampak karena dapat menimbulkan
dampak lanjutan terhadap erosi tanah dan
terganggunya habitat satwa/fauna darat, dan ditinjau
dari sifat kumulatif dampak maka hilangnya vegetasi
(flora darat) penutup tanah dapat bersifat kumulatif.
 Dampak primer/langsung berupa peningkatan erosi
tanah, hal ini dijadikan dasar penentuan dampak
penting hipotetik dengan mengacu pada Keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor : Kep-056 Tahun 1994 Tentang Pedoman
Umum Mengenai Ukuran Dampak Penting,
dikatagorikan termasuk dalam kriteria penting
ditinjau dari intensitas dampak karena erosi yang
terjadi berdasarkan pertimbangan ilmiah erosi dapat
melampaui kriteria yang telah ditentukan yaitu
sampai ke tingkat yang berat hingga sangat berat,
dan ditinjau dari banyaknya komponen lingkungan
lain yang terkena dampak karena dapat menimbulkan
dampak lanjutan terhadap penurunan kualitas air
permukaan.
Dampak potensial yang tidak dikaji lebih lanjut (di
eliminasi) dan bukan merupakan dampak penting
hipotetik adalah :
 Perubahan iklim mikro (sebagai dampak
lanjutan/sekunder dari dampak hilangnya
vegetasi/flora darat penutup tanah), dengan

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR II -


37
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

mengacu pada Keputusan Kepala Badan


Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-056
Tahun 1994 Tentang Pedoman Umum Mengenai
Ukuran Dampak Penting, dikatagorikan termasuk
dalam kriteria tidak penting ditinjau dari intensitas
dampak karena perubahan iklim mikro (khususnya
suhu udara) yang terjadi relatif cukup kecil (berkisar
antara 1 - 2 oC saja),
 Terjadinya migrasi satwa/fauna darat (sebagai
dampak lanjutan/sekunder dari dampak hilangnya
vegetasi/flora darat penutup tanah), dengan
mengacu pada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-056
Tahun 1994 Tentang Pedoman Umum Mengenai
Ukuran Dampak Penting, dikatagorikan termasuk
dalam kriteria tidak penting ditinjau dari intensitas
dampak karena dilokasi studi ada ditemukannya jenis
satwa/fauna darat yang langka dan dilindungi.
5.Pembuatan/Konstruksi kanal, polder dan Emplasement.
Dampak potensial yang merupakan dampak penting
hipotetik yang diprakirakan timbul dari kegiatan
pembuatan/konstruksi kanal, polder dan emplasement
dengan menggunakan alat-alat berat adalah :
 Dampak primer/langsung berupa penurunan kualitas
udara ambien berupa emisi gas yakni ketebalan
asap/opasitas dari gas buang dari alat-alat berat,
dengan mengacu pada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-056
Tahun 1994 Tentang Pedoman Umum Mengenai
Ukuran Dampak Penting, dikatagorikan termasuk
dalam kriteria penting ditinjau dari intensitas dampak
karena emisi gas buang yang dihasilkan oleh
penggunaan BBM oleh alat-alat berat tersebut
diprakirakan dapat melebihi baku mutu emisi gas
buang kendaraan.
 Dampak primer/langsung berupa penurunan kualitas
udara ambien berupa peningkatan debu di udara
ambien, dengan mengacu pada Keputusan Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor :
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR II -
38
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Kep-056 Tahun 1994 Tentang Pedoman Umum


Mengenai Ukuran Dampak Penting, dikatagorikan
termasuk dalam kriteria penting karena jika ditinjau
dari intensitas dampak debu yang ditimbulkan dalam
pembuatan kanal dan polder dapat melebihi ambang
batas/baku mutu yang telah ditetapkan, dan ditinjau
dari banyaknya komponen lingkungan lain yang
terkena dampak karena menimbulkan dampak
lanjutan yaitu gangguan kesehatan dan keselamatan
kerja (K3).
 Dampak primer/langsung berupa peningkatan
kebisingan (akibat operasional alat-alat berat), hal ini
dijadikan dasar penentuan dampak penting hipotetik
dengan mengacu pada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-056
Tahun 1994 Tentang Pedoman Umum Mengenai
Ukuran Dampak Penting, dikatagorikan termasuk
dalam kriteria penting karena walapun peningkatan
kebisingan ini adalah hal yang wajar karena akibat
operasional alat-alat berat tersebut namun jika
ditinjau dari intensitas dampak karena kebisingan
yang ditimbulkan akibat operasional alat-alat berat di
lokasi proyek dapat melebihi ambang batas/baku
mutu yang telah ditetapkan, dan ditinjau dari
banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena
dampak karena dapat menimbulkan dampak lanjutan
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
 Erosi tanah (sebagai dampak lanjutan/tersier dari
dampak peningkatan debit aliran permukaan). Dasar
penentuan dampak penting hipotetik mengacu pada
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Nomor : Kep-056 Tahun 1994 Tentang
Pedoman Umum Mengenai Ukuran Dampak Penting,
termasuk dalam kriteria penting ditinjau dari
intensitas dampak karena erosi yang terjadi
berdasarkan pertimbangan ilmiah erosi dapat
melampaui kriteria yang telah ditentukan, dan
ditinjau dari banyaknya komponen lingkungan lain
yang terkena dampak karena dapat menimbulkan

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR II -


39
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

dampak lanjutan terhadap penurunan kualitas air


permukaan.
 Penurunan kualitas air permukaan (sebagai dampak
lanjutan/tersier dari dampak dampak erosi tanah).
Dasar penentuan dampak penting hipotetik mengacu
pada Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Nomor : Kep-056 Tahun 1994 Tentang
Pedoman Umum Mengenai Ukuran Dampak Penting,
termasuk dalam kriteria penting ditinjau dari
intensitas dampak karena dengan adanya
peningkatan erosi tanah yang membawa material
tanah yang apabila masuk ke badan perairan
diprakirakan akan menyebabkan terjadinya
perubahan kualitas air permukaan di badan perairan
tersebut yang di prakirakan akan melampaui baku
mutu lingkungan, dan ditinjau dari banyaknya
komponen lingkungan lain yang terkena dampak
karena dapat menimbulkan dampak lanjutan
terhadap biota perairan
 Gangguan keselamatan dan kesehatan kerja (sebagai
dampak primer/langsung dari beroperasinya alat-alat
berat), hal ini dijadikan dasar penentuan dampak
penting hipotetik dengan mengacu pada Keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor : Kep-056 Tahun 1994 Tentang Pedoman
Umum Mengenai Ukuran Dampak Penting,
dikatagorikan termasuk dalam kriteria penting
ditinjau dari berbaliknya dampak karena tidak
berbalik atau dengan kata lain dengan adanya
kegiatan yang menggunakan alat-alat berat yang
apabila tidak berhati-hati dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan
kematian bagi pekerja.
Dampak potensial yang tidak dikaji lebih lanjut (di
eliminasi) dan bukan merupakan dampak penting
hipotetik adalah :
 Penurunan kualitas udara ambient sebagai dampak
lanjutan/sekunder dari kandungan gas di udara
ambien berupa NO, CO dan SO2 dari gas buang dari

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR II -


40
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

alat-alat berat, karena dengan mengacu pada


Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Nomor : Kep-056 Tahun 1994 Tentang
Pedoman Umum Mengenai Ukuran Dampak Penting,
dikatagorikan termasuk dalam kriteria tidak penting
ditinjau dari intensitas dampak karena pada
umumnya gas buang yang dihasilkan oleh
penggunaan BBM oleh alat-alat berat jika
dibandingkan dengan luas wilayah yang terkena
dampak (sepanjang jalan angkut) umumnya masih
berada di bawah baku mutu lingkungan udara
ambien, dan di tinjau dari dari berbaliknya dampak
karena dapat berbalik.
 Dampak lanjutan/sekunder berupa peningkatan debit
aliran permukaan, karena disebabkan oleh faktor
alam (hujan) dan dengan mengacu pada Keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor : Kep-056 Tahun 1994 Tentang Pedoman
Umum Mengenai Ukuran Dampak Penting, termasuk
dalam kriteria tidak penting ditinjau dari kumulatif
dampak karena tidak bersifat kumulatif dan terjadi
pada saat hujan saja, dan ditinjau dari berbaliknya
dampak karena dapat berbalik
 Terganggunya kehidupan biota perairan (sebagai
dampak lanjutan/kuarter dari dampak penurunan
kualitas air) dengan mengacu pada Keputusan Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor :
Kep-056 Tahun 1994 Tentang Pedoman Umum
Mengenai Ukuran Dampak Penting, dikatagorikan
termasuk dalam kriteria tidak penting ditinjau dari
intensitas dampak karena disekitar lokasi studi tidak
ditemukannya jenis biota perairan yang langka dan
dilindungi serta tidak ada masyarakat disekitar lokasi
studi yang melakukan usaha budidaya ikan di
perairan (pemeliharaan ikan dalam karamba).
6.Demobilisasi Peralatan Konstruksi.
Dampak potensial yang merupakan dampak penting
hipotetik yang diprakirakan timbul dari kegiatan

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR II -


41
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

demobilisasi peralatan konstruksi yang melewati sungai


adalah berupa :
 Dampak primer/langsung berupa terjadinya
gangguan lalu lintas jalan, hal ini dijadikan dasar
penentuan dampak penting hipotetik dengan
mengacu pada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-056
Tahun 1994 Tentang Pedoman Umum Mengenai
Ukuran Dampak Penting, dikatagorikan termasuk
dalam kriteria penting ditinjau dari jumlah manusia
yang akan terkena dampak karena jalur jalan tersebut
digunakan masyarakat sebagai sarana transportasi
masyarakat, dan ditinjau dari tidak berbaliknya
dampak karena gangguan lalu lintas jalan yang
terjadi bersifat tidak berbalik/permanen seperti
kematian bagi pengguna lalu lintas jalan tersebut.
 Terjadinya persepsi dan sikap negatif berupa konflik
sosial yakni demo-demo oleh masyarakat (sebagai
dampak lanjutan/sekunder dari dampak terjadinya
gangguan lalu lintas jalan), hal ini dijadikan dasar
penentuan dampak penting hipotetik dengan
mengacu pada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-056
Tahun 1994 Tentang Pedoman Umum Mengenai
Ukuran Dampak Penting, dikatagorikan termasuk
dalam kriteria penting ditinjau dari intensitas dampak
karena apabila dalam pelaksanaan kegiatan
demobilisasi peralatannya tidak hati-hati maka
diprakirakan dapat menyebabkan terjadinya
gangguan lalu lintas jalan bagi pengguna jalur
transportasi jalan, sehingga akan dapat menimbulkan
konflik/kontroversi.
7.Rasionalisasi Tenaga Kerja Konstruksi.
Dampak potensial yang merupakan dampak penting
hipotetik yang diprakirakan timbul dari kegiatan
rasionalisasi tenaga kerja konstruksi adalah berupa
dampak primer/langsung yaitu terjadinya konflik sosial
seperti terjadinya demo-demo oleh karyawan yang
terkena PHK akibat ketidakpuasan besarnya nilai uang
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR II -
42
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

pesangon yang diberikan oleh perusahaan, hal ini


dijadikan dasar penentuan dampak penting hipotetik
dengan mengacu pada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-056
Tahun 1994 Tentang Pedoman Umum Mengenai Ukuran
Dampak Penting, dikatagorikan termasuk dalam kriteria
penting ditinjau dari intensitas dampak karena dengan
adanya rasionalisasi tenaga kerja yang apabila dalam
pelaksanaanya (khususnya pemberian uang
jasa/pesangon) yang tidak memperhatikan peraturan
pemerintah yang berlaku, maka diprakirakan dapat
menyebabkan terjadinya konflik/kontroversi antara
karyawan dengan perusahaan.
Tahap Operasi.
1. Pengoperasian kanal dan polder.
Dampak potensial yang merupakan dampak penting
hipotetik yang diprakirakan timbul dari kegiatan
pengoperasian kanal dan polder, adalah berupa :
 Dampak primer/langsung berupa teraturnya pola
aliran permukaan, dengan mengacu pada
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Nomor : Kep-056 Tahun 1994 Tentang
Pedoman Umum Mengenai Ukuran Dampak
Penting, termasuk dalam kriteria penting ditinjau
dari intensitas dampak karena dengan adanya
saluran kanal dan penampungan akan mengurangi
aliran yang menuju ke pemukiman atau jalan yang
berdasarkan pertimbangan ilmiah akan mampu
mengendalikan genangan dan banjir.
 Dampak primer/langsung berupa penanaman dan
penataan vegetasi (flora darat) penutup tanah,
karena lokasi yang sekitar polder menjadi kawasan
wisata dan olah raga. selain itu pula dengan
mengacu pada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-
056 Tahun 1994 Tentang Pedoman Umum
Mengenai Ukuran Dampak Penting, dikatagorikan
termasuk dalam kriteria penting ditinjau dari

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR II -


43
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena


dampak karena dapat menimbulkan dampak
lanjutan terhadap erosi tanah dan terganggunya
habitat satwa/fauna darat, dan ditinjau dari sifat
kumulatif dampak maka adanya penanaman dan
penataan vegetasi (flora darat) penutup tanah
dapat bersifat kumulatif.
 Dampak primer/langsung berupa terbukanya
kesempatan berusaha karena fasilitas penunjang
sebagai obyek pariwisata, hal ini dijadikan dasar
penentuan dampak penting hipotetik dengan
mengacu pada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-
056 Tahun 1994 Tentang Pedoman Umum
Mengenai Ukuran Dampak Penting, dikatagorikan
termasuk dalam kriteria penting ditinjau dari
banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena
dampak karena dapat menimbulkan dampak
lanjutan terhadap pendapatan masyarakat, dan
ditinjau dari tidak berbaliknya dampak karena
bersifat tidak berbalik atau usaha-usaha tersebut
akan terus ada.
 Peningkatan pendapatan masyarakat (sebagai
dampak lanjutan/sekunder dari dampak terbukanya
kesempatan berusaha), hal ini dijadikan dasar
penentuan dampak penting hipotetik dengan
mengacu pada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-
056 Tahun 1994 Tentang Pedoman Umum
Mengenai Ukuran Dampak Penting, dikatagorikan
termasuk dalam kriteria penting ditinjau dari
intensitas dampak karena pendapatan yang
didapatkan dari berusaha diprakirakan berdasarkan
pertimbangan ilmiah telah melampaui kriteria yang
berlaku (UMP), dan ditinjau dari sifat kumulatif
dampak karena bersifat kumulatif.
Dampak potensial yang tidak dikaji lebih lanjut (di
eliminasi) dan bukan merupakan dampak penting
hipotetik adalah :

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR II -


44
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

 Dampak langsung/primer berupa debit aliran


permukaan, karena disebabkan oleh faktor alam
(hujan) dan dengan mengacu pada Keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor : Kep-056 Tahun 1994 Tentang Pedoman
Umum Mengenai Ukuran Dampak Penting,
termasuk dalam kriteria tidak penting ditinjau dari
kumulatif dampak karena tidak bersifat kumulatif
dan terjadi pada saat hujan saja, dan ditinjau dari
berbaliknya dampak karena dapat berbalik
2. Pemeliharaan kanal, polder dan emplasement.
Dampak potensial yang merupakan dampak penting
hipotetik yang diprakirakan timbul dari kegiatan
pemeliharaan kanal, polder dan emplasement, adalah
berupa :
 Dampak primer/langsung berupa terbukanya
kesempatan kerja. Dasar penentuan dampak penting
hipotetik mengacu pada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-056
Tahun 1994 Tentang Pedoman Umum Mengenai
Ukuran Dampak Penting, termasuk dalam kriteria
penting ditinjau dari intensitas dampak karena
apabila dalam kegiatan pemeliharaan kanal, polder
dan fasilitas penunjang tidak memperhatikan tenaga
kerja lokal maka diprakiran dapat menimbulkan
konflik dengan masyarakat, dan ditinjau dari
banyaknya komponen lingkungan hidup yang lain
yang terkena dampak karena dapat menimbulkan
dampak lanjutan terhadap peningkatan pendapatan
karyawan.
 Peningkatan pendapatan pekerja (sebagai dampak
lanjutan/sekunder dari dampak terbukanya
kesempatan kerja). Dasar penentuan dampak penting
hipotetik mengacu pada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-056
Tahun 1994 Tentang Pedoman Umum Mengenai
Ukuran Dampak Penting, termasuk dalam kriteria
penting ditinjau dari intensitas dampak karena
upah/gaji yang diberikan oleh perusahaan
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR II -
45
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

berdasarkan pertimbangan ilmiah telah melampaui


kriteria yang berlaku yaitu berada di atas UMR
Propinsi Kaltim, dan ditinjau dari sifat kumulatif
dampak karena bersifat kumulatif dan terjadi selama
operasional kanal dan polder.
 Dampak primer/langsung berupa terpeliharanya pola
aliran permukaan, dengan mengacu pada Keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor : Kep-056 Tahun 1994 Tentang Pedoman
Umum Mengenai Ukuran Dampak Penting, termasuk
dalam kriteria penting ditinjau dari intensitas dampak
karena dengan terpeliharanya saluran kanal dan
penampungan akan mengurangi limpasan aliran yang
menuju ke pemukiman atau jalan yang berdasarkan
pertimbangan ilmiah akan mampu mengendalikan
genangan dan banjir.

Tahap Pasca Operasi.


Kegiatan pada tahap pasca operasi tidak ada yang dilakukan
karena bangunan kanal dan polder merupakan bagian dari
sistem drainase yang berfungsi sebagai pengendali banjir,
maka bangunan tersebut akan tetap dipertahankan dan
dipergunakan selamanya.

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR II -


46
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Tabel 2.6.
Matriks Evaluasi Dampak Potensial
Tahapan Kegiatan
Komponen Lingkungan Pra Pasca
Konstruksi Operasi Keterangan
(Dampak Lingkungan) Konstruksi Operasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Iklim Mikro X
2. Emisi Gas -P + = Dampak Positif
3. Debu. -P  = Dampak Negatif
4. Kebisingan. -P P = Dampak Primer/Langsung
5. Debit Aliran Permukaan X S = Dampak Lanjutan/Sekunder
6. Erosi Tanah. -L T = Dampak Lanjutan/Tersier
7. Kualitas Air Permukaan. -S X = Bukan Dampak Penting
8. Pola Aliran Permukaan +P
9. Flora (Vegetasi). ±P +P
10. Fauna Darat. X
11. Biota Perairan X
12. Kesempatan Kerja +P +P
13. Pendapatan Pekerja/Karyawan. +L +L
14. Kesempatan Berusaha +T +P
15. Pendapatan Masyarakat +K +L
16. Sikap dan Persepsi Positif +P
17. Konflik Sosial -P -P -L -L -P
18. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). -P
19. Gangguan Lalu Lintas Jalan -P -P
Komponen-Komponen Kegiatan Pembangunan Kanal dan Polder yaitu :
(1) Pengukuran dan pematokan (6) Pembuatan/konstruksi kanal, polder & emplasement
(2) Pembebasan lahan (7) Demobilisasi peralatan konstruksi
(3) Penerimaan tenaga kerja konstruksi (8) Rasionalisasi tenaga konstruksi
(4) Mobilisasi peralatan dan material (9) Pengoperasian kanal dan polder
(5) Pembersihan lahan (10) Pemeliharaan kanal, polder dan emplasement

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR II - 47


AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

3. Klasifikasi dan Prioritas Dampak Penting Hipotetik.


Sebagai langkah akhir dari proses pelingkupan (scoping) adalah
penentuan klasifikasi dan prioritas dampak penting hipotetik
yang bertujuan untuk mengelompokan/mengorganisir dampak
penting hipotetik yang telah dirumuskan dari tahap
sebelumnya. Dari hasil evaluasi dampak penting hipotetik pada
rencana kegiatan pembangunan dan pengoperasian kanal-
polder diperoleh klasifikasi dan prioritas dampak penting
hipotetik yang dirumuskan melalui 2 (dua) tahapan yaitu :
a). Pengelompokan dampak penting berdasarkan
keterkaitannya, yaitu :
1). Kelompok dampak penting hipotetik yang merupakan
dampak langsung terhadap komponen fisik-kimia
adalah:
 Peningkatan debu di udara ambien.
 Peningkatan emisi gas di udara ambien
2). Kelompok dampak penting hipotetik yang merupakan
dampak terhadap komponen fisik-kimia yang
menimbulkan dampak lanjutan terhadap komponen
fisik-kimia lainnya, adalah :
(a). Erosi tanah yang dapat menyebabkan dampak
lanjutan berupa penurunan kualitas air permukaan.
3). Kelompok dampak penting hipotetik yang merupakan
dampak terhadap komponen fisik-kimia yang
menimbulkan dampak lanjutan terhadap komponen fisik
kimia dan biologi lainnya, adalah penanaman dan
penataan vegetasi penutup lahan yang dapat
menyebabkan dampak lanjutan berupa kembalinya
migrasi satwa dan mengurangi erosi tanah.
4). Kelompok dampak penting hipotetik yang merupakan
dampak terhadap komponen fisik-kimia yang
menimbulkan dampak lanjutan terhadap komponen
sosial, adalah :
(a). Peningkatan debu yang dapat menyebabkan dampak
lanjutan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
(K3).

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 48
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

(b).Peningkatan kebisingan yang dapat menyebabkan


dampak lanjutan terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja (K3).
5). Kelompok dampak penting hipotetik yang merupakan
dampak primer atau langsung terhadap komponen
sosial saja, adalah :
(a). Keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
(b). Persepsi dan sikap positif.
(c). Timbulnya persepsi dan sikap negatif berupa konflik
sosial.
(d). Terjadinya gangguan lalu lintas jalan.
6). Kelompok dampak penting hipotetik yang merupakan
dampak yang saling berinteraksi diantara komponen
sosial adalah :
(a). Terbukanya kesempatan kerja yang dapat
menimbulkan dampak lanjutan terhadap
peningkatan pendapatan karyawan.
(b). Peningkatan pendapatan karyawan yang dapat
menyebabkan dampak lanjutan berupa terbukanya
kesempatan berusaha.
(c). Terbukanya kesempatan berusaha yang dapat
menimbulkan dampak lanjutan terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat.
(d). Terjadinya gangguan lalu lintas jalan yang dapat
menyebabkan dampak lanjutan berupa terjadinya
persepsi dan sikap negatif berupa konflik sosial
b). Pengelompokan dampak penting hipotetik
berdasarkan kepentingannya, yaitu :
1). Kesempatan kerja.
2). Persepsi dan sikap negatif berupa konflik sosial.
3). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
4). Debu.
5). Pola aliran permukaan
6). Flora darat
7). Erosi tanah.
8). Kualitas air permukaan.
9). Kebisingan.
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
II - 49
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

10). Emisi gas.


11). Pendapatan karyawan.
12). Kesempatan berusaha.
13). Pendapatan masyarakat.
14). Sikap dan persepsi positif.
15). Terjadinya gangguan lalu lintas jalan.

b. Hasil Proses Pelingkupan.


1. Dampak Penting Hipotetik.
Berdasarkan hasil pelingkupan (scoping), bahwa dampak
penting hipotetik yang menjadi klasifikasi dan prioritas yang
akan dibahas lebih lanjut dalam dokumen ANDAL adalah :
a). Kesempatan Kerja.
Dampak penting hipotetik terhadap kesempatan kerja yaitu:
1). Pada tahap konstruksi disebabkan oleh kegiatan
penerimaan tenaga kerja konstruksi.
2). Pada tahap operasi disebabkan oleh kegiatan
pemeliharaan kanal, polder dan emplasement.
b). Persepsi dan sikap negatif berupa konflik sosial.
Dampak penting hipotetik berupa terjadinya Persepsi dan
sikap negatif berupa konflik sosial/demo-demo yaitu :
1). Pada tahap pra konstruksi disebabkan oleh kegiatan
pembebasan lahan,
2). Pada tahap konstruksi adalah akibat kegiatan
penerimaan tenaga kerja konstruksi, kegiatan mobilisasi
peralatan konstruksi dan material, kegiatan demobilisasi
peralatan konstruksi dan kegiatan rasionalisasi tenaga
kerja konstruksi,
3). Pada tahap Operasi adalah akibat pemeliharaan kanal,
polder dan emplasement.
c). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Dampak penting hipotetik terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) yaitu : pada tahap konstruksi
disebabkan oleh kegiatan kegiatan pembuatan/konstruksi
kanal, polder dan emplasement tahap konstruksi.
d). Debu.

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 50
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Dampak penting hipotetik terhadap debu yaitu pada tahap


konstruksi disebabkan oleh kegiatan pembuatan/konstruksi
kanal, polder dan emplasement
e). Pola aliran permukaan
Dampak penting hipotetik terhadap pola aliran permukaan
yaitu pada tahap operasi disebabkan oleh kegiatan
pengoperasian kanal, polder dan emplasement serta
kegiatan pemeliharaan kanal, polder dan emplasement.
f). Erosi tanah.
Dampak penting hipotetik terhadap erosi tanah pada tahap
konstruksi disebabkan oleh kegiatan pembuatan/konstruksi
kanal, polder dan emplasement.
g). Kualitas Air Permukaan.
Dampak penting hipotetik terhadap kualitas air permukaan
yaitu pada tahap konstruksi disebabkan oleh kegiatan
kegiatan pembuatan/konstruksi kanal, polder dan
emplasement.
h). Flora Darat
Dampak penting hipotetik terhadap vegetasi penutup lahan
yaitu pada tahap konstruksi disebabkan oleh kegiatan
kegiatan pembuatan/konstruksi kanal, polder dan
emplasement serta tahap operasi disebabkan oleh kegiatan
pemeliharaan kanal, polder dan emplasement.
i). Kebisingan.
Dampak penting hipotetik terhadap kebisingan yaitu pada
tahap konstruksi disebabkan oleh kegiatan
pembuatan/konstruksi kanal, polder dan emplasement.
j). Emisi Gas.
Dampak penting hipotetik berupa emisi gas yaitu pada
tahap konstruksi disebabkan oleh kegiatan
pembuatan/konstruksi jalan angkut, pelabuhan dan
emplasement.
k). Pendapatan Karyawan.
Dampak penting hipotetik terhadap tingkat pendapatan
karyawan yaitu :
1). Pada tahap konstruksi disebabkan oleh kegiatan
penerimaan tenaga kerja konstruksi,
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
II - 51
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

2). Pada tahap operasi yang disebabkan oleh kegiatan


pemeliharaan kanal, polder dan emplasement.
l). Kesempatan Berusaha.
Dampak penting hipotetik terhadap kesempatan berusaha
yaitu :
1). Pada tahap konstruksi disebabkan oleh kegiatan
penerimaan tenaga kerja konstruksi,
2). Pada tahap operasi yang disebabkan oleh kegiatan
pengoperasian kanal, polder dan emplasement.
m). Pendapatan Masyarakat.
Dampak penting hipotetik terhadap pendapatan
masyarakat yaitu :
1). Pada tahap konstruksi disebabkan oleh kegiatan
penerimaan tenaga kerja konstruksi,
2). Pada tahap operasi yang disebabkan oleh kegiatan
pengoperasian kanal, polder dan emplasement
n). Sikap dan Persepsi Positif.
Dampak penting hipotetik berupa sikap dan persepsi positif
yaitu pada tahap pra konstruksi disebabkan oleh kegiatan
pengukuran dan pematokan,
o). Terjadinya Gangguan Lalu Lintas Jalan.
Dampak penting hipotetik berupa terjadinya gangguan lalu
lintas jalan yaitu pada tahap konstruksi adalah akibat
kegiatan mobilisasi peralatan konstruksi, kegiatan
pembuatan/konstruksi kanal, polder dan emplasement serta
kegiatan demobilisasi peralatan konstruksi

2. Lingkup Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian.


a). Wilayah Studi.
Wilayah studi ANDAL kegiatan pembangunan kanal dan
polder ditentukan dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan batas-batas sebagai berikut :
1). Batas Proyek.
Batas proyek, yaitu ruang dimana suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan akan melakukan kegiatannya mulai
tahap pra konstruksi hingga tahap operasi.

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 52
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Berdasarkan kriteria tersebut maka batas proyek dari


kegiatan Pembangunan kanal dan polder adalah seluas
± 39 Ha.
Batas proyek tersebut adalah terdiri dari :
(1). Untuk lokasi polder seluas  26 Ha.
(2). Untuk lokasi kanal seluas ± 13 Ha.

2). Batas Ekologis.


Batas ekologis adalah berupa ruang persebaran dampak
dari suatu rencana usaha atau kegiatan menurut media
transportasi limbah (air, udara) dimana proses alam
yang berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan
mengalami perubahan yang mendasar.
Sebagai batas ekologis untuk media udara adalah batas
proyek di tambah buffer zone 50 meter di kiri dan
kanan kanal dan 50 meter di sekeliling lokasi polder.
Sedangkan batas ekologis untuk media air adalah kanal
sekitar polder dan daerah aliran sungai (DAS/Sub DAS)
yaitu Sungai Kenyamukan.

3). Batas Sosial.


Batas sosial adalah ruang disekitar lokasi kegiatan yang
merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi
sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang
sudah mapan (termasuk sistim dan struktur sosial) yang
potensial mengalami perubahan mendasar akibat
dilaksanakan kegiatan pembangunan kanal dan polder.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka batas sosialnya
pembangunan kanal dan polder adalah Desa Teluk
Lingga.

4). Batas Administrasi.


Batas administrasi adalah batas wilayah pemerintahan
Desa dimana lokasi kegiatan pembangunan kanal dan
polder berlangsung.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka batas
administasinya Kegiatan pembangunan kanal dan
polder adalah Desa Teluk Lingga.

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 53
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Resultante dari keempat batas wilayah di atas adalah


wilayah teknis yang merupakan wilayah studi ANDAL
Kegiatan pembangunan kanal dan polder, namun dalam
penentuannya disesuaikan dengan kemampuan pelaksana
yang biasanya memiliki keterbatasan sumber daya seperti
waktu, dana/biaya, tenaga, teknik dan metode telaahan
b). Batas Waktu Kajian.
Batas waktu kajian yang digunakan dalam melakukan
prakiraan dan evaluasi dampak dalam kajian ANDAL, yang
juga merupakan batas waktu dalam melakukan penentuan
perubahan rona lingkungan hidup tanpa adanya rencana
usaha dan/atau kegiatan dan perubahan rona lingkungan
hidup dengan adanya rencana usaha dan/atau kegiatan
adalah ditetapkan selama Kegiatan pembangunan kanal
dan polder berlangsung yang terdiri atas 3 (tiga) tahapan
kegiatan yaitu tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap
operasi.

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 54
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA

Gambar 2.10. Peta Batas Wilayah Studi


ANDAL

DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR


II - 55

Anda mungkin juga menyukai