BAB
II
-
Luas areal untuk joging track = 1,7 ha
-
Luas areal untuk berkemah = 4225 m2
Tahap pelaksanaan usaha dan/atau kegiatan tahap persiapan,
konstruksi, masa operasi, hingga pasca operasi
Sebelum pelaksanaan penyusunan dokumen dilakukan
sosialisasi AMDAL sebagai konsultasi publik dalam rangka
penyampaian informasi mengenai tahapan pelaksanaan
kegiatan pembangunan kanal dan polder serta dampak-
dampak yang timbul dari kegiatan tersebut. Kegiatan sosialisasi
yang telah dilakukan adalah :
Pengumuman melalui media cetak melalui Tribun Kaltim.
Pengumuman melalui papan pengumuman kantor Camat
Sangatta Utara dan kantor Kepala Desa Teluk Lingga.
Sosialisasi langsung kepada perwakilan masyarakat
(perangkat Kampung dan tokoh masyarakat) yang berada di
Desa Teluk Lingga telah dilakukan pada tanggal 22
September 2010. Berdasarkan hasil pertemuan tersebut
terdapat masukan dan saran yang tertuang dalam berita
acara sosialisasi.
Uraian singkat kegiatan pembangunan kanal dan polder secara
garis besar terdiri dari 4 (empat) tahap kegiatan, yaitu :
Tahap Pra Konstruksi.
1). Pengukuran dan pematokan
Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan data lapangan
atau lokasi rencana kanal dan polder. Aktivitas ini meliputi :
Penetapan lokasi kanal dan polder yang ideal sesuai
dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku agar
hasil desain yang dapat dilaksanakan dan bermanfaat
dalam pengendalian banjir kota Sangatta.
Pengukuran detail sebagai garis kerangka poligon
meliputi pengukuran : survey topografi, survey
hidrometri, dan detail engineering.
Survey geoteknik yang mencakup investigasi tanah
merupakan kegiatan pemetaan penyebaran tanah atau
batuan dasar.
Gambar 2.1.
Contoh Normalisasi Saluran Sub-Sistem Ilham Maulana
Gambar 2.2.
Contoh Normalisasi Saluran Sub-Sistem Pendidikan
Gambar 2.3
Sketsa Tipikal Sistem Polder
Tabel 2.2
Lebar Standar Mercu Tanggul
Debit Banjir Rencana Lebar Mercu
No. 3
(m /det) (m)
1. < 500 3,00
2. 500 – 2.000 4,00
3. 2.000 – 5.000 5,00
4. 5.000 – 10.000 6,00
5. lebih besar dari 10.000 7,00
Sumber : Sosrodarsono, 1994:88
Lingga.
Dimana dengan adanya pemukiman penduduk yang
berada, nantinya berkemungkinan pula akan dapat
menyebabkan dampak terhadap perubahan intensitas
kebisingan dan kualitas udara ambien akibat aktivitas alat
berat dan alat angkut serta kualitas air permukaan akibat
penggalian tanah.
Gambar 2.4.
Curah Hujan Rerata Bulanan Sta Sangatta
Tabel 2.4
Data iklim rata-rata Stasiun Sangatta
3. Hidrologi.
Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang berfungsi
sebagai penampung dan menyalurkan aliran alamiah dari suatu
DAS mulai dari bagian hulu sampai ke hilir yang akhirnya
bermuara di laut. Pola aliran sungai Sangatta mengikuti suatu
aturan jaringan satu arah dimana cabang dan anak sungai
mengalir ke sungai utama dan membentuk pola aliran
gabungan antara bentuk trellis dan dendritik. Pola semacam ini
biasanya dijumpai pada daerah dengan lapisan sedimen di
daerah pegunungan lipatan (trellis) dan daerah dengan batuan
sejenis yang penyebarannya cukup luas, disamping juga akan
ditutupi sedimen yang luas dan terletak pada suatu bidang
horisontal di daerah dataran rendah.
Pola aliran sungai berkaitan erat dengan bentuk suatu DAS.
Bentuk DAS mempunyai arti penting dalam hubungannya
dengan pola aliran, yaitu berpengaruh terhadap kecepatan
waktu kedatangan (time of arrival) aliran banjir. Dalam
menentukan bentuk DAS terlebih dahulu harus didelinasi batas
DAS-nya, sehingga akan dapat ditentukan secara jelas bentuk
DAS tersebut.
Bentuk yang lebih sesuai denga karakteristik DAS Sangatta
adalah bentuk perpaduan antara bentuk memanjang (bulu
burung) dan radial. Hal ini disebabkan antara lain karena bentuk
sungai utama memanjang dengan anak-anak sungai langsung
masuk ke sungai utama. Jadi terkesan bentuk jaringannya aliran
banjir puncak (peak flood) relatif kecil karena perjalanan banjir
(time of arrival) dari anak-anak sungai berbeda-beda waktunya.
Adapun pada segmen bagian tengah bentuk pola jaringan
sungai pada DAS Sangatta memperlihatkan aliran yang seolah-
olah terpusat pada satu titik, sehingga menggambarkan adanya
bentuk radial atau kipas. Sebagai akibat dari bentuk tersebut,
maka waktu kedatangan banjir dari segala penjuru anak sungai
akan tiba dalam waktu yang hampir bersamaan sehingga
apabila terjadi hujan yang sifatnya merata di seluruh DAS
Sangatta, maka banjir besar tidak bisa dielakkan akan terjadi
pada segmen tengah dan hilir.
Secara morfologis alur sungai dibagi menjadi tiga segmen, yaitu
bagian hulu (upstream), tengah (middle stream) dan hilir (down
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR
II - 18
AMDAL KANAL DAN POLDER
DRAINASE KOTA SANGATTA
b. Komponen Biologi.
1. Vegetasi/Flora Darat.
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan informasi dari
masyarakat, bahwa kondisi vegetasi di lokasi studi masih di
dominansi oleh jenis vegetasi berupa Semak, Semak Belukar
Rawa, dan Rawa-Rawa.
Perubahan vegetasi secara alami sebagai akibat alam maupun
aktifitas manusia seperti perladangan dan kebakaran
menyebabkan perubahan komposisi jenis baik secara drastis
maupun perlahan-lahan, dengan terbukanya lahan
menyebabkan tumbuhnya beberapa jenis yang bersifat pionir
dan vegetasi sekunder.
Kehadiran atau munculnya jenis tumbuhan dalam suatu areal
ditentukan oleh habitat yang merupakan tempat tumbuh suatu
individu atau jenis dan adaptasi jenis mana yang mampu hidup
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan setempat
ditambah adanya kesempatan suatu jenis untuk
mengembangkan diri dalam suatu areal serta masyarakat
tumbuhan yang berada disekitarnya.
Jenis vegetasi di lokasi kegiatan pembangunan dan
pengoperasian kanal dan polder antara lain adalah didominasi
belukar rawa seperti jenis paku-pakuan, alang-alang, predang,
putri malu, liana. Dari pengamatan vegetasi yang dilakukan, di
wilayah studi tidak ditemukannya jenis pohon dari jenis yang
2. Satwa/Fauna Darat.
Bedasarkan informasi dari pihak perusahaan dan informasi dari
masyarakat mengenai jenis satwa liar yang terdapat di lokasi
studi yang telah mereka temui dalam satu tahun terakhir.
Dari informasi tersebut diperoleh gambaran bahwa di wilayah
studi umumnya banyak terdapat kelompok burung (aves),
insekta, mamalia dan reptilia.
3. Nekton/Ikan.
Berdasarkan informasi masyarakat, bahwa biota perairan
(nekton/ikan) yang terdapat di badan perairan (kanal dan
Sungai kenyamukan) di sekitar lokasi studi adalah jenis-jenis
ikan lokal, seperti gabus, lancang, sepat dan lain-lain. Jika dilihat
dari jenis-jenis biota perairan (nekton/ikan) yang terdapat di
disekitar lokasi studi, tidak ditemukan adanya jenis nekton/ikan
dari jenis yang langka dan dilindungi maupun jenis yang benilai
ekonomis penting (dibudidayakan masyarakat.
c. Komponen Sosial.
Penduduk merupakan salah satu elemen penting dari suatu
wilayah, yang memberikan ciri kehidupannya. Dengan segala
kegiatannya, penduduk menentukan dinamika kehidupan suatu
wilayah. Karakteristik kependudukan yang akan ditinjau berkaitan
dengan besaran dan pertumbuhannya, serta kepadatan dan
persebarannya.
Kecamatan Sangatta merupakan kecamatan dengan jumlah
penduduk terbesar di Kabupaten Kutai Timur. Pertumbuhan
penduduk Kecamatan Sangatta selain disebabkan oleh
pertumbuhan alami juga disebabkan besarnya arus migrasi masuk.
Hal ini disebabkan lokasi Kecamatan Sangatta yang strategis dan
merupakan pusat kegiatan sosial ekonomi di Kabupaten Kutai
Timur, serta potensi SDA yang besar. Dalam kurun waktu 7 tahun
(1990-1997), penduduk Kecamatan Sangatta meningkat hampir 2
kali lipat, dengan laju pertumbuhan rata-rata tiap tahun mencapai
19.45 %. Pada periode tahun 1997-1999, atau dalam rentang 2
tahun, laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Sangatta sebesar
47.08% atau mengalami pertumbuhan sebesar 23.54%
pertahunnya.
2.3. PELINGKUPAN.
a. Proses Pelingkupan.
Pelingkupan (scoping) merupakan suatu proses awal untuk
menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak
penting hipotesis yang terkait dengan rencana kegiatan.
Proses pelingkupan diawali dengan melakukan identifikasi dampak
potensial dengan dimaksudkan untuk mengidentifikasikan segenap
dampak lingkungan hidup yang secara potensial akan timbul
sebagai akibat dari rencana kegiatan Pembangunan kanal dan
polder.
Proses pelingkupan selanjutnya adalah melakukan evaluasi dampak
potensial dengan tujuan untuk menghilangkan/meniadakan
dampak-dampak potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak
penting, sehingga diperoleh daftar dampak penting hipotetik yang
dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah secara mendalam
dalam studi ANDAL.
Sebagai langkah akhir dari proses pelingkupan adalah penentuan
klasifikasi dan prioritas terhadap dampak penting hipotetik yang
bertujuan untuk mengelompokan/mengorganisir dampak penting
yang telah dirumuskan dari tahap sebelumnya.
Secara rinci proses pelingkupan (scoping) yang dilakukan adalah
terdiri dari :
1. Identifikasi Dampak Potensial.
Pada tahapan ini tujuan dari identifikasi dampak potensial
adalah untuk mengidentifikasi atau menginventarisasi segenap
dampak lingkungan hidup baik itu dampak positif maupun
negatif, dampak primer maupun lanjutan (sekunder, tersier, dst)
tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak, atau penting
tidaknya dampak yang secara potensial sudah dan akan timbul
sebagai akibat dari rencana kegiatan pembangunan kanal dan
polder.
Tahap Konstruksi.
1. Penerimaan tenaga kerja konstruksi
Dampak potensial yang diprakirakan timbul dari kegiatan
penerimaan tenaga kerja untuk konstruksi, adalah :
Dampak primer/langsung berupa Terbukanya
kesempatan kerja.
Peningkatan pendapatan pekerja (sebagai dampak
lanjutan/sekunder dari dampak terbukanya kesempatan
kerja)
Tahap Operasi.
1. Pengoperasian kanal, polder dan emplasement
Tabel 2.5.
Matriks Identifikasi Dampak Potensial
Tahapan Kegiatan
Komponen Lingkungan Pra Pasca
Konstruksi Operasi Keterangan
(Dampak Lingkungan) Konstruksi Operasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Iklim Mikro -P
2. Emisi Gas -P + = Dampak Positif
3. Debu. -P = Dampak Negatif
4. Kebisingan. -P P = Dampak Primer/Langsung
5. Debit Aliran Permukaan -P S = Dampak Lanjutan/Sekunder
6. Erosi Tanah. -L T = Dampak Lanjutan/Tersier
7. Kualitas Air Permukaan. -S
8. Pola Aliran Permukaan +P
9. Flora (Vegetasi). ±P +P
10. Fauna Darat. -L
11. Biota Perairan -T
12. Kesempatan Kerja +P +P
13. Pendapatan Pekerja/Karyawan. +L +L
14. Kesempatan Berusaha +T +P
15. Pendapatan Masyarakat +K +L
16. Sikap dan Persepsi Positif +P
17. Konflik Sosial -P -P -L -L -P
18. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). -P
19. Gangguan Lalu Lintas Jalan -P -P
Komponen-Komponen Kegiatan Pembangunan Kanal dan Polder yaitu :
(1) Pengukuran dan pematokan (6) Pembuatan/konstruksi kanal, polder & emplasement
(2) Pembebasan lahan (7) Demobilisasi peralatan konstruksi
(3) Penerimaan tenaga kerja konstruksi (8) Rasionalisasi tenaga konstruksi
(4) Mobilisasi peralatan dan material (9) Pengoperasian kanal dan polder
(5) Pembersihan lahan (10) Pemeliharaan kanal, polder dan emplasement
Tahap Konstruksi.
1. Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi.
Dampak potensial yang merupakan dampak penting hipotetik
yang diprakirakan timbul dari kegiatan penerimaan tenaga kerja
untuk konstruksi kanal dan polder beserta fasilitas penunjang,
adalah berupa :
Dampak primer/langsung berupa terbukanya kesempatan
kerja (berkurangnya angka/tingkat pengangguran), hal ini
dijadikan dasar penentuan dampak penting hipotetik
dengan mengacu pada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-056 Tahun
1994 Tentang Pedoman Umum Mengenai Ukuran Dampak
Penting, dikatagorikan termasuk dalam kriteria penting
ditinjau dari intensitas dampak karena apabila dalam
kegiatan penerimaan tenaga kerjanya tidak memperhatikan
tenaga kerja lokal maka diprakirakan dapat menimbulkan
konflik dengan masyarakat, dan ditinjau dari banyaknya
komponen lingkungan hidup yang lain yang terkena
dampak karena dapat menimbulkan dampak lanjutan
terhadap peningkatan pendapatan karyawan.
Peningkatan pendapatan pekerja (sebagai dampak
lanjutan/sekunder dari dampak terbukanya kesempatan
kerja), hal ini dijadikan dasar penentuan dampak penting
hipotetik dengan mengacu pada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-056 Tahun
1994 Tentang Pedoman Umum Mengenai Ukuran Dampak
Penting, dikatagorikan termasuk dalam kriteria penting
Tabel 2.6.
Matriks Evaluasi Dampak Potensial
Tahapan Kegiatan
Komponen Lingkungan Pra Pasca
Konstruksi Operasi Keterangan
(Dampak Lingkungan) Konstruksi Operasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Iklim Mikro X
2. Emisi Gas -P + = Dampak Positif
3. Debu. -P = Dampak Negatif
4. Kebisingan. -P P = Dampak Primer/Langsung
5. Debit Aliran Permukaan X S = Dampak Lanjutan/Sekunder
6. Erosi Tanah. -L T = Dampak Lanjutan/Tersier
7. Kualitas Air Permukaan. -S X = Bukan Dampak Penting
8. Pola Aliran Permukaan +P
9. Flora (Vegetasi). ±P +P
10. Fauna Darat. X
11. Biota Perairan X
12. Kesempatan Kerja +P +P
13. Pendapatan Pekerja/Karyawan. +L +L
14. Kesempatan Berusaha +T +P
15. Pendapatan Masyarakat +K +L
16. Sikap dan Persepsi Positif +P
17. Konflik Sosial -P -P -L -L -P
18. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). -P
19. Gangguan Lalu Lintas Jalan -P -P
Komponen-Komponen Kegiatan Pembangunan Kanal dan Polder yaitu :
(1) Pengukuran dan pematokan (6) Pembuatan/konstruksi kanal, polder & emplasement
(2) Pembebasan lahan (7) Demobilisasi peralatan konstruksi
(3) Penerimaan tenaga kerja konstruksi (8) Rasionalisasi tenaga konstruksi
(4) Mobilisasi peralatan dan material (9) Pengoperasian kanal dan polder
(5) Pembersihan lahan (10) Pemeliharaan kanal, polder dan emplasement