Anda di halaman 1dari 203

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE DEMONSTRASI

TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PENCEGAHAN KEJADIAN


PENYAKIT CORPUS ALIENUM MATA PADA PEKERJA LAS DI
BENGKEL LAS PUTRA JAYA KECAMATAN SUMBERSARI
KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

oleh

Nur Winingsih
NIM 132310101020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE DEMONSTRASI
TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PENCEGAHAN KEJADIAN
PENYAKIT CORPUS ALIENUM MATA PADA PEKERJA LAS DI
BENGKEL LAS PUTRA JAYA KECAMATAN SUMBERSARI
KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

oleh

Nur Winingsih
NIM 132310101020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017

ii
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE DEMONSTRASI
TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PENCEGAHAN KEJADIAN
PENYAKIT CORPUS ALIENUM MATA PADA PEKERJA LAS DI
BENGKEL LAS PUTRA JAYA KECAMATAN SUMBERSARI
KABUPATEN JEMBER

Oleh

Nur Winingsih
NIM 132310101020

Pembimbing

Dosen Pembimbing Utama : Ns. Siswoyo, S.Kep., M.Kep.

Dosen Pembimbing Anggota : Ns. Kushariyadi, S.Kep., M.Kep.

iii
PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT penulis mempersembahkan

skripsi ini kepada:

1. Ayahanda Ahmad Sarimin dan Ibunda Wantini tercinta yang telah

memberikan segalanya, mengasuh, membesarkan, memberikan kasih sayang,

berjuang demi anaknya tanpa kenal lelah, senantiasa memberikan dukungan

serta doa dan selalu memberikan nasehat, motivasi serta kekuatan dalam

menjalani hidup;

2. adik tersayang Sasta Anatasya yang telah memberikan motivasi, doa dan

dukungan untuk menggapai cita-cita dan menjadi kebanggaan orangtua serta

keluarga;

3. sahabat-sahabat terbaik Ratih, Rizka, Windi, Popi, Tribuana, dan Devi

terimakasih atas bantuan, dukungan, semangat, motivasi, dan waktunya telah

mendengarkan keluh kesah selama proses penyelesaian skripsi, serta

terimakasih kepada teman-teman angkatan 2013 yang saya banggakan;

4. seluruh guru-guru TK Dharmawanita, SDN Klumutan 1, SMPN 4 Saradan,

SMAN 1 Mejayan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama ini;

5. Almamater Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember dan seluruh

dosen yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalamannya kepada saya;

6. semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan skripsi ini.

iv
MOTTO

“Engkau adalah cahayaku, engkau adalah kebahagiaanku, jadilah engkau


seseorang yang paling bersinar dengan cahayamu, dan jadilah engkau
kebahagiaan yang abadi untuk kami, kedua orang tuamu”
(Umi Kulsum)

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan allah maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan”
(surah Al-Mujadalah ayat 11)

“Pendidikan bukanlah suatu proses untuk mengisi wadah yang kosong, akan tetapi
pendidikan adalah suatu proses menyalakan api pikiran”
(W. B. Yeats)

v
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Nur Winingsih
NIM : 132310101020
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh
pendidikan kesehatan metode demonstrasi terhadap tingkat pengetahuan
pencegahan kejadin penyakit corpus alienum mata pada pekerja las di Bengkel
Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember ” adalah benar-benar
hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya
dan belum pernah diajukan pada institusi manapun serta bukan karya jiplakan.
Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap
ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, tanpa ada
tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi
akademik jika di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, Juni 2017


Yang menyatakan

Nur Winingsih
NIM.132310101020

vi
vii
Pengaruh Pemberian Pendidikan Metode Demonstrasi Terhadap Tingkat
Pengetahuan Pencegahan Kejadian Penyakit Corpus Alienum Mata Pada Pekerja
Las di Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember (The
Effect of Health Education demonstration methods to the knowledge level of
prevention of the corpus alienum of eye toward welders in Putra Jaya Sumbersari
the districts of Jember).

Nur Winingsih

School of Nursing, University of Jember

ABSTRACT
Corpus alienum is any object or substance found in an organ or tissue in which it
does not belong under normal circumstances, such as a particle of dust in the eye.
Corpus alienum of eye can be experienced by welder if they do not use eye
protective equipment. Health education with demonstration methods is one of the
learning methods to improve the knowledge of welder. The purpose of this
research is to know the influence of health education by demonstration method
toward the knowledge level of the corpus alienum eye’s prevention in welder. This
research used pre-experimental with one group pretest-posttest design. The
sampling technique was non-probability samplig used total sampling involving 16
respondents. The data were statistically analyzed using wilcoxon test. The result
of wilcoxon test was found 3 respondents (18,8%) who had medium knowledge
level and 13 respondents (81,2%) who had good knowledge level. The result of
data analyze showed a significant value (p value = 0.005). Health education with
demonstration methods can improve the knowledge of welder so can be minimized
the risk of corpus alienum of eye. There were correlation between health
education of demonstration methods and the knowledge level of prevention of the
corpus alienum of eye to welder in Putra Jaya Sumbersari the districts of Jember.
It is expected that nurses can do health education demonstration methods to
prevent corpus alienum of eye in welder to be minimized the risk of corpus
alienum of eye.

Keywords: Health Education demonstration method, knowledge, corpus alienum


eye, eye protective equipment.

viii
RINGKASAN

Pengaruh pendidikan kesehatan metode demonstrasi terhadap tingkat


pengetahuan pencegahan kejadian penyakit corpus alienum mata pada
pekerja las di Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari Kabuipaten
Jember, Nur Winingsih, 132310101020; 2017; halaman; Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember.

Corpus alienum mata merupakan salah satu penyakit mata yang


disebabkan karena benda asing masuk mengenai mata sehingga mengakibatkan
mata menjadi trauma. Kejadian penyakit corpus alienum mata yang terjadi pada
pekerja las disebabkan karena para pekerja yang kurang memperhatikan
keselamatan kerja. Pekerja las yang sering mengabaikan pentingnya penggunaan
alat pelindung mata menjadi salah satu faktor tingginya pekerja las mengalami
penyakit corpus alienum mata. Fenomena yang ada adalah banyaknya pekerja las
yang masih rendah dalam pemakaian alat pelindung mata. Hasil wawancara yang
dilakukan pada pekerja las di Bengkel Las Putra Jaya mengatakan penggunaan
alat pelindung mata tidak nyaman digunakan ketika bekerja dan para pekerja
sudah terbiasa dengan mata telanjang ketika bekerja tanpa alat pelindung mata.
Kurangnya pengetahuan pentingnya penggunaan menjadi salah satu faktor
penyebab rendahnya kesadaran pekerja las untuk menggunakan alat pelindung
mata ketika bekerja. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi
melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan kesehatan seseorang yaitu dengan melakukan pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan
kepada perorangan dan masyarakat dengan harapan dapat meningkatkan
pengetahuan sehingga dapat berperilaku lebih kondusif terhadap kesehatan.
Pelaksanaan pendidikan akan berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan apabila

ix
didukung penggunaan metode pendidikan kesehatan yang tepat. Metode
pendidikan yang dapat digunakan untuk melakukan pendidikan kesehatan salah
satunya adalah metode demonstrasi. Metode pendidikan kesehatan dengan metode
demonstrasi yaitu perawat dan petugas memberikan pengetahuan dan contoh
langsung alat pelindung mata yang sesuai dengan pekerjaan pekerja las dengan
harapan dapat meningkatkan pengetahuan pencegahan penyakit corpus alienum
mata pekerja las.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendidikan
kesehatan metode demonstrasi terhadap tingkat pengetahuan pencegahan kejadian
penyakit corpus alienum mata pada pekerja las di Bengkel Las Putra Jaya
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Jenis penelitian ini adalah pre
experiment designs dengan rancangan penelitian one group pretest-postest design.
Teknik pengambilan sampel ini adalah dengan non probability sampling yaitu
total sampling (sampling jenuh) dengan jumlah sampel sebanyak 21 orang dengan
5 orang responden drop out dikarenakan tidak sesuai dengan kriteria inklusi,
sehingga sampel yang tersisa yaitu 16 responden. Analisa data menggunakan uji
wilcoxon. Uji wilcoxon digunakan untuk mengetahui perbedaan sebelum dan
setelah dilakukan intervensi. Hasil analisa data menggunakan uji wilcoxon
diperoleh nilai p sebesar 0,005. Nilai p menunjukkan < α (0,05) yang berarti ada
pengaruh pemberian pendidikan kesehatan metode demonstrasi tentang
pencegahan penyakit corpus alienum mata terhadap tingkat pengetahuan.
Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh pendidikan kesehatan
metode demonstrasi terhadap tingkat pengetahuan pencegahan kejadian penyakit
corpus alienum mata pada pekerja las di Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan
pendidikan kesehatan metode demonstrasi tentang pencegahan penyakit corpus
alienum mata dapat menambah informasi dan meningkatkan pengetahuan tentang
pencegahan corpus alienum mata dan untuk tenaga kesehatan khususnya perawat
penting sekali untuk diterapkan sebagai implementasi asuhan keperawatan untuk
upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja saat bekerja.

x
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan

anugerah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul ”Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Demonstrasi Terhadap Tingkat

Pengetahuan Pencegahan Kejadian Penyakit Corpus Alienum Mata Pada Pekerja

Las di Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember” dengan

baik. Skripsi ini disusun sebagai langkah awal untuk memenuhi salah satu syarat

menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) di Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Jember.

Skripsi ini dapat penulis selesaikan atas bimbingan dan bantuan dari

beberapa pihak, dengan rasa syukur penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. Ns. Lantin Sulistyorini, S.Kep., M.Kes., selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Jember;

2. Ns. Siswoyo, S.Kep., M.Kep selaku Dosen Pembimbing Utama dan Ns.

Kushariyadi, S.Kep., M.Kep., selaku Dosen Pembimbing Anggota yang telah

meluangkan banyak waktunya untuk membimbing dan memberikan saran

dengan sangat sabar demi kesempurnaan skripsi ini;

3. Ns. Dodi Wijaya, M.Kep selaku Penguji I dan Ns. Baskoro Setioputro,

M.Kep selaku penguji II yang telah memberikan masukan, bimbingan,

arahan, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

xi
4. Ns. Peni Perdani Juliningrum, M.Kep selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama melaksanakan studi di

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember;

5. Kepada Pemilik Bengkel Las Putra Jaya dan responden yang telah bersedia

membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini;

6. Ibunda Wantini dan Ayahanda Ahmad Sarimin yang selalu memberikan

dorongan dan doanya demi terselesaikannya skripsi ini;

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Kritik dan saran yang

membangun guna diharapkan untuk penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata,

semoga skripsi ini dapat membawa manfaat khususnya bagi pengembangan ilmu

keperawatan.

Jember, Juni 2017

Peneliti

xii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i


HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PEMBIMBINGAN ................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
MOTTO ........................................................................................................ v
PERNYATAAN ............................................................................................ vi
PENGESAHAN ............................................................................................ vii
ABSTRACT .................................................................................................. viii
RINGKASAN ............................................................................................... ix
PRAKATA .................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xviii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xx
DAFAR LAMPIRAN ................................................................................... xxi
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 10
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 10
1.3.1 Tujuan umum .................................................................. 10
1.3.2 Tujuan khusus ................................................................. 11
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 12
1.4.1 Bagi peneliti .................................................................... 12
1.4.2 Bagi pekerja las .............................................................. 12
1.4.3 Bagi pelayanan kesehatan ............................................... 12
1.4.4 Bagi institusi pendidikan ................................................ 12
1.4.5 Bagi penelitian ................................................................ 13
1.5 Keaslian Penelitian ................................................................. 13
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 16

xx
2.1 Konsep Dasar Mata ................................................................ 16
2.1.1 Anatomi Mata................................................................ 16
2.1.2 Sistem Proteksi Mata .................................................... 17
2.1.3 Anatomi Kornea ............................................................ 18
2.1.4 Histologi ........................................................................ 19
2.1.5 Fisiologi Kornea ............................................................ 19
2.2 Konsep Dasar Corpus Alienum Mata .................................... 20
2.2.1 Definisi Corpus Alienum ............................................... 20
2.2.2 Etiologi .......................................................................... 21
2.2.3 Tanda dan Gejala........................................................... 22
2.2.4 Komplikasi .................................................................... 22
2.2.5 Pencegahan .................................................................... 23
2.2.6 Penatalaksanaan ............................................................ 26
2.3 Konsep Dasar Pengetahuan ................................................... 27
2.3.1 Pengertian Pengetahuan ................................................ 28
2.3.2 Tingat Pengetahuan ....................................................... 28
2.3.3 Cara Pengukuran Pengetahuan ...................................... 30
2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ......... 33
2.4 Konsep Pendidikan Kesehatan .............................................. 34
2.4.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan ................................. 35
2.4.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan ....................................... 36
2.4.3 Tahapan Kegiatan Pendidikan Kesehatan ..................... 37
2.4.4 Proses Pendidikan Kesehatan........................................ 38
2.4.5 Metode Pendidikan Kesehatan ...................................... 39
2.4.6 Media ............................................................................ 42
2.5 Konsep Demonstrasi ............................................................... 44
2.5.1 Pengertian Demonstrasi ................................................ 44
2.5.2 Langkah-langkah Demonstrasi ..................................... 45
2.5.3 Kelebihan Demonstrasi ................................................. 45
2.5.4 Kekurangan Demonstrasi .............................................. 46
2.6 Peran Perawat ......................................................................... 46

xxi
2.7 Kerangka Teori ....................................................................... 49
BAB 3 KERANGKA KONSEP................................................................... 50
3.1 Kerangka Konsep ................................................................... 50
3.2 Hipotesis ................................................................................... 51
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 52
4.1 Desain Penelitian ..................................................................... 52
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian............................................. 53
4.2.1 Populasi penelitian ........................................................ 53
4.2.2 Sampel penelitian .......................................................... 53
4.2.3 Teknik penentuan sampel.............................................. 54
4.2.4 Kriteria sampel penelitian ............................................. 54
4.3 Tempat Penelitian ................................................................... 55
4.4 Waktu Penelitian..................................................................... 55
4.5 Definisi Operasional ............................................................... 56
4.6 Pengumpulan Data ................................................................. 58
4.6.1 Sumber data................................................................... 58
4.6.2 Teknik pengumpulan data ............................................. 58
4.6.3 Alat pengumpulan data ................................................. 63
4.6.4 Uji validitas, uji reliabilitas dan uji SOP....................... 65
4.7 Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 68
4.7.1 Editing ........................................................................... 68
4.7.2 Coding ........................................................................... 69
4.7.3 Processing/ Entry .......................................................... 70
4.7.4 Cleaning ........................................................................ 70
4.7.5 Teknik analisis data ....................................................... 70
4.8 Etika Penelitian ....................................................................... 73
4.8.1 Informed consent (lembar persetujuan)......................... 73
4.8.2 Confidentially (kerahasiaan) ......................................... 74
4.8.3 Justice (keadilan) .......................................................... 74
4.8.4 Benefits (manfaat) ......................................................... 75
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 76

xxii
5.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 76
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................... 76
5.1.2 Mengidentifikasi Karakteristik Responden di
Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember ...................................................... 76
5.1.3 Pengetahuan Sebelum dilakukan Pendidikan
Kesehatan Metode Demonstrasi ................................. 77
5.1.4 Pengetahuan Setelah dilakukan Pendidikan
Kesehatan Metode Demonstrasi ................................. 78
5.1.5 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode
Demonstrasi Terhadap Tingkat Pengetahuan
Pencegahan Kejadian Penyakit Corpus Alienum
Mata............................................................................ 78
5.2 Pembahasan ................................................................................ 80
5.2.1 Karakteristik Responden ............................................ 80
5.2.2 Tingkat Pengetahuan diberikan Sebelum Pendidikan
Kesehatan Metode Demonstrasi tentang Pencegahan
Kejadian Penyakit Corpus Alienum Mata ................. 87
5.2.3 Tingkat Pengetahuan Setelah diberikan Pendidikan
Kesehatan Metode Demonstrasi tentang Pencegahan
Kejadian Penyakit Corpus Alienum Mata ................. 90
5.2.4 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode
Demonstrasi terhadap Tingkat Pengetahuan
Pencegahan Kejadian Penyakit Corpus Alienum
Mata............................................................................ 93
5.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................ 102
5.4 Implikasi keperawatan .............................................................. 103
BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 104
6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 104
6.2 Saran ................................................................................................. 105
a. Saran Bagi Peneliti .................................................................... 105

xxiii
b. Saran Bagi Pekerja Las ............................................................ 105
c. Saran Bagi Pelayanan Kesehatan ............................................ 105
d. Saran Bagi Institusi Pendidikan .............................................. 106
e. Saran Bagi Penelitian ................................................................ 106
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 107
LAMPIRAN .................................................................................................. 115

xxiv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Perbedaan Penelitian ...................................................................... 14


Tabel 4.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................ 56
Tabel 4.2 Blue Print instrumen tingkat pengetahuan ..................................... 64
Tabel 4.3 Blue Print instrumen tingkat pengetahuan sebelum dan setelah
uji validitas .................................................................................... 66
Tabel 4.4 Kriteria Indeks Koefisien Reliabilitas ............................................ 67
Tabel 4.5 Kategorisasi Skor ........................................................................... 71
Tabel 5.1 Rerata Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di Bengkel
Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember ........... 76
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin, Pendidikan, dan Sumber Informasi di Bengkel Las
Putra Jaya Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.................. 76
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan
Kategori Sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan Metode
Demonstrasi tentang Pencegahan Kejadian Penyakit Corpus
Alienum Mata Pada Pekerja Las di Bengkel Las Putra Jaya
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember (n=16) ....................... 77
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan
Kategori Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan Metode
Demonstrasi tentang Pencegahan Kejadian Penyakit Corpus
Alienum Mata Pada Pekerja Las di Bengkel Las Putra Jaya
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember (n=16) ....................... 78
Tabel 5.5 Perubahan Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Sebelum dan
Setelah dilakukan Pendidikan Kesehatan Metode Demonstrasi
tentang Pencegahan Kejadian Penyakit Corpus Alienum Mata
Pada Pekerja Las di Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember (n=16) .......................................... 78

xxv
Tabel 5.6 Hasil Uji Wilcoxon Tingkat Pengetahuan Pemberian Pendidikan
Kesehatan Metode Demonstrasi tentang Pencegahan Kejadian
Penyakit Corpus Alienum Mata Pada Pekerja Las di Bengkel
Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember
(n=16) ............................................................................................ 80

xxvi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Proses Pendidikan Kesehatan ..................................................... 38


Gambar 2.2 Kerangka Teori ........................................................................... 49
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ....................................................................... 50
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Pre-eksperimental One-group pre-post
test design .................................................................................... 52

xxvii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. Lembar informed ....................................................................................... 115


B. Lembar consent ......................................................................................... 116
C. Kuesioner Karakteristik Responden .......................................................... 117
D. Kuesioner Tingkat Pengetahuan................................................................ 118
E. Satuan Acara Penyuluhan I........................................................................ 120
F. Satuan Acara Penyuluhan II....................................................................... 132
G. SOP ........................................................................................................... 141
G. Leaflet ........................................................................................................ 145
H. Powerpoint Pendidikan Kesehatan ............................................................ 146
J. Surat ijin studi pendahuluan ....................................................................... 153
K. Surat Pernyataan Rekomendasi telah Studi Pendahuluan ......................... 160
L. Lembar konsul DPU dan DPA .................................................................. 161
M. Ijin Validitas ............................................................................................. 165
N. Surat Pernyataan Rekomendasi telah Validitas ......................................... 166
O. Surat Pernyataan telah Uji SOP ................................................................ 167
P. Ijin Penelitian ............................................................................................. 168
Q. Surat Pernyataan Rekomendasi telah Penelitian ....................................... 170
R. Lembar Hasil Validitas .............................................................................. 171
S. Lembar Hasil Penelitian ............................................................................. 175
T. Dokumen Penelitian................................................................................... 181

xxviii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Trauma mata merupakan kerusakan yang terjadi pada bola mata dan

kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita (Ilyas ,2008). Kerusakan pada mata

dapat menyebabkan atau memberikan penyulit sehingga mata mengalami

gangguan fungsi penglihatan. Trauma mata dapat menimbulkan perlukaan dari

ringan hingga berat atau bahkan dapat menimbulkan kebutaan. Masalah keamanan

dan keselamatan menjadi prioritas utama dalam melakukan suatu pekerjaan.

Kecelakaan yang terjadi ketika bekerja dapat menyebabkan kerugian bagi pekerja

seperti bertambahnya biaya pengeluaran dan terjadi penurunan produktivitas.

Kejadian kecelakaan kerja yang berat menyebabkan kerugian tidak hanya dalam

segi financial, tetapi juga dapat beresiko terjadi kecacatan pada pekerja tersebut

atau bahkan dapat terjadi kematian (Setyawati, 2007). Kecelakaan kerja di tempat

kerja dapat terjadi berbagai macam kejadian, seperti misalnya di tempat

pengelasan terdapat gangguan kesehatan mata salah satunya karena terkena benda

asing yaitu corpus alienum mata.

Corpus alienum mata adalah suatu penyakit mata yang disebabkan karena

benda asing masuk mengenai mata yang dapat mengakibatkan trauma pada mata.

Trauma mata tersebut biasanya mengenai sklera, kornea, dan konjungtiva

sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan mata (Ilyas, 2008). Benda asing

yang masuk ke dalam mata dapat dibagi menjadi beberapa kelompok seperti

benda logam, benda bukan logam, benda inert dan benda reaktif ( Bashour, 2008).

1
Klasifikasi trauma mata menurut American Academy of Ophthalmology (AAO)

terdiri dari trauma tertutup, trauma terbuka, trauma termal, trauma elektrik,

trauma kimia, trauma radiasi dan trauma akibat tumbuhan. Menurut data National

fot preventing of blindness (WHO) memperkirakan 55 juta trauma mata terjadi di

dunia setiap tahunnya, sebanyak 750.000 di rawat di rumah sakit dan kurang lebih

200.000 adalah trauma pada bola mata (Aldy, 2009).

Penelitian di Kanada menyebutkan bahwa pekerja las mengalami trauma

mata sebesar 21% (Lambordi, 2005 dalam Depari, 2015). Bengkel las dalam

melakukan pekerjaannya tidak sedikit yang mengabaikan penggunakan alat

pelindung mata. Prevalensi pada trauma okuli di Amerika Serikat sebesar 2,4 juta

per tahun dan sekitar setengah juta diantaranya mengalami kebutaan. Berdasarkan

jenis kelaminnya, insiden trauma pada laki-laki sebesar 20 per 100.000

dibandingkan dengan wanita sebanyak 5 per 100.000.

Prevalensi trauma mata akibat bekerja di bengkel pengelasan secara

Nasional belum diketahui secara pasti, namun industri baja merupakan bagian dari

pekerjaan pengelasan dengan jumlah kejadian cedera mata sebesar 14,8%

(Riyandina, 2008). Hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh Tri Wahyuni

(2013) terdapat 31 responden yang diwawancarai pada pekerja las sektor informal

di Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap sebanyak 80,6% merasakan

gangguan mata berupa mata pedih, mata berair berlebih, mata kemasukan pasir,

mata terasa panas, mata gatal, penglihatan menjadi buram, dan perasaan pusing

setelah bekerja.

2
Penelitian yang dilakukan oleh Sugiarti et al. (2013) mendapatkan data di

wilayah jember tepatnya di RSD Balung Kabupaten Jember jumlah kunjungan

poli mata pada tahun 2012 dengan masalah pemeriksaan ekstraksi corpus alienum

sebanyak 66 pasien. Hasil observasi lapangan kepada pekerja pengelasan listrik

sektor informal di Daerah Sempolan Kecamatan Silo Kabupaten Jember terdapat

12 tempat las listrik dengan pekerja setiap pengelasan 3 sampai 4 tenaga kerja las

listrik. Selama kurun waktu tiga bulan terakhir terjadi kecelakaan kerja kurang

lebih 9 kasus yang mengakibatkan terjadinya kerusakan mata yang disebabkan

oleh percikan api dan juga sinar yang tajam sehingga para pekerja las mengalami

kerusakan pada mata. Hasil observasi ditemukan bahwa penyebab dari kecelakaan

kerja tersebut karena berbagai faktor salah satunya yaitu kurangnya kesadaran

dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) kacamata saat melakukan

pengelasan listrik. Kurangnya kedisiplinan pekerja las saat melakukan pengelasan

dalam pemakaian alat pelindung mata mengakibatkan terjadinya masalah

kesehatan pada 25 orang pekerja las di daerah sempolan tersebut, seperti

mengalami penglihatan kabur sebanyak 48%, mata merah 100%, mata terasa

pedih 100%, mata terasa gatal sebanyak 92%, mata bengkak 60%, mengalami

sakit kepala diatas mata sebanyak 72%, kemasukan pasir/kelilipan 84%, 100%

mengalami mata berair, 12% mengalami katarak, 96% mata terasa sakit, dan 28%

pernah terpercik api las listrik (Pratiwi et al., 2015).

Berdasarkan data hasil studi pendahuluan didapat data dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Jember tahun 2015, Puskesmas Cakru merupakan

puskesmas dengan angka kejadian corpus alienum tertinggi di Kabupaten Jember,

3
yaitu sejumlah 58 kasus terdiri atas 12 kasus pada laki-laki dan 46 kasus pada

perempuan. Puskesmas terbanyak kedua yang menunjukkan data dengan kejadian

corpus alienum berada di Puskesmas Semboro dengan angka kejadian 35 kasus

yang terdiri atas 19 laki-laki dan 16 perempuan. Berdasarkan data kunjungan

pasien ke puskesmas semboro tahun 2015 menunjukkan corpus alienum yang

terjadi pada 35 kasus tersebut hanya 3 kasus yang merupakan corpus alienum

pada mata dan selebihnya corpus alienum pada organ lain. Petugas puskesmas

juga menjelaskan bahwa corpus alienum yang terjadi pada mata dikarenakan

kecelakaan kerja akibat proses menggiling tebu ketika musim giling di pabrik gula

tempat kerja mereka bukan karena corpus alienum mata akibat bengkel

pengelasan.

Hasil studi pendahuluan didapatkan data bengkel pengelasan dari Dinas

Perindustrian dan Perdagangan di Kabupaten Jember pada tahun 2011 hingga

2016 tercatat sebanyak 81 bengkel las. Wilayah yang banyak berdiri bengkel las

di Kabupaten Jember yaitu di Kecamatan Sumbersari dan Kecamatan Kaliwates

yaitu sebanyak 16 bengkel las. Jumlah pekerja las di Kecamatan Sumbersari

sebanyak 100 pekerja dan di Kecamatan Kaliwates sebanyak 87 pekerja. Bengkel

las yang akan diambil sebagai tempat penelitian dengan kelompok beresiko

corpus alienum mata yaitu di Kecamatan Sumbersari tepatnya di Jalan Sumatra

No 100 yaitu bengkel las Putra Jaya dengan jumlah pekerja sebanyak 21 orang.

Data Disperindag menunjukkan kapasitas produksi pertahun dari bengkel

las Putra Jaya merupakan bengkel las dengan hasil produksi paling tinggi

pertahunnya dibandingkan dengan bengkel las lain dengan produksi seperti pagar

4
besi 2.400 meter, tenda kanopi 2.400 meter, tralis 1.800 meter, pintu harmonika

900 meter dan rolling door 420 meter. Hasil observasi lapangan tampak sebagian

para pekerja las tidak memakai alat pelindung mata ketika mengelas. Fasilitas

peralatan di tempat kerja di sediakan, namun tampaknya kesadaran akan

pentingnya penggunaan alat pelindung mata masih kurang. Peneliti

mewawancarai 21 pekerja di bengkel las tersebut dan para pekerja mengatakan

belum pernah ada pendidikan kesehatan metode demonstrasi. Para pekerja di

bengkel las Putra Jaya yang telah diwawancarai memiliki latar belakang

pendidikan lulusan SMA sebanyak lima orang, dua belas orang lulusan SMP, dan

empat orang pendidikan terakhir tamatan SD. Tujuh belas orang pekerja las sudah

bekerja lebih dari sepuluh tahun dan empat orang pekerja lainnya masih bekerja

dibawah sepuluh tahun.

Para pekerja yang telah diwawancarai mengatakan jika mengelas dan

menggerinda hanya sedikit tidak perlu memakai alat pelindung mata, namun pada

waktu mengelas dan menggerinda penuh dan banyak baru menggunakan alat

pelindung mata. Memakai alat pelindung mata akan mempersulit mereka bekerja

dan tidak nyaman dipakai. Pekerja las juga mengatakan pernah terkena serpihan

hasil pengelasan dan ketika terkena serpihan mata akan terasa perih dan berair.

Penanganan dari mereka ketika terkena serpihan apabila masih bisa ditangani

sendiri hanya akan meminta bantuan teman sesama pekerja untuk mengambilkan

serpihan tersebut dari mata mereka, namun jika memang cedera sudah sulit untuk

ditangani sendiri, mereka akan langsung memeriksakannya ke pelayanan

kesehatan terdekat yaitu di Rumah Sakit Dr. Soebandi Jember.

5
Penyebab cedera terbanyak pada industri besi dan baja memiliki beberapa

urutan, yaitu kejadian mata kemasukan benda atau gram sebanyak 10%, tertimpa

8%, dan terjepit sebanyak 6%. Berdasarkan risiko cidera yang terjadi ketika

bekerja maka sangat penting untuk dilakukan kepatuhan penggunaan alat

pelindung kerja sesuai jenis pekerjaannya (Riyadina, 2007). Tingginya kejadian

gangguan kesehatan mata pekerja las yang diakibatkan karena sering

mengabaikan pemakaian alat pelindung mata, mengakibatkan pekerja las terpapar

secara langsung terhadap serpihan-serpihan logam besi pada proses mengelas.

Pekerja akan mengeluhkan berbagai keluhan mulai dari ringan hingga berat.

Meskipun mata merupakan organ yang memiliki pelindung seperti memiliki

reflek memejam, mengedip, rongga orbita, kelopak dan jaringan lemak retrobular,

namun mata sering mendapat trauma dari luar. Kejadian kecelakaan kerja pada

pekerja las dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kurang kehati-hatian

dalam bekerja, kurangnya kepatuhan, cara memakai alat yang salah, kondisi tidak

aman, kurang memperhatikan pemakaian alat pelindung, dan kesalahan-kesalahan

lainnya (Wiryosumarto, 2010).

Analisis yang dilakukan oleh Liza Salawati (2015) didapatkan hasil berupa

terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan alat

pelindung mata. Hasil penelitian menunjukkan pekerja las yang berpengetahuan

baik 76,9% cenderung menggunakan alat pelindung mata, sedangkan yang

berpengetahuan kurang hanya 36,4% menggunakan pelindung mata. Penelitian

diatas diketahui bahwa kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya

6
menggunakan alat pelindung mata ketika bekerja juga merupakan salah satu

penyebab terjadinya kecelakaan terjadi pada para pekerja las.

Penelitian mengenai gangguan pada pekerja las listrik yang dilakukan di

Desa Sempolan Kecamatan Silo menjelaskan bahwa tercatat hanya 5 responden

yang memakai kacamata las pada saat mengelas. Kejadian tingkat kedisiplinan

yang rendah dalam memakai alat pelindung diri pada pekerja las dipengaruhi oleh

banyak faktor, antara lain tingkat pendidikan yang rendah dan tingkat

pengetahuan yang rendah. Tingkat pendidikan yang rendah dan didukung dengan

tingkat pengetahuan yang rendah pula dapat menyebabkan pekerja las listrik

merasa tidak perl memakai APD. Uji statistik pada penelitian ini membuktikan

bahwa pemakaian kacamata las mempunyai hubungan yang paling dominan

dengan kejadian gangguan kesehatan mata (Pratiwi et al., 2015).

Seorang pekerja las yang kurang mengetahui pentingnya penggunaan

pelindung mata beresiko terkena trauma matanya seperti kemasukan benda asing

yang dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, sehingga mengakibatkan

berbagai masalah kesehatan seperti dilatasi pada pembuluh darah dan kemudian

menyebabkan terjadinya udem pada kelopak mata, konjungtiva dan kornea. Benda

asing yang tidak segera dihilangkan, dapat mengakibatkan infeksi dan terjadi

nekrosis jaringan (Bashour, 2008).

Pengetahuan yang masih kurang ditunjukkan dengan sikap pekerja las

yang tidak setuju terhadap penggunaan alat pelindung mata saat mengelas dan

faktor malas dalam penggunaan pelindung mata. Pajanan dengan intensitas tinggi

dalam waktu singkat ataupun intensitas rendah dalam waktu cukup lama saat

7
pengelasan tanpa alat pelindung mata tetap akan dapat merusak kornea mata

(Salawati, 2015). Pekerja las tersebut akan mengalami penurunan produktivitas

akibat mengalami trauma mata terkena serpihan besi yang mengenai mata.

Penurunan produktivias akan menurun baik dari segi kualitas (tingkat kesalahan

yang parah) maupun dari segi jumlah pekerjaan yang diselesaikan (keefektifan).

Trauma mata dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, saraf mata dan

rongga orbita. Kerusakan mata akan mengganggu fungsi penglihatan karena

terjadi kesulitan dalam melihat (Ilyas, 2014). Peningkatan pengetahuan dan sikap

positif para pekerja las tentang penggunaan alat pelindung mata akan merubah

perilaku mereka untuk cenderung menggunakan alat pelindung mata saat

mengelas yang dapat mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan

kerja (Salawati, 2015).

Pentingnya cara untuk dapat meningkatkan pengetahuan pekerja las

mengenai APD yaitu pelindung mata. Menurut Notoadmodjo (2012) bahwa

pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan

kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Pendidikan

kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pekerja las untuk

menggunakan alat pelindung mata ketika berkerja untuk mencegah terjadinya

corpus alienum mata. Pesan pendidikan dapat dipahami dan memberikan dampak

peningkatan pengetahuan adalah dengan menggunakan metode yang tepat

(Notoatmodjo, 2003). Metode yang dapat digunakan salah satunya dengan

menggunakan metode demonstrasi.

8
Metode demonstrasi merupakan penyampaian pengetahuan dan contoh

langsung oleh seorang pembicara dengan harapan dapat meningkatkan

pengetahuan (Susilo, 2011). Metode demonstrasi merupakan penyampaian bahan

pelajaran dengan memperhatikan bagaimana jalannya suatu proses terjadinya

sesuatu (Sudjana, 2010). Alasan menggunakan metode demonstrasi adalah agar

peserta didik dapat melakukan pembelajaran secara langsung, dengan metode

demonstrasi akan ditunjukkan terjadinya peristiwa atau benda sampai pada

penampilan tingkah laku yang dicontohkan sehingga diketahui dan dipahami oleh

peserta didik secara nyata atau tiruannya (Saiful, 2007).

Penelitian oleh Supriadi (2013) di RSUD Ungaran Semarang tentang

pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi terhadap kemampuan

merawat kaki pada penderita Diabetes Melitus didapatkan hasil ada pengaruh

pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi terhadap kemampuan merawat

kaki pada penderita Diabetes Melitus. Penelitian lain yang dilakukan oleh Stauri

(2015) tentang pengaruh pendidikan kesehatan metode demonstrasi terhadap

tingkat pengetahuan dan motivasi penggunaan alat pelindung diri pada petani

didapatkan hasil ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi

terhadap tingkat pengetahuan dan motivasi pada petani. Memperhatikan uraian di

atas mengenai tingkat pengetahuan pencegahan penyakit corpus alienum mata

didasarkan karena kurangnya pengetahuan sehingga diperlukan adanya

pengukuran mengenai pengetahuan yang dimiliki para pekerja las, kemudian

dilakukan pemberian pendidikan kesehatan metode demonstrasi dan dilakukan

pengukuran kembali terkait pengetahuan pekerja las mengenai tingkat

9
pengetahuan pencegahan penyakit corpus alienum mata untuk melihat terkait

perubahan tingkat pengetahuan sebelum diberikannya pendidikan dan setelah

diberikan pendidikan kesehatan. Melihat latar belakang pendidikan pekerja las

tamatan SMA, SMP, dan SD akan sangat dimungkinkan untuk dapat dilakukan

pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode demonstrasi dan juga

didukung dengan pengalaman kerja dari para pekerja las yang mayoritas lebih dari

sepuluh tahun sebanyak tujuh belas pekerja dan empat orang pekerja dibawah

sepuluh tahun, sehingga peneliti ingin melakukan penelitian mengenai “Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Metode Demonstrasi Terhadap Tingkat Pengetahuan

Pencegahan Kejadian Penyakit Corpus Alienum Mata Pada Pekerja Las di

Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adakah pengaruh pendidikan

kesehatan metode demonstrasi terhadap tingkat pengetahuan pencegahan kejadian

penyakit corpus alienum mata pada pekerja las?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

pendidikan kesehatan metode demonstrasi terhadap tingkat pengetahuan

pencegahan kejadian penyakit corpus alienum mata pada pekerja las di Bengkel

Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.

10
1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini antara lain :

a. Mengidentifikasi karakteristik responden penelitian yang meliputi umur,

jenis kelamin, pendidikan, dan informasi terhadap tingkat pengetahun

pekerja las tentang pentingnya penggunaan alat pelindung mata untuk

mencegah terjadinya corpus alienum mata.

b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan sebelum dilakukan pendidikan

kesehatan metode demonstrasi terhadap pencegahan terjadinya corpus

alienum mata pada pekerja las di Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan

Sumbersari Kabupaten Jember.

c. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan setelah dilakukan pendidikan

kesehatan metode demonstrasi terhadap pencegahan terjadinya corpus

alienum mata pada pekerja las di Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan

Sumbersari Kabupaten Jember.

d. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan metode demonstrasi terhadap

tingkat pengetahuan pencegahan terjadinya corpus alienum mata pada

pekerja las di Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari Kabupaten

Jember.

11
1.4 Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain :

1.4.1 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti tentang tata cara

penelitian yang bai dan benar serta untuk meningkatkan pengetahuan tentang

pendidikan kesehatan metode demonstrasi terhadap tingkat pengetahuan

pencegahan kejadian penyakit corpus alienum mata pada pekerja las.

1.4.2 Bagi Pekerja las

Meningkatkan kesadaran dan pemahaman pentingnya pencegahan

kejadian penyakit corpus alienum mata bagi pekerja las dan meningkatkan

kesadaran pekerja las akan pentingnya penggunaan alat pelindung mata untuk

kesehatan mata ketika bekerja.

1.4.3 Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai wacana untuk menambah wawasan

tentang pendidikan kesehatan metode demonstrasi dalam strategi prenventif

kesehatan terjadinya penyakit corpus alienum mata pada pekerja las di wilayah

kerja pelayanan kesehatan.

1.4.4 Bagi Insitusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah wawasan dan

kepustakaan mengenai pendidikan kesehatan metode demonstrasi terhadap tingkat

pengetahuan pencegahan kejadian penyakit corpus alienum mata pada pekerja las.

12
1.4.5 Bagi Penelitian

Digunakan dalam pengembangan penelitian khususnya tentang

pencegahan kejadian penyakit corpus alienum mata dengan menggunakan

metode-metode lainnya.

1.5 Keaslian penelitian

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Junita Anggraini (2015) dengan judul

hubungan pemakaian alat pelindung mata terhadap kejadian trauma et causa

corpus alienum serpihan besi pada mata pekerja gerinda besi di kabupaten

lamongan. Tujuan penelitia mengetahui hubungan pemakaian alat pelindung mata

dengan terjadinya trauma et causa corpus alienum serpihan besi pada mata

pekerja gerinda besi di kota Lamongan periode Mei tahun 2015. Metode

penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada

penelitian berjumlah 43 responden. Dilaksanakan pada bulan Mei 2015 di

Lamongan. Teknik sampling penelitian saat ini menggunakan simple random

sampling dan uji statistika menggunakan uji Chi square. Hasil uji statistik

menunjukkan adanya hubungan antara pemakaian alat pelindung mata dengan

rendahnya keluhan trauma et causa corpus alienum serpihan besi pada pekerja

gerinda besi di Kota Lamongan periode Mei tahun 2015.

Penelitian ini berjudul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode

Demonstrasi Terhadap Tingkat Pengetahuan Pencegahan Kejadian Penyakit

Corpus Alienum Mata Pada Pekerja Las di Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan

Sumbersari Kabupaten Jember. Tempat penelitian ini berada di Bengkel Las Putra

13
Jaya Jalan Sumatra Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Tujuan penelitian

mengetahui pengaruh pemberian pendidikan kesehatan dengan metode

demonstrasi terhadap tingkat pengetahuan pencegahan kejadian penyakit corpus

alienum mata pada pekerja las. Desain penelitian praeksperimental dengan

pendekatan one group pretest posttest design. Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini menggunakan total sampling. Uji statistik penelitian ini

menggunakan uji wilcoxon. Sampel pada penelitian berjumlah 21 responden.

Tabel 1.1 Perbedaan Penelitian

Variabel Penelitian Sebelumnya Penelitian Sekarang


Judul hubungan pemakaian alat Pengaruh Pendidikan
pelindung mata terhadap Kesehatan Metode
kejadian trauma et causa Demonstrasi Terhadap
corpus alienum serpihan Tingkat Pengetahuan
besi pada mata pekerja Pencegahan Kejadian
gerinda besi di kabupaten Penyakit Corpus Alienum
lamongan Mata Pada Pekerja Las di
Bengkel Las Putra Jaya
Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember
Tempat penelitian pekerja gerinda besi di Bengkel Las Putra Jaya
Kota Lamongan Jalan Sumatera
Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember
Tahun penelitian 2015 2017
Peneliti Junita Anggraini Nur Winingsih
Variabel independen hubungan pemakaian alat Pengaruh Pendidikan
pelindung mata Kesehatan Metode
Demonstrasi
Variabel dependen kejadian trauma et causa Tingkat Pengetahuan
corpus alienum serpihan Pencegahan Kejadian
besi Penyakit Corpus Alienum
Mata

Teknik sampling simple random sampling Total sampling

14
Instrumen penelitian Kuesioner Kuesioner tingkat
pengetahuan pencegahan
corpus alienum mata
Uji statistik Uji Chi square Uji Wilcoxon

15
16

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Mata

2.1.1 Anatomi Mata

Panca indera memiliki sel-sel reseptor khusus yang dapat mengenali

perubahan lingkungan. Panca indra ada lima, yaitu indera penglihatan (mata),

indera pendengaran (telinga), indera pembau (hidung), indera pengecap (lidah),

dan indera peraba (kulit). Kelima indra tersebut memiliki fungsi untuk mengenali

perubahan lingkungan luar, sehingga disebut eksoreseptor. Reseptor

interoreseptor memiliki fungsi untuk mengenali lingkungan dalam, misalnya

nyeri, kadar oksigen atau karbon dioksida, kadar glukosa dan sebagainya. Letak

sel-sel interoreseptor misal terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi,

dinding saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, dan lain sebagainya. Akan

tetapi, pada dasarnyanya interoreseptor terdapat di seluruh tubuh manusia.

Interoreseptor yang berfungsi untuk membantu koordinasi sikap tubuh disebut

kinestesis (James dkk, 2006).

Mata memiliki reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan

warna. Secara konstan mata menyesuaikan banyaknya jumlah cahaya yang masuk,

memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan

gambaran yang kontinu dan selanjutnya segera dihantarkan ke otak (James dkk,

2006).
17

Menurut James dkk (2006) mata terdiri dari beberapa bagian antara lain:

a. Lapisan luar keras transparan di anterior (kornea) dan opak di posterior

(sclera), sambungan antara keduanya disebut limbus. Otot-otot ekstra ocular

melekat di sclera sementara saraf optic meninggalkan sclera di posterior

melalui lempeng kribiformis

b. Lapisan kaya pembuluh darah (koroid) melapisi bagian posterior mata dan

memberi nutrisi pada permukaan dalam retina.

c. Korpus siliaris terletak di anterior yang mengandung otot siliaris polos,

kontraksinya mengubah bentuk lensa dan memungkinkan fokus mata

berubah-ubah. Epitel siliaris mensekresi aquous humor dan juga

mempertahankan tekanan ocular. Korpus siliaris ini merupakan tempat

perlekatan dari iris.

d. Lensa terletak di belakang iris dan disokong serabut-serabut halus (zonula)

yang terbentang di antara lensa dan korpus siliaris.

e. Sudut yang dibentuk oleh iris dan kornea disebut sudut iridokornea, dilapisi

oleh jaringan sel dan kolagen (jalinan trabekula). Pada sclera di luar jalinan

ini, kanal Schlemm mengalirkan aquous humor dari bilik anterior ke dalam

sistem vena sehingga terjadi drainase aquous dan di daerah ini membentuk

sudut drainase.

2.1.2 Sistem Proteksi Mata

Perlindungan mata secara mekanis dilakukan oleh kelopak mata, selain itu

kelopak mata juga menjaga mata agar tidak kering. Kelopak mata memiliki bagian
18

yang disebut pungta tempat air mata mengalir ke sistem drainase lakrimal (James

dkk, 2006).

Air mata mengalir ke dalam pungta atas dan bawah, kemudian mengalir ke

dalam sakus lakrimalis melalui kanalikuli atas bawah. Kanalikuli-kanalikuli ini

membentuk kanalikulus komunis sebelum memasuki sakus lakrimalis. Duktus

nosolakrimalis membentuk sebuah saluran sempurna pada saat lahir dan biasanya

merupakan penyebab mata berair dan lengket pada bayi. Drainase air mata

merupakan proses aktif. Setiap kedipan kelopak mata dapat membantu memompa

air mata melalui sistem ini (James dkk, 2006).

2.1.3 Anatomi Kornea

Kornea merupakan jaringan avaskular dan transparan. Ukuran dari kornea

yaitu 11-12 mm horizontal dan 10-11 mm vertikal, serta indeks refraksi 1,37.

Kekuatan total dioptri mata manusia sebesar 58,60 dan kornea memberikan

berkontribusi sebesar 74% setara dengan 43,25 dioptri. Kornea mendapatkan

nutrisi bergantung pada difusi glukosa dari aqueus humor dan oksigen yang

berdifusi melalui lapisan air mata, selain itu kornea perifer mendapat suplai

oksigen dari sirkulasi limbus. Kornea merupakan organ yang lebih sensitif 100

kali lipat dibanding dengan konjungtiva dan kornea memiliki densitas ujung-

ujung saraf terbanyak (American Academy of Ophthalmology, 2008).


19

2.1.4 Histologi

Secara histologi, lapisan sel kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu lapisan

epitel, lapisan bowman, stroma, membran descemet, dan lapisan endotel (Riordan

dan Eva, 2010). Pada permukaan anterior kornea ditutupi oleh epitel berlapis

gepeng tanpa lapisan tanduk dan tanpa papil. Membran limitans anterior

(membran bowman) berada dibawah epitel kornea, membran limitans ini yang

berasal dari stroma kornea (substansi propia). Stroma kornea terdiri atas berkas

serat kolagen paralel, serat ini membentuk lamella tipis dan lapisan-lapisan

fibroblas gepeng dan bercabang. Pada permukaan posterior kornea ditutupi oleh

epitel kuboid rendah dan epitel posterior. (Eroschenko, 2003).

2.1.5 Fisiologi Kornea

Kornea memiliki fungsi sebagai membran pelindung dan sebagai jendela

yang dilalui berkas cahaya menuju ke retina. Cahaya yang mudah tembus

disebabkan oleh susunan filamen-filamen kolagen pada stroma uniform, avaskular

dan juga karena komposisi air di dalam stroma yang konstan atau dalam keadaan

dehidrasi relatif (deturgesens) (Lang, 2000 dalam Khumara, 2007).

Jaringan mata akan dipertahankan dalam keadaan dehidrasi relatif oleh

pompa bikarbonat aktif pada endotel dan dungsi sawar epitel serta endotel. Ketika

terjadi mekanisme dehidrasi, endotel akan lebih penting daripada epitel dan ketika

terjadi fisis pada endotel atau kerusakan kimiawi akan berdampak jauh lebih parah

daripada saat terjadi kerusakan pada epitel. Apabila terjadi kerusakan pada sel-sel

endotel maka akan mengakibatkan edema pada kornea dan hilangnya sifat
20

transparan. Kerusakan yang terjadi pada epitel tidak akan menyebabkan pengaruh

yang terlalu serius dibandingkan dengan kerusakan endotel, kerusakan epitel

hanya akan menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat dan akan hilang

apabila sel-sel epitel mengalami regenerasi. Ketika terjadi penguapan air dari

lapisan air mata prekornea, akan menyebabkan terjadinya hipertonisitas ringan

pada lapisan air mata tersebut. Keadaan tersebut mungkin merupakan faktor lain

dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan dapat membanu dalam

mempertahankan keadaan dehidrasi. (Vaughan, 2009).

Epitel merupakan sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme

kedalam kornea. Apabila kornea mengalami cidera, maka stroma avaskuler dan

membran bowman dapat dengan mudah mengalami infeksi oleh berbagai macam

organisme, seperti bakteri, parasit, virus, dan jamur (Vaughan, 2009).

2.2 Konsep Dasar Corpus Alienum Mata

2.2.1 Definisi Corpus Alienum Mata

Corpus alienum adalah istilah medis untuk menyebut benda asing, suatu

benda yang seharusnya tidak ada dalam tubuh. Corpus alienum merupakan salah

satu penyebab cedera mata yang mengenai sklera, kornea, dan konjungtiva. Benda

asing yang masuk ke mata biasanya berukuran kecil seperti serpihan logam atau

kayu (Augsbrger dkk, 2004). Benda asing pada sklera biasanya tidak begitu

berbahaya, karena sklera tidak dilalui cahaya (Aronson, 2008). Benda asing yang

masuk ke konjungtiva mata, biasanya bersarang dilekuk antara selaput lendir

kelopak mata dan bola mata, sehingga apabila mata berkedip benda asing tersebut
21

akan menggores permukaan kornea (Khurana, 2009). Benda asing yang paling

berbahaya yaitu apabila mengenai kornea dan harus segera dikeluarkan agar tidak

terjadi kerusakan yang parah, karena benda asing dapat menyebabkan kekeruhan

pada kornea. Untuk mencari dan menentukan benda asing itu, kadang-kadang

menggunakan lensa pembesar, senter, dan lampu kepala (AAO, 2008). Ketika

corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi

yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata dan terjadi iridocylitis serta

panophthmitis, oleh karena itu perlu untuk cepat mengenali benda asing tersebut

dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya

(Ilyas, 2008).

2.2.2 Etiologi

Penyebab cedera pada mata adalah secara umum disebabkan karena

(Bashour, 2008):

a. Percikan kaca, besi, keramik;

b. Partikel yang terbawa angin, seperti debu;

c. Ranting pohon;

d. Dan sebagainya.

Penyebab cedera mata pada pekerja las yang paling sering terjadi

disebabkan karena debu, gas, cahaya dan sinar, radiasi panas, bahaya ledakan,

bahaya kebakaran dan bahaya percikan las.


22

2.2.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang ditimbulkan akibat benda asing masuk ke dalam

mata yaitu (Ilyas, 2008)

1. Ekstra Okular

a. Mendadak merasa tidak enak ketika mengedipkan mata;

b. Ekskoriasi kornea terjadi bila benda asing menggesek kornea, oleh kedipan

bola mata;

c. Lakrimasi hebat;

d. Benda asing dapat bersarang dalam torniks atas atau konjungtiva;

e. Bila tertanam dalam kornea nyeri sangat hebat.

2. Infra Okuler

a. Bila menembus lensa atau iris, lubang mungkin bisa terlihat dan dapat terjadi

katarak;

b. Masalah lain diantaranya yaitu infeksi sekunder dan reaksi jaringan mata

terhadap zat kimia yang terkandung misalnya dapat terjadi siderosis.

2.2.4 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, posisi,

kedalaman, dan efek dari corpus alienum itu sendiri. Jika ukurannya besar,

terletak di bagian sentral dimana fokus cahaya pada kornea dijatuhkan, maka

dapat mempengaruhi visus. Reaksi inflamasi juga bisa terjadi apabila corpus

alienum yang mengenai kornea merupakan benda inert dan reaktif. Sikatrik

maupun perdarahan juga bisa timbul jika menembus cukup dalam. Bila ukuran
23

corpus alienum tidak besar, dapat segera diambil dan reaksi sekunder seperti

inflamasi ditangani secepatnya, serta tidak menimbulkan sikatrik pada media

refraksi yang berarti, prognosis bagi pasien adalah baik (Vaughan, 2010).

2.2.5 Pencegahan

Pencegahan terhadap kejadian corpus alienum mata pada pekerja las

diperlukan suatu alat pelindung diri. Alat Pelindung Diri (APD) merupakan

seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi diri dari

adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja (Budiono, 2003).

a. Jenis APD bagi Pekerja Las

Alat pelindung diri yang perlu untuk diperhatikan bagi pekerja las dapat

dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

1) Alat pelindung kepala yang berfungsi untuk melindungi kepala dari berbagai

bahaya, alat berupa tutup kepala ini dapat melindungi kepala dari benda keras

yang terjatuh, pukulan, benturan kepala, terkena arus listrik serta melindungi

kepala dari kebakaran (Hapsari, 2003);

2) Pelindung muka dan mata (face shield), yang dapat melindungi mata dan

wajah dari dampak partikel-partikel kecil yang terlempar dengan kecepatan

rendah maupun dampak dari partikel-partikel berat yang terlempar dengan

kecepatan tinggi. Selain itu, perlindungan pada muka dan mata ini juga dapat

bermanfaat untuk mencegah adanya percikan cairan panas atau korosif, dan

mata dapat terhindar dari kontak langsung dengan gas atau uap, debu dan

radiasi gelombang elektromagnetik serta cahaya (Darmini, 2007);


24

3) Alat pelindung tangan yang berguna melindungi tangan terkena benda tajam

dan goresan, bahan kimia (padat dan larutan), benda panas dan dingin atau

menghindarkan tangan dari sengatan arus listrik (Hapsari, 2003).

b. Alat Pelindung Muka dan Mata

Pencegahan yang perlu di perhatikan oleh pekerja las agar tidak terjadi

gangguan kesehatan mata misalnya masuknya benda asing ke dalam mata

yaitu dengan menggunakan alat pelindng diri berupa kacamata. Kacamata

pengaman atau pelindung mata berfungsi untuk melindungi mata dari

percikan bahan-bahan korosif, kemasukan debu atau partikel kecil, paparan

gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang

elektromagnetik, dan pukulan benda-benda keras dan tajam (Siswanto, 2003).

Jenis alat pelindung muka dan mata untuk pekerja las yaitu :

1) Kacamata (spectacles), yang bermanfaat untuk melindungi mata dari

partikel-partikel kecil, debu dan serpihan seperti kaca dan besi. Lensa

kacamata pelindung sebaiknya terbuat dari polikarbonat, karena bahan

tersebut dianggap baik untuk perlindungan mata dan tahan terhadap

benturan seperti menghindarkan mata dari serpihan proses pemotongan

besi. Memilih kacamata juga harus diperhatikan, harus pas sesuai bentuk

muka sehingga nyaman untuk digunakan. Simpan kacamata setelah

dipakai pada tempatnya. Bersihkan kacamata secara teratur terutama

pada bagian lensa dengan mengelap kacamata apabila akan digunakan.

2) Perlindungan samping (side shields) yaitu pengaman tambahan yang

dapat dipasang pada bagian samping kacamata. Melindungi mata dari


25

lemparan benda-benda seperti debu atau serpihan lainnya dari arah

samping yang dapat masuk mengenai mata.

3) Kacamata Goggles. Melindungi mata dari gas, uap debu, percikan larutan

kimia, radiasi, dan kilatan cahaya atau sinar yang menyilaukan. Bahan

dapat terbuat dari plastik yang transparan dengan lensa dilapisi kobalt

untuk melindungi mata dari bahaya radiasi gelombang elektromagnetik

non ionisasi. Kacamata goggles dirancang menyesuaikan bentuk wajah

pemakainya sehingga nyaman untuk digunakan. Kacamata goggles

disimpan pada tempatnya, bersihkan kacamata dengan menggunakan lap

seperti kain bersih. Bersihkan kacamata goggles khususnya lensa

kacamata sebelum digunakan.

4) Alat pelindung mata yang lain yang dapat digunakan yaitu perisai muka,

alat ini dapat dipasang pada helm atau juga bisa dipegang dengan tangan

secara langsung (Hapsari, 2003). Perisai muka dapat digunakan untuk

melindungi wajah khususnya mata dari gas, uap, debu, percikan larutan

kimia, radiasi dan kilatan sinar yang menyilaukan. Tempat penyimpanan

perisai muka sama dengan alat pelindung lainnya khususnya tempat yang

terhindar dari debu dan apabila ingin menggunakan terlebih dahulu

bersihkan perisai muka khususnya pada bagian lensa. Kegiatan

pengelasan yang harus diperhatikan selain penggunaan APD pada mata

yaitu arah angin ketika akan melakukan pengelasan. Pada saat ingin

mengelas harus mengikuti arah angin agar serpihan benda las atau

partikel-partikel las tidak mengenai anggota badan pekerja las. Pada


26

dasarnya penggunaan perisai muka kurang disenangi oleh pekerja las

karena kurang nyaman dipakai saat bekerja. Selain tidak disenangi

karena tidak nyaman digunakan, pemakaian perisai muka juga akan

menutupi mata dengan ketat sehingga tidak terjadi pertukaran udara

didalammya (Disnakertrans, 2002).

2.2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dari corpus alienum mata yaitu dengan mengeluarkan

benda asing tersebut. Saat mata kemasukan benda asing, pastikan tidak

menggosok mata. Hal ini dilakukan untuk mencegah jaringan mata mengalami

perlukaan atau rusak akibat gesekan denganbenda asing. Cobalah untuk duduk

menghadap ke sumber cahaya. Tarik kelopak mata atas atau bawah dengan lembut

dan meminta bantuan minta bantuan seseorang untuk melihat letak benda yang

masuk ke mata. Penanganan selanjutnya yang harus dilakukan apabila mata

pekerja las kemasukan benda asing akibat pengelasan adalah dengan mengaliri

mata memakai air bersih yang mengalir selama satu menit. Hal ini dilakukan agar

benda yang bersarang dimata dapat ikut keluar bersama air yang mengalir, namun

apabila benda tersebut tidak hilang setelah dialiri air maka harus segera dibawa ke

pelayanan kesehatan terdekat. Apabila benda asing yang mengenai mata hilang

akibat dialiri dengan air, namun harus tetap diperiksakan ke pelayanan kesehatan

untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Penggunaan obat tetes mata dapat

digunakan sebagai obat anti inflamasi, namun harus sesuai dengan petunjuk dosis

obat.
27

Penanganan pada umumnya apabila lokasi corpus alienum mata berada di

palpebra dan konjungtiva, kornea maka dapat dengan mudah dilepaskan setelah

pemberian anastesi lokal. Untuk mengeluarkannya, dari tengah ke tepi. Apabila

benda bersifat magnetik, maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable.

Kemudian diberi antibiotik lokal, siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa steril

dan diperban (Vaughan, 2010).

Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dibuat insisi di

limbus, melalui insisi tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk menarik

benda asing, bila tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris yang

mengandung benda asing tersebut. Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata

depan dapat dikeluarkan dengan magnit sama seperti pada iris. Corpus alienum

seperti serpihan kaca yang masuk ke dalam mata dan letaknya ada di dalam, dapat

dikeluarkan dengan giant magnit setelah insisi dari sklera. Bila tidak berhasil,

dapat dilakukan dengan operasi vitrektomi (Vaughan, 2010).

2.3 Konsep Dasar Pengetahuan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rogers (1974) membuktikan bahwa

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan. Rogers mengungkapkan bahwa sebelum

seseorang mengadopsi perilaku baru, akan terjadi proses yang berurutan di dalam

dirinya (Maulana, 2009).


28

2.3.1 Pengertian Pengetahuan

Menurut Bloom (1956) dalam Februl (2012) ranah pengetahuan dibagi

menjadi 3 yaitu:

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif adalah ranah mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya

yang menyangkut aktifitas otak adalah ranah kognitif.

b. Ranah afektif

Ranah afektif adalah ranah berhubungan dengan sikap dan nilai.

c. Ranah psikomotor

Ranah psikomotor adalah ranah berkaitan dengan keterampilan (skill) atau

kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar

tertentu.

2.3.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat

yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi ke dalam 6 tingkat pengetahuan,

yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, oleh karena itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah.
29

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan

mengapa harus makan makanan yang bergizi.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Misalnya dengan

menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian,

dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem

solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang

diberikan.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi,

dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


30

Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan

yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak

yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi

terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak

mau ikut KB dan sebagainya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden, kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau

kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. (Notoatmodjo,

2011).

2.3.3 Cara Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat

alat tes/kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur. Selanjutnya

dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan

diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0 (Notoatmodjo, 2003).


31

Menurut Wawan dan Dewi (2010) cara penilaian pengetahuan dapat

dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang

diharapkan (tertinggi) kemudian dilakukan 100% dan hasilnya berupa persentase

dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:

Keterangan:

P= persentase

f= frekuensi dari seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan yang

telah dipilih responden atas pernyataan yang diajukan.

n= jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan

responden selaku peneliti

100% = bilangan genap.

Selanjutnya pengetahuan seseorang dapat diketahui dengan diinterprestasikan

dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu baik jika hasil presentase 76%-100%,

cukup jika hasil presentase 56%-75% dan, kurang jika hasil presentasi kurang dari

56%.

Pengukuran pengetahuan berdasarkan jenis penelitianya, kuantitatif atau

kualitatif :

a. Penelitian kuantitatif

Pada umumnya akan mencari jawaban dari fenomena, yang menyangkut

berapa banyak, berapa sering, berapa lama dan sebagainya, maka biasanya

menggunakan metode wawancara dan angket.


32

1. Wawancara tertutup atau wawancara terbuka, dengan menggunakan

instrumen (alat pengukur/pengumpul data) kuesioner. Wawancara

tertutup adalah dimana jawaban respo nden atas pertanyaan yang

diajukan telah tersedia opsi jawabanya, responden tinggal memilih

jawaban yang di anggap tepat. Sedangkan wawancara terbuka responden

boleh menjawab apa saja sesuai pendapat dan pengetahuanya.

2. Angket tertutup atau terbuka. Instrumen atau alat ukurnya seperti

wawancara, hanya jawaban responden disampaikan lewat tulisan. Metode

ini disebut juga self administered atau metode mengisi sendiri.

b. Penelitian kualitatif

Pada umumnya penelitian ini bertujuan untuk menjawab bagaimana suatu

fenomena itu terjadi. Metode pengukuran pengetahuan dalam penelitian kualitatif

antara lain :

1. Wawancara mendalam

Mengukur variabel menggunakan wawancara mendalam yaitu peneliti

mengajukan pertanyaan sebagai pembuka, yang akhirnya memancing

jawaban yang sebanyak banyaknya dari responden.

2. Diskusi kelompok terfokus (focus group discussion)

Diskusi kelompok terfokus dalam menggali informasi dari beberapa

responden sekaligus dalam kelompok. Peneliti mengajukan pertanyaan, yang

akan memperoleh jawaban yang berbeda-beda dari semua responden dalam

kelompok tersebut. Jumlah anggota dalam diskusi kelompok terfokus


33

seyogyanya tidak terlalu banyak, tetapi tidak terlalu sedikit, antara 6-10 orang

(Notoatmodjo, 2010).

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005) faktor yang mempengaruhi pengetahuan

adalah:

a. Umur

Semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya

bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses

perkembangan mental ini tidak secepat ketika berumur belasan tahun. Selain itu,

bahwa daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian

ini maka dapat disimpulkan bahwa bertambahnya umur dapat berpengaruh pada

pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur–umur

tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu

pengetahuan akan berkurang.

b. Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berpikir

abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.

Intelegensi seseorang merupakan modal berpikir dan mengolah berbagai

informasi secara terarah sehingga menguasai lingkungan perbedaan intelegensi

seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.


34

c. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang. Seseorang

dapat mempelajari hal yang baik dan juga hal yang buruk tergantung pada sifat

kelompok. Dalam lingkungan seseorang memperoleh pengalaman yang akan

berpengaruh pada cara berpikir.

d. Sosial budaya

Sosial budaya berpengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang

memperoleh kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena

hubungan seseorang mengalami proses belajar dan memperoleh pengetahuan.

e. Pendidikan

Pendidikan adalah kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan

atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan berdiri

sendiri.

f. Informasi

Informasiberpengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang

memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik

dari berbagai media misalnya televisi, radio atau surat kabar, maka hal itu akan

dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

2.4 Konsep Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan sebagai bagian atau cabang ilmu dari kesehatan

mempunyai dua sisi yakni sisi ilmu dan seni. Sisi seni yakni praktisi atau aplikasi
35

pendidikan kesehatan merupakan penunjang dari program-program kesehatan

lain. Artinya setiap program kesehatan perlu ditunjang atau dibantu oleh

pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2005).

2.4.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan

Menurut Wood pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang

berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap, dan pengetahuan

yang ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan, masyarakat, dan bangsa.

Menurut Nyswander, pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada

diri manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan

perorangan dan masyarakat. Grout menyatakan bahwa pendidikan kesehatan

adalah upaya menerjemahkan apa yang telah diketahui tentang kesehatan ke

dalam perilaku yang diinginkan dari perorangan ataupun masyarakat melalui

proses pendidikan. Sedangkan menurut Steward mendifinisikan pendidikan

kesehatan adalah unsur program kesehatan dan kedokteran yang didalamnya

terkandung rencana untuk mengubah perilaku perseorangan dan masyarakat

dengan tujuan untuk membantu tercapainya program pengobatan, rehabilitasi,

pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan (Susilo, 2011).

Dari batasan-batasan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan umum

bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan terencana untuk

mengubah perilaku individu kelompok dan masyarakat (maulana, 2009)


36

2.4.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

a. Tujuan kaitannya dengan batasan sehat

Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku orang atau

masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat. Apabila perilaku

tidak sesuai dengan prinsip kesehatan, maka dapat menyebabkan terjadinya

gangguan terhadap kesehatan. Batasan sehat menurut Undang-Undang No.23

Tahun 1992, yakni bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,

dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomi (Susilo, 2011).

b. Mengubah perilaku kaitannya dengan budaya

Sikap dan perilaku merupakan bagian dari budaya. Kebudayaan adalah

kebiasaan, adat istiadat, tata nilai atau norma. Perilaku kesehatan sebagai tujuan

pendidikan kesehatan menjadi 3 macam yaitu:

1. Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di

masyarakat. Contohnya kader kesehatan mempunyai tanggungjawab terhadap

penyuluhan dan pengarahan kepada keadaan dalam cara hidup sehat menjadi

suatu kebiasaan masyarakat.

2. Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri

maupun menciptakan perilaku sehat didalam kelompok. Contoh program

PKMD adalah posyandu yang akan diarahkan kepada upaya pencegahan

penyakit.
37

3. Mendorong berkembangnya dan penggunaan saran pelayanan kesehatan yang

ada secara tepat. Contoh ada sebagian masyarakat yang secara berlebihan

memanfaatkan pelayanan kesehatan adapula yang sudah benar sakit tetapi

tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan (Fitriani, 2011).

2.4.3 Tahapan Kegiatan Pendidikan Kesehatan

Ada beberapa tahapan yang dilalui oleh pendidikan kesehatan adalah:

a. Tahap sensitisasi

Pada tahapan ini dilakukan guna untuk memberikan informasi dan kesadaran

pada masyarakat tentang hal penting mengenai masalah kesehatan seperti

kesadaran seperti kesadaran pemanfaatan fasilitas kesehatan wabah penyakit,

imunisasi. Pada kegiatan ini tidak memberikan penjelasan mengenai pengetahuan,

tidak pula merujuk pada perubahan sikap, serta tidak atau belum bermaksud pada

masyarakat untuk mengubah perilakunya.

b. Tahap publisitas

Tahap ini merupakan tahapan lanjutan dari tahap sensitisasi. Bentuk kegiatan

berupa press release yang dikeluarkan Departemen Kesehatan untuk memberikan

penjelasan lebih lanjut jenis atau macam pelayanan kesehatan.

c. Tahap edukasi

Tahap ini kelanjutan pula dari tahap sensitisasi yang mempunyai tujuan untuk

meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap serta mengarahkan pada perilaku

yang diinginkan. Cara yang digunakan adalah dengan belajar mengajar.


38

d. Tahap motivasi

Tahap kelanjutan dari tahap edukasi. Individu atau masyarakat setelah

mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan benar-benar mampu mengubah

perilakunya sesuai dengan yang dianjurkan kesehatan (Maulana, 2009).

2.4.4 Proses Pendidikan Kesehatan

Prinsip pokok dalam pendidikan kesehatan adalah proses belajar.

Gambar 2.1 Proses Pendidikan Kesehatan (Fitriani, 2011).

Dalam proses belajar ini terdapat 3 persoalan pokok yaitu:

a. Persoalan masukan (input)

Menyangkut pada sasaran belajar (sasaran didik) yaitu individu, kelompok

serta masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan berbagai latar

belakangnya.

b. Persoalan proses

Mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan (perilaku) pada

diri subjek belajar tersebut. Dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara

berbagai faktor antara lain subjek belajar, pengajar (pendidik dan fasilitator)

metode, tehnik belajar, alat bantu belajar serta materi atau bahan yang dipelajari.

c. Persoalan keluaran (output)

Merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau perubahan

perilaku dari subjek belajar (Fitriani, 2011).


39

2.4.5 Metode Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.

Faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan kesehatan disamping faktor

masukannya juga diperlukan faktor metode. Berikut ini akan diuraikan beberapa

metode pendidikan kesehatan individual maupun kelompok (Notoatmodjo, 2005).

a. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)

Pendidikan kesehatan dengan metode yang bersifat individual digunakan

untuk membina perilaku baru atau membina seseorang yang mulai tertarik

kepada suatu perubahan perilaku. Dasar digunakannya pendekatan individual

ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda

(Notoatmodjo, 2005). Bentuk dari metode individual ada 2 bentuk:

1. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)

a) kontak antara klien dengan petugas lebih intensif;

b) setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu

penyelesaiannya;

c) akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan

kesadaran, penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut

(mengubah perilaku).

2. Wawancara (interview)

a) merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan;

b) menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima

perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang


40

akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang

kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam

lagi (Fitriani, 2011).

b. Metode Pendidikan Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok

yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitasnya suatu

metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan (Notoatmodjo,

2005).

1. Kelompok Besar

a) Ceramah

Metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan

tinggimaupun rendah. Metode ceramah yang dimaksud adalah

ceramah dengan metode yang bervariasi.

b) Seminar

Hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan

menengah keatas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari

suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap

penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.

2. Kelompok Kecil

a) Diskusi Kelompok

Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan

diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih


41

tinggi, tiap kelompoknya punya kebebasan mengeluarkan pendapat,

pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan, dan

mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi dari

salah satu peserta.

b) Curah Pendapat (Brainstorming)

Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam

rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan,

pengalaman, dari semua peserta.

c) Bola Salju (Snow Balling)

Tiap orang dibagi menjadi pasang-pasangan (1 pasang 2 orang).

Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih

kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap

mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya.

Semua kelompok bergabung sampai akhirnya terjadi diskusi seluruh

kelas.

d) Kelompok Kecil-Kecilan (Buzz Group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil,

kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan

kelompok lain, dan masing-masing kelompok mendiskusikan

masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok

tersebut dan dicari kesimpulannya.


42

e) Memainkan Peran (Role Play)

Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk

menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam

suatu pertunjukkan peran didalam kelas/pertemuan, yang kemudian

dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian.

f) Permainan Simulasi (Simulation Game)

Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya

untuk mengembangkan keterampilan peserta belajar (keterampilan

mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi

yang nyata kedalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya

kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang

sesungguhnya. Contohnya: sebelum melakukan praktek

penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan

simulasi penerbangan terlebih dahulu (Fitriani, 2011).

2.4.6 Media

Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan

pendidikan atau meteri pengajaran. Media disebut juga alat peraga karena

berfungsi memebantu memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan (Maulana,

2009). Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media),

media ini dibagi menjadi 3, yakni:


43

a. Media Cetak

Media cetak adalah suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual.

Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto

dalam tata warna. Adapun macam-macamnya adalah:

1. Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan

dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

2. Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan

melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat

maupun gambar, atau kombinasi.

3. Flyer (selebaran) ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

4. Flip chart (lembar balik), ialah media penyampaian pesan atau

informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik.

5. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai

bahasan suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan.

6. Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi kesehatan

yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau

di kendaraan umum.

b. Media Elektronik

1. Televisi

Penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan melalui media

televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya

jawab sekitar masalah kesehatan, dan sebagainya.


44

2. Radio

Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui radio juga

dapat berbentuk macam-macam antara lain obrolan (tanya jawab), sandiwara

radio, ceramah, dan sebagainya.

3. Video

Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat melalui video.

c. Media Papan (Billboard)

Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dipakai dan diisi

dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan disini juga

mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada

kendaraan-kendaraan umum (bus dan taksi) (Maulana, 2009).

2.5 Konsep Metode Demonstrasi

2.5.1 Pengertian Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode pengajaran dengan penyampaian

suatu informasi dan pengetahuan dengan memperagakan dan mempertunjukkan

kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik

sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Metode demonstrasi dalam penyajiannya

tidak terlepas secara lisan oleh penyaji. Metode ini peserta didik lebih dominan

mendengarkan dan memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan

bahan pelajaran lebih konkret. Strategi pembelajaran dengan metode demonstrasi

dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori

dan inkuri (Sanjaya, 2014).


45

2.5.2 Langkah-langkah Metode Demonstrasi

Menurut Susilo (2011) terdapat tahap-tahap dalam metode demonstrasi,

yaitu :

a. Tahap persiapan

1) Siapkan alat yang diperlukan

2) Siapkan tempat

3) Menyiapkan peserta

b. Tahap pelaksanaan

1) Pembukaan

2) Penyampaian materi

3) Demonstrasi

c. Tahap evaluasi

2.5.3 Kelebihan Metode Demonstrasi

Kelebihan metode demonstrasi dapat meningkatkan konsentrasi,

meminimalkan kesalahan dibandingkan dengan ceramah atau membaca, dan

merupakan metode untuk mengasah keterampilan psikomotor. Menurut Rianto

(2006) kelebihan dari metode demonstrasi antara lain :

a. Memperkecil kemungkinan salah tafsir jika dibandingkan dengan apabila

peserta didik hanya membaca dan mendengar informasi untuk dihafalkan.

b. Peserta didik dapat terlibat dengan menirukan peragaan yang diberikan

sehingga mereka akan lebih cakap, terampil dan percaya diri.


46

c. Memusatkan peserta didik terhadap hal penting selama proses

pembelajaran.

d. Memungkinkan peserta didik untuk menanyakan aspek yang diperagakan.

2.5.4 Kekurangan Metode Demonstrasi

Kekurangan dari metode demonstrasi menurut Rianto (2006), meliputi :

a. Memerlukan persiapan yang teliti sehingga dalam pelaksanaannya

terhindar dari kesan lelucon.

b. Penerapannya relatif lama.

c. Mempersyaratkan adanya tindakan lanjut berupa peniruan untuk peserta

didik.

d. Memerlukan peralatan yang memungkinkan ketepatan dalam pengamatan

oleh peserta didik.

2.6 Peran Perawat

Menurut Potter dan Perry (2005) menjelaskan bahwa peran perawat adalah

sebagai berikut :

a. Pemberi Asuhan Keperawatan (Care Giver)

Perawat membantu klien mendapatkan kesehatanya kembali melalui

proses penyembuhan. Pemberian asuhan keperawatan dilakukan secara

holistik. Pemberian asuhan dengan memberikan bantuan kepada klien dan

keluarga untuk menetapkan dan mencapai tujuan.


47

b. Pembuat Keputusan Klinis

Perawat menggunakan keahlian berfikir kritis melalui proses keperawatan.

Perawat membuat keputusan sendiri atau berkolaborasi dengan klien dan

keluarga. Selain itu, perawat dapat bekerjasama dan berkonsultasi dengan

pemberi perawatan kesehatan profesional lainnya.

c. Pelindung dan Advokasi Klien

Perawat bertugas sebagai advokat untuk membantu mempertahankan

lingkungan yang aman bagi klien. Sebagai pelindung, perawat bertugas untuk

melidungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum, membantu klien

dalam menyatakan hak-hak klien apabila dibutuhkan.

d. Manajer Kasus

Perawat bertugas mengkoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan.

Perawat mengatur waktu kerja dan sumber yang tersedia di tempat kerja.

Perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggungjawab asuhan dan

mengawasi tenaga kesehatan lainnya.

e. Rehabilitator

Klien rehabilitasi adalah klien yang mengalami proses dari sakit menuju

ke tingkat fungsi maksimal. Perawat bertugas untuk membantu klien

beradaptasi semaksimal mungkin dari keadaan sakit sampai penyembuhan

baik fisik maupun psikis.

f. Pemberi Kenyamanan

Perawat bertugas memberikan keyamanan dengan membantu klien untuk

mencapai tujuan yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan yang psikis


48

dan fisiknya. Perawat dapat memberikan kenyamanan dengan

mendemonstrasikan perawatan kepada klien sebagai individu yang memiliki

perasaan dan kebutuhan yang unik.

g. Komunikator

Perawat berperan sebagai komunikator sehingga perawat mempunyai

tugas untuk melakukan komunikasi dengan baik. Kualitas komunikasi

merupakan faktor yang konflik masalah dan pandangan mengenal dunia yang

tidak disadari oleh perawat.

h. Penyuluh atau Pendidik

Perawat mempunyai tugas memberikan pengajaran kepada klien tentang

kesehatan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan

sumber-sumber yang lain. Perawat menggunakan metode mengajar yang

sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien.

i. Peran Karier

Perawat di tempatkan di berbagai posisi jabatan sehingga dapat

meningkatkan keahlian dalam pekerjaan. Perawat bisa berkarier menjadi

perawat spesialis klinis, perawat ahli, perawat pelaksana dan lain sebagainya.

j. Tim Perawatan Kesehatan

Perawat memiliki kesempatan yang paling besar untuk berinteraksi dengan

seluruh tenaga kesehatan profesional dalam sebuah tim kesehatan. Perawat

memegang peranan penting dalam mengkoordinir dan menggabungkan

pelayanan dalam mengatr sistem perawatan.


49

2.5 Kerangka Teori


Langkah-langkah Metode Faktor – faktor yang
Metode Demonstrasi : Demonstrasi : Tingkat pengetahuan tentang mempengaruhi
1. Pengertian9 1. Tahap persiapan : alat, corpus alienum mata9 : pengetahuan8:
2. Langkah-langkah tempat dan peserta 1. Tahu 1. Umur
2. Memahami 2. Intelegensi
3. Kelebihan 2. Tahap pelaksanaan
3. Aplikasi 3. Lingkungan
4. Kekurangan a) Pembukaan 4. Analisis
b) Penyampaian materi 4. Sosial Budaya
5. Sintesis
c) Memulai demonstrasi 5. Pendidikan
6. Evaluasi
3. Tahap evaluasi 6. Informasi

Konsep pendidikan kesehatan :


1. Pengertian11,12
2. Tujuan 10,12 Pekerja las yang
Peran perawat13 : beresiko terjadi Corpus Alienum Mata
3. Tahapan 11
4. Proses10 1. Care giver Corpus Alienum
5. Metode 8,10,15 2. Pembuat keputusan klinis mata
5. Metode 3. Advokat
6. Media11 1. Pengertian1
4. Manajer kasus
2. Penyebab2
5. Rehabilitator Pengetahuan pencegahan
6. Pemberi kenyamanan 3. Patofisiologi2
corpus alienum mata
4. Klasifikasi2
7. Edukator
7. Komunikator
:
5. Tanda dan gejala3
6. Kompliaksi4
8. Peran karir
9. Tim perawatan kesehatan 7. Penatalaksanaan4
8. Pencegahan 5,6,7

Gambar 2.2 Kerangka Teori :


1Augsbrger et al 2004; 2Bashour, 2008; 3Ilyas, 2008; 4Vaughan, 2010; 5Hapsari, 2003; 6Darmini, 2007; 7Disnakertrans, 2002; 8Notoatmodjo, 2005; 9Notoatmodjo,
2011; 10Fitriani, 2011; 11Maulana, 2009; 12Susilo, 2011; 13Potter dan Perry, 2005
49
50

BAB 3. KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep


Faktor–faktor yang mempengaruhi pengetahuan:
1. Umur
2. Intelegensi
3. Lingkungan
4. Sosial Budaya
5. Pendidikan
6. Informasi

Tingkatan Pendidikan kesehatan metode demonstrasi tentang Tingkatan


pengetahuan tingkat pengetahuan pencegahan kejadian pengetahuan
sebelum dilakukan penyakit corpus alienum mata : setelah dilakukan
pendidikan pendidikan
Tahap I:
kesehatan metode kesehatan metode
1. Pretest demonstrasi:
demonstrasi:
2. Tahap persiapan : alat, tempat, dan peserta 1. Tahu
1. Tahu
2. Memahami 3. Tahap pelaksanaan : pembukaan, 2. Memahami
3. Aplikasi penyampaian materi tentang corpus alienum 3. Aplikasi
4. Analisis mata, dan memulai demonstrasi pencegahan 4. Analisis
5. Sintesis dan penatalaksanaan corpus alienum mata 5. Sintesis
6. Evaluasi 6. Evaluasi
4. Tahap evaluasi
Tahap II:
1. Tahap persiapan : alat, tempat, dan peserta
2. Tahap pelaksanaan : redemonsrasi
pencegahan dan penatalaksanaan corpus
alienum mata
3. Tahap tanya jawab
Tahap III:
Posttest

= Diteliti
= Tidak Diteliti

Gambar 3.Bagan kerangka konsep pengaruh pemberian pendidikan metode


demonstrasi kesehatan terhadap tingkat pengetahuan upaya pencegahan
kejadian penyakit corpus alienum mata pada pekerja las
51

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan hipotesis alternatif (Ha) yaitu

ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan metode demonstrasi terhadap

tingkat pengetahuan pencegahan kejadian penyakit corpus alienum mata pada

pekerja las di bengkel las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.

Ha dapat diterima jika nilai p pada uji statistik menunjukkan nilai p < α (α = 0,05).
52

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah kuantitatif menggunakan rancangan penelitian pre

eksperimental dimana penelitian tidak menggunakan kelompok pembanding

(kontrol) terhadap variabel yang berpengaruh terhadap eksperimen (Notoadmojo,

2012). Model penelitian menggunakan metode demonstrasi. Pendekatan

menggunakan one group pretest posttest design yang menekankan waktu

pengukuran/observasi data variabel Independen (pemberian pendidikan

kesehatan) dan Dependen (tingkat pengetahuan pencegahan kejadian penyakit

corpus alienum mata pada tukang las) (Hidayat, 2007).

Perlakuan yang diberikan berupa pendidikan kesehatan terhadap kelompok

subjek dan pengukuran (O1 dan O2) terkait tingkat pengetahuan pencegahan

kejadian penyakit corpus alienum mata.

Pre test Intervensi Post test


O1 X O2

Gambar 4.1 Rancangan penelitian Pre-eksperimental One-group


pre-post test design (Notoatmodjo, 2012)
Keterangan :

O1 : Tingkat pengetahuan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan metode

demonstrasi

X : Pendidikan kesehatan metode demonstrasi

O2 : Tingkat pengetahuan setelah dilakukan pendidikan kesehatan metode

demonstrasi
53

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang

memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Populasi merupakan keseluruhan dari

subjek penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu sesuai

dengan yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2014). Populasi pada penelitian adalah Bengkel Las Putra Jaya Jalan

Sumatra No 100 Kecamatan Sumbersari dengan jumlah pekerja sebanyak 21

orang.

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2014). Sampel terdiri dari atas bagian populasi

terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling

(Nursalam, 2013). Menurut Arikunto (2013) pengambilan jumlah sampel untuk

populasi yang jumlahnya melebihi 100 orang maka dapat diambil 10-15% atau

20-25% sampel atau lebih, sedangkan jumlah sampel populasi yang kurang dari

100 orang sebaiknya diambil semuanya. Sampel pada penelitian ini adalah pekerja

las Putra jaya, jumlah sampel pada penelitian menggunakan total sampling yaitu

berjumlah 21 orang.
54

4.2.3 Teknik Penentuan Sampel

Teknik sampling penelitian dengan menggunakan nonprobability

sampling. Prinsip dari teknik sampling ini yaitu tidak memberikan peluang atau

kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi

sampel (Sugiyono, 2014). Nonprobability sampling merupakan pengambilan

sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi

hanya berdasarkan segi-segi kepraktisan belaka (Notoatmodjo, 2012). Teknik

pengambilan sampel ini adalah dengan total sampling (sampling jenuh), yaitu

teknik penentuan sampel dengan menggunakan semua anggota populasi sebagai

sampel, hal ini sering digunakan apabila jumlah populasi relatif kecil (Sugiyono,

2014).

4.2.4 Kriteria Sampel Penelitian

Menurut Nursalam (2014) kriteria sampel dibedakan menjadi dua bagian,

yaitu inklusi dan eksklusi. Tujuan dari kriteria sampel yaitu untuk mengendalikan

variabel penelitian yang tidak diteliti, namun ternyata berpengaruh terhadap

variabel dependen. Kriteria inklusi yaitu kriteria umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Sedangkan kriteria ekslusi

merupakan menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria

inklusi dari studi karena berbagai sebab.

a. Kriteria inklusi :

1. Pekerja las yang bekerja di Bengkel Las Putra Jaya Jalan Sumatra No 100

Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember


55

2. Bersedia menjadi responden dalam penelitian

3. Bisa berkomunikasi dengan baik

b. Kriteria eksklusi :

1) Tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian.

2) Klien mengundurkan diri karena tidak sehat fisik dan tidak dapat mengikuti

kegiatan sampai selesai.

4.3 Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Las Putra Jaya Jalan

Sumatra No 100 Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.

4.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai tahap pembuatan proposal yang dilakukan

pada bulan Januari 2017 sampai Maret 2017, dilanjutkan tahap pelaksanaan

penelitian pada bulan Mei 2017 hingga pembuatan laporan serta presentasi hasil

yang dilaksanakan pada Juni 2017.


56

4.5 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Variabel penelitian dan definisi operasional

No Variabel Definisi operasional Parameter Alat Ukur Skala Hasil


1 Independen : Upaya pemberian Melakukan metode demonstrasi SAP - -
Pendidikan informasi dengan yang dilakukan selama tiga
Kesehatan menunjukkan dan pertemuan yaitu :
metode mempraktekkan Tahap I:
demonstrasi langsung kepada 1. Pretest
peserta didik selama 2. Tahap persiapan : alat,
60 menit tentang
tempat, dan peserta
pencegahan kejadian
penyakit corpus 3. Tahap pelaksanaan :
alienum mata pembukaan, penyampaian
materi tentang corpus
alienum mata, dan memulai
demonstrasi pencegahan
corpus alienum mata
4. Tahap evaluasi
Tahap II:
1. Tahap persiapan : alat,
tempat, dan peserta
2. Tahap pelaksanaan :
redemonsrasi pencegahan
corpus alienum mata
3. Tahap tanya jawab
Tahap III:
Post test
57

2 Dependen : Kemampuan berfikir Indikator Pengetahuan : Kuesioner Ordinal Dari 19 pertanyaan, jawaban
Tingkat hasil dari pemberian a. Tahu yaitu dapat dikategorikan berdasarkan tingkat
pengetahua informasi pendidikan mengingat kembali materi pengetahuan menggunakan rumus Azwar
npekerja las kesehatan metode yang telah dipelajari (2010) menjadi:
terhadap demonstrasi pada tentang pencegahan a. Tingkat Pengetahuan Baik :
pencegahan pekerja las tentang corpus alienum mata 12,7 ≤ X
corpus pencegahan corpus b. Memahami yaitu dapat b. Tingkat Pengetahuan Cukup : 6,3
alienum alienum mata menjelaskan secara benar ≤ X < 16,7
mata obyek yang diketahui c. Tingkat Pengetahuan Kurang : X <
tentang pencegahan 6,3
corpus alienum mata
c. Aplikasi yaitu dapat
menggunakan pada situasi
nyata tentang pencegahan
corpus alienum mata
d. Analisis yaitu dapat
menjabarkan tentang
pencegahan corpus
alienum mata
e. Sintesis yaitu dapat
menghubungkan materi
tentang corpus alienum
mata
f. Evaluasi yaitu dapat
menilai dengan benar
tentang pencegahan
corpus alienum mata
58

4.6 Pengumpulan Data

4.6.1 Sumber Data

a. Data primer

Sumber data primer merupakan sumber data yang langsung di berikan

kepada pengumpul data (Sugiyono, 2011). Data primer merupakan data yang

dikumpulkan melalui pihak pertama biasanya melalui kuesioner, wawancara, jejak

pendapat dan lain-lain (Nazir, 2007). Sumber data primer didapatkan dari hasil

pengisian kuesioner yang diajukan peneliti kepada pekerja las yang berada di

Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari yang masuk dalam kriteria

inklusi.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung kepada

pengumpul data (Sugiyono, 2011). Data sekunder penelitian ini didapatkan dari

data yang terdapat di Dinas Kesehatan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Jember. Data yang didapatkan yaitu jumlah penderita corpus alienum

mata dan data bengkel las di wilayah Kabupaten Jember.

4.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek dalam penelitian (Nursalam, 2008).

Teknik dalam pengumpulan data sangat diperlukan oleh peneliti dalam

mengetahui persebaran data dan cara mendapatkan suatu data dari subyek

penelitian. Pendidikan kesehatan metode demonstrasi menjadi variabel

independen penelitian yang dilakukan. Tingkat pengetahuan pencegahan penyakit


59

corpus alienum mata merupakan variabel dependen, yang dinilai dengan

menggunakan kuesioner yang diisi oleh para pekerja las yang menjadi sampel

penelitian.

a. Persiapan

1) Peneliti mendapatkan ijin dari Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Jember melakukan koordinasi dengan Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik dengan memberikan surat pengantar ke Dinas

Kesehatan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan

2) Peneliti melakukan pemilihan daerah dan bengkel las yang digunakan

untuk penelitian sesuai data yang didapat dari pengambilan data

sekunder.

3) Peneliti membuat ijin penelitian di lokasi penelitian yang dipilih yaitu

Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.

4) Peneliti meminta ijin pada pemilik bengkel las Putra Jaya dengan

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Peneliti selanjutnya

berkoordinasi dengan pemilik bengkel untuk mendapatkan populasi

penelitian.

5) Peneliti menyusun instrumen penelitian.

6) Peneliti menentukan bengkel las tempat uji validitas dan uji reliabilitas

yang didapat dari pengambilan data sekunder.

7) Peneliti melakukan administrasi di kampus untuk melakukan uji validitas

dan uji reliabilitas ke Bakesbangpol Kabupaten Jember yang ditujukan ke


60

Bengkel Las Bakat Jaya Desa Wirolegi Jalan MT. Haryono Nomor 149

Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.

8) Peneliti selanjutnya melakukan uji validitas dan uji reliabilitas ke

Bengkel Las Bakat Jaya Desa Wirolegi Jalan MT. Haryono Nomor 149

Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.

9) Peneliti mendatangi Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari

Kabupaten Jember untuk melakukan penelitian kepada calon responden

penelitian.

10) Peneliti mendata calon responden sesuai dengan kriteria inklusi dan

eksklusi untuk menjadi sampel penelitian. Pekerja las yang termasuk

dalam kriteria inklusi dan eksklusi diberikan lembar informed consent

yang didalamnya berisi persetujuan bahwa pekerja las akan dijadikan

responden dalam penelitian ini. Pekerja las menandatangani lembar

informed consent dan mengembalikan kembali lembar tersebut pada

peneliti.

b. Pelaksanaan pengumpulan data

Langkah-langkah dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Tahap pertama

a. Pertemuan hari pertama dilakukan pada tanggal 8 Mei 2017

dilakukan pretest menggunakan instrumen tingkat pengetahuan

kepada pekerja las yang bersedia menjadi responden penelitian;


61

b. kegiatan pretest dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan yang

ada di dalam lembar kuesioner tentang pencegahan corpus alienum

mata. Peneliti membimbing pekerja las dalam memberikan tanda

centang (√) pada kolom pernyataan yang sesuai dengan pengetahuan

pekerja las. Pernyataan mengenai pengetahuan pekerja las tentang

corpus alienum mata diberikan 2 macam pilihan, yaitu benar dan

salah. Alokasi waktu untuk pretest selama 15 menit, kemudian

lembar kuesioner pretest dikumpulkan kepada peneliti;

c. setelah kegiatan pretest dilanjutkan dengan pendidikan kesehatan.

Kegiatan pendidikan kesehatan diawali dengan persiapan dan

pembukaan, meliputi persiapan alat,tempat dan peserta, memberikan

salam dan memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan umum dan

tujuan khusus, menjelaskan manfaat dari kegiatan, menjelaskan alur

kegiatan pendidikan kesehatan, apersepsi kepada responden,

menyampaikan kontrak waktu. Pembukaan dilakukan selama 10

menit;

d. kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti selama 45 menit yaitu

penjelasan tentang pencegahan corpus alienum mata oleh peneliti

kepada responden melalui media power point dan selanjutnya

dilakukan demonstrasi tentang alat pelindung mata, menjelaskan

manfaat dan fungsi masing-masing alat pelindung mata.

Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya

mengenai materi yang kurang dipahami;


62

e. setelah kegiatan inti selesai dilanjutkan dengan kegiatan evaluasi

selama 5 menit. Kegiatan penutup yaitu menyimpulkan hasil dan

evaluasi dari kegiatan yang telah dilakukan, memberikan

reinforcement kepada responden, dan membuat kontrak pertemuan

berikutnya, menutup pertemuan, memberi salam;

2. Tahap kedua

a. Kegiatan redemonstrasi yang dilakukan pada tanggal 10 Mei 2017

diawali dengan persiapan dan pembukaan. Kegiatan meliputi

menyiapkan alat, tempat dan peserta didik, memberikan salam dan

memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan umum dan tujuan khusus,

menjelaskan manfaat dari kegiatan pendidikan kesehatan,

menjelaskan alur kegiatan pendidikan kesehatan, evaluasi

pengetahuan dari pertemuan sebelumnya, dan melakukan kontrak

waktu. Persiapan dan pembukaan dilakukan selama 10 menit;;

b. kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti selama 45 menit yaitu

pertama-tama meminta perwakilan responden untuk maju kedepan

melakukan demonstrasi, responden menyebutkan contoh macam-

macam alat pelindung mata, responden mendemonstrasikan masing-

masing alat pelindung mata sekaligus menjelaskan manfaat dan

fungsinya, peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk

bertanya tentang materi yang kurang dipahami.

c. setelah kegiatan inti selesai dilanjutkan dengan kegiatan penutup

selama 5 menit, kegiatan yang dilakukan meliputi menyimpulkan


63

hasil dan evaluasi kegiatan yang telah dilakukan, memberikan

reinforcement kepada responden, membuat kontrak pertemuan

berikutnya, menutup pertemuan, dan memberi salam.

3. Tahap ketiga

Pada tahap ketiga dilakukan posttest pada tanggal 17 Mei 2017, satu

minggu setelah intervensi terakhir. Pengambilan waktu posttest

berdasarkan dari jurnal Indonesian Journal of Human Nutrition (2016)

yang menyebutkan bahwa pelaksanaan posttest paling efektif dilakukan

pada satu minggu setelah intervensi terkahir, dan penelitian tersebut telah

mendapat persetujuan dari komite etik penelitian Poltekkes Kemenkes

Bandung nomor LB.02.1/3.1/2099.6/2014. Pada tahap ketiga peneliti akan

membagikan lembar kuesioner yang sama pada saat pretest. Postest yang

telah diselesaikan oleh responden dikumpulkan kembali kepada peneliti.

Alokasi waktu dari kegiatan ini yaitu 15 menit. Setelah kegiatan postest

selesai, peneliti membagikan leaflet yang berisi materi tentang pencegahan

corpus alienum mata kepada para responden untuk dibawa pulang sebagai

bahan bacaan responden. Hasil dari pretest dan postest dicatat dan

disimpan peneliti untuk dikelola dan dianalisis.

4.6.3 Alat Pengumpulan Data

Instrumen atau alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberikan sejumlah pertanyaan dalam bentuk tertulis untuk dijawab oleh

responden (Sugiono, 2014). Instrumen tingkat pengetahuan yang digunakan


64

adalah kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti menggunakan guttman scale

penulisan Sugiyono (2010) dalam buku statistik untuk penelitian dan

dikembangkan berdasarkan teori Notoatmodjo (2011) tentang tingkatan

pengetahuan. Guttman scale itu sendiri merupakan skala pengukuran dengan

jawaban tegas, yaitu ya-tidak, benar-salah, pernah-tidak pernah, positif-negatif.

Kuesioner tentang tingkat pengetahuan pencegahan corpus alienum mata

berjumlah 25 poin yang dinilai. Item pernyataan terdiri pernyataan bersifat

mendukung (favourable) yang sistem penilaiannya apabila jawaban benar = 1 dan

salah = 0, sedangkan untuk pernyataan tidak mendukung (unfavourable) sistem

penilaiannya bila jawaban salah = 1 dan benar = 0.

Tabel 4.2 Blue Print instrumen tingkat pengetahuan pencegahan corpus alienum
mata
Variabel Indikator Pertanyaan Jumlah
butir
soal
Favourable Unfavourable
Tingkat 1. Tahu : 1 2 2
pengetahuan a. Pengertian corpus
pencegahan alienum mata
b. Tanda dan gejala corpus 3, 4, 5 3
alienum mata
2. Paham : 6, 8 7 3
a. Etiologi corpus alienum
mata
b. Tanda gejala corpus 9 10 2
alienum mata
c. Komplikasi corpus 11, 12 2
alienum mata
3. Aplikasi 13, 14 15 3
Pencegahan corpus
alienum mata
4. Analisis 17, 18 16 3
Pencegahan corpus
alienum mata
5. Sintesis 19, 20, 21 3
Pecegahan corpus
alienum mata
6. Evaluasi 22, 23, 24 25 4
65

Penatalaksanaan corpus
alienum mata
TOTAL 19 6 25

4.6.4 Uji Validitas dan reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas berguna untuk melihat sejauh mana keabsahan

dari data-data yang digunakan dalam penelitian. Menurut Notoatmodjo (2012)

jumlah responden yang diperlukan untuk melihat distribusi nilai hasil pengukuran

mendekati normal untuk uji validitas dan reliabilitas maka dibutuhkan responden

sebanyak 20 responden.

a. Uji validitas

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip

keandalan instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2013). Uji validitas

untuk kuesioner menggunakan rumus uji korelasi Pearson product moment (r)

yaitu dengan membandingkan antara skor nilai item setiap pernyataan dengan

skor total kuesioner dengan penilaiannya. Nilai korelasi untuk tiap-tiap pernyataan

dikatakan signifikan dapat dilihat dari perbandingan r hitung dengan r tabel. Bila

(r) hitung > (r) tabel artinya item pernyataan tersebut valid, jika (r) hitung < (r)

tabel maka dinyatakan tidak valid. Taraf signifikan yang digunakan dalam

penelitian ini sebesar 5% (Riyanto, 2013). Uji validitas pada penelitian ini

dilakukan di Bengkel Las Bakat Jaya Desa Wirolegi Jalan MT. Haryono Nomor

149 Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Jumlah responden dalam

penelitian ini sebesar 20 responden untuk uji validitas maka penelitian ini

memiliki nilai r tabel sebesar 0,444. Kuesioner sebelum uji validitas berjumlah 25

item pertanyaan, setelah hasil uji validitas diperoleh 19 item pertanyaan yang
66

valid dengan r > 0,444 dan 6 item pertanyaan yang tidak valid dengan r tabel

<0,444.

Tabel 4.3 Perbedaan Blue Print Instrumen Tingkat Pengetahuan Pencegahan Penyakit
Corpus Alienum Mata Aebelum dan Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas
Indikator Sebelum Uji Validitas Jumlah Setelah Uji Validitas Jumlah
Favorable Unfavorable Butir Favorable Unfavorable Butir
Soal Soal
1. Tahu : 1 2 2 1 2 2
a. Pengertian
corpus
alienum mata
b. Tanda dan 3, 4, 5 3 3, 4 2
gejala corpus
alienum mata
2. Paham : 6, 8 7 3 8 7 2
a. Etiologi
corpus
alienum mata
b. Tanda dan 9 10 2 9 10 2
gejala corpus
alienum mata
c. Komplikasi 11, 12 2 12 1
corpus
alienum mata
3. Aplikasi : 13, 14 15 3 13 1
Pencegahan
corpus
alienum mata
4. Analisis : 17, 18 16 3 17, 18 16 3
Pencegahan
corpus
alienum mata
5. Sintesis : 19, 20, 21 3 19, 20 2
Pencegahan
corpus
alienum mata
6. Evaluasi : 22, 23, 24 25 4 22, 23, 24 25 4
Penatalaksana
an corpus
alienum mata
TOTAL 19 6 25 14 5 19
67

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta

atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang

berlainan (Nursalam, 2013). Uji reliabilitas ini dilakukan setelah uji validitas

dinyatakan valid. Uji reliabilitas yang digunakan adalah alpha cronbach yang

dihitung dengan bantuan software SPSS, apabila r alpha > r tabel maka

dinyatakan reliabel (Riyanto, 2013). Taraf signifikan yang digunakan dalam

penelitian ini 5% dengan jumlah responden sebanyak 20 responden untuk uji

reliabilitas maka penelitian ini memiliki r tabel sebesar 0,444. Hasil uji

reliabilitas diperoleh alpha (0,729) > r tabel (0,444), maka dari 19 item

pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel.

Tabel 4.4 Kriteria Indeks Koefisian Reliabilitas


Interval Kriteria
< 0,200 Sangat Rendah
0,2 – 0,399 Rendah
0,4 – 0,599 Cukup
0,6 – 0,799 Tinggi
0,8 – 1,00 Sangat Tingi
Sumber : Arikunto (2002)

Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan di Bengkel Las Bakat Jaya

Desa Wirolegi Jalan MT. Haryono Nomor 149 Kecamatan Sumbersari Kabupaten

Jember sebanyak 20 responden pada bulan April 2017. Hasil uji reliabilitas

diperoleh alpha (0,729), erdasarkan tabel keriteria indeks koefisien reliabilitas

nilai alpha tersebut termasuk dalam kriteria tinggi.

c. Uji Kompetensi SOP

Uji kompetensi SOP dilakukan untuk menilai apakah prosedur yang

digunakan untuk penelitian telah memenuhi standar yang baik dan benar. SOP
68

dalam penelitian ini mengenai pentingnya pencegahan kejadian penyakit corpus

alienum mata dengan metode demonstrasi menggunakan alat pelindung mata

sesaui dengan standar keamanan untuk pekerja las. Uji SOP dilakukan pada

tanggal 25 April 2017 bertempat di Gedung Laboratorium Lantai 3A PSIK

Universitas Jember dengan penguji Ns. Dodi Wijaya., M.Kep. Hasil Uji SOP

yang telah dilakukan menunjukkan bahwa SOP telah memenuhi syarat untuk

digunakan dalam penelitian.

4.7 Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau

ringkasan berdasarka suatu kelompok data mentah dengan menggunakan rumus

tertentu sehingga akan menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2007).

Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai beriku :

4.7.1 Editing

Editing merupakan pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah diisi oleh

responden. Pemeriksaan daftar pertanyaan ini dapat berupa kelengkapan jawaban,

keterbacaan tulisan, dan relevansi jawaban dari responden (Setiadi, 2007). Pada

penilitian ini proses editing dilakukan oleh peneliti sendiri dengan mengecek

lembar kuesioner yang diisi oleh responden.


69

4.7.2 Coding

Coding adalah usaha memberikan kode tertentu pada jawaban responden

(Wasis, 2008). Pada penelitian ini pemberian coding meliputi :

a. Jenis kelamin :

1) Jenis kelamin laki-laki =1

2) Jenis kelamin perempuan =2

b. Pendidikan

1) Tidak tamat sekolah =1

2) SD =2

3) SMP =3

4) SMA =4

5) Perguruan tinggi =5

c. Sumber informasi

1) Tidak mendapat informasi tentang corpus alienum mata = 1

2) Tempat kerja =2

3) Teman =3

4) Media elektronik =4

5) Tenaga kesehatan =5

6) Lain-lain =6

d. Tingkat pengetahuan pencegahan :

1) Tingkat pengetahuan pencegahan baik =3

2) Tingkat pengetahuan pencegahan sedang =2

3) Tingkat pengetahuan pencegahan kurang =1


70

4.7.3 Processing/Entry

Jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian dimasukkan dalam

tabel melalui pengolahan komputer yaitu SPSS statistik versi 20 (Setiadi, 2007).

Peneliti menggunakan program komputerisasi untuk melakukan pengolahan data

sesuai dengan kategori yang diberikan. Data yang dimasukkan ke dalam program

komputerisasi berupa data karakteristik responden dan hasil penilaian tingkat

pengetahuan pencegahan corpus alienum mata yang terdapat dalam lembar

kuesioner yang telah di coding.

4.7.4 Cleaning

Data yang telah dimasukkan dilakukan pembersihan apakah data sudah

benar atau salah (Setiadi, 2007). Peneliti melakukan pengecekan ulang pada setiap

data yang di entry untuk melihat apakah data sudah benar atau salah pada program

komputerisasi. Proses cleaning dalam penelitian ini dengan cara memeriksa

kembali data dari jawaban responden yang telah dimasukkan dalam komputer.

4.7.5 Teknik Analisa Data

Analisa data digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh

pendidikan kesehatan metode demonstrasi terhadap tingkat pengetahuan

pencegahan corpus alienum mata pada pekerja las di Bengkel Las Putra Jaya

Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Teknik analisa data dalam penelitian

ini menggunakan analisa Univariat dan analisa Bivariat. Pengolahan data

menggunakan program komputer.


71

4.7.5.1 Analisis Univariat

Analisa univariat merupakan analisis yang mempunyai tujuan untuk

menjelaskan distribusi frekuensi dan persentase pada setiap variabel yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Analisa univariat pada penelitian ini untuk mendeskripsikan

karakteristik dari setiap variabel yang akan diukur. Karakteristik responden pada

penelitian ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan sumber

informasi yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, sedangkan usia

merupakan data numerik yang akan dianalisa dengan menghitung nilai mean,

median, nilai minimum, nilai maksimum, dan standar deviasi. Menurut Nursalam

(2008), kriteria untuk tingkat pengeahuan dibagi menjadi tiga kategori yaitu

tingkat pengetahuan baik, tingkat pengetahuan cukup, dan tingkat pengetahuan

kurang. Penilaian kuesioner tingkat pengetahuan pencegahan mempunyai nilai

minimal 0 dan nilai maksimal 19. Pengukuran tingkat pengetahuan akan

dilakukan kategorisasi skor sebegai berikut :

Tabel 4.5 Kategorisasi Skor


Pedoman Kategori
(µ+1.σ) ≤ X Tingkat Pengetahuan Baik
(µ-1.σ) ≤ X < (µ+1.σ) Tingkat Pengetahuan Cukup
X < (µ-1.σ) Tingkat Pengetahuan Kurang
Sumber : Azwar (2010)

Sehingga untuk mengetahui pengkategorian tingkat pengetahuan dapat

dihitung terlebih dahulu nilai mean teoretis (µ) dan standar deviasi (σ) sebagai

berikut :

µ= ⁄ ( ∑

= ⁄ (1 + 0) 19
72

= 9,5

σ= ⁄ (

= ⁄ (19– 0)

= 3,2

Keterangan :

µ : nilai mean teoretis

σ : standar deviasi

: nilai poin tertinggi

: nilai poin terendah

: jumlah poin tertinggi

: jumlah poin terendah

∑ : jumlah soal

Jadi, hasil pengkategoriannya tingkat pengetahuan adalah sebagai berikut :

Tingkat Pengetahuan Baik : 12,7 ≤ X

Tingkat Pengetahuan Cukup : 6,3 ≤ X < 12,7

Tingkat Pengetahuan Kurang : X < 6,3

4.7.5.2 Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa statistik yang digunakan untuk menganalisa

dengan tujuan mengetahui dugaan hubungan atau korelasi dua arah (Notoatmodjo,

2012). Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan bantuan software

komputer yaitu SPSS 16. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen yang berguna untuk


73

membuktikan atau menguji dari hipotesis yang telah dibuat. Analisa bivariat pada

penelitian ini menggunakan uji statistik uji wilcoxon. Uji wilcoxon yaitu

membandingkan tingkat pengetahuan pencegahan sebelum dan sesudah

pemberian pendidikan kesehatan pada pekerja las (Sugiyono, 2012). Tingkat

kepercayaan 95% (α = 0,05). Jika diperoleh p < α maka Ha diterima, yang artinya

ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan metode demonstrasi terhadap

tingkat pengetahuan pencegahan kejadian penyakit corpus alienum mata pada

pekerja las (Sugiyono, 2014).

4.8 Etika Penelitian

Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian karena penelitian keperawatan akan berhubungan

langsung dengan manusia (Hidayat, 2003). Etika penelitian yang harus

diperhatikan meliputi prinsip manfaat, menghargai hak asasi manusia, keadilan

(Nursalam, 2008).

4.8.1 Informed consent (lembar persetujuan)

Informed consent merupakan persetujuan berpartisipasi dalam penelitian

yang diterima subyek penelitian setelah mendapatkan kejelasan informasi

mengenai perlakuan atau dampak yang ditimbulkan setelah penelitian itu

dilakukan. Informed consent merupakan sebagai perlindungan dari hak asasi

subyek penelitian (Wasis, 2008). Pada penelitian ini responden sebagai subyek

penelitian akan diberikan lembar persetujuan sebagai bukti apabila bersedia

menjadi responden maka responden diwajibkan untuk menandatangani lembar


74

persetujuan dan apabila tidak bersedia maka responden diperbolehkan untuk tidak

menandatangani lembar persetujuan.

4.8.2 Confidentially (kerahasiaan)

Subyek penelitian memiliki hak supaya data yang telah diberikan kepada

peneliti dapat dirahasiakan. Peneliti membuat penelitian tanpa nama (anonymity)

dan kerahasiaan (confidentiality). Keanoniman dibuat sebagai bentuk jaminan

identitas responden tidak dicantumkan dalam lembar alat ukur melainkan

pemberian kode. Kerahasiaan sebagai jaminan bahwa informasi yang diberikan

oleh subyek penelitian tidak akan diakses orang lain, hanya kelompok data

tertentu yang dilaporkan pada hasil riset sesuai kebutuhan penelitian (Potter &

Perry, 2005). Data dan informasi yang didapat dari penelitian ini hanya diketahui

oleh peneliti dan pembimbing serta hanya akan dituliskan pada laporan hasil. Data

dan hasil penelitian digunakan oleh peneliti apabila diperlukan untuk

pertanggungjawaban penelitian.

4.8.3 Justice (keadilan)

Peneliti memperlakukan setiap responden semuanya sama tanpa

membeda-bedakan, berdasarkan moral, martabat, dan hak asasi manusia. Prinsip

asas keadilan ini merupakan keseimbangan hak dan kewajiban antara peneliti dan

subyek penelitian, dan memiliki keterbukaan. Asas keadilan ini menekankan pada

manfaat penelitian bagi peneliti dan subyek penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini, peneliti memperlakukan semua responden yaitu 21 pekerja


75

bengkel las Putra Jaya secara adil atau sama, atau dengan kata lain tidak

melakukan diskriminasi baik status, haknya sebagai responden, manfaat yang

diperoleh, dan kerahasiaan.

4.8.4 Benefits (manfaat)

Prinsip manfaat mengacu pada pelaksanaan penelitian tanpa harus

mengakibatkan penderitaan pada subyek penelitian dan dihindarkan dari sesuatu

yang tidak menguntungkan baik kondisi fisik ataupun psikis (nonmaleficence)

(Wasis, 2008). Peneliti harus mempertimbangkan resiko dan keuntungan dari

penelitian yang berdampak pada subyek penelitian (Nursalam, 2008). Peneliti

harus mengetahui sejauh mana manfaat dan risiko dari penelitian ini. Manfaat

penelitian harus lebih besar daripada risiko yang diterima pada saat dilakukan

penelitian. Penelitian yang dilakukan harus bebas dari berbagai ancaman

penderitaan sehingga penelitian berjalan lancar dan subyek penelitian merasa

nyaman selama mengikuti penelitian (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini,

peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur yang ada agar tidak

membahayakan 21 pekerja bengkel las Putra Jaya dan guna mendapatkan manfaat

yang maksimal.
76

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian


5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten jember memiliki 81 bengkel las yang masih aktif beroperasi.

Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Las Putra Jaya yang terletak di Jalan

Sumatera Nomor 100 Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Bengkel Las

Putra Jaya merupakan bengkel las yang memiliki jumlah pekerja paling banyak di

Kecamatan Sumbersari yaitu sebanyak 21 pekerja. Penelitian ini melibatkan

seluruh pekerja bengkel las sebagai responden. Data penelitian dilakukan selama

kurang lebih dua minggu yaitu pada tanggal 8 Mei 2017 sampai tanggal 17 Mei

2017.

5.1.2 Mengidentifikasi Karakteristik Responden di Bengkel Las Putra Jaya


Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember

Tabel 5.1 Rerata Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, di Bengkel Las Putra Jaya
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember (n=16) pada Bulan Mei 2017
Variabel Mean Median Modus SD Minimum Maksimum
Usia 42,19 42,50 35 7,111 32 55
(Tahun)

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui usia rata-rata responden pekerja las adalah

42,19 tahun dan didapatkan standar deviasi sebesar 7,111. Usia responden

termuda adalah 32 tahun dan usia responden tertua 55 tahun.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin,


Pendidikan, dan Sumber Informasi, di Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember (n=16) pada Bulan Mei 2017
No Variabel Kategori Jumlah (orang) Presentase (%)
1. Jenis Kelamin Laki-laki 16 100
Perempuan - -
Total 16 100
2. Pendidikan SD 4 25
77

SMP 9 56,2
SMA 3 18,8
Total 16 100
3. Sumber Tempat kerja 1 6,2
Informasi Teman 4 25
Tidak pernah 11 68,2
Total 16 100

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin didapatkan data berjenis kelamin laki-laki yaitu 16

pekerja (100%). Distribusi tingkat pendidikan paling banyak yaitu SMP sejumlah

9 orang (56,2%). Distribusi karakteristik responden berdasarkan sumber informasi

paling banyak didapatkan data lebih dari 50% tidak pernah mendapatkan

informasi yaitu sebanyak 11 orang (68%).

5.1.3 Perbedaan Pengetahuan Sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan Metode


Demonstrasi

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan responden berdasarkan kategori sebelum


diberikan pendidikan kesehatan metode demonstrasi tentang pencegahan kejadian
penyakit corpus alienum mata di Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember (n=16) pada Bulan Mei 2017
Variabel Kategori Sebelum
Jumlah (%)
(orang)
Tingkat Pengetahuan Kurang 1 6,2
sebelum Sedang 9 56,2
Baik 6 37,5
Total 16 100

Terdapat 19 item pertanyaan dengan jawaban benar diberikan nilai 1 dan

salah diberikan nilai 0 untuk setiap itemnya. Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui

kategori dari variabel pengetahuan persentase tertinggi diketahui sebanyak 9

orang pekerja (56,2%) dengan kategori sedang pada variabel tingkat pengetahuan
78

sebelum diberikan pendidikan kesehatan metode demonstrasi tentang pencegahan

kejadian penyakit corpus alienum mata.

5.1.4 Perbedaan Pengetahuan Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan Metode


Demonstrasi

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi pengetahuan responden berdasarkan kategori setelah


diberikan pendidikan kesehatan metode demonstrasi tentang pencegahan kejadian
penyakit corpus alienum mata di Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember (n=16) pada Bulan Mei 2017
Variabel Kategori Setelah
Jumlah (%)
(orang)
Tingkat Kurang 0 0
Pengetahuan Sedang 3 18,8
Baik 13 81,2
Total 16 100

Terdapat 19 item pertanyaan dengan jawaban benar diberikan nilai 1 dan

salah diberikan nilai 0 pada setiap itemnya. Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui

terdapat perubahan kategori dari variabel tingkat pengetahuan persentase tertinggi

setelah diberikan pendidikan kesehatan metode demonstrasi tentang pencegahan

kejadian penyakit corpus alienum mata, sebagian besar adalah kategori baik

dengan persentase sebanyak 13 orang pekerja (81,2%).

5.1.5 Pengaruh Pendidikan Metode Demonstrasi terhadap Tingkat Pengetahuan


Pencegahan Kejadian Penyakit Corpus Alienum Mata

Tabel 5.5 Perubahan tingkat pengetahuan responden sebelum dan setelah pemberian
pendidikan kesehatan metode demonstrasi tentang pencegahan kejadian
penyakit corpus alienum mata di Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember (n=16) pada Bulan Mei 2017
Kode Pre test Post test
Responden Nilai Kategori Nilai Kategori
1 9 Sedang 15 Baik
2 16 Baik 17 Baik
3 11 Sedang 15 Baik
4 16 Baik 18 Baik
5 13 Baik 16 Baik
6 6 Sedang 11 Sedang
79

7 5 Kurang 12 Sedang
8 9 Sedang 14 Baik
9 17 Baik 18 Baik
10 7 Sedang 13 Baik
11 6 Sedang 10 Sedang
12 11 Sedang 16 Baik
13 11 Baik 17 Baik
14 11 Sedang 17 Baik
15 12 Sedang 17 Baik
16 14 Baik 18 Baik
Total 174 244
Mean 10,88 15,25

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan perbedaan tingkat pengetahuan

sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan metode demonstrasi pada

responden, pada tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan skor tingkat

pengetahuan dengan rata-rata sebelum dilakukan pendidikan kesehatan sebesar

10,88 dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan meningkat menjadi 15,25.

Tabel 5.6 Hasil uji wilcoxon tingkat pengetahuan pemberian pendidikan kesehatan
metode demonstrasi tentang pencegahan kejadian penyakit corpus alienum
mata di Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember
(n=16) pada Bulan Mei 2017
Kategori posttest Total z p value
Sedang Baik
Kategori Kurang 1 (6,2%) 0 (0,0%) 1 (6,2%) -2,828 0,005
pretest Sedang 2 (12,5%) 7 (43,8%) 9 (56,2%)
Baik 0 (0,0%) 6 (37,5%) 6 (37,5%)
Total 3 (18,8%) 13 (81,2%) 16 (100%)

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan perbedaan jumlah responden pada

setiap tingkat pengetahuan sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan

metode demonstrasi. Kategori posttest tingkat pengetahuan sedang didapatkan

hasil sebanyak 3 orang (18,8%) dan tingkat pengetahuan baik sebanyak 13 orang

(81,2%).
80

Hasil uji wilcoxon dari pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan

pendidikan kesehatan menunjukkan nilai p sebesar 0,005. Pengambilan keputusan

dilakukan dengan melihat derajat kesalahan (α=0,05). Nilai p yang didapat dari

dari hasil uji statistik adalah <0,05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh

pendidikan kesehatan metode demonstrasi terhadap tingkat pengetahuan

pencegahan kejadian penyakit corpus alienum mata pada pekerja las di Bengkel

Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.

5.2 Pembahasan

Pembahasan pada penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan. Penjabaran dari pembahasan sesuai dengan

tujuan dari penelitian yang terdiri dari karakteristik responden, tingkat

pengetahuan pencegahan kejadian penyakit corpus alienum mata sebelum dan

setelah diberikan pendidikan kesehatan, dan pengaruh pemberian pendidikan

kesehatan metode demonstrasi tentang pencegahan kejadian penyakit corpus

alienum mata pada pekerja las di Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari

Kabupaten Jember.

5.2.1 Karakteristik Responden di Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan

Sumbersari Kabupaten Jember

a. Usia

Hasil analisis distribusi responden berdasarkan tabel 5.1 yaitu usia

rata-rata adalah 42,19 tahun, dengan usia terendah 32 tahun dan usia

tertua adalah 55 tahun. Berdasarkan data tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa yang beresiko mengalami sakit mata akibat


81

penyakit corpus alienum mata adalah golongan dari tahap dewasa yang

merupakan masa produktif seseorang dalam berkarir. Menurut tahap

perkembangan psikososial Erik Erikson pada tahap dewasa seseorang

akan lebih cenderung penuh dengan pekerjaan yang kreatif dan

bermakna. Selama masa ini, mereka akan berfokus dan berkontribusi

pada karir dan keluarga.

Berdasarkan teori, semakin bertambahnya usia seseorang juga akan

mempengaruhi fungsi organ tubuh, seperti perubahan daya lihat, daya

dengar dan daya ingat. Penurunan daya ingat pada orang dewasa dapat

mempengaruhi proses penerimaan informasi seseorang. Stevens et. al

(1999) mengatakan bahwa seseorang yang berumur lebih dari 45 tahun

akan mengalami penurunan kemampuan pengamatan dan konsentrasi.

Menurut Craik (1997) dalam Fitri (2012) mengatakan bahwa daya

ingat akan menurun pada masa dewasa tengah lebih mungkin terjadi.

Penurunan daya ingat lebih besar terjadi dalam memori jangka panjang

(long term) dari pada memori jangka pendek (short term).

Kemunduran daya ingat lebih besar terjadi apabila informasi yang

diperoleh bersifat baru atau informasi yang diterima tidak sering untuk

digunakan, dan ketika yang digunakan adalah proses mengingat

kembali (recall) dari pada proses mengenali (recognition).

Secara alamiah semakin bertambahnya umur yang semakin tua

akan mengakibatkan ketajaman penglihatan akan semakin berkurang.

Penelitian Lestari, dkk (2013) menyatakan pada usia 20 tahun


82

umumnya manusia mampu melihat objek dengan sangat jelas dan pada

usia kurang dari 40 tahun kebutuhan cahaya untuk melihat jauh lebih

besar dibandingkan dengan usia 45 tahun. Lensa mata seseorang akan

mengalami kehilangan kekenyalannya pada usia 45-50 tahun sehingga

semakin tua seseorang daya akomodasi juga akan semakin menurun.

Menurut Yuni dalam Rinawati, dkk (2015) semakin bertambahnya

umur seseorang maka ketajaman penglihatan juga akan mengalami

penurunan. Gangguan kesehatan mata seperti penurunan ketajaman

mata salah satunya dipengaruhi oleh umur. Pekerja yang usianya

semakin lanjut maka semakin menurun pula tingkat ketajaman

matanya. Tingkat ketajaman mata tidak hanya disebabkan karena

lamanya pajanan pekerja pada saat mengelas, namun juga dapat

disebabkan karena faktor usia dari pekerja itu sendiri. Berdasarkan hal

tersebut maka peneliti berasumsi bahwa seiring bertambahnya usia

pekerja las maka dapat mengalami penurunan fungsi organ tubuh

seperti ketajaman mata dan daya konsentrasi.

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden dalam penelitian ini adalah laki-laki

dengan jumlah 16 orang (100%). Hal ini disebabkan karena para

pekerja bengkel las seluruhnya dilakukan oleh laki-laki. Menurut

Puspiwati (2013) bahwa adanya jenis kelamin telah melahirkan

perbedaan seperti peran, tanggung jawab, fungsi dan ruang tempat

untuk beraktivitas. World Bank (2000) menyatakan bahwa jenis


83

kelamin dapat diartikan sebagai peran yang dapat dibentuk oleh

masyarakat serta perilaku yang tertanam melalui proses sosialisasi

yang berhubungan dengan jenis kelamin anatara perempuan dan laki-

laki. Perbedaan antara laki-laki dan perempaun menjadi seperangkat

tuntutan sosial tentang kepantasan dalam berperilaku dan pada hak-

hak, sumberdaya serta kekuasaan. Sebagaimana halnya ras, etnik, dan

kelas, jenis kelamin merupakan sebuah kategori sosial yang

menentukan jalan hidup seseorang dan berpartisipasi di dalam

masyarakat dan ekonomi. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti

berasumsi bahwa jenis kelamin mempengaruhi kepantasan seseorang

dalam bekerja, namun tidak menutup kemungkinan bahwa jenis

kelamin perempuan dapat melakukan pekerjaan lakilaki seperti sebagai

pekerja las.

c. Pendidikan

Karakteristik responden yang ketiga dalam penelitian ini adalah

pendidikan terakhirnya. Berdasarkan tabel 5.2 karakteristik pendidikan

responden lebih banyak berada pada tingkat SMP yaitu sebanyak 9

orang (56,2%). Pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor

dominan yang sangat penting untuk dapat membuat seseorang

melakukan suatu tindakan (Notoatmodjo, 2007).

Pendidikan merupakan sarana yang dapat digunakan untuk

menambah pengetahuan mengenai kesehatan. Seseorang yang

mendapat proses pendidikan yang baik dan pengetahuan kesehatan


84

yang cukup maka dapat meningkatkan kesadaran kesehatan yang baik

pula. Kesadaran tersebut diharapkan dapat membuat pola hidup sehat

dalam hidupnya dan membuat orang-orang disekitarnya ikut

menerapkannya (Sriyono, 2015). Menurut Potter dan Perry (2005)

bahwa tingkat pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan tentang

kesehatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Darmayanti, dkk (2015) tentang

hubungan tingkat pengetahuan dengan penggunaan alat pelindung diri

yang menunjukkan dari 32 responden tingkat pendidikan responden

lulusan SMP sejumlah 19 orang dan SD sebanyak 13 orang, dengan

hasil tingkat pengetahuan kurang sebanyak 17 orang, tingkat

pengetahuan sedang sebanyak 13, dan tingkat pengetahuan baik

sebanyak 2 orang. Berdasarkan hal tersebut berhubungan dengan

tingkat pengetahuan kesehatan yang rendah. Pendidikan yang relatif

tinggi memungkin responden untuk mempunyai tingkat kesadaran

kesehatan yang tinggi pula dalam menggunakan alat pelindung diri

pada saat bekerja.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Salawati (2015) dalam

penelitiannya menyebutkan bahwa ada hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan penggunaan alat pelindung mata pada pekerja las.

Tingkat pendidikan yang rendah akan memberikan dampak pada

pengetahuan yang rendah bagi pekerja las mengenai pentingnya

penggunaan alat pelindung mata ketika bekerja. Pengetahuan


85

mengenai penggunaan alat pelindung mata ketika bekerja yang masih

rendah akan mengakibatkan pekerja las beresiko mengalami penyakit

corpus alienum mata. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti

berasumsi bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh terhadap

pengetahuan seseorang. Semakin tingginya tingkat pendidikan

memungkinkan seseorang dapat berfikir lebih kritis terhadap informasi

yang diterima dan lebih mempunyai keinginan dalam mencari tahu

perkembangan informasi guna meningkatkan pengetahuannya.

d. Sumber Informasi

Hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas

responden memilih tidak pernah mendapat informasi tentang penyakit

corpus alienum mata sebanyak 11 orang (68,2%). Sumber informasi

dapat berasal dari dua sumber, yaitu internal dan eksternal. Sumber

internal seperti memori, catatan pribadi, dan hasil pengamatan,

sedangkan sumber eksternal dapat berupa hubungan pribadi antar

personal langsung dan informasi yang terekam atau tertulis (Nurhabibi,

2008). Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang, bukan hanya pendidikan akan tetapi juga

pekerjaan dan media informasi. Pernyataan yang mendukung lainnya

seperti menurut Hary (1996) dalam Hendrawan (2008) yang

mengatakan bahwa media informasi akan memberikan pengaruh

pengetahuan. Meskipun seseorang memiliki tingkat pendidikan yang

rendah namun apabila mendapatkan informasi dari berbagai media


86

seperti televisi, radio, dan surat kabar maka hal itu dapat meningkatkan

pengetahuan seseorang.

Menurut Dzulfiqar (2016) kurangnya peran dari pemerintah

khususnya Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk memberikan

penyuluhan maupun pelatihan terkait kesehatan dan keselamatan kerja

sehingga dapat memberikan pengaruh pada pengetahuan pekerja las

dan juga dapat meningkatkan angka kecelakaan pada bidang jasa

pengelasan.

Hambatan-hambatan seseorang untuk mencari sumber informasi

ada tiga yaitu hambatan diri sendiri (individu), hambatan orang lain

(interpersonal), dan hambatan lingkungan (environment). Pendapat

mengenai hambatan mencari sumber informasi juga dijelaskan oleh

Pendit yang mengatakan bahwa hambatan yang terjadi jika seseorang

melakukan pencarian informasi berasal dari diri sendiri, dalam

hubungan antara pencari informasi dengan penyedia jasa, dan di alat

pencariannya.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti berasumsi banyak hal yang

menyebabkan para pekerja tidak mendapat informasi mengenai

pencegahan penyakit corpus alienum mata, mulai dari faktor individu,

interpersonal, dan juga lingkungan yang kurang mendukung para

pekerja las dalam mengakses informasi. Minimnya informasi yang

didapat dapat menjadi penyebab rendahnya pengetahuan kesehatan


87

khususnya tentang alat pelindung diri pada saat bekerja sehingga dapat

beresiko terjadi penyakit corpus alienum mata pada pekerja las.

5.2.2 Tingkat Pengetahuan Sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan Metode

Demonstrasi tentang Pencegahan Kejadian Penyakit Corpus Alienum Mata

Hasil penelitian sebelum dilakukan pendidikan kesehatan

menunjukkan bahwa dari tabel 5.3 dari 16 responden masuk dalam

kategori baik sebanyak 6 orang (37,5%). Kategori kurang sebanyak 1

orang (6,2%) dan kategori tingkat pengetahuan sedang berjumlah 9 orang

(56,2%). Banyaknya responden yang masuk dalam kategori tingkat

pengetahuan sedang sebelum diberikan pendidikan kesehatan berkaitan

erat dengan karakteristik masing-masing responden yang mempengaruhi

pengetahuan mereka.

Hasil total skor pretest setiap indikator tingkat pengetahuan,

didapatkan indikator yang memiliki skor paling rendah yaitu tingkat

pengetahuan evaluasi sebesar 46. Indikator evaluasi dalam soal pretest

terdiri atas pertanyaan yang memuat tentang penatalaksanaan corpus

alienum mata. Penatalaksanaan corpus alienum mata menjadi indikator

yang paling belum dipahami oleh para pekerja las. Indikator yang

memiliki total skor paling tinggi yaitu tingkat pegetahuan aplikasi.

Indikator aplikasi dalam soal pretest membahas tentang alat pelindung

mata. Tingginya skor aplikasi menandakan bahwa pekerja telah memiliki


88

pengetahuan yang baik mengenai tata cara penggunaan alat pelindung

mata sebelum dilakukannya pendidikan kesehatan.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal tersebut terjadi

setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu

(Efendi, dkk, 2009). Menurut Mubarak et al. (2007) beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan antara lain pendidikan, pekerjaan, umur,

kebudayaan lingkungan sekitar, dan informasi.

Berdasarkan hasil distribusi tingkat pendidikan responden dalam

penelitian ini, didapatkan data bahwa tingkat pendidikan responden paling

banyak adalah lulusan SMP yaitu sebanyak 9 responden (56,2%) seperti

yang tercantum dala tabel 5.2. Salah satu faktor yang berpengaruh besar

terhadap pengetahuan seseorang adalah faktor tingkat pendidikan. Tingkat

pendidikan seseorang berpengaruh terhadap pengetahuan, sehingga

semakin tinggi tingkat pengetahuan maka semakin tinggi pula kemampuan

mereka untuk mengakses informasi untuk memperoleh pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo (2007) semakin tinggi pendidikan yang

dimiliki oleh seseorang maka akan semakin mudah untuk menerima

informasi, sehingga pengetahuan yang dimiliki juga akan semakin banyak.

Berbeda dengan semakin rendahnya tingkat pendidikan seseorang, maka

dapat menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang

baru diperkenalkan. Semakin tingginya pendidikan seseorang maka

semakin tinggi pula kemampuan seseorang dalam menyerap dan mengolah


89

pengetahuan praktis baik dalam segi pendidikan formal maupun non

formal (Berg dalam Emilia, 2008).

Pengetahuan seseorang juga akan dipengaruhi oleh informasi yang

mereka dapatkan. Hasil penelitian responden yang tidak mendapatkan

informasi tentang pencegahan kejadian penyakit corpus alienum mata

sejumlah 11 orang (68,8%) dari total responden sebanyak 16 orang. Salah

satu faktor rendahnya pengetahuan pekerja las terkait pencegahan penyakit

corpus alienum mata adalah pekerja las kurang mendapat informasi dari

pihak terkait.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang

adalah umur. Berdasarkan tabel 5.1 rata-rata umur responden 42,19 tahun.

Menurut Notoatmodjo (2005) usia seseorang mempunyai pengaruh

terhadap daya tangkap dan pola pikir. Bertambahnya usia seseorang akan

mempengaruhi pula fungsi kognitif seseorang. Seiring dengan

perkembangan umur seseorang, menyebabkan penurunan fungsi

kognitifnya.

Perubahan kognitif yang terjadi akibat semakin bertambahnya

umur seseorang seperti terjadinya perubahan daya ingat (memory), IQ

(Intelegent Quocient), kemampuan belajar, kemampuan pemahaman,

pemecahan masalah, pengambilan keputusan, kebijaksanaan dan kinerja

(Azzizah, 2010). Menurut stevens et al (1999) seseorang yang berumur

lebih dari 45 tahun dapat mengalami penurunan kemampuan pengamatan


90

dan kemampuan konsentrasi. Responden penelitian ini memiliki rata-rata

umur 42,19 tahun.

Selain faktor-faktor diatas, ada faktor lain yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu informasi. Sumber informasi

dapat berasal dari dua sumber, yaitu internal dan eksternal. Menurut

Lukman (2006) terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang, bukan hanya pendidikan akan tetapi juga

pekerjaan dan media informasi. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran

terhadap sumber informasi dan mendapatkan hasil mayoritas dari

responden memilih tidak pernah mendapat informasi tentang penyakit

corpus alienum mata.

5.2.3 Tingkat Pengetahuan Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan Metode

Demonstrasi tentang Pencegahan Kejadian Penyakit Corpus Alienum Mata

Hasil penelitian setelah dilakukan pendidikan kesehatan

menyatakan sebanyak 13 orang (81,2%) masuk dalam kategori tingkat

pengetahuan baik. Selain itu juga diketahui adanya perubahan jumlah

responden dalam masing-masing kategori tingkat pengetahuan. Kategori

tingkat pengetahuan kurang, sebelum diberikan pendidikan kesehatan

terdapat 1 orang (6,2%) dan setelah diberikan pendidikan kesehatan

menjadi 0 (0%). Kategori tingkat pengetahuan sedang sebelum pendidikan

kesehatan sebanyak 9 orang (56,2%), namun setelah diberikan pendidikan

kesehatan berkurang menjadi 3 orang (18,8%). Perubahan yang paling


91

besar adalah peningkatan jumlah responden yang masuk kedalam kategori

tingkat pengetahuan baik yang awalnya berjumlah 6 orang (37,5%) setelah

diberikan pendidikan kesehatan meningkat menjadi 13 orang (81,2%).

Menurut Ircham (2008) tingkat pengetahuan responden dikatakan baik

apabila mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari seluruh

pertanyaan. Berdasarkan hal tersebut, tingkat pengetahuan baik responden

menandakan bertambahnya informasi dan pengetahuan yang mereka

dapatkan setelah dilakukan pedidikan kesehatan.

Hasil total skor posttest dari indikator yang memiliki kenaikan skor

tertinggi adalah tingkat pengetahuan evaluasi. Indikator evaluasi dalam

pertanyaan posttest memuat pertanyaan mengenai penatalaksanaan corpus

alienum mata. Kenaikan total skor dari indikator evaluasi mengindikasikan

bahwa setelah dilakukan pendidikan kesehatan pekerja las lebih

memahami mengenai penatalaksanaan corpus alienum mata. Indikator

dengan total skor yang mengalami penurunan tidak ada, namun total skor

dari pretest ke posttest yang mengalami skor tetap adalah tingkat

pengetahuan aplikasi. Hasil pretest dan posttest tidak ada perubahan dan

semuanya menjawab dengan benar tanpa ada yang salah. Hasil ini

menandakan bahwa pekerja las sebelum dan setelah diberikan pendidikan

kesehatan pendidikan kesehatan memiliki pengetahuan yang baik

mengenai aplikasi alat pelindung mata.

Perubahan pengetahuan berdasarkan pendapat Hiswani (2006)

bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan pada seseorang dapat


92

mengubah pengetahuan dalam penatalaksanaan penyakit. Peningkatan

pengetahuan setelah diberikan pendidikan terjadi karena pengetahuan

merupakan hasil dari belajar seseorang secara langsung selama pendidikan

kesehatan diberikan.

Pendidikan kesehatan sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau

individu dengan harapan dapat memperoleh pengetahuan tentang

kesehatan yang lebih baik dan dapat berpengaruh terhadap perilakunya

(Depkes RI, 2008).

Pekerja las sebagai responden telah diberikan pendidikan

kesehatan metode demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan suatu

metode pembelajaran yang disajikan dengan cara memperagakan dan

mempertunjukkan langsung tentang suatu proses, situasi atau benda

tertentu, baik sebenarnya atau hanya sebuah tiruan (Sanjaya, 2014).

Pelaksanaan pendidikan kesehatan dengan menggunakan media

pembelajaran akan mempengaruhi tingkat pemahaman peserta didik. Alat

bantu atau media pembelajaran pada penelitian ini adalah menggunakan

media visual power point dan alat peraga (alat pelindung mata).

Berdasarkan hal tersebut peneliti berasumsi bahwa pendidikan

kesehatan metode demonstrasi yang telah dilaksanakan dapat

meningkatkan pengetahuan, peningkatan ini dapat dilihat dari peningkatan

jumlah responden yang masuk dalam kategori pengetahuan baik sebelum


93

dilakukan pendidikan kesehatan berjumlah 6 orang (37,5%) setelah

diberikan pendidikan kesehatan menjadi 13 orang (81,2%).

5.2.4 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Demonstrasi tentang Tingkat

Pengetahuan Pencegahan Kejadian Penyakit Corpus Alienum Mata

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Wilcoxon sign

rank test dengan menggunakan SPSS 16. Data yang telah dikumpulkan

diolah dengan proses editing (pengecekan isian kuesioner) sebagai langkah

pertama, kemudian coding (memberikan kode pada masing-masing data

yang telah diperoleh), entry (memasukkan data ke komputer), dan yang

terakhir cleaning (tahap pembersihan data).

Hasil penelitian ini dianalisis dengan tujuan untuk mengetahui

apakah pendidikan kesehatan metode demonstrasi yang dilakukan

berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan pekerja las tentang pencegahan

kejadian penyakit corpus alienum mata. Uji wilcoxon yang telah dilakukan

selain dapat mengetahui perbedaan persentase responden berdasarkan

kategori pengetahuan sebelum dan setelah pemberian pendidikan

kesehatan juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah pendidikan

kesehatan yang dilakukan bermakna untuk mengubah pengetahuan

responden atau tidak.

Hasil penelitian ini mencantumkan nilai uji beda wilcoxon yaitu

0,005 (p<0,05). Menurut Supadi (2000) pengambilan keputusan dilakukan

dengan membandingkan nilai uji beda dengan derajat kemaknaan


94

(α=0,05), karena p=0,005 dan α=0,05, maka diterima, artinya ada

pengaruh pemberian pendidikan kesehatan metode demonstrasi terhadap

tingkat pengetahuan pencegahan kejadian penyakit corpus alienum mata

pada pekerja las.

Hasil tingkat pengetahuan dari responden ditentukan oleh

pemahaman materi dan ingatan dari para responden setelah diberikan

pendidikan kesehatan. Secara fisiologis ingatan akan tersimpan dalam otak

dengan mengubah sensitivitas dasar penjalaran sinaptik diantara neuron-

neuron sebagai aktivitas neural sebelumnya, dimana jaras baru atau

terfasilitasi ini disebut sebagai jejak ingatan (memory traces) untuk

menimbulkan kembali ingatan yang sudah ada.

Ingatan seringkali digolongkan berdasarkan jenis informasi yang

disimpannya. Terdapat dua macam penggolongan ingatan, yang pertama

yaitu ingatan deklaratif dan yang kedua ingatan keterampilan. Ingatan

deklaratif merupakan ingatan mengenai suatu pikiran yang terintegrasi

seperti ingatan suatu pengalaman yang penting. Sedangkan ingatan

keterampilan merupakan ingatan yang lebih dihubungkan dengan aktivitas

motorik tubuh seseorang (Guyton, 2008). Penelitian ini dilakukan dengan

pendidikan kesehatan penyakit corpus alienum mata dan demonstrasi alat

pelindung mata. Melalui pendidikan kesehatan mengenai corpus alienum

mata termasuk kedalam ingatan deklatarif, penyakit corpus alienum mata

sering dialami oleh para pekerja las, sehingga mereka memiliki ingatan

mengenai pengalaman penyebab terjadinya penyakit tersebut. Kegiatan


95

demonstrasi merupakan kegiatan yang melibatkan aktivitas motorik

responden, sehingga dalam kegiatan ini juga termasuk dalam ingatan

keterampilan.

Hasil dari peningkatan pengetahuan setelah dilakukan pendidikan

kesehatan, tidak terlepas dari seberapa kuat ingatan responden.

Pengukuran tingkat pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan

dengan jarak satu minggu dari perlakuan yang terkahir termasuk kedalam

ingatan jangka menengah responden. Menurut Guyton et al. (2008)

ingatan jangka menengah berlangsung selama bermenit-menit atau bahkan

berminggu-minggu. Ingatan akan cenderung cepat hilang, namun apabila

mendapatkan jejak pengetahuan dengan aktivasi secukupnya akan lebih

permanen. Pendidikan kesehatan yang dilakukan tidak hanya dalam hal

teori, namun juga diimbangi dengan demonstrasi sehingga dapat membuat

pengetahuan responden menjadi lebih kuat.

Peneliti menganalisis bahwa terjadinya peningkatan pengetahuan

responden tentang pencegahan kejadian penyakit corpus alienum mata

bukan hanya disebabkan karena telah diberikannya pendidikan kesehatan,

tetapi juga dipengaruhi oleh proses belajar itu sendiri. Metode pemberian

pendidikan kesehatan dan media yang digunakan selama melaksanakan

pendidikan kesehatan juga termasuk faktor penting untuk meningkatkan

pemahaman responden.

Proses belajar merupakan bagian dari prinsip pokok pendidikan,

dalam kegiatan belajar terdiri dari tiga persoalan pokok yaitu persoalan
96

masukan (input), proses, dan keluaran (output). Persoalan masukan (input)

dalam pendidikan kesehatan menyangkut sasaran belajar, yaitu individu,

kelompok atau masyarakat yang sedang belajar dengan berbagai macam

latar belakang mereka. Persoalan proses yaitu mengenai mekanisme dan

interaksi terjadinya perubahan kemampuan (perilaku) pada diri subjek

belajar tersebut. Persoalan yang terakhir yaitu keluaran (output) adalah

hasil dari belajar, yaitu berapa besarnya kemampuan atau perubahan

perilaku dari subjek belajar (Notoatmodjo, 2007).

Pengolahan informasi proses belajar tidak terlepas dari fungsi

sistem saraf yaitu mengolah informasi yang masuk sehingga timbul respon

yang sesuai. Ketika informasi sensorik yang penting merangsang pikiran,

maka informasi tersebut akan segera disalurkan ke bagian motorik otak

integral yang sesuai sehingga didapat respon yang diinginkan. Penyaluran

dan pemrosesan informasi ini disebut sebagai fungsi integratif dari sistem

saraf.

Sebagian kecil informasi sensori yang paling penting yang

biasanya dapat menimbulkan impuls motorik, namun sebagian besar

informasi tersebut akan disimpan untuk kontrol aktivitas motorik yang

akan datang dan dipakai dalam pengolahan berfikir. Sebagian besar

penyimpanan memori terjadi dalam korteks serebri, tetapi regio basal otak

dan medulla spinalis dapat juga menyimpan sebagian kecil informasi

tersebut. Penyimpanan informasi ini disebut sebagai memori. Memori

yang disimpan dalam sistem saraf akan menjadi bagian dari mekanisme
97

pengolahan otak untuk pemikiran masa depan, dimana proses berfikir yang

dapat digunakan untuk membandingkan pengalaman yang baru dengan

memori yang sudah tersimpan (Guyton, 2009).

Pengalaman atau pengetahuan baru dalam pemberian pendidikan

kesehatan dapat menggunakan metode penelitian yang tepat dan menarik

sehingga pesan pendidikan mudah dipahami dan memberikan dampak

sesuai dengan yang diinginkan. Metode pendidikan kesehatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode

demonstrasi yang memiliki berbagai macam kelebihan antara lain

memperkecil kemungkinan salah tafsir, jika dibandingkan dengan peserta

didik yang hanya membaca dan mendengarkan informasi untuk

dihafalkan, dengan metode demonstrasi dapat melibatkan peserta didik

dengan menirukan peragaan yang diberikan sehingga lebih cakap, terampil

dan percaya diri, selain itu kelebihan metode demonstrasi dapat

memusatkan perhatin peserta didik terhadap hal penting pada saat proses

pembelajaran (Rianto, 2006).

Pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam penelitian ini

menggunakan media power point dan alat pelindung mata pekerja las.

Media pendidikan kesehatan yang digunakan peneliti dapat

menghubungkan indera penglihatan, pendengaran dan juga mengasah

psikomotor peserta didik (Rianto, 2006).

Menurut Silberman (1996) dalam Bahruddin (2010) menjelaskan

bahwa belajar membutuhkan adanya keterlibatan mental dan tindakan


98

sekaligus. Belajar dengan cara mendengar akan mengingat 20%, dengan

cara melihat akan mengingat 50%, mendiskusikan dengan teman lain akan

mengingat 70%, dengan melakukan akan mengingat 90%. Pendidikan

kesehatan metode demonstrasi mempunyai prosentase tinggi (90%) dalam

mengingat materi atau pengetahuan baru yang diterima oleh pekerja las.

Media visual menyalurkan persepsi sebanyak 30%, auditori

menyumbangkan persepsi 20%, apabila audio dan visual digabung akan

maka dapat menyumbangkan persepsi sebanyak 50%, dan apabila audio

visual digabungkan dengan diskusi, maka akan menyumbangkan persepsi

70% (Notoatmodjo, 2007).

Persepsi yang dihasilkan oleh responden selama proses belajar

disebabkan karena didalam otak manusia memiliki area asosiasi yang akan

menerima dan menganalisis sinyal-sinyal dari berbagai regio, baik korteks

sensorik maupun motorik. Area asosiasi yang paling penting yaitu area

asosiasi parieto-oksipitotemporal, area asosiasi prefrontal, dan area

asosiasi limbik.

Fungsi dari area asosiasi parieto-oksipitotemporal yaitu analisis

terhadap keserasian spasial tubuh, area pemahan bahasa (area wernicke),

area melakukan proses awal bahasa (membaca), dan area penamaan objek.

Fungsi dari area asosiasi prefrontal yaitu merencanakan pola-pola yang

komplek dan berurutan dari gerakan motorik. Regio khusus pada korteks

frontalis terdapat area borca yang memiliki fungsi untuk rencana dan

pola-pola motorik dalam menyatakan kata-kata atau bahkan kalimat


99

pendek dicetuskan dan dilaksanakan. Area borca kerjanya berkaitan erat

dengan pusat pemahaman bahasa wernicke. Ketiga yaitu fungsi area

asosiasi limbik yang berhubungan dengan tingkah laku, emosi, dan

motivasi. Sistem limbik banyak menghasilkan pengaturan emosi untuk

mengaktifkan otak lain ke dalam suatu aksi, dan bahkan menghasilkan

pengaturan motivasi untuk proses belajar itu sendiri (Guyton, 2008).

Berdasarkan hasil uji statistik nilai dapat dikatakan bahwa

pemberian pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap pengetahuan

tentang pencegahan kejadian penyakit corpus alienum mata di Bengkel

Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Perbandingan

hasil pengetahuan responden sebelum dan setelah diberikan pendidikan

kesehatan menyatakan terdapat 8 responden yang mengalami peningkatan

tingkat pengetahuan dari keseluruhan responden yang berjumlah 16

responden, sedangkan jumlah responden yang tidak mengalami

peningkatan dan penurunan tingkat pengetahuan (tetap) sejumlah 8

responden, dan tidak ada responden yang mengalami penurunan kategori

pengetahuan.

Hasil uji pretest dan posttest menunjukkan bahwasanya ada

peningkatan jumlah rata-rata sebelum dan setelah dilakukan pendidikan

kesehatan. Hasil pretest dari 16 responden didapat rata-rata sebesar 10,88

dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan didapatkan rata-rata nilai

posttest sebesar 15,25. Menurut kategorisasi skor hasil pretest termasuk


100

dalam kategorisasi tingkat pengetahuan sedang, dan hasil dari posttest

termasuk dalam tingkat pengetahuan baik.

Hasil tabel 5.5 menjelaskan perubahan kategori pada setiap

responden antara sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

Perubahan paling tinggi yaitu pada nomor responden ke tujuh

memperlihatkan perubahan dari kategori buruk menjadi sedang. Melihat

latar belakang dari pekerjaan responden, bahwa pengalaman bekerja

sebagai pekerja las sudah berlangsung selama lebih dari tiga puluh tahun.

Hal tersebut didukung pendapat Hary (1996) dalam Hendra (2008)

terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang

salah satunya yaitu pekerjaan. Pengalaman kerja yang begitu lama

membuat para pekerja banyak mendapat ilmu dari aktivitas selama

bekerja. Pengalaman yang sudah dimiliki akan memudahkan pekerja las

dalam menerima informasi selama pendidikan kesehatan yang diberikan.

Kriteria tingkat pengetahuan pada responden nomor sebelas tidak

terjadi perubahan yaitu tetap dalam kategori sedang. Melihat riwayat

pendidikan terakhir dari responden yaitu SD. Hal tersebut didukung oleh

pendapat yang dikemukakan oleh Sriyono (2015), pendidikan merupakan

sarana yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan mengenai

kesehatan. Seseorang yang mendapat proses pendidikan yang baik dan

pengetahuan kesehatan yang cukup maka dapat meningkatkan kesadaran

kesehatan yang baik pula. Kesadaran tersebut diharapkan dapat membuat

pola hidup sehat dalam hidupnya dan membuat orang-orang disekitarnya


101

ikut menerapkannya. Sehingga dari pernyataan tersebut pendidikan

memiliki pengaruh terhadap peningkatan tingkat pengetahuan. Pekerja

memiliki tingkat pemikiran dan pemahaman yang lebih baik dibandingkan

dengan tingkat pengetahuan yang lebih rendah seperti pekerja las tamatan

sekolah dasar.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti berasumsi bahwa terdapat tiga

proses belajar yang menjadi poin penting, yaitu input, proses, dan output.

Apabila dua poin input dan proses terlaksana dengan baik, maka akan

didapatkan hasil poin terakhir yaitu output yang maksimal. Metode

demonstrasi yang dilakukan selama pendidikan kesehatan berlangsung

akan lebih meningkatkan kepahaman kepada peserta didik karena diajak

untuk terlibat langsung selama proses belajar, sehingga lebih banyak

informasi yang diperoleh dan dapat meningkatkan pengetahuan peserta

didik tentang pencegahan kejadian penyakit corpus alienum mata.

Hasil dan pembahasan penelitian yang telah dijabarkan diatas

menyatakan bahwa pendidikan kesehatan penting untuk meningkatkan

pengetahuan para pekerja las tentang pencegahan penyakit corpus alienum

mata. Sedangkan peningkatan pengetahuan merupakan salah satu dasar

untuk pekerja las dapat meningkatkan kesadaran penggunaan alat

pelindung mata ketika bekerja sehingga terhindar dari resiko terjadinya

penyakit corpus alienum mata.


102

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian menggunakan penelitian pre eksperimen one group pre test and

post test design. Desain penelitian ini menggunakan satu kelompok subjek dan

dilaksanakan tanpa kelompok pembanding. Penelitian dengan menggunakan

desain ini memiliki kelemahan yaitu perlakuan yang dilakukan tidak ada

jaminan menjadi satu-satunya faktor atau bahkan faktor utama yang

menimbulkan perbedaan antara pre test sebelum diberi perlakuan dan post test

sesudah diberikan perlakuan. Namun, kelebihan dari desain penelitian ini

adalah pre test yang diberikan dapat memberikan landasan untuk membuat

perbandingan prestasi subjek yang sama sebelum dan sesudah diberikan

perlakuan.

Alasan peneliti menggunakan one group pre test and post test dikarenakan

peneliti mengalami hambatan dan keterbatasan, baik dalam penentuan sampel,

lokasi penelitian dan keterbatasan waktu yang peneliti miliki. Namun dari

beberapa hambatan yang dialami, peneliti berusaha untuk meminimalisir

kegagalan pada saat penelitian berlangsung.

Penelitian ini akan lebih baik apabila menggunakan quasi eksperimental,

penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sebab akibat dengan cara

melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimen, namun

pemilahan kedua kelompok tersebut tidak dengan teknik random. Penelitian

jenis quasi eksperimental kontrolnya lebih baik dari pada pra eksperimental.
103

5.4 Implikasi Keperawatan

Pelaksanaan pemberian pendidikan kesehatan tentang corpus alienum

mata memberikan dampak terhadap peningkatkan pengetahuan pencegahan

kejadian penyakit corpus alienum mata. Hal tersebut diperlukan karena

adanya peran perawat untuk mengupayakan kesehatan peserta klien melalui

usaha promotif. Usaha preventif tersebut dapat dilakukan dengan cara

memberikan penyuluhan terkait penyakit corpus alienum mata yang dapat

ditujukan kepada klien agar dapat mengerti tentang kondisi dan hal-hal yang

perlu diperhatikan sehingga dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.


104

BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tentang pengaruh

pendidikan kesehatan metode demonstrasi terhadap tingkat pengetahuan

pencegahan kejadian penyakit corpus alienum mata pada pekerja las di

Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1) jumlah responden sebanyak 16 orang dengan distribusi usia menunjukkan

rata-rata 42,19 tahun, dengan distribusi jenis kelamin seluruhnya adalah

laki-laki yaitu 16 orang (100%), sebagian besar pendidikan terakhir adalah

SMP yaitu 9 orang (56,2%), dan sumber informasi corpus alienum mata

hampir seluruhnya tidak pernah mendapat informasi sebanyak 11 orang

(68,2%);

2) pengetahuan responden tentang pencegahan kejadian penyakit corpus

alienum mata sebelum pendidikan kesehatan sebagian besar masuk dalam

kategori sedang yaitu sebanyak 9 orang (56,2%);

3) pengetahuan responden setelah diberikan pendidikan kesehatan metode

demonstrasi tentang pencegahan kejadian penyakit corpus alienum mata

terjadi peningkatan baik 13 orang (81,2%);

4) ada pengaruh yang signifikan dari pemberian pendidikan kesehatan

metode demonstrasi terhadap tingkat pengetahuan pencegahan kejadian

penyakit corpus alienum mata pada pekerja las di Bengkel Las Putra Jaya

Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember p<α (p=0,005).


105

6.2 Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, ada beberapa hal yang dapat

disarankan demi pengembangan penelitian terkait pendidikan kesehatan

metode demonstrasi:

a. bagi peneliti;

hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti tentang

pengaruh pendidikan kesehatan metode demonstrasi terhadap tingkat

pengetahuan kejadian penyakit corpus alienum mata. Penelitian dapat

dijadikan sebagai dasar untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya. Peneliti

lanjutan dapat menambah peserta pendidikan kesehatan metode

demonstrasi pencegahan kejadian penyakit corpus alienum mata kepada

kelompok pekerja lain seperti tukang kayu dan penambang pasir, dll;

b. bagi pekerja las;

hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan pekerja las dalam

pencegahan penyakit corpus alienum mata sehingga pekerja las mampu

untuk menerapkan pencegahan dengan pemakaian alat pelindung mata

pada saat bekerja.

c. bagi pelayanan kesehatan;

pendidikan kesehatan metode demonstrasi pencegahan kejadian penyakit

corpus alienum mata penting untuk diberikan kepada pekerja las untuk

meningkatkan pengetahuan sejak dini guna meluruskan anggapan

penggunaan alat pelindung mata tidak nyaman untuk digunakan;


106

d. bagi institusi pendidikan;

hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi ilmu

keperawatan tentang pengaruh pendidikan kesehatan metode demonstrasi

terhadap tingkat pengetahuan pencegahan kejadian penyakit corpus

alienum mata sehingga nantinya dapat dikembangkan menjadi lebih dalam

lagi. Perawat komunitas dapat melakukan pembinaan pada kelompok

pekerja las tentang pencegahan corpus alienum mata dengan

mengaplikasikan pendidikan kesehatan metode demonstrasi melalui

promosi kesehatan, kegiatan dapat dibentuk melalui kegiatan gabungan

kelompok pekerja las dan perkumpulan masyarakat yang melibatkan

pekerja las yang bekerja di bengkel las.

e. bagi penelitian

mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat pengetahuan tentang

pencegahan kejadian penyakit corpus alienum mata dengan jumlah sampel

lebih banyak, dan menggunakan media pelaksanaan penerapan metode

demonstrasi yang lebih variatif dan kreatif.


107

DAFTAR PUSTAKA

Aldy, F. 2009. Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata di Kabupaten Tapanuli


Selatan. Tesis. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Alfanan, A. 2014. Pengaruh Pemakaian Alat Pelindung Mata Terhadap Ketajaman


Penglihatan Pegawai Bengkel Las Di Wilayah Terminal Bus Wisata Ngabean
Kota Yogyakarta. Artikel.
Http://Journal.Respati.Ac.Id/Index.Php/Medika/Article/View/279/222.
[Diakses Pada 10 Februari 2017]

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. .Jakarta :


Rineka Cipta.

Aronson, Alexander A. 2008. Ophtalmology: Corneal Laceration [online].


http://www.emedicine.com/emerg/topic114.htm. [Diakses pada 15 Maret
2017].

Augsbrger, J., Asbury, T., Thomas., M. 2004. Ocular & Orbital Trauma. In:Riordan-
Eva P,Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology 16th
Edition, Singapore: McGraw Hill (Asia). p.371-375.

Azwar, S. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bahruddin dan Wahyuni, 2010. Teori belajar dan pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.

Bashour, M. 2008. Corneal Foreign Body. http://emedicine.medscape.com/ article/.


[Diakses pada 22 Januari 2017].

Budiono, A.M.S. 2003, Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang:
Badan Penerbit UNDIP.

Dahlan, S. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5. Jakarta, Salemba
Medika.
108

Darmayanti. 2015. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan dalam


Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada Petani Pengguna Pestisida di
Wilayah Subak Desa Kenderan.CNJ, 3(3): 70-75.

Darmini, 2007, Analisis Faktor yang Berhubungan terhadap Ketajaman Penglihatan


pada Pekerja Bengkel Bagian Pengelasan Karbit, Semarang: Skripsi IKM
UNNES.

Depari, D.I. 2015. Hubungan Kejadian Fotofobia dengan Penggunaan Alat Pelindung
Mata pada Pekerja Las di Kelurahan Tanjung Selamat. Skripsi. Medan : FK
USU.

Disnakertrans RI, 2002, Modul Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja dengan
Materi Alat Pelindung Diri. Semarang: Disnakertrans RI.

Effendi., dkk. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori Dan Praktek Dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Emilia, R. C. 2008. Pengaruh Penyuluhan ASI Ekslusif terhadap Pengetahuan dan


Sikap Ibu Hamil di Mukim Laure-E Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten
Simeulue (NAD). Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.

Ernawan, T. 2012. “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Diklat
Teknik Sepeda Motor dengan Penerapan Metode Curah Pendapat Pada
Siswa Kelas XI di SMK Muhammadiyah Prambanan”. 1, (2), 1-6.

Eroschenko, V.P. 2003. Atlas Histologi di Fiore Edisi 9. Jakarta: EGC.

Februl, D. 2012. Ranah Pengetahuan menurut Bloom, Cangelosi, dan Marzano.


Sumatera Barat: STKIP PGRI Sumatera Barat.

Fitriani, S. 2011. Promosi Kesehatan. Cetakan 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC
109

Hapsari, N.D. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang : Badan Penerbit
Undip.

Hardita, D.M., Qur’aniati, N., Kristiawati. 2015. Brainstorming dalam pencegahan


infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) oleh ibu. Surabaya : Fakultas
Keperawaan UNAIR. journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
pmnj9561aaf870full.docx. [Diakses pada 20 Januari 2017].

Hastono, S. 2007. Analisa Data Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia.

Hendra, A.W. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan.

Hidayat, A. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi I. Jakarta:
Salemba Medika.

Hidayat. A.A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.

Hisnawati. 2000. Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Ceramah dan Diskusi dalam
Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Perubahan Kadar Gula Darah Pasien
DM Tipe II di Rumah Sakit Umum Dokter Pirngadi Medan. Tesis. Jogjakarta
: Universitas Gadjah Mada.

Ilyas, S. 2008. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Ilyas, S., Yulianti, S.R. 2014. Ilmu Penyakit Mata Edisi 5. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Khurana AK. 2007. Community Ophtalmology in Comprehensive Ophtalmology


Fourth Edition, Chapter 20. New Delhi: New Age International Limited
Publisher, 443 – 457.

Maulana, H. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC.


110

Mubarak et. al. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar
dalam Pendidikan. Jakarta: Graha Ilmu

Nazir, M. 2007. Metode Penelitian. , Jakarta : nurGhalia Indonesia.

Notoatmodjo S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2013. Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika.

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian keperawatan. Jakarta.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4 volume 1.EGC. Jakarta.

Pratiwi, Y.S., Widada, W., Yulis, Z.E.A. 2015. Gangguan Kesehatan Mata Pada
Pekerja di Bengkel Las Listrik Desa Sempolan Kecamatan Silo Kabupaten
Jember. Jember : The Indonesian Journal Of Health Science, Vol. 5,No. 2,
Juni 2015.
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/TIJHS/article/download/2/3.
[Diakses pada 29 Oktober 2016].
111

Puspitawati, H. 2013. Konsep Teori Analisis Gender. Bogor : Departemen Ilmu


Keluarga dan Konsumen

Rianto, dkk. 2006. Bahan Ajar Diklat Mata Ajar Pendidikan Kewarganegaraan SMA
Jenjang Dasar [di akses pada tanggal 5 Mei 2017]

Rinawati, dkk. 2015. Perbedaan Gangguan Pendengaran Pekerja Terpapar Bising


Industri di Surakarta Antara Pekerja Memakai Alat Pelindung Telinga dan
Pekerja Tidak Memakai Alat Pelindung Telinga. Purwokerto :Seminar
Nasional, Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.

Riordan, E.P. 2010. Anatomi & Embriologi Mata. In: Vaughan, Asbury. Oftalmologi
Umum Edisi 17. Jakarta: EGC.

Riyadina, W. 2007. Kecelakaan Kerja Dan Cedera Yang Dialami Oleh Pekerja
Industri Di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. Sumatera Utara :
Puslitbang Biomedis dan Farmasi Balitbangkes Depkes RI.
http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/viewFile/225/221. [Diakses
pada 28 Oktober 2016]

Riyanto, A. 2013. Statistik Deskriptif (Untuk Kesehatan). Yogyakarta : Nuha Medika.

Salawati, L. 2015. Analisis Penggunaan Alat Pelindung Mata Pada Pekerja Las. Aceh
: Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 15 Nomor 3 Desember 2015.
http://download.portalgaruda.org/article . [ Diakses pada 28 Oktober 2016]

Sanjaya, W. 2014. Strategi Pembelajaran Berorientasi Strategi Proses Pendidikan.


Jakarta: Prenadamedia group.

Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setyawati, L. M. 2007. Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Pelatihan Para


Medis Seluruh Jawa Tengah. Klaten : RSU Soeradji.

Siswanto, A. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
112

Sriyono. 2015. Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pemahaman Masyarakat Tentang


Ikan Berformalin Terhadap Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Universitas
Indraprasta PGRI Jakarta

Steven, et. al. 1999. Ilmu Keperawatan. Jakarta: EGC.

Sugiyarti, A.T., Nuryadi, Sandra, C. 2013. Analisa Biaya Satuan (Unit Cost) dengan
Metode Activity Based Costing (ABC) (Studi Kasus di Poli Mata RSD Balung
Kabupaten Jember). Jember : Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa.
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/3187/Anis%20Tri%2
0Sugiyarti%20-%20092110101053_1.pdf?sequence=1. [Diakses pada 29
Oktober 2016].

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung :


Alfabeta.

Susilo, R. 2011. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Sutikno, M. S., Fathuraaohman, P. 2007. Strategi Belajar Mengejar Melalui


Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam. Bandung: PT. Refika Aditama.

Sutphin, John E. 2008. External Disease and Cornea (Basic and Clinical Science
Course 2008-2009). San Francisco : American Academy of Ophthalmology.

Vaughan D. G et all. 2009, Ophtalmology Umum Ed. 14. Jakarta: EGC.


113

Vaughan, D. 2010. Oftalmologi Umum, Edisi 17. Jakarta : Widya Medika.

Wahyuni, T. 2013. Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Hubungan Kejadian


Konjungtivitis Pada Pekerja Pengelasan di Kecamatan Cilacap Tengah
Kabupaten Cilacap. Semarang : Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.

Wawan, A., Dewi,. M. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta.

Wiryosumarto, H., Okumura, T. 2010. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta :


Pradnya Paramita.

Word Bank. 2000. Rangkungan Pembangunan Berperspektif


Gender. siteresources.worldbank.org .[Diakses tanggal pada tanggal 5 Juni
2017]
114

LAMPIRAN
115

Lampiran A. Lembar Informed

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Nur Winingsih
NIM : 132310101020
Pekerjaan : Mahasiswa PSIK Universitas Jember
Alamat rumah : Jalan Danau Toba 4 Jember
Alamat kampus : Jl. Kalimantan No.37 Kampus Bumi Tegal Boto Jember
bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul, “Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Metode Demonstrasi Terhadap Tingkat Pengetahuan Pencegahan Kejadian
Penyakit Corpus Alienum Mata Pada Pekerja Las di Bengkel Las Putra Jaya
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember”. Kerahasiaan semua informasi akan dijaga
dan dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Oleh karena itu Saudara tidak perlu
menuliskan nama lengkap hanya inisial saja. Penelitian ini tidak akan menimbulkan
kerugian bagi Saudara maupun keluarga dan dapat memberikan manfaat berupa
pengetahuan mengenai pencegahan corpus alienum mata pekerja las. Jika Saudara
tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi Saudara. Jika Saudara
bersedia menjadi responden, maka saya mohon kesediaannya untuk menandatangani
lembar persetujuan yang saya lampirkan atas keinginan saudara sendiri tanpa adanya
paksaan.
Demikian permohonan dari saya, atas bantuan dan peran saudara, saya ucapkan
terima kasih.

Hormat saya,

Nur Winingsih
132310101020
116

Lampiran B. Lembar Consent


Kode responden:

SURAT PERSETUJUAN

Setelah saya membaca dan memahami isi dari penjelasan pada lembar
permohonan menjadi responden, maka saya bersedia untuk turut serta berpartisipasi
sebagai responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember yaitu:
Nama : Nur Winingsih
NIM : 132310101020
Alamat : Jalan Danau Toba 4 Jember
Judul : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Demonstrasi Terhadap Tingkat
Pengetahuan Pencegahan Kejadian Penyakit Corpus Alienum Mata Pada
Pekerja Las di Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari Kabupaten
Jember
Saya memahami bahwa penelitian ini dapat memberikan manfaat dan tidak
membahayakan serta merugikan saya sehingga saya atas kemauan sendiri tanpa
adanya paksaan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Jember,....................2017
Responden

(...........................)
117

Lampiran C. Kuesioner A
Kode responden:
Karakteristik Responden
KUESIOER PENELITIAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE
DEMONSTRASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PENCEGAHAN
KEJADIAN PENYAKIT CORPUS ALIENUM MATA PADA PEKERJA LAS
DI BENGKEL LAS PUTRA JAYA KECAMATAN
SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER
Peunjuk Pengisian :
1. Bacalah dengan cermat dan teliti sebelum anda menjawab pernyataan.
2. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan saudara untuk menjawab seluruh
pernyataan yang ada.
3. Isilah titik-titik yang tersedia dengan jawaban yang benar.
4. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda sesuai dengan kondisi anda
dengan memberikan tanda check list (√)
A. Karakteristik Responden
a. Inisial : ......................................................
b. Umur : ............ Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
d. Pendidikan : Tidak Tamat Sekolah
SD
SMP
SMA
Pendidikan Tinggi
e. Jika pernah, anda mendapat informasi pencegahan sakit mata akibat serpihn benda
pengelasan (corpus alienum mata) dari :
Tempat Kerja
Teman
Media elektronik
Tenaga kesehatan
Tidak pernah
118

Lain-lain
Tingkatan Pengetahuan Kode responden:

Informasi ini akan dirahasiakan, jadi harap diisi sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Terima kasih.
Petunjuk pengisian kuisioner
1. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan. Kemudian jawablah pernyataan sesuai
dengan keadaan anda yang sesungguhnya. Apabila terdapat pernyataan yang tidak
dimengerti dapat menanyakannya kepada pihak kami.
2. Berilah tanda centang (√) pada kolom benar dan salah sesuai dengan pendapat anda.
3. Benar = Jika menurut anda pernyataan tersebut benar.
Salah = Jika menurut anda pernyataan tersebut salah.
No Pernyataan Benar Salah
Tahu
1. Corpus alienum mata adalah nama lain dari serpihan
benda asing akibat pengelasan yang masuk mengenai
mata
2. Serpihan benda asing akibat pengelasan yang masuk
mengenai mata tidak harus segera dikeluarkan
3. Serpihan benda asing yang mengenai mata dapat
menyebabkan mata merah
4. Mata yang kemasukan benda asing terasa tidak enak
digunakan untuk berkedip
Memahami
5. Debu yang terbawa angin dari proses mengelas tidak
menyebabkan bahaya pada mata karena berukuran kecil
dan tidak terlihat
6. Timah hitam, seng dan nikel adalah benda berbahaya
(reaktif) karena apabila masuk mengenai mata dapat
membuat mata mengalami gangguan fungsi penglihatan
7. Serpihan benda pengelasan/gram hasil proses pengelasan
yang masuk mengenai mata dapat menggores lapisan
mata apabila digunakan untuk berkedip dan dikucek
sehingga menyebabkan mata terasa perih
8. Mata yang terkena serpihan benda pengelasan boleh
dikucek agar benda asing cepat keluar
9. Apabila serpihan benda hasil pengelasan masuk mengenai
mata bagian tengah, dapat mengakibatkan gangguan
ketajaman mata atau gangguan daya lihat
Aplikasi
10. Penggunaan kaca mata yang berwarna hitam saat
mengelas sangat dianjurkan, karena dengan kacamata
119

berwarna hitam dapat menyerap radiasi sinar dari


pengelasan dan menghindarkan mata terkena sinar radiasi
secara langsung
Analisis
11. Menggunakan alat pelindung mata saat mengelas tidak
begitu penting apabila tidak benar-benar dibutuhkan saat
proses pengelasan.
12. Penggunaan alat pelindung mata yang sesuai peraturan
atau prosedurnya dapat mengurangi resiko terjadinya
gangguan kesehatan mata
13. Penggunaan pelindung mata saat melakukan pengelasan
sangat penting untuk melindungi mata, karena apabila
sinar panas pengelasan dapat merusak lapisan mata
bagian depan dan lama kelamaan dapat menyebabkan
kebutaan
Sintesis
14. Benda asing yang dihasilkan oleh proses mengelas sangat
beragam, seperti debu, gas, dan serpihan-serpihan yang
dapat mengenai mata secara langsung apabila tidak
menggunakan pelindung mata. Alat pelindung mata harus
bisa melindungi mata tidak hanya dari depan tetapi juga
dari samping sehingga mata benar-benar terlindungi
15. Keparahan mata akibat benda asing pengelasan yang
mengenai mata juga disebabkan karena seberapa keras
benda asing tersebut mengenai mata. Alat pelindung mata
harus bisa melindungi dari semua sudut mata
Evaluasi
16. Penanganan pertama kali saat mata terkena serpihan
benda las yaitu dengan mengaliri mata menggunakan air
yang mengalir selama satu menit agar benda asing
tersebut dapat hilang bersama air yang mengalir
17. Penanganan pertama kali saat terkena serpihan benda
asing pengelasan yaitu dengan mengaliri menggunakan
air bersih yang mengalir. Cara mengalirkan air ke mata
yaitu dari dalam keluar
18. Ketika terkena serpihan benda asing dan telah dialiri
menggunakan air yang mengalir benda asing tidak dapat
hilang, maka harus dengan cepat dibawa ke pelayanan
kesehatan terdekat
19. Ketika mata terkena benda asing akibat pengelasan dan
benda asing tersebut sudah hilang dengan mengaliri
menggunakan air bersih, tidak perlu diperiksakan ke
pelayanan kesehatan karena sudah cukup dengan
menggunakan air yang mengalir saja
Total Skor
120

Lampiran E. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Jl. Kalimantan No 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp/Fax (0331)
323450

Satuan Acara Penyuluhan

Topik/Materi : Corpus Alienum Mata

Sasaran : Pekerja Bengkel Las Putra Jaya

Tempat :

Hari/Tgl/Jam :

Waktu : 1x60 menit (Pertemuan I)

A. Tujuan

1. Tujuan umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan metode demonstrasi terjadi

peningkatan pengetahuan bagi pekerja las.

2. Tujuan khusus

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan metode demonstrasi pekerja las

mampu :

a. Tahu pengertian corpus alienum mata

b. Paham penyebab corpus alienum mata

c. Tahu dan paham tanda dan gejala corpus alienum mata

d. Paham komplikasi corpus alienum mata


121

e. Mengaplikasikan, menganalisis dan mensintesis pencegahan corpus

alienum mata

f. mengevaluasi penatalaksanaan corpus alienum mata

B. Pokok bahasan : corpus alienum mata

C. Sub pokok bahasan

a. Pengertian corpus alienum mata

b. Penyebab corpus alienum mata

c. Tanda dan gejala corpus alienum mata

d. Komplikasi corpus alienum mata

e. Pencegahan corpus alienum mata

f. Penatalaksanaan corpus alienum mata

D. Kegiatan pendidikan kesehatan metode demonstrasi

Tahap kegiatanPenelitian pendidikan Kegiatan Media dan


kesehatan metode peserta alat pengajar
demonstrasi
Persiapan dan 1. Menyiapkan alat, - Laptop,
pembukaan tempat dan peserta LCD
(10 menit) 2. Memberi salam dan Memperhatikan
memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan Memperhatikan
umum dan tujuan
khusus Memperhatikan
4. Menjelaskan manfaat
dari kegiatan
pendidikan kesehatan Memperhatikan
5. Menjelaskan alur
kegiatan pendidikan Menjawab
kesehatan
6. Apersepsi kepada Memperhatikan
peserta didik
7. Menyampaikan
kontrak waktu
Pelaksanaan 8. Penyampaian materi Memperhatikan Laptop, LCD,
(45 menit) oleh pemateri : Alat
122

a) Menjelaskan pelindung
pengertian dari corpus
corpus alienum alienum mata
mata
b) Menjelaskan
tentang penyebab
corpus alienum
mata.
c) Menjekaskan
tentang
komplikasi
corpus alienum
mata.
d) Menjelaskan
pencegahan
corpus alienum
mata
e) Menjelaskan
penatalaksanaan Memperhatikan
corpus alienum
mata
9. Menunjukkan contoh
langsung macam- Memperhatikan
macam alat
pelindung corpus
alienum mata
10. Mendemonstrasikan Memperhatikan
masing-masing alat
pencegahan corpus
alienum mata, Bertanya
sekaligus
11. Menjelaskan manfaat
dan fungsi alat
pelindung pekerja las
12. Memberikan
kesempatan kepada
responden untuk
bertanya tentang
materi yang kurang
dipahami
Penutup 13. Menyimpulkan hasil Memperhatikan Laptop, LCD
(5 menit) dan evaluasi kegiatan
yang telah dilakukan
14. Memberikan Memperhatikan
reinforcement
kepada responden. Memperhatikan
123

15. Membuat kontrak dan menjawab


pertemuan salam
berikutnya, menutup
pertemuan, memberi
salam

E. Lampiran

1. Materi : Corpus alienum mata

2. SOP

3. Daftar hadir peserta

Penyuluh,

Nur Winingsih

NIM 132310101020
124

MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN METODE DEMONSTRASI

1. Definisi corpus alienum Mata

Corpus alienum adalah istilah medis untuk menyebut benda asing, suatu benda

yang seharusnya tidak ada dalam tubuh. Corpus alienum mata merupakan salah satu

penyebab cedera mata yang mengenai sklera, kornea, dan konjungtiva. Benda asing

yang masuk ke mata biasanya berukuran kecil seperti serpihan logam atau kayu

(Augsbrger dkk, 2004). Benda asing pada sklera biasanya tidak begitu berbahaya,

karena sklera tidak dilalui cahaya (Aronson, 2008). Benda asing yang masuk ke

konjungtiva mata, biasanya bersarang dilekuk antara selaput lendir kelopak mata dan

bola mata, sehingga apabila mata berkedip benda asing tersebut akan menggores

permukaan kornea (Khurana, 2009). Benda asing yang paling berbahaya yaitu apabila

mengenai kornea dan harus segera dikeluarkan agar tidak terjadi kerusakan yang

parah, karena benda asing dapat menyebabkan kekeruhan pada kornea. Untuk mencari

dan menentukan benda asing itu, kadang-kadang menggunakan lensa pembesar,

senter, dan lampu kepala (AAO, 2008). Ketika corpus alienum masuk ke dalam bola

mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi

bola mata dan terjadi iridocylitis serta panophthmitis, oleh karena itu perlu untuk cepat

mengenali benda asing tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk

kemudian mengeluarkannya (Ilyas, 2008).


125

2. Penyebab corpus alienum mata

Penyebab cedera pada mata adalah (Bashour, 2008):

a. Percikan kaca, besi, keramik;

b. Partikel yang terbawa angin, seperti debu;

c. Ranting pohon;

d. Dan sebagainya.

Penyebab cedera mata pada pekerja las yang paling sering terjadi disebabkan

karena debu, gas, cahaya dan sinar, radiasi panas, bahaya ledakan, bahaya

kebakaran dan bahaya percikan las.

3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang ditimbulkan akibat benda asing masuk ke dalam mata

yaitu (Ilyas, 2008)

1. Ekstra Okular

a. Mendadak merasa tidak enak ketika mengedipkan mata;

b. Ekskoriasi kornea terjadi bila benda asing menggesek kornea, oleh

kedipan bola mata;

c. Lakrimasi hebat;

d. Benda asing dapat bersarang dalam torniks atas atau konjungtiva;

e. Bila tertanam dalam kornea nyeri sangat hebat.

2. Infra Okuler

a. Bila menembus lensa atau iris, lubang mungkin bisa terlihat dan dapat

terjadi katarak;
126

b. Masalah lain diantaranya yaitu infeksi sekunder dan reaksi jaringan mata

terhadap zat kimia yang terkandung misalnya dapat terjadi siderosis.

4. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, posisi,

kedalaman, dan efek dari corpus alienum itu sendiri. Jika ukurannya besar,

terletak di bagian sentral dimana fokus cahaya pada kornea dijatuhkan, maka

dapat mempengaruhi visus. Reaksi inflamasi juga bisa terjadi apabila corpus

alienum yang mengenai kornea merupakan benda inert dan reaktif. Sikatrik

maupun perdarahan juga bisa timbul jika menembus cukup dalam. Ukuran dari

corpus alienum yang tidak besar dapat segera diambil dan reaksi sekunder

seperti inflamasi ditangani secepatnya, serta tidak menimbulkan sikatrik pada

media refraksi yang berarti dan prognosis bagi pasien adalah baik (Vaughan,

2010).

5. Pencegahan Corpus Alienum Mata

Pencegahan terhadap kejadian corpus alienum mata pada pekerja las

diperlukan suatu alat pelindung diri. Alat Pelindung Diri (APD) merupakan

seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi diri dari adanya

potensi bahaya atau kecelakaan kerja (Budiono, 2003).

a. Jenis APD bagi Pekerja Las

Alat pelindung diri yang perlu untuk diperhatikan bagi pekerja las dapat dibagi

menjadi beberapa jenis, yaitu :


127

1) Alat pelindung kepala yang berfungsi untuk melindungi kepala dari berbagai

bahaya, alat berupa tutup kepala ini dapat melindungi kepala dari benda keras

yang terjatuh, pukulan, benturan kepala, terkena arus listrik serta melindungi

kepala dari kebakaran (Hapsari, 2003);

2) Pelindung muka dan mata, yang dapat melindungi mata dan wajah dari dampak

partikel-partikel kecil yang terlempar dengan kecepatan rendah maupun dampak

dari partikel-partikel berat yang terlempar dengan kecepatan tinggi. Selain itu,

perlindungan pada muka dan mata ini juga dapat bermanfaat untuk mencegah

adanya percikan cairan panas atau korosif, dan mata dapat terhindar dari kontak

langsung dengan gas atau uap, debu dan radiasi gelombang elektromagnetik serta

cahaya (Darmini, 2007);

3) Alat pelindung tangan yang berguna melindungi tangan terkena benda tajam dan

goresan, bahan kimia (padat dan larutan), benda panas dan dingin atau

menghindarkan tangan dari sengatan arus listrik (Hapsari, 2003).

b. Alat Pelindung Muka dan Mata

Pencegahan yang perlu di perhatikan oleh pekerja las agar tidak terjadi

gangguan kesehatan mata misalnya masuknya benda asing ke dalam mata yaitu

dengan menggunakan alat pelindng diri berupa kacamata. Kacamata pengaman

atau pelindung mata berfungsi untuk melindungi mata dari percikan bahan-bahan

korosif, kemasukan debu atau partikel kecil, paparan gas atau uap yang dapat

menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elektromagnetik, dan pukulan

benda-benda keras dan tajam (Siswanto, 2003). Jenis alat pelindung muka dan

mata untuk pekerja las yaitu :


128

1) Kacamata (spectacles), yang bermanfaat untuk melindungi mata dari partikel-

partikel kecil, debu dan serpihan seperti kaca dan besi. Lensa kacamata

pelindung sebaiknya terbuat dari polikarbonat, karena bahan tersebut

dianggap baik untuk perlindungan mata dan tahan terhadap benturan seperti

menghindarkan mata dari serpihan proses pemotongan besi. Memilih

kacamata juga harus diperhatikan, harus pas dengan muka sehingga nyaman

untuk digunakan. Simpan kacamata setelah dipakai pada tempatnya.

Bersihkan kacamata secara teratur terutama pada bagian lensa dengan

pengelap kacamata apabila akan digunakan.

2) Perlindungan samping (side shields) yaitu pengaman tambahan yang dapat

dipasang pada bagian samping kacamata. Melindungi mata dari lemparan

benda-benda seperti debu atau serpihan lainnya dari arah samping yang dapat

mengenai mata.

3) Kacamata Goggle. Melindungi mata dari gas, uap, debu, percikan larutan

kimia, radiasi, dan kilatan cahaya atau sinar yang menyilaukan. Bahan dapat

terbuat dari plastik yang transparan dengan lensa dilapisi kobalt untuk

melindungi mata dari bahaya radiasi gelombang elektromagnetik non ionisasi.

Kacamata goggle dirancang mudah untuk disesuaikan dengan wajah ketika

digunakan. Google disimpan pada tempatnya, bersikan dengan menggunakan

lap seperti kain bersih dan bersihkan lensa goggle terlebih dahulu sebelum

digunakan.

4) Alat pelindung mata yang lain yang dapat digunakan yaitu perisai muka, alat

ini dapat dipasang pada helm atau juga bisa dipegang dengan tangan secara
129

langsung (Hapsari, 2003). Perisai muka dapat digunakan untuk melindungi

wajah khususnya mata dari gas, uap, debu, percikan larutan kimia, radiasi dan

kilatan sinar yang menyilaukan. Tempat penyimpanan perisai muka sama

dengan alat pelindung lainnya dan apabila ingin menggunakan terlebih dahulu

bersihkan lensa perisai muka. Kegiatan pengelasan yang harus diperhatikan

selain penggunaan APD pada mata yaitu arah angin ketika pengelasan, pada

saat mengelas harus mengikuti arah angin agar serpihan benda las atau

paertikel-partikel las tidak mengenai pekerja las. Pada dasarnya penggunaan

perisai muka kurang disenangi oleh pekerja las karena kurang nyaman

dipakai saat bekerja. Selain tidak disenangi karena tidak nyaman digunakan,

pemakaian goggles juga akan menutupi mata dengan ketat sehingga tidak

terjadi pertukaran udara didalammya (Disnakertrans, 2002).

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dari corpus alienum pada mata yaitu dengan mengeluarkan

benda asing tersebut. Saat mata kemasukan benda asing, pastikan tidak

menyentuh atau meggosok. Hal ini untuk mencegah jaringan mata rusak karena

gesekan benda asing. Cobalah untuk duduk menghadap ke sumber cahaya. Tarik

kelopak mata atas atau bawah dengan lembut dan coba minta bantuan seseorang

untu melihat benda apa yang masuk ke mata. Penanganan selanjutnya yang harus

dilakukan apabila mata pekerja las kemasukan benda asing akibat pengelasan

adalah dengan mengaliri mata memakai air yang mengalir selama satu menit. Hal

ini dilakukan agar benda yang bersarang dimata dapat ikut keluar bersama air
130

yang mengalir, namun apabila benda tersebut tidak hilang setelah dialiri air maka

harus segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat. Apabila benda asing yang

mengenai mata hilang akibat dialiri dengan air, namun mata masih terasa sakit dan

memerah maka harus tetap diperiksakan ke pelayanan kesehatan untuk mencegah

hal-hal yang tidak diinginkan. Penggunaan obat tetes mata dapat digunakan

sebagai obat anti inflamasi, namun harus sesuai dengan petunjuk dosis obat.

Penanganan pada umumnya apabila lokasi corpus alienum berada di palpebra

dan konjungtiva, kornea maka dapat dengan mudah dilepaskan setelah pemberian

anastesi lokal. Untuk mengeluarkannya, dari tengah ke tepi. Apabila benda

bersifat magnetik, maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable, kemudian

diberi antibiotik lokal, siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa steril dan

diperban (Vaughan, 2010).

Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dibuat insisi di limbus,

melalui insisi tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk menarik benda asing,

bila tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris yang mengandung benda

asing tersebut. Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat

dikeluarkan dengan magnit sama seperti pada iris. Corpus alienum terletak di

dalam, kaca dapat dikeluarkan dengan giant magnit setelah insisi dari sklera. Bila

tidak berhasil, dapat dilakukan dengan operasi vitrektomi (Vaughan, 2010).


131
132

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Jl. Kalimantan No 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp/Fax (0331)
323450

Satuan Acara Penyuluhan

Topik/Materi : Pencegahan Corpus Alienum Mata

Sasaran : Pekerja Bengkel Las Putra Jaya

Tempat :

Hari/Tgl/Jam :

Waktu : 1x60 menit (Pertemuan II)

F. Tujuan

1. Tujuan umum

Setelah dilakukan redemonstrasi pencegahan corpus alienum mata terjadi

peningkatan pengetahuan bagi pekerja las.

2. Tujuan khusus

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan redemonstrasi pekerja las mampu :

a. Mengaplikasi, menganalisis dan mensintesis pencegahan corpus

alienum mata

b. mengevaluasi pencegahan corpus alienum mata

3. Pokok bahasan : pencegahan corpus alienum mata

4. Sub pokok bahasan : Alat pelindung pencegahan corpus alienum mata


133

5. Kegiatan pendidikan kesehatan metode demonstrasi


Tahap kegiatan Penelitian pendidikan Kegiatan Media dan
kesehatan metode peserta alat pengajar
brainstorming
Persiapan dan 1. Menyiapkan - -
pembukaan alat, tempat dan
(10 menit) peserta
2. Memberi salam Memperhatikan
dan
memperkenalka
n diri
3. Menjelaskan Memperhatikan
tujuan umum
dan tujuan
khusus Memperhatikan
4. Menjelaskan
manfaat dari
kegiatan
pendidikan Memperhatikan
kesehatan
5. Menjelaskan
alur kegiatan Menjawab
pendidikan
kesehatan
6. Evaluasi
pengetahuan Memperhatikan
dari pertemuan
sebelumnya
7. Melakukan
kontrak waktu
Pelaksanaan 8. Meminta Maju kedepan Alat
(45 enit) perwakilan pelindung
responden untuk corpus
maju kedepan alienum mata
melakukan
demonstrasi
9. Responden Menyebutkan
menyebutkan
contoh langsung
macam-macam
alat pelindung
corpus alienum Mempraktikan
mata
10. Responden
mendemonstrasi
kan masing-
134

masing alat
pencegahan Mempraktikan
corpus alienum
mata, sekaligus
11. Responen
menjelaskan
manfaat dan Bertanya
fungsi alat
pelindung
pekerja las
12. Peneliti
memberikan
kesempatan
kepada
responden untuk
bertanya tentang
materi yang
kurang
dipahami
Penutup 13. Menyimpulkan Memperhatikan -
(10 enit) hasil dan
evaluasi
kegiatan yang
telah dilakukan
14. Memberikan Memperhatikan
reinforcement
kepada
responden Memperhatikan
15. Membuat dan menjawab
kontrak salam
pertemuan
berikutnya,
menutup
pertemuan,
memberi salam

6. Evaluasi

Evaluasi diberikan kepada pekerja las dengan mengajukan beberapa

pertanyaan secara lisan:

a. Sebutkan alat pencegahan corpus alienum mata?

b. Sebutkan manfaat alat pencegahan corpus alienum mata?


135

7. Lampiran

a. Materi : Pencegahan corpus alienum mata

b. SOP

c. Leaflet pencegahan dan penanganan corpus alienum mata

d. Daftar hadir peserta

Penyuluh,

Nur Winingsih
NIM 132310101020
136

MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN METODE DEMONSTRASI

1. Pencegahan Corpus Alienum Mata

Pencegahan terhadap kejadian corpus alienum mata pada pekerja las

diperlukan suatu alat pelindung diri. Alat Pelindung Diri (APD) merupakan

seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi diri dari adanya

potensi bahaya atau kecelakaan kerja (Budiono, 2003).

c. Jenis APD bagi Pekerja Las

Alat pelindung diri yang perlu untuk diperhatikan bagi pekerja las dapat dibagi

menjadi beberapa jenis, yaitu :

1) Alat pelindung kepala yang berfungsi untuk melindungi kepala dari berbagai

bahaya, alat berupa tutup kepala ini dapat melindungi kepala dari benda keras

yang terjatuh, pukulan, benturan kepala, terkena arus listrik serta melindungi

kepala dari kebakaran (Hapsari, 2003);

2) Pelindung muka dan mata, yang dapat melindungi mata dan wajah dari dampak

partikel-partikel kecil yang terlempar dengan kecepatan rendah maupun dampak

dari partikel-partikel berat yang terlempar dengan kecepatan tinggi. Selain itu,

perlindungan pada muka dan mata ini juga dapat bermanfaat untuk mencegah

adanya percikan cairan panas atau korosif, dan mata dapat terhindar dari kontak

langsung dengan gas atau uap, debu dan radiasi gelombang elektromagnetik serta

cahaya (Darmini, 2007);


137

3) Alat pelindung tangan yang berguna melindungi tangan terkena benda tajam dan

goresan, bahan kimia (padat dan larutan), benda panas dan dingin atau

menghindarkan tangan dari sengatan arus listrik (Hapsari, 2003).

d. Alat Pelindung Muka dan Mata

Pencegahan yang perlu di perhatikan oleh pekerja las agar tidak terjadi

gangguan kesehatan mata misalnya masuknya benda asing ke dalam mata yaitu

dengan menggunakan alat pelindng diri berupa kacamata. Kacamata pengaman

atau pelindung mata berfungsi untuk melindungi mata dari percikan bahan-bahan

korosif, kemasukan debu atau partikel kecil, paparan gas atau uap yang dapat

menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elektromagnetik, dan pukulan

benda-benda keras dan tajam (Siswanto, 2003). Jenis alat pelindung muka dan

mata untuk pekerja las yaitu :

1) Kacamata (spectacles), yang bermanfaat untuk melindungi mata dari partikel-

partikel kecil, debu dan serpihan seperti kaca dan besi. Lensa kacamata

pelindung sebaiknya terbuat dari polikarbonat, karena bahan tersebut

dianggap baik untuk perlindungan mata dan tahan terhadap benturan seperti

menghindarkan mata dari serpihan proses pemotongan besi. Memilih

kacamata juga harus diperhatikan, harus pas dengan muka sehingga nyaman

untuk digunakan. Simpan kacamata setelah dipakai pada tempatnya.

Bersihkan kacamata secara teratur terutama pada bagian lensa dengan

pengelap kacamata apabila akan digunakan.

2) Perlindungan samping (side shields) yaitu pengaman tambahan yang dapat

dipasang pada bagian samping kacamata. Melindungi mata dari lemparan


138

benda-benda seperti debu atau serpihan lainnya dari arah samping yang dapat

mengenai mata.

3) Kacamata Goggle. Melindungi mata dari gas, uap, debu, percikan larutan

kimia, radiasi, dan kilatan cahaya atau sinar yang menyilaukan. Bahan dapat

terbuat dari plastik yang transparan dengan lensa dilapisi kobalt untuk

melindungi mata dari bahaya radiasi gelombang elektromagnetik non ionisasi.

Kacamata goggle dirancang mudah untuk disesuaikan dengan wajah ketika

digunakan. Google disimpan pada tempatnya, bersikan dengan menggunakan

lap seperti kain bersih dan bersihkan lensa goggle terlebih dahulu sebelum

digunakan.

4) Alat pelindung mata yang lain yang dapat digunakan yaitu perisai muka, alat

ini dapat dipasang pada helm atau juga bisa dipegang dengan tangan secara

langsung (Hapsari, 2003). Perisai muka dapat digunakan untuk melindungi

wajah khususnya mata dari gas, uap, debu, percikan larutan kimia, radiasi dan

kilatan sinar yang menyilaukan. Tempat penyimpanan perisai muka sama

dengan alat pelindung lainnya dan apabila ingin menggunakan terlebih dahulu

bersihkan lensa perisai muka. Kegiatan pengelasan yang harus diperhatikan

selain penggunaan APD pada mata yaitu arah angin ketika pengelasan, pada

saat mengelas harus mengikuti arah angin agar serpihan benda las atau

paertikel-partikel las tidak mengenai pekerja las. Pada dasarnya penggunaan

perisai muka kurang disenangi oleh pekerja las karena kurang nyaman

dipakai saat bekerja, selain tidak disenangi karena tidak nyaman digunakan,
139

pemakaian goggles juga akan menutupi mata dengan ketat sehingga tidak

terjadi pertukaran udara didalammya (Disnakertrans, 2002).


140
141

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PENDIDIKAN KESEHATAN METODE


DEMONSTRASI ALAT PELINDUNG MATA
PSIK UNIVERSITAS PENGELASAN
JEMBER

STANDAR PROSEDUR NO. NO. REVISI: HALAMAN:


OPERASIONAL DOKUMEN: 2 LEMBAR
1/ /2017
TANGGAL DITETAPKAN OLEH:
TERBIT:
1. PENGERTIAN Suatu metode pembelajaran dengan cara
memperagakan dan mempertunjukkan secara
langsung mengenai alat pelindung mata untuk
para pekerja las
2. TUJUAN Meningkatkan pemahaman tentang alat pelindung
mata untuk mencegah terkena serpihan benda
asing akibat proses mengelas
3. PERSIAPAN 1. Berikan salam, perkenalkan diri
RESPONDEN 2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan, berikan kesempatan responden
untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan
responden.
6. PERSIAPAN ALAT 1. Kacamata pengaman (safety spectacles)
2. Pelindung samping kacamata (side shield)
3. Kacamata goggle
4. Perisai muka
5. Berita acara
6. Daftar hadir
7. PELAKSANAAN 16. Menunjukkan contoh langsung macam-
macam alat pelindung mata pekerja las yaitu
kacamata pengaman (safety spectacles),
pelindung samping kacamata (side shield),
kacamata goggle, dan perisai muka.
17. Mendemonstrasikan dan menjelaskan tentang
alat pelindung mata
a. Kacamata pengaman (safety spectacles)
142

- Sebaiknya lensa dari bahan


polikarbonat, karena bahan tersebut
dianggap terbaik untuk perlindungan
dan tahap terhadap percikan-percikan
benda seperti serpihan dari proses
pemotongan.
- Sesuaikan kacamata pas dengan muka
sehingga nyaman dipakai
- Bermanfaat melindungi mata dari
partikel-partikel kecil, debu, dan
serpihan seperti kaca dan besi
- Setelah dipakai, simpan kacamata pada
tempatnya. Bersihkan kacamata secara
teratur terutama pada bagian lensa
dengan pengelap kacamata apabila
akan digunakan
b. Pelindung samping kacamata (side shield)

- Pengamanan tambahan yang dapat


dipasang pada bagian samping
kacamata
- Melindungi mata dari lemparan benda-
benda seperti debu atau serpihan dari
arah samping yang dapat mengenai
mata
c. Kacmata goggle
143

- Dirancang sesuai bentuk wajah ketika


digunakan melindungi mata dari gas,
uap, debu, percikan larutan kimia,
radiasi, kilat cahaya atau sinar yang
menyilaukan.
- Bahan terbuat dari plastik transparan
yang dengan lensa dilapisi kobalt untuk
melindungi mata dari radiasi
gelombang elektromagnetik non
ionisasi
- Simpan pada tempatnya
- Bersihkan lensa goggle sebelum
digunakan
d. Perisai muka

- Pelindung muka yang dapat dipasang


pada helm atau dipegang menggunakan
tangan secara langsung
- Melindungi area wajah dari benda-
benda akibat proses pengelasan seperti
percikan-percikan besi, debu, radiasi,
sinar panas pengelasan, sinar yang
menyilaukan, dan uap.
- Jaga kebersihan lensa perisai muka,
bersihkan terlebih dahulu sebelum
digunakan
8. EVALUASI 1. Berikan kesimpulan terkait materi yang
sudah disampaikan
2. Evaluasi respon dari responden
3. Berikan reinforcement positif
144

4. Akhiri pertemuan dengan salam


9. DOKUMENTASI 1. Catat tindakan yang telah dilakukan,
tanggal dan jam pelaksanaan pada berita
acara
2. Peserta didik mengisi daftar hadir yang
sudah disiapkan.
145

Lampiran G : Leaflet
146

Lampiran H : Power point Pendidikan Kesehatan


147
148
149
150
151
152
153

Lampiran J : Surat ijin studi pendahuluan


154
155
156
157
158
159
160

Lampiran K : Surat Pernyataan Rekomendasi telah Studi Pendahuluan


161

Lampiran L : Lembar Konsul DPU dan DPA


162
163
164
165

Lampiran M : Ijin Validitas


166

Lampiran N : Surat Pernyataan Rekomendasi telah Studi Pendahuluan


167

Lampiran O. Surat Pernyataan telah Uji SOP


168

Lampiran P. Ijin Penelitian


169
170

Lampiran Q. Surat Pernyataan Rekomendasi telah Penelitian


171

Lampiran R. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 95.2


a
Excluded 1 4.8

Total 21 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.747 26

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

item1 36.60 137.200 .761 .731

item2 36.45 141.734 .451 .741

item3 36.60 137.621 .721 .732

item4 36.45 140.261 .623 .738

item5 36.45 142.576 .353 .743

item6 36.75 140.197 .442 .738

item7 36.60 139.095 .585 .736

item8 36.75 138.303 .603 .734

item9 36.45 140.682 .574 .738

item10 36.65 137.503 .702 .732


172

item11 36.75 140.408 .424 .739

item12 36.65 138.766 .589 .735

item13 36.45 138.576 .822 .734

item14 36.45 142.366 .377 .742

item15 36.45 146.155 -.055 .750

item16 36.65 137.503 .702 .732

item17 36.45 140.261 .623 .738

item18 36.45 141.734 .451 .741

item19 36.60 138.463 .643 .734

item20 36.45 138.576 .822 .734

item21 36.75 147.145 -.130 .753

item22 36.45 139.418 .722 .736

item23 36.45 140.682 .574 .738

item24 36.65 138.345 .627 .734

item25 36.45 140.261 .623 .738

total 18.65 36.450 1.000 .909

Interpretasi Hasil

a. Df =n–2

= 20 – 2

= 18

r tabel = 0,444

α = 0,05

b. Nilai r hasil dapat dilihat pada kolom corrected item-total correlation bila r
hasil > r tabel maka pertanyaan valid.
173

Uji Reliabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 95.2


a
Excluded 1 4.8

Total 21 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.729 20

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

item1 32.40 121.726 .765 .712

item2 32.25 125.882 .471 .722

item3 32.40 122.042 .734 .712

item4 32.25 124.513 .641 .718

item7 32.40 123.411 .599 .716

item8 32.55 123.313 .557 .716

item9 32.25 124.934 .588 .720

item10 32.45 121.839 .722 .712

item12 32.45 123.418 .573 .716

item13 32.25 122.934 .839 .714

item16 32.45 121.839 .722 .712

item17 32.25 124.829 .601 .719


174

item18 32.25 125.882 .471 .722

item19 32.40 122.989 .640 .715

item20 32.25 122.934 .839 .714

item22 32.25 123.882 .720 .717

item23 32.25 124.934 .588 .720

item24 32.45 122.576 .652 .714

item25 32.25 124.829 .601 .719

total 14.45 29.103 .988 .931

Interpretasi Hasil

a. Df =n–2

= 20 – 2

= 18

r tabel = 0,444

α = 0,05

b. Nilai hasil r alpha dapat dilihat pada kolom cronbach’s alpha bila r alpha > r
tabel maka pertanyaan reliabel. Hasil r alpha (0,729) > r tabel (0,444) maka
dinyatakan reliabel.
175

Lampiran S. Hasil Penelitian

a. Karakteristik Responden

Statistics

umur responden

N Valid 16

Missing 0

Mean 42.19

Median 42.50
a
Mode 35

Std. Deviation 7.111

Variance 50.562

Minimum 32

Maximum 55

Sum 675

a. Multiple modes exist. The smallest


value is shown

umur responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 32 1 6.2 6.2 6.2

33 1 6.2 6.2 12.5

35 2 12.5 12.5 25.0

37 2 12.5 12.5 37.5

38 1 6.2 6.2 43.8

40 1 6.2 6.2 50.0

45 2 12.5 12.5 62.5

47 1 6.2 6.2 68.8

48 1 6.2 6.2 75.0

49 2 12.5 12.5 87.5

50 1 6.2 6.2 93.8

55 1 6.2 6.2 100.0


176

umur responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 32 1 6.2 6.2 6.2

33 1 6.2 6.2 12.5

35 2 12.5 12.5 25.0

37 2 12.5 12.5 37.5

38 1 6.2 6.2 43.8

40 1 6.2 6.2 50.0

45 2 12.5 12.5 62.5

47 1 6.2 6.2 68.8

48 1 6.2 6.2 75.0

49 2 12.5 12.5 87.5

50 1 6.2 6.2 93.8

55 1 6.2 6.2 100.0

Total 16 100.0 100.0

jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki laki 16 100.0 100.0 100.0

pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 4 25.0 25.0 25.0

SMP 9 56.2 56.2 81.2

SMA 3 18.8 18.8 100.0

Total 16 100.0 100.0


177

sumber informasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak mendapat informasi


1 6.2 6.2 6.2
tentang corpus alienum mata

tempat kerja 4 25.0 25.0 31.2

tenaga kesehatan 11 68.8 68.8 100.0

Total 16 100.0 100.0

b. Skor Tingkat Pengetahuan Sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan

Statistics

data pre data post

N Valid 16 16

Missing 0 0

Mean 10.88 15.25

Median 11.00 16.00

Mode 11 17

Std. Deviation 3.739 2.569

Minimum 5 10

Maximum 17 18

data pre

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 5 1 6.2 6.2 6.2

6 2 12.5 12.5 18.8

7 1 6.2 6.2 25.0

9 2 12.5 12.5 37.5

11 4 25.0 25.0 62.5

12 1 6.2 6.2 68.8


178

13 1 6.2 6.2 75.0

14 1 6.2 6.2 81.2

16 2 12.5 12.5 93.8

17 1 6.2 6.2 100.0

Total 16 100.0 100.0

kategori pre

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 1 6.2 6.2 6.2

sedang 9 56.2 56.2 62.5

baik 6 37.5 37.5 100.0

Total 16 100.0 100.0

c. Skor Tingkat Pengetahuan Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan

Statistics

data pre data post

N Valid 16 16

Missing 0 0

Mean 10.88 15.25

Median 11.00 16.00

Mode 11 17

Std. Deviation 3.739 2.569

Minimum 5 10

Maximum 17 18
179

data post

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 10 1 6.2 6.2 6.2

11 1 6.2 6.2 12.5

12 1 6.2 6.2 18.8

13 1 6.2 6.2 25.0

14 1 6.2 6.2 31.2

15 2 12.5 12.5 43.8

16 2 12.5 12.5 56.2

17 4 25.0 25.0 81.2

18 3 18.8 18.8 100.0

Total 16 100.0 100.0

kategori post

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sedang 3 18.8 18.8 18.8

baik 13 81.2 81.2 100.0

Total 16 100.0 100.0


180

d. Hasil Uji wilcoxon

kategori pre * kategori post Crosstabulation

kategori post Total

sedang baik

Count 1 0 1

kurang Expected Count ,2 ,8 1,0

% of Total 6,2% 0,0% 6,2%

Count 2 7 9

kategori pre sedang Expected Count 1,7 7,3 9,0

% of Total 12,5% 43,8% 56,2%

Count 0 6 6

baik Expected Count 1,1 4,9 6,0

% of Total 0,0% 37,5% 37,5%


Count 3 13 16

Total Expected Count 3,0 13,0 16,0

% of Total 18,8% 81,2% 100,0%

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
kategori post - kategori pre Negative Ranks 0 .00 .00
b
Positive Ranks 8 4.50 36.00
c
Ties 8

Total 16

a. kategori post < kategori pre

b. kategori post > kategori pre

c. kategori post = kategori pre

b
Test Statistics

kategori post -
kategori pre
a
Z -2.828

Asymp. Sig. (2-tailed) .005

a. Based on negative ranks.


b. Wilcoxon Signed Ranks Test
181

Lampiran T. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Kegiatan penjelasan pencegahan corpus alienum mata menggunakan media


power point pada pekerja las di Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember tanggal 8 Mei 2017 oleh Nur Winingsih
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember dan
enumerator Singgih Kurniawan Fakultas Teknik Universitas Jember.

Gambar 2. Kegiatan redemonstrasi penggunaan alat pelindung mata pada pekerja las
di Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember
tanggal 10 Mei 2017 oleh oleh Nur Winingsih mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Jember dan enumerator Singgih
Kurniawan Fakultas Teknik Universitas Jember.
182

Gambar 3. Kegiatan redemonstrasi penggunaan alat pelindung mata pada pekerja las
di Bengkel Las Putra Jaya Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember
tanggal 10 Mei 2017 oleh oleh Nur Winingsih mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Jember dan enumerator Singgih
Kurniawan Fakultas Teknik Universitas Jember.

Gambar 4. Kegiatan post test responden pekerja las di Bengkel Las Putra Jaya
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember pada tanggal 17 Mei 2017 oleh
Nur Winingsih mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Jember.

Anda mungkin juga menyukai