DISUSUN
O L E H
Pada individu yang tidak/belum menunjukkan tanda atau gejala dari suatu
penyakit.
Skrining adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis
belum jelas dengan menggunakan test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang
dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang – orang yang
kelihatannya sehat, benar – benar sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan.
2. Tujuan Skrining
Tujuan skrining adalah untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit
dengan pengobatan dini terhadap kasus – kasus yang ditemukan.
3. Kriteria Skrining
Dalam kegiatan skrining, 10 ketentuan yang harus dipenuhi, yaitu :
a. Penyakit atau keadaan yang dicari haruslah merupakan masalah kesehatan yang
penting.
b. Tersedia obat yang potensial dan disepakati untuk pengobatan.
c. Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti dan pengobatan.
d. Penyakit atau keadaan yang dideteksi harus mempunyai masa laten atau masa
asymtomatik dini.
e. Tersedia alat skrining yang sesuai
f. Uji skrining yang tersedia harus dapat diterima oleh populasi sasaran.
g. Perjalanan alamiah penyakit atau keadaan yang akan dideteksi benar – benar
harus sudah diketahui.
h. Harus ada kebijakan yang disepakati tentang siapa dari mereka yang diobati
sebagai penderita.
i. Biaya yang digunakan untuk skrining secara ekonomis harus seimbang dengan
risiko untuk perawatan medis secara keseluruhan.
j. Harus dimungkinkan untuk diadakan follow-up dan kemungkinan untuk
pencarian penemuan penderita secara berkesinambungan.
4. Test Skrining
Test skrining dapat dilakukan dengan :
Pertanyaan/kuesioner
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium
X-ray, termasuk diagnostic imaging
Sebelum suatu cara uji skrining direkomendasikan sebagai alat skrining (penapisan)
untuk membantu menjaring penderita, maka alat uji ini sebaiknya melalui suatu test
validitas dan realibilitas terlebih dahulu. Setelah diketahui kemampuannya
membedakan antar yang sakit dengan yang sehat, barulah cara penapisan ini dapat
dipertimbangkan. Cara yang paling umum dipergunakan dengan menggunakan tabel
2 x 2, dibandingkan dengan diagnosa standar (gold standard). Tabel 2 x 2 yang akan
digunakan untuk uji ini sebagai berikut :
Gejala Klinis
Gold Standar
Positif Negatif Total
Positif A b a+b
Negatif C d c+d
100
Setelah menentukan kondisi medis yang akan dicari, uji skrining dapat dilaksanakan
dalam bentuk :
6. Efek Skrining
Jika pengobatan dini tidak berpengaruh terhadap perjalanan penyakit, usia saat
terjadinya stadium lanjut penyakit atau kematian tidak akan berubah, walaupun ada
perolehan lead time, yaitu periode dari saat deteksi penyakit (dengan skrining) sampai
dengan saat diagnosis seharusnya dibuat jika tidak ada skrining.
DAFTAR PUSTAKA
Beaglehole R, dkk, 1997, Dasar-Dasar Epidemiologi, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
DeMaeyer. E.M, 1989, Preventing and Controlling Iron Deficiency Anaemia Through
Primary Health Care, A Guide for Health Administrators and Programme Managers, WHO,
Geneva.
http://abuzhafran.blogspot.com/2011/01/skrining-anemia.html