Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MANDIRI

DISUSUN

O L E H

NAMA : MUTIA DEWI RAHMAT


NIM : 09954
KELAS : KEBIDANAN IV / B
DOSEN : PAK M. IRFAN PORA, SKM, MPH
SKRINING
1. Pengertian Skrining
 Skrining adalah suatu upaya dalam penemuan penyakit secara aktif pada individu
– individu yang tanpa gejala dan nampak sehat dengan cara menguji, memeriksa
atau prosedur lain yang dapat dilakukan dengan cepat. Skrining bukan suatu
penetapan diagnosis, subyek – subyek yang diketemukan positif atau
kemungkinan mengidap suatu penyakit tertentu, perlu dirujuk kembali untuk
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut (Sutrisno, 1994).

 Skrining adalah suatu deteksi dini dari :


- Suatu penyakit
- Prekursor dari suatu penyakit
- Kerentanan terhadap suatu penyakit

Pada individu yang tidak/belum menunjukkan tanda atau gejala dari suatu
penyakit.

 Skrining adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis
belum jelas dengan menggunakan test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang
dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang – orang yang
kelihatannya sehat, benar – benar sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan.

 Skrining (screening) untuk pengendalian penyakit adalah pemeriksaan orang –


orang asimptomatik untuk mengklasifikasikan mereka ke dalam kategori yang
diperkirakan mengidap atau diperkirakan tidak mengidap penyakit (as likely or
unlikely to have to disease) yang menjadi objek skrining.

Skrining dilaksanakan untuk mengetahui besarnya kejadian penyakit di masyarakat.


Skrining dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) macam, (Beaglehole, dkk, 1997)
yaitu :
a. Mass Screening atau penjaringan massal yaitu skrining yang dilakukak pada
seluruh anggota populasi.
b. Multiple screening atau perjaringan multiphasik yaitu skrining ganda yang
dilakukan dengan melibatkan berbagai alat uji pada saat yang bersamaan.
c. Prescritive screening yaitu skrining yang dilakukan terbatas pada para penderita
yang berkonsultasi kepada seorang praktis kesehatan untuk beberapa tujuan
tertentu.
d. Oportunistik screening yaitu skrining yang dilakukan terbatas pada para penderita
yang berkonsultasi kepada seorang praktisi kesehatan untuk beberapa tujuan.

2. Tujuan Skrining
Tujuan skrining adalah untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit
dengan pengobatan dini terhadap kasus – kasus yang ditemukan.

Semua skrining dengan sasaran pengobatan dini ini dimaksudkan untuk


mengidentifikasi orang – orang asimptomatik yang beresiko mengidap gangguan
kesehatan serius. Dalam konteks ini, penyakit adalah setiap karakteristik anatomi
(misalnya kanker atau arteriosklerosis), fisiologi (misalnya hipertensi atau
hiperlipidemia), ataupun perilaku (misalnya kebiasaan merokok) yang berkaitan
dengan peningkatan gangguan kesehatan yang serius atau kematian.
Selain pengertian skrining yang dikaitkan dengan diagnosis dan pengobatan dini ini,
istilah skrining ini mungkin memiliki pengertian lain, yaitu :

a. Rangkaian pengujian yang dilakuakan terhadap pasien simptomatik yang


diagnosisnya belum dapat dipastikan.
b. Agen kimiawi dapat di-skrining dengan pengujian laboratorium atau surveilans
epidemiologi untuk mengidentifikasi zat – zat yang diperkirakan bersifat toksik.
c. Prosedur skrining dapat digunakan untuk mengestimasi prevalensi berbagai kondisi
tanpa bertujuan untuk pengendalian penyakit dalam waktu dekat.
d. Skrining adalah pengidentifikasian orang yang berisiko tinggi terhadap suatu
penyakit.

3. Kriteria Skrining
Dalam kegiatan skrining, 10 ketentuan yang harus dipenuhi, yaitu :
a. Penyakit atau keadaan yang dicari haruslah merupakan masalah kesehatan yang
penting.
b. Tersedia obat yang potensial dan disepakati untuk pengobatan.
c. Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti dan pengobatan.
d. Penyakit atau keadaan yang dideteksi harus mempunyai masa laten atau masa
asymtomatik dini.
e. Tersedia alat skrining yang sesuai
f. Uji skrining yang tersedia harus dapat diterima oleh populasi sasaran.
g. Perjalanan alamiah penyakit atau keadaan yang akan dideteksi benar – benar
harus sudah diketahui.
h. Harus ada kebijakan yang disepakati tentang siapa dari mereka yang diobati
sebagai penderita.
i. Biaya yang digunakan untuk skrining secara ekonomis harus seimbang dengan
risiko untuk perawatan medis secara keseluruhan.
j. Harus dimungkinkan untuk diadakan follow-up dan kemungkinan untuk
pencarian penemuan penderita secara berkesinambungan.
4. Test Skrining
Test skrining dapat dilakukan dengan :
 Pertanyaan/kuesioner
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan laboratorium
 X-ray, termasuk diagnostic imaging

Sebelum suatu cara uji skrining direkomendasikan sebagai alat skrining (penapisan)
untuk membantu menjaring penderita, maka alat uji ini sebaiknya melalui suatu test
validitas dan realibilitas terlebih dahulu. Setelah diketahui kemampuannya
membedakan antar yang sakit dengan yang sehat, barulah cara penapisan ini dapat
dipertimbangkan. Cara yang paling umum dipergunakan dengan menggunakan tabel
2 x 2, dibandingkan dengan diagnosa standar (gold standard). Tabel 2 x 2 yang akan
digunakan untuk uji ini sebagai berikut :

Tabel 2 x 2 Uji Validitas

Gejala Klinis
Gold Standar
Positif Negatif Total

Positif A b a+b

Negatif C d c+d

Total a+c b+d a+b+c+d

 Uji validitas yang akan dilakukan :


a. Sensitivitas yaitu kemampuan mendeteksi hasil positif apabila suatu cara uji
dilakukan terhadap penderita yang berpenyakit = a / (a + c) x 100%.
b. Spesifitas yaitu kemampuan mendeteksi hasil negatif apabila cara uji
tersebut dilakukan orang yang tidak sakit = d / (b + d) x 100%.
c. Nilai Duga Positif (positive predictive value) yaitu kemampuan mendeteksi
yang benar-benar menderita suatu penyakit dari semua hasil uji skrining
positif = a / (a + b) x 100%.
d. Nilai Duga Negatif (negative predictive value) yaitu kemampuan untuk
mendeteksi yang benar-benar tidak sakit dari semua hasil skrining yang
negatif = d / (c+d) x 100%.

 Uji Reliabilitas yang akan dilakukan :


a. Percent Observed Agreement yaitu persentasi hasil yang diharapkan dari
pengamatan yang dideteksi positif dan negatif terhadap keseluruhan yang
diamati = {(a + b) / total test} x 100%.
b. Percent Agreement Expexted yaitu persentasi hasil yang diharapkan dari
pengamatan yang dideteksi positif dan negatif terhadap keseluruhan yang
diamati

= { %D ( + ) x Total Test ( + ) } + { %D ( - ) x Total Test ( - ) }

100

5. Cara Melakukan Skrining


Sebelum melakukan skrining, terlebih dahulu harus ditentukan penyakit atau kondisi
medis apa yang akan dicari pada skrining. Kriteria untuk menentukan kondisi medis
yang akan dicari adalah :
- Efektivitas pengobatan yang akan diberikan apabila hasil skrining positif.
- Beban penderitaan yang ditimbulkan oleh kondisi tersebut.
- Akurat uji skrining.

Setelah menentukan kondisi medis yang akan dicari, uji skrining dapat dilaksanakan
dalam bentuk :

1) Pertanyaan anamnesis, misalnya : apakah anda merokok ?


2) Bagian pemeriksaan fisik, misalnya pemeriksaan klinis payudara.
3) Prosedur, misalnya sigmoidoskopi
4) Uji laboratorium, misalnya pemeriksaan Ht.
Kriteria bagi uji skrining yang baik menyangkut antara lain :

1) Sensitivitas dan spesifisitas


2) Sederhana dan biaya murah
3) Aman
4) Dapat diterima oleh pasien dan klinikus.

6. Efek Skrining
Jika pengobatan dini tidak berpengaruh terhadap perjalanan penyakit, usia saat
terjadinya stadium lanjut penyakit atau kematian tidak akan berubah, walaupun ada
perolehan lead time, yaitu periode dari saat deteksi penyakit (dengan skrining) sampai
dengan saat diagnosis seharusnya dibuat jika tidak ada skrining.
DAFTAR PUSTAKA
Beaglehole R, dkk, 1997, Dasar-Dasar Epidemiologi, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

DeMaeyer. E.M, 1989, Preventing and Controlling Iron Deficiency Anaemia Through
Primary Health Care, A Guide for Health Administrators and Programme Managers, WHO,
Geneva.

Sutrisno B, 1994, Pengantar Metoda Epidemiologi (Epidemiologi Lanjut), Volume I, Dian


Rakyat, Jakarta

Diposkan oleh Abu Zhafran di 17:47 Abu Zhafran

http://abuzhafran.blogspot.com/2011/01/skrining-anemia.html

- PDF BAB 6 SKRINNING


- PDF DETEKSI DINI PENYAKIT SKRINING (SECURED)

Anda mungkin juga menyukai