Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PSIKIATRI

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

Disusun oleh:

Diary Arina Qonita

1620221137

Pembimbing:
dr. Mardi Susanto, Sp.KJ (K)
dr. Tribowo T Ginting, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN
PERIODE 2 JANUARI – 3 FEBUARI 2013
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. A

Usia : 30 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : D4

Status : Sudah menikah

Pekerjaan : PNS

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis Hari Rabu tanggal 3 Desember

2018 pukul 09.00 WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan Jakarta.

A. Keluhan Utama

Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan Jakarta dengan

keluhan cemas sejak 2 minggu yang lalu.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan Jakarta dengan


keluhan cemas. Perasaan cemas yang dialami pasien terjadi sejak 2 bulan yang
lalu, namun dalam 2 minggu ini serangan cemas yang terjadi makin sering dan
berlangsung terus menerus. Serangan cemas yang dirasakan pasien berupa
perasaan tidak nyaman, gelisah, keringat dingin, kepala terasa tegang dan nyeri
serta timbul keringat di bagian belakang kepala, pasien merasa sangat
terganggu saat serangan cemas terjadi pada dirinya. Saat serangan cemas
terjadi biasanya pasien menenangkan diri dengan nonton youtube, bermain

2
games di HP, dan bermain dengan anaknya, namun hal tersebut hanya dapat
meredakan perasaan cemas sementara saja, kemudian rasa cemas itu akan
muncul kembali. Pasien mengaku bahwa hobinya jalan-jalan, nonton bola dan
touring tetapi kegiatan tersebut sekarang jarang dilakukan pasien akibat
kesibukannya. Pasien mengaku jarang beribadah dan berdoa, dan menyatakan
apabila setelah solat perasaan cemas tersebut akan bertambah besar. Serangan
cemas yang terjadi tidak sampai menggangu aktivitas, pasien masih menjalani
aktivitas keseharian nya dengan baik, masih terus berkerja dan menjalankan
kewajibanya sebagai suami dan ayah. Saat ini pasien berkerja sebagai PNS di
BPKP, pasien mengaku gaji nya cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Pasien menyatakan bahwa mungkin penyebab rasa cemas yang
dialami pasien karena atasan baru nya yang sikapnya terlalu disiplin, dan
memiliki prinsip yang berbeda dengan pasien, sehingga menimbulkan tekanan
bagi pasien. Saat ini pasien tinggal di rumah kontrakan bersama seorang istri
dan anaknya yang berusia 6 bulan. Pasien menikah 2 tahun yang lalu, dan
segera dikaruniai anak setelah pernikahan. Sang istri tidak berkerja dan hanya
mengurus anak di rumah. Pasien sebenarnya secara finansial mampu untuk
menyicil rumah, akan tetapi hal tersebut belum terwujud sampai saat ini.
Pasien mengatakan bahwa selama SD, SMP, SMA pasien termasuk orang
yang aktif dalam bidang organisasi. Bahkan saat masa kuliah menjadi ketua
BEM. Akan tetapi saat masih SD dan SMP pasien pernah di bully oleh teman-
teman nya sehingg pasien tidak memiliki sahabat karib. Prestasi belajar pasien
baik, sehingga setelah lulus SMA pasien meneruskan pendidikan nya ke
STAN. Pada tahun 2007 ketika pasien hendak melakukan ujian akhir pasien
mengalami serangan cemas pertama kali, saat itu pasien tetap berusaha
mengerjakan soal ujian walaupun pikiran nya tidak fokus dan setelah hasil
ujian nya keluar ternyata nilai pasien tidak memuaskan, sehingga pasien
mengalami depresi. Saat itu pasien menjadi kehilangan semangat, putus asa,
malas untuk beraktivitas dan mengalami gangguan tidur. Lalu pasien dirawat
inap di Surabaya selama 4 minggu, dirumah sakit pasien mengaku selama 5
hari tidak bisa tidur dan untuk menunggu waktu pasien berjalan berputar-putar
bangsal. Oleh psikiater di Surabaya pasien didiagnosis depresi dan Obsesive
Compulsive Dissease (OCD). Setelah dirawat, pasien diperbolehkan pulang
dan kondisi pasien mengalami perbaikan. Setelah serangan cemas pada tahun

3
2007 , pasien sering mengalami serangan cemas kembali yaitu pada tahun
2009, 2011 dan 2015. Serangan cemas tersebut terjadi ketika ada hal yang
membuat pikiran pasien menjadi tertekan, misal ketika saat itu pasien putus
cinta dengan pacarnya atau ketika pasien menjalani pendidikan lanjutan D4.
Selama ini pasien mengkonsumsi obat anefranil dan clobazam untuk
meredakan gangguan cemas yang terjadi, setelah minum obat tersebut cemas
yang dirasa membaik. Pasien menyatakan bahwa sang ibu dan adiknya juga
memiliki OCD, dimana sang ibu merupakan OCD tipe checking , apabila
berpergian selalu balik ke rumah lagi untuk mengecek listrik, kompor, pintu,
dll. Sedangkan adiknya merupakan OCD tipe cleaning, yang selalu
membersihkan barang-barang sekitar nya dan kurang nyaman bila terdapat
benda kotor. Pasien menyatakan dirinya lahir normal, dan masa kecil nya tidak
pernah sakit-sakitan.
Saat ditanya mengenai pengetahuan umum tentang tanggal berapakah hari
sumpah pemuda pasien dapat mejawab dengan benar tanggal 28 Oktober 1928.
Saat ditanya mengenai hitung-hitungan 100-7 dan seterusnya pasien dapat
menjawab nya dengan tepat. Saat ditanya arti dari peribahasa “Nila setitik
rusak setitik sebelanga” pasien menjawab satu kesalahan dapat
menghancurkan semua kebaikan. Saat ditanya mengenai masa kecil pasien,
kemana pasien saat tahun baru, ke Rumah Sakit naik apa pasien mampu
menjawab dengan baik. Saat diminta menghafalkan 3 benda dan ditanya
kembali pasien dapat dengan baik menjawab piring, sendok, garpu. Memori
jangka panjang, sedang dan pendek pasien masih bagus,fungsi kognitif pasien
juga baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien tidak mengalami
Gangguan Mental Organik.
Kemudian ditanyakan apakah pasien pernah memakai obat-obatan
terlarang atau mimum alkohol? Pasien menjawab tidak pernah. Sehingga dapat
disimpulkan pasien tidak memiliki gangguan mental dan perilaku yang
disebabkan oleh penggunaan zat psikoaktif.
Pasien lalu ditanya apakah pernah mendengar suara-suara asing yang tidak
jelas sumber suaranya, pasien menjawab tidak pernah. Apakah pernah melihat
sesuatu yang orang lain tidak bisa melihatnya, pasien menjawab tidak pernah.
Sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat halusinasi auditori dan visual ,
pasien tidak mengalami psikotik.

4
Kemudian ditanyakan bagaimana suasana hati pasien 2 minggu terakhir
ini? Pasien menjawab suasana hatinya biasa-biasa saja tidak mangalami
kesedihan yang mendalam atau senang yang meluap-luap dan beraktivitas
berlebih. Sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat gangguan mood berupa
depresi atau manik pada pasien.
Ketika pasien ditanya mengenai keadaan dimana saat ini pasien berapa,
pukul berapa ini dan sedang melakukan apa saat ini, pasien menjawab dengan
baik sekarang ia sedang berasa di RS Persahabatan, siang hari, sedang
melakukan wawancara dengan dokter. Dapat disiimpulkan bahwa tidak
terjadi disorientasi waktu, tempat, dan situasi sehingga orientasi pasien masih
baik. Pasien pada bulan oktober pernah mengalami serangan jantung, namun
saat di periksa EKG dan CT scan tidak terdapat kelainan jantung, walaupun
saat cek CKMB pasien tinggi. Hal ini belum dapat secara jelas diketahui
sebagai penyakit jantung yang sesungguhnya atau somatoform terkait stress.
Kemudian dokter juga memberikan ilustrasi kasus apabila pasien
menemukan anak kecil tersesat di mall terpisah dari ibu nya, apa yang akan
ia lakukan? Pasien menjawab ia akan membawa anak kecil tersebut di pusat
informasi. Dari pertanyaan diatas, uji daya nilai pasien adalah baik.
Saat ditanya apakah 3 keinginan pasien pasien menjawab ingin
membangun keluarga yang bahagia, karirnya lancar, dan ingin melanjutkan
sekolah.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien pernah mengalami gangguan cemas sejak tahun 2007 dan pernah
di diagnosis depresi dan OCD, dan sering mengalami cemas sampai saat
ini.
2. Riwayat Gangguan Medik
Pasien mengaku pernah mengalami serangan jantung pada bulan Oktober
lalu
3. Riwayat Penggunaan NAPZA
Pasien tidak pernah konsumsi NAPZA.
4. Riwayat Gangguan Neuorologi
Pasien tidak ada riwayat cedera pada kepala.

5
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat prenatal : pasien lahir normal
2. Riwayat masa kanak-kanak awal : tumbuh kembang pasien sesuai usia,
tidak terdapat masalah dalam pertumbuhan maupun perkembangan.
3. Riwayat masa kanak-kanak akhir : pasien tumbuh baik. Tidak ada
masalah serta dapat bersosialisasi dengan baik.
4. Riwayat masa remaja : pasien tumbuh baik mampu bersosialiasi dengan
teman-temannya, aktif dalam kegiatan organisasi, prestasi belajar pasien
baik.
5. Riwayat pendidikan : pendidikan terakhir pasien adalah D4 STAN

6. Riwayat pekerjaan : Berkerja di BPKP

7. Riwayat pernikahan : Pasien menikah 2 tahun yang lalu


8. Hubungan dengan keluarga : hubungan pasien dengan keluarga baik.
9. Riwayat agama : Islam

E. Riwayat Keluarga

Pasien menyatakan bahwa sang ibu dan adiknya juga memiliki OCD,
dimana sang ibu merupakan OCD tipe checking , apabila berpergian selalu
balik ke rumah lagi untuk mengecek listrik, kompor, pintu, dll. Sedangkan
adiknya merupakan OCD tipe cleaning, yang selalu membersihkan barang-
barang sekitar nya dan kurang nyaman bila terdapat benda kotor.

F. Riwayat Situasi Sosial Sekarang


Pasien tinggal dirumah kontrakan bersama istri dan anaknya, pasien
memiliki penghasilan yang cukup. Pasien secara finansial dapat menyicil
rumah akan tetapi belum kesampean sampai saat ini. Pasien berobat secara
pribadi tidak menggunakan BPJS walaupun pasien memiliki BPJS, dengan
alasan malas mengantri.

G. Persepsi Pasien terhadap Dirinya dan Kehidupannya


Pasien mempunyai 3 keinginan yaitu pasien ingin membangun keluarga
yang sejahtera, ingin karirnya lancar dan melanjutkan kuliah kembali.

6
III. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Perempuan berusia 30 tahun, penampilan rapi dan bersih, wajah

sesuai dengan usia, berpakaian rapih sesuai usia pasien. Pasien

mempunyai badan yang gemuk.

a. Kesadaran : Compos Mentis


b. Kontak Psikis : Dapat dilakukan dengan baik dan dapat
berkomunikasi dengan baik
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
a. Cara berpakaian : Baik
b. Aktivitas psikomotor : Pasien kooperatif, kontak mata baik, dapat

menjawab pertanyaan dengan baik.


3. Pembicaraan
a. Kuantitas : Baik, pasien dapat menjawab pertanyaan dokter dan

dapat mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.


b. Kualitas : Bicara spontan, volume bicara sedang, artikulasi jelas,
pembicaraan terarah kalimat yang diucapkan kohern dan
isi pembicaraan dapat dimengerti.
4. Sikap terhadap pemeriksa : Pasien kooperatif

B. Keadaan Afektif
1. Mood : Biasa Saja
2. Afek : Luas
3. Keserasian : Mood dan afek serasi
4. Empati : Pemeriksa dapat merasakan apa yang dirasakan pasien

C. Fungsi Intelektual dan Kognitif


1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
Pendidikan terakhir pasien adalah D4. Tingkat kecerdasan dan
pengetahuan umum, serta kemampuan berhitung pasien baik.
2. Daya konsentrasi

7
Daya konsentrasi pasien baik. Pasien dapat mengikuti wawancara
dengan baik dari awal sampai akhir. Pasien dapat menjawab hitung-
hitungan 100-7=93, 93-7=86. Pasien dapat menjawab pengetahuan
umum dengan baik seperti kapan hari sumpah pemuda. Pasien dapat
mengulang menyebutkan 3 benda yang disebutkan.
3. Orientasi
a. Waktu : Baik, pasien dapat mengetahui waktu berobat siang hari.
b. Tempat : Baik, pasien dapat mengetahui sedang berada di

Poliklinik Jiwa RS Persahabatan.


c. Personal : Baik, pasien mengetahui sedang wawancara dengan dokter.
d. Situasi : Baik, pasien menyadari sedang berkonsultasi dengan
dokter.
4. Daya ingat
a. Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien dapat mengingat dengan cukup baik hal-hal tentang
pendidikannya saat SD hingga SMA.
b. Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingat dengan siapa pasien diantar berobat dan
kendaraan apa yang digunakan dari rumah sampai ke rumah sakit.
c. Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengulang menyebutkan 3 benda yang disebutkan.
5. Pikiran abstrak
Baik, pasien dapat mengerti pribahasa “nila setitik , rusak susu
sebelanga” yang artinya satu kejahatan dapat merusak semua kebaikan.
6. Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, pasien mengerjakan segala sesuatunya sendiri dan masih mampu
mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
a. Halusinasi Auditorik : Tidak ada
b. Halusinasi Visual : Tidak ada
c. Halusinasi Taktil : Tidak ada

8
d. Halusinasi Olfaktorik : Tidak ada
e. Halusinasi Gustatorik : Tidak ada
2. Depersonalisasi dan Derealisasi
a. Depersonalisasi : Tidak ada
b. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktivitas : Baik, pasien dapat menjawab spontan
b. Kontuinitas : Pasien menjawab semua pertanyaan

dengan baik dan kohern.


2. Isi Pikiran
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Gangguan pikiran : Tidak ada

F. Pengendalian Impuls
Selama melakukan tanya jawab pasien cukup tenang pasien dapat melawan
perasaannya, tidak cemas, kooperatif, tidak terdapat gerakan involunter.
G. Daya Nilai
a. Nilai Sosial
Baik, pasien dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
b. Uji Daya Nilai
Baik, ketika diberikan pertanyaan jika sedang berada di pinggir jalan dan
melihat seorang anak kecil yang terpisah dari Ibu nya di Mall, apakah
yang akan dilakukan pasien? Pasien menjawab bahwa pasien akan
menolong anak tersebut dan membawanya ke bagian informasi,
c. Penilaian Realitas
Pada saat dilakukan pemeriksaan tidak terdapat gangguan dalam
menilai realitas berupa waham dan halusinasi auditorik maupun visual.

H. Persepsi Pemeriksa terhadap Diri dan Kehidupan Pasien


Pasien merasa bahwa ada gangguan pada dirinya sehingga dirinya

perlu untuk mengkonsumsi obat-obatan penenang dan berkonsultasi dengan

9
dokter kejiwaan.

I. Tilikan
Tilikan derajat 6 yaitu pasien mengakui bahwa dirinya sakit dan tahu
penyebabnya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan.

J. Taraf dapat Dipercaya


Pemeriksa memperoleh kesan secara menyeluruh bahwa jawaban pasien
dapat dipercaya karena pasien menjawab dengan konsisten terhadap
pertanyaan yang diberikan.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
▪ Keadaan Umum/Kesadaran : Baik, compos mentis
▪ Tanda Vital
 TD : 120/80 mmHg
 Nadi : 84 x/menit
 RR : 24 x/menit
 Suhu : 36,5˚C
 BB : 102 kg
 TB : 175 cm
 BMI : 33,3
▪ Sistem Kardiovaskuler : Tidak ada kelainan
▪ Sistem Muskuloskeletal : Tidak ada kelainan
▪ Sistem Gastrointestinal : Tidak ada kelainan
▪ Sistem Urogenital : Tidak ada kelainan
▪ Gangguan Khusus : Obesitas

b. Status Neurologis
▪ Saraf Kranial : Kesan dalam batas normal
▪ Saraf Motorik : Kesan dalam batas normal
▪ Sensibilitas : Kesan dalam batas normal
▪ Susunan Saraf Vegetative : Tidak ada kelainan
▪ Fungsi Luhur : Tidak ada kelainan
▪ Gangguan khusus : Tidak ada kelainan

10
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
a. Pasien laki-laki usia 30 tahun datang untuk berobat.
b. Pasien mempunyai keluhan cemas, rasa tidak nyaman, kepala tegang,
keringat dingin, berkeringat pada kepala bagian belakang.
c. Pasien mengeluh merasa terganggu dengan kondisi tersebut
d. Pasien sebelumnya mengalami gangguan cemas dan depresi pada tahun
2017 , dan sering mengalami serangan cemas setelah hal itu yaitu pada
tahun 2009, 2011 dan 2015.
e. Pasien memiliki riwayat keluarga gangguan cemas yaitu ibu dan adik
yang mengalami OCD, dimana sang ibu memiliki OCD tipe “checking”
dan adiknya OCD tipe “cleaning”

f. Mood pada pasien biasa saja dan afeknya luas.


g. Tidak ada riwayat trauma kepala. Kesadaran, orientasi, fungsi kognitif,
daya ingat jangka panjang, pendek dan segera baik.
h. Pasien tidak pernah konsumsi NAPZA dan merokok
i. Pasien tidak mengalami waham dan halusinasi.
j. Tidak ada gangguan makan, sedih dan gembira berlebihan, maupun niatan
untuk bunuh diri.
k. Pasien menempuh pendidikan D4 STAN

l. Saat remaja pasien tidak ada masalah dalam bersosialisasi dan bergaul
dengan teman sebaya. Pasien aktif di organisasi dan pernah menjabat
sebagai ketua.
m. Hubungan pasien dengan istri dan keluarga baik
n. Pasien tinggal di rumah kontrakan bersama istrid dan anaknya
o. Pasien merupakan pagawai PNS BKBP, pasien merasa tertekan dengan
atasan baru nya yang memliki prisip tidak sama dengan nya.
p. Pada pasien ini gejala dan disabilitas ringan. Pasien dalam kondisi baik,
dapat melakukan aktivitas sehari-hari sendiri tanpa bantuan orang lain.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK


Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada
pasien ini terdapat gejala atau perilaku yang secara klinis ditemukan bermakna
sehingga menimbulkan penderitaan (distress) dan yang berkaitan dengan
terganggunya fungsi (disfungsi). Berdasarkan hasil tersebut, pasien
dikatakan menderita Gangguan Jiwa.
11
a. Diagnosis Aksis I
▪ Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan tidak
terdapat penyakit yang menyebabkan disfungsi otak. Hal ini dapat dinilai
dari tingkat kesadaran, daya ingat atau daya konsentrasi, fungsi kognitif
dan orientasi yang masih baik, sehingga pasien ini bukan penderita
Gangguan Mental Organik (F.0).
▪ Dari anamnesis tidak didapatkan riwayat penggunaan NAPZA, rokok,
alkohol. Maka dari itu kita dapat simpulkan bahwa pasien ini bukan
penderita Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Zat Psikoaktif
atau Alkohol (F.1).
▪ Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita
berupa waham dan halusinasi maka pasen ini bukan penderita
Gangguan Psikotik (F.2).
▪ Pada pasien ini tidak ditemukan adanya afek depresi atau kesedihan,
kehilangan minat, mudah merasa kelelahan, ataupun memiliki ide-ide
suicide sehingga pasien ini bukan penderita gangguan depresi. Pada
pasien ini juga tidak ditemukan adanya elevasi afek atau euphoria,
aktivitas mental dan psikomotorik yang berlebihan sehingga dapat
disimpulkan pasien ini bukan penderita gangguan manik. Karena pada
pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan manik dan depresi maka
pasien ini bukan penderita gangguan mood (F3).

▪ Pasien mengeluhkan adanya serangan cemas yang memuncak selama 2


minggu terakhir yang datang tiba tiba disertai overaktivitas autonom
berupa ketegangan otot kepala dan keringat belakang kepala Karena
pada pasien ditemukan gangguan somatoform dan gangguan, maka dari
itu terdapat ketegangan motorik dan hiperactivitas otonom, sehingga
pasien ini didiagnosis menderita gangguan neurotik, gangguan
somatoform dan gangguan terkait stress (F4).

b. Diagnosis Aksis II
▪ Pada masa kanak-kanak hingga dewasa pasien tumbuh dengan baik dapat
berkomunikasi dengan baik dengan sekitarnya. Pasien dapat
bersosialisasi dengan lingkungan nya dan aktif dalam kegiatan organisasi
sehingga pasien tidak menderita gangguan kepribadian. Pendidikan
terakhir pasien adalah D4 STAN, fungsi kognitif pasien baik, dan pasien
12
pernah bekerja di perusahaan teknik sehingga pada pasien tidak
terdapat gangguan retardasi mental. Karena tidak terdapat gangguan
kepribadian dan tidak terdapat gangguan retardasi mental, maka diagnosi
pada Aksis II adalah tidak ada diagnosis.
c. Diagnosis Aksis III
▪ Pasien memiliki berat badan yang berlebih dengan berat badan 102 kg
dan tinggi 175 cm dengan BMI 33,3 , sehingga Axis III adalah
obesitas

d. Diagnosis Aksis IV
▪ Pasien merupakan seorang PNS yang berkerja di BKBP dengan gaji
yang cukup dapat memenuhi kebutuhan keluarganya, akan tetapi pasien
belum memiliki rumah sendiri dan masih mengkontrak rumah, hal ini
menjadi masalah bagi pasien, maka diagnosis Aksis IV pasien ini
adalah masalah ekonomi berkaitan pasien belum memiliki rumah
sendiri.
e. Diagnosis Aksis V
▪ Pada pasien ini didapatkan gejala sementara dan dapat diatasi, maka
Aksis V didapatkan GAF scale 90-81

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL


▪ Aksis I : Gangguan Cemas Menyeluruh
▪ Aksis II : Tidak ada diagnosis
▪ Aksis III : Obesitas
▪ Aksis IV : Masalah ekonomi berkaitan dengan belum memiliki rumah
sendiri.
▪ Aksis V : GAF Scale 90-81

VIII. DAFTAR PROBLEM


▪ Organobiologik : Obesitas, genetik
▪ Psikologis : Mengalami serangan cemas dalam 2 minggu
terakhir, kepala terasa tegang, keringat dingin, keringat belakang kepala,
perasaan tidak nyaman dan tidak fokus.
▪ Sosio ekonomi : Masalah ekonomi terkait pasien belum memiliki
rumah sendiri

13
IX. PROGNOSIS
a. Prognosis ke Arah Baik
 Pasien menyadari situasi tentang dirinya
 Pasien mempunyai keinginan untuk sembuh
 Pasien berobat ke poliklinik dan rutin minum obat
 Respon terhadap pengobatan membaik
b. Prognosis ke Arah Buruk
 Pasien memiliki gangguan cemas sudah 10 tahun
 Ada riwayat depresi
 Ada nya genetik gangguan kejiwaan
 Pasien belum memiliki rumah sendiri.
Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan prognosis pada pasien ini
adalah
▪ Ad Vitam : dubia ad bonam
▪ Ad Functionam : dubia ad bonam
▪ Ad Sanationam : dubia ad malam

X. TERAPI
a. Psikofarmaka :
 Anafranil 1x 20 mg
 Clobazam 2 x 5 mg

b. Psikoterapi
 Edukasi mengenai penyakit pasien dan cara mengatasinya.
 Menyarankan agar pasien melakukan hal-hal yang ia senangi seperti
jalan-jalan, touring, nonton film dll.
 Menyarankan agar pasien curhat pada orang terdekat ketika ada masalah.
 Menyarakan untuk melakukan relaksasi diri.
 Menyarankan untuk mengurangi berat badan dengan berolahraga rutin.
 Menyarankan untuk beribadah dan berdoa pada Tuhan
 Edukasi untuk minum obat secara rutin
 Kontrol 1 bulan lagi.
 Menjelaskan mengenai sleep hygine, terdiri dari :

14
• Lakukan aktivitas atau olahraga di siang haru agar ketika malam
lelah dan tertidur
• Jangan tidur siang, agar malam hari dapat tertidur dengan mudah
• Ketika malam jangan minum kopi atau teh kental
• Jangan meminum obat yang mengandung stimulan
• Jangan makan karbohidrat tinggi seperti nasi padang ketika
malam hari, dianjurkan untuk makan sebelum jam 7 agar tidak
terjadi gangguan dispepsi atau gangguan pencernaan saat tidur
• Matikan lampu ketika tidur, jika terang maka retina mata akan
terstimulus sehingga terbangun.
• Ketika malam hari jangan membahas yang berbau konflik agar
tidur tidak berpikir tentang topik tadi
• Jangan ada Tv di dalam kamar.
• Sebelum tidur jangan menonton film horor
• Tempat tidur harus lurus agar posisi tidur pasien nyaman.
• Jangan berolahraga saat hendak tidur karena adrenalin dapat
berkerja sehingga aktivasi proses berpikir.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan Kedua. PT Nuh

Jaya. Jakarta: 2013

2. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. PT Nuh Jaya.

Jakarta: 2007

3. Elvira, Sylvia D, dkk. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FK UI. Jakarta: 2015

16

Anda mungkin juga menyukai