Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PSIKIATRI

DEMENSIA VASKULAR

Pembimbing:

dr. Mardi Susanto, SpKJ (K)

dr. Tribowo T Ginting, SpKJ

Disusun Oleh :

Murni Eria 161 0221 083

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

RUMAH SAKIT UMUM PERSAHABATAN

JAKARTA

2017

0
LAPORAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 62 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jakarta Timur
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : sudah tidak bekerja (pensiunan swasta)

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Autoanamnesis dan aloanamnesis dilakukan tanggal pada tanggal 24 Mei
2017 pukul 12.10 WIB dari pasien dan istrinya bertempat di Poliklinik
Psikiatri RSUP Persahabatan.
a. Keluhan Utama
Pasien dikonsultasikan dari Poliklinik Saraf dengan diagnosis post stroke
dan evaluasi demensia. Pasien mengeluh sering pusing.
b. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan bersama istri
pasien pada tanggal 24 Mei 2017. Pasien dikonsultasikan dari poliklinik
Saraf RSUP Persahabatan dengan post stroke dan gangguan memori.
Sebelumnya pasien sudah pernah berobat di Poliklinik Psikiatri RSUP
Persahabatan pada bulan Desember 2016 dan didiagnosis demensia
vaskular. Kunjungan pasien ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan saat
ini merupakan kunjungan yang ke-4 kalinya untuk kontrol/evaluasi
demensia vaskular yang dialami pasien.
Pasien mengeluh sering pusing sejak 2 hari yang lalu. Pasien mengaku
sudah mulai mengingat dan mengenal istrinya. Nafsu makan baik dan pasien
bisa tidur dengan nyenyak pada malam hari.
Menurut istri pasien, gangguan ingatan yang dialami pasien terjadi
setelah pasien terkena stroke yang kedua pada tahun 2016. Sebelumnya,

1
pasien pernah mengalami stroke pada tahun 2014 (3 tahun yang lalu). Pada
saat itu, pasien hanya mengalami kelemahan anggota gerak atas (tangan)
dan bawah (tungkai) pada salah satu sisi tubuhnya. Pasien tidak mengalami
gangguan memori maupun emosi pada saat pasien mengalami stroke
tersebut. Pasien sudah berobat ke poliklinik saraf RSUP Persahabatan dan
sudah mengalami perbaikan untuk kondisi pasien pada saat itu.
Pada tahun 2016 (1 tahun yang lalu), pasien mengalami serangan stroke
yang kedua kalinya. Menurut istri pasien, pasien mengalami perubahan yang
drastis. Pasien lupa keluarga dan orang-orang sekitarnya, serta terdapat
perubahan perilaku pasien. Pasien merupakan orang yang ramah, sabar, dan
tidak suka marah-marah. Tetapi semenjak sakit ini, pasien sering marah-
marah dan berteriak-teriak jika kemauannya tidak dituruti, sulit tidur dan
sering terbangun pada malam hari. Pasien juga mengalami disorientasi
tempat, seperti pasien mengatakan baru pulang jalan dari mall, padahal
sebenarnya pasien baru pulang dari rumah sakit.
Menurut istri pasien, pasien juga mengalami gangguan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, seperti solat, mandi, dan cara berpakaian. Sebelumnya
pasien merupakan orang yang taat, rajin solat, bersih, dan mandiri dalam
melaksanakan aktivitas sehari-harinya. Namun semenjak sakit, pasien sering
lupa cara mengerjakan solat, lupa mandi, dan sering memakai pakaian
terbalik.
Menurut istri pasien, gangguan lain yang dialami pasien adalah
perubahan dalam pola BAB dan BAK. Sebelumnya pasien bisa BAB dan
BAK di toilet tanpa diantar. Namun semenjak sakit pasien sering BAB dan
BAK sembarangan sehingga harus dituntun dan diawasi oleh istri pasien.
Istri pasien mengatakan bahwa pasien sudah berobat untuk serang
strokenya yg kedua tersebut di poliklinik saraf RSUP Persahabatan dan
dokter spesialis saraf mengatakan bahwa pasien mengalami gangguan
memori sehingga harus dikonsultasikan ke bagian psikiatri.
Pada bulan Desember 2016, pasien berobat ke poliklinik psikiatri RSUP
Persahabatan dan didiagnosis menderita demensia vaskular dan
mendapatkan obat haloperidole.

2
Menurut istri pasien, setelah minum obat tersebut, kondisi pasien sedikit
demi sedikit menjadi lebih baik. Pada saat kontrol di poliklinik psikiatri
pada bulan Januari 2017, istri pasien mengatakan bahwa pasien selalu
mengantuk dan jika tidak minum obat, pasien akan kembali suka marah-
marah kepada istri pasien.
Pada saat kontrol di poliklinik psikiatri pada bulan Maret 2017, pasien
mengatakan tidak ada keluhan kecuali badan pegal dan pusing menjelang
malam hari. Menurut istri pasien, pasien lebih banyak tidur, masih sering
lupa, dan kadang-kadang masih kesal dengan istri pasien jika disuruh istri
untuk olahraga atau mandi.
Istri pasien mengatakan bahwa pasien mengalami pusing sejak 2 hari
yang lalu. Menurut istri pasien, saat ini kondisi ingatan pasien sudah jauh
lebih baik daripada sebelumnya. Pasien sudah mulai bisa mengenal istri dan
anak-anak pasien, tetapi masih lupa nama istri dan jumlah anak pasien.
Pasien sudah tidak marah-marah (emosian) kepada istri pasien. Kegiatan
sehari-hari seperti makan, mandi dan buang air kecil dan besar dapat pasien
lakukan dengan sedikit bantuan dari istri pasien. Sampai saat ini pasien
masih lupa cara melaksanakan solat 5 waktu. Istri pasien juga mengatakan
bahwa nafsu makan pasien menjadi lebih baik dibandingkan awal
munculnya gangguan ingatan pada pasien. Pasien juga sudah tidak
mengalami gangguan tidur pada malam hari.
Pasien tidak pernah mendengar suara-suara yang tidak bisa didengar
orang lain. Pasien juga tidak pernah mencium bau-bau tanpa sumber yang
jelas. Pasien tidak pernah melihat bayang, benda-benda, atau bentuk-bentuk
lain yang tidak dapat dilihat orang lain. Pasien juga tidak pernah merasakan
ada sesuatu yang berjalan di badannya. Pasien tidak pernah merasakan ada
rasa-rasa pada lidahnya saat pasien sedang tidak memakan hal apapun.
Pasien tidak pernah merasa ada orang-orang yang mau melukai dirinya.
Pasien juga tidak pernah merasa bahwa pikirannya ditarik, dikontrol,
disisipi/dirasuki, atau diketahui oleh orang lain.
Pasien datang ke Poliklnik Psikiatri RSUP Persahabatan bersama
istrinya. Pasien berpakaian dan berpenampilan rapih dan sopan sesuai usia

3
pasien. Pada saat tanya jawab yang dilakukan, pasien dapat menjawab
pertanyaan dengan cukup baik, kooperatif, meskipun kadang-kadang pasien
agak lambat merespon/kurang spontan.
Pasien mengatakan datang ke RSUP Persahabatan dengan menggunakan
angkot nomor 10. Hal ini menunjukkan ingatan jangka pendek pasien baik.
Pasien juga ingat masa sekolahnya, jenjang pendidikan terakhir (SMA) dan
dulu pernah bekerja di pabrik perusahaan Jepang. Hal tersebut menunjukkan
bahwa daya ingat jangka panjang pasien baik. Pasie tidak bisa mengulang
kembali ketika pasien diminta mengulang nama-nama kota yang disebutkan
oleh pemeriksa yaitu Jakarta, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, dan
Surabaya. Pasien hanya mengulang Jakarta dan Semarang saja. Hal ini
menunjukkan daya ingat segera pasien buruk.
Ketika pasien diberikan pertanyaan mengenai matematika sederhana 100
dikurangi 7, pasien tidak dapat menjawab. Hal tersebut menunjukkan bahwa
fungsi kognitif pasien buruk.
Ketika pasien diberikan pertanyaan pengetahuan umum yaitu siapa
presiden perempuan Indonesia, pasien dapat menjawab yaitu Megawati,
tetapi hal ini masih dibantu oleh istri pasien. Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan umum pasien cukup baik.
Ketika pasien ditanya tentang orientasi waktu, tempat, dan orang, pasien
dapat menjawab bahwa pasien sedang berada di Rumah Sakit, siang hari,
mengenali pemeriksa sebagai seorang dokter dan pasien mengatakan sedang
berobat. Hal tersebut menunjukkan bahwa orientasi waktu, tempat, orang,
dan situasi pasien baik.
Ketika pasien diminta membaca suatu kalimat “ PEJAMKAN KEDUA
MATA ANDA” dan melakukan apa yang diperintahkan dalam kalimat
tersebut, pasien dapat melakukan dengan benar perintah yang pasien baca.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca dan memahami pasien
baik.
Ketika pasien ditanya apa persamaan apel dan pir, pasien menjawab sama
sama manis. Dan ketika diminta untuk menerangkan apakah arti dari
peribahasa “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian”, pasien dapat

4
sebagian menjawab, yaitu bersakit-sakit dahulu. Hal tersebut menandakan
bahwa uji daya abstraksi pasien terganggu.
Ketika pasien ditanya “apabila pasien menemukan ktp atau surat di mall,
apa yang akan pasien lakukan?”. Pasien mengatakan akan membacanya dan
menyerahkan kepada pemiliknya. Dan ketika pasien ditanya “bagaimana
hukumnya berzina menurut agama pasien?”. Pasien menjawab haram. Hal
ini menunjukkan daya nilai pasien masih cukup baik.

c. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya
Tidak ada sebelumnya
2. Riwayat gangguan medis
 Riwayat kolestrol tinggi (+), Hipertensi (+), Diabetes mellitus (+).
 Riwayat stroke (+). Pasien mengalami dua kali serangan stroke.
Serangan stroke pertama pada tahun 2014 dan serangan stroke kedua
pada tahun 2016.
 Riwayat trauma kepala disangkal.
3. Riwayat penggunaan zat psikotropika atau alkohol
Pasien tidak pernah merokok, konsumsi alkohol ataupun mengkonsumsi
zat psikoaktif.

d. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat prenatal
Pasien dilahirkan secara normal
2. Riwayat masa kanak-kanak dan remaja
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai usia, sesuai dengan anak lainnya,
punya banyak teman, dan dapat bergaul.
3. Riwayat pendidikan
Pendidikan terakhir pasien lulus SMA.
4. Riwayat pekerjaan
Swasta. Pasien sudah tidak bekerja sekerang, dahulu bekerja sebagai
karyawan di pabrik perusahaan Jepang.

5
5. Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah
6. Riwayat agama
Pasien beragama Islam
7. Aktivitas sosial
Aktivitas sehari-hari pasien berada di rumah dan masih perlu bantuan
dalam melakukan beberapa kegiatan.

e. Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit seperti dialami pasien.
Istri pasien selalu mendukung dan memberi semangat untuk kesembuhan
pasien.

f. Situasi Sosial Sekarang


Pasien adalah seorang laki-laki berusia 62 tahun. Pasien sudah tidak
bekerja lagi sekarang. Pasien sudah memiliki rumah sendiri. Pasien tinggal
bersama istrinya. Pasien memiliki 3 orang anak. Anak-anak pasien sudah
menukah dan tinggal terpisah dari pasien dan istrinya. Istri pasien berjualan
makanan. Menurut istri pasien penghasilan yang diperoleh dari hasil
berjualan cukup untuk membiayai kebutuhan pasien dan istrinya sehari-hari.
Biaya berobat pasien ditanggung oleh BPJS.

g. Persepsi Pasien Tentang Dirinya dan Kehidupannya


Keinginan pasien saat ini adalah :
 Ingin sembuh
 Ingin semua anggota keluarga sehat

6
III. STATUS MENTAL
a. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki berusia 62 tahun. Datang ke RSUP Persahabatan datang
bersama Istrinya. Penampilan sesuai dengan usia, rapih, terlihat tenang
dan sopan.
 Kesadaran : compos mentis
 Kontak psikis : kontak psikis baik, komunikasi cukup baik.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
 Cara berpakaian: baik
 Cara berjalan : dapat berjalan sendiri dengan baik tetapi perlu
bantuan untuk arah berjalan
 Aktivitas psikomotor : baik.
3. Pembicaraan
 Kuantitas : cukup baik, pasien dapat menjawab pertanyaan
yang diberikan dokter.
 Kualitas : cukup baik, bicara kurang spontan, artikulasi jelas,
volume cukup, isi pembicaraan dapat dimengerti.
4. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif.
b. Keadaan Afektif
1. Mood : biasa saja
2. Afek : luas
3. Keserasian : serasi
4. Empati : pemeriksa tidak dapat meraba rasakan apa yang dirasakan
pasien
c. Intelektualitas
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan
Pendidikan terakhir pasien adalah SMA. Pengetahuan umum pasien
cukup baik.

7
2. Daya konsentrasi
Daya konsentrasi pasien buruk. Pasien tidak dapat menjawab pertanyaan
berhitung sederhana.
3. Orientasi
 Waktu : baik, pasien mengetahuai waktu saat dilakukan tanya
jawab yaitu pada siang hari
 Tempat : baik, yaitu pasien mengetahui tempat saat dilakukan tanya
jawab yaitu di rumah sakit
 Orang : baik, pasien mengenali pemeriksa sebagai dokter dan
mengenali istri pasien.
 Situasi : baik, pasien menjawab bahwa dirinya sedang berobat.
4. Daya ingat
 Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat masa sekolah dan pekerjaan
pasien dulu
 Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien masih ingat kendaraan yang digunakan menuju ke
RSUP Persahabatan saat ini, yaitu naik angkot nomor 10.
 Daya ingat segera
Buruk, pasien tidak dapat mengulangi 5 nama kota yang disebutkan
oleh dokter.
5. Pikiran abstrak
Terganggu, pasien tidak dapat mengartikan pribahasa “berakit-rakit ke
hulu, berenang-renang ketepian” dan pasien tidak dapat menyebutkan
persamaan antara apel dan pir secara tepat.
6. Bakat kreatif
Tidak diketahui
7. Kemampuan menolong diri sendiri
Kurang baik, pasien masih membutuhkan bantuan orang lain dalam
kegiatan sehari-harinya

8
d. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
 Halusinasi auditorik : tidak ada
 Halusinasi visual : ada
 Halusinasi olfaktori : tidak ada
 Halusinasi gustatory : tidak ada
 Halusinasi taktil : tidak ada
2. Depersonalisasi dan derealisasi
 Depersonalisasi : tidak ada
 Derealisasi : tidak ada
e. Proses Pikir
1. Arus pikir
 Produktivitas : pasien kurang spontan saat menjawab pertanyaan.
 Kontinuitas : baik, koheren
2. Isi pikiran
 Preokupasi : tidak ada
 Gangguan pikiran :
a) Delusion of control : tidak ada
b) Delusion of reference : tidak ada
c) Delusion of grandiosity : tidak ada
d) Delusion of persecution : tidak ada
e) Thought of broadcasting : tidak ada
f. Pengendalian Impuls
Baik, pasien tampak tenang pada saat tanya jawab dan tidak ada gerakan
involunter.
g. Daya Nilai
1. Nilai sosial
Pasien masih bisa berinteraksi dengan cukup baik dengan tetangga dan
masyarakat disekitar pasien.

9
2. Uji daya nilai
Baik, ketika pasien ditanya “apabila pasien menemukan ktp atau surat di
mall, apa yang akan pasien lakukan?”. Pasien mengatakan akan
membacanya dan menyerahkan kepada pemiliknya.
3. Penilaian realitas
Baik
h. Persepsi Pemeriksa Tentang Diri dan Kehidupan Pasien
Pasien tidak menyadari dirinya sakit
i. Tilikan
Tilikan derajat 1 yaitu penyangkal total terhadap penyakitnya (pasien
merasa tidak sakit).
j. Taraf Dapat Dipercaya
Jawaban pasien dapat dipercaya karena pasien menjawab secara konsisten
pertanyaan yang diberikan.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Generalis
 Keadaan umum: baik, compos mentis
 Tanda vital: TD: 130/90 mmHg; HR: 85 x/menit; RR: 21 x/menit
 Sistem kardiovaskular : kesan tidak ada kelainan
 Sistem dermatovenereologi : kesan tidak ada kelainan
 Sistem musculoskeletal : pasien mengalami kelemahan anggota
gerak semenjak pasien terserang stroke. Pergerakan pasien tidak sebebas
sebelum terserang stroke.
 Sistem urogenital : kesan tidak ada kelainan
 Gangguan khusus : tidak ada
b. Status Neurologis
 Saraf cranial : kesan tidak ada kelainan
 Saraf motorik : kelemahan dan keterbatasan anggota gerak
 Sensibilitas : kesan tidak ada kelainan
 Saraf vegetatif : kesan tidak ada kelainan

10
 Fungsi luhur : ada kelainan (gangguan daya ingat segera,
daya pikir abstrak, berhitung).
 Gangguan khusus : kesan tidak ada kelainan

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


1. Pasien laki-laki berusia 62 tahun datang dikonsultasikan dari Poliklinik
Saraf dengan diagnosis post stroke dan gangguan memori. Pada bulan
Desember 2016, pasien sudah mulai berkonsultasi ke poliklinik psikiatri
RSUP Persahabatan dan didiagnosis demensia vaskular. Saat ini
merupakan kunjugan ke-4 pasien di poliklinik psikiatri RSUP
Persahabatan untuk kontrol evaluasi demensia vaskular yag diderita
pasien.
2. Pasien mengalami gangguan daya ingat, perubahan pengendalian
emosi, dan ganggaun dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari
semenjak pasien mengalami seranga stroke kedua 1 tahun yang lalu.
3. Menurut istri pasien, saat ini kondisi ingatan dan kemampuan pasien
melaksanakan aktivitas sehari-harinya sudah jauh lebih baik daripada 6
bulan yang lalu.
4. Pasien sudah mengenal isteri pasien, tetapi masih sering lupa nama
istreinya. Pasien sudah tidak emosional lagi.
5. Pasien tidak mengalami gangguan kesadaran
6. Pasien tidak mengalami gangguan orientasi, daya nilai pasien baik,
intelegensi dan pengetahuan pasien sesuai dengan jenjang pendidikan
pasien.
7. Pasien mengalami gangguan kognitif, gangguan daya ingat segera,
gangguan daya pikir abstrak, gangguan berhitung dan konsentrasi.
8. Pasien tidak memiliki waham maupun halusinasi.
9. Mood biasa saja dan afek luas, serasi, dan dapat dirasakan oleh
pemeriksa.
10. Keluarga pasien tidak pernah memiliki riwayat gangguan mental atau
keluha serupa seperti pasien saat ini.

11
11. Pasien tidak merokok, konsumsi alkohot atau menggunakan obat
psikoaktif.
12. Pasien lahir normal dan tidak memiliki masalah tumbuh kembang saat
masa kanak-kanak hingga dewasa.
13. Pasein lulusan SMA dan dulu pernah bekerja sebagai karyawan swasta
di pabrik perusahaan Jepang dan sekarang pasien sudah pensiun.
14. Pasien menderita penyakit kolestrol tinggi, hipertensi, diabetes
milletus, dan riwayat stroke 2 kali serangan.
15. Pasien tinggal bersama isterinya di rumah sendiri. Istri pasien
berjualan makanan. Menurut istri pasien penghasilan yang diperoleh
dari hasil berjualan cukup untuk membiayai kebutuhan pasien dan
istrinya sehari-hari. Biaya berobat pasien ditanggung oleh BPJS.
16. Pada pasien ini mengalami gejala sementara dan dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam sosial dan kegiatan sehari-hari.

VI. FORMULASI DIAGNOSIS


Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada
pasien, terdapat gejala yang menimbulkan penderitaan bagi pasien. Keluhan
yang dialami pasien menurutnya menimbulkan penderitaan dan
terganggunya fungsi, oleh karena itu disimpulkan pasien mengalami
gangguan jiwa.
a. Diagnosis Aksis I
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan
terdapat penyakit yang menyebabkan disfungsi otak. Hal ini dapat dinilai
dari adanya gangguan fungsi kognitif (terutama gangguan daya ingat)
dan gangguan suasan emosi (pada awalnya pasien mudah marah dan suka
mengamuk) yang terjadi setelah pasien terserang stroke kedua 1 tahun
yang lalu. Oleh karena itu, pasien digolongkan sebagai penderita
Gangguan Mental Organik (F.0). Pada pasien terdapat penurunan
kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang sampai mengganggu
kegiatan harian seseorang (gangguan fungsi eksekutif). Gejala dan
disabilitas yang dialami pasien sudah lebih dari 6 bulan. Pada pasien juga

12
tidak ada gangguan kesadaran. Maka pasien memenuhi kriteria
penderita Demensia. Pasien didiagnosis menderita Demensia vaskular
(F01) karena pasien memenuhi kriteria diagnosis penyakit tersebut yaitu :
1) Terdapat gejala demesia pada pasien seperti yang disebutkan diatas.
2) Terdapat gangguan fungsi kognitif yang tidak merata, yaitu pasien
mengalami gangguan daya ingat segera, gangguan berhitung, dan
gangguan daya pikir abstrak.
3) Gejala atau gangguan yang terjadi pada pasien ini terjadi secara
mendadak dan disertai dengan adanya gejala neurologis fokal seperti
pusing dan gangguan atau keterbatasan anggota gerak pasien.
4) Daya nilai (judgment) pasien relatif baik.
Berdasarkan kriteria diagnistik yang ditemuka pada pasien, maka pasien
ini didiagnosis menderita (F01) Demensia Vaskular.
b. Diagnosis Aksis II
Pasien tidak mengalami gangguan tumbuh-kembang pada masa
kanak-kanak sampai dewasa. Pasien dapat bergaul dan memiliki banyak
teman. Hal ini menunjukkan bahwa pasien tidak mengalami gangguan
kepribadian. Pasien dapat menyelesaikan pendidikan hingga lulus SMA
dengan baik dan sebelum pesiun, pasien bekerja sebagai karyawan
swasta di pabrik perusahaan Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa pasien
bukanlah penderita retardasi mental. Karena pasien tidak memiliki
gangguan kepribadian dan retradasi mental, maka Axis II pada pasien
tidak ada diagnosis.
c. Diagnosis Aksis III
Hiperkolestrolemia + HT grade 1 + DM + Post stroke
d. Diagnosis Aksis IV
Hubungan pasien dengan istri dan keluarganya baik. Masalah ekonomi
tidak ada. Maka diagnosis pada aksis IV adalah tidak ada diagnosis.
e. Diagnosis Aksis V
Pasien mengalami gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan
dalam sosial, dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pada axis V
didapatkan GAF scale 80-71.

13
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F01 demensia vaskular
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : hiperkolestrolemia, hipertensi, dm, post stroke
Aksis IV : tidak ada diagnosis
Aksis V : GAF scale 80-71

VIII. DAFTAR PROBLEM


 Organobiologik : Pada status internus didapatkan peningkatan
tekanan darah pada pasien 140/90 mmhg, riwayat kolestrol tinggi, DM,
dan riwayat stroke.
 Psikologi : Perilaku dan aktivitas psikomotor normal, mood
biasa saja, afek luas, empati tidak dapat dirasakan, daya ingat segera
terganggu, dan pikir abstrak terganggu, intelegensia dan pengetahuan
umum sesuai dengan pendidikan, tilikan derajat 1.
 Sosioekonomi : tidak ada masalah
 Keluarga : tidak ada masalah
IX. PROGNOSIS
Prognosis ke arah baik:
 Pasien mau minum obat dan kontrol.
 Respon obat baik, hal ini bisa dinilai dari daya ingat, kemampuan
perawatan diri, dan kondisi pasien yang menunjukkan perubahan yang
jauh lebih baik dibandingkan 6 bulan yang lalu saat pertama kali kontrol.
 Adanya dukungan positif dari keluarga pasien.
 Akses berobat dan biaya pengobatan ditanggung BPJS.
Prognosis ke arah buruk:
 Pasien tidak menyadari dirinya sakit.
 Adanya riwayat penyakit lain yang diderita pasien.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan prognosis pasien:
 Ad vitam : bonam
 Ad functionam : dubia
 Ad sanationam : dubia

14
X. TERAPI
Psikofarmaka:
 Haloperidol 1x0,5mg
 Aricept 1x10mg

Psikoterapi:
 Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakitnya dan cara mengatasinya.
 Meminta pasien untuk meminum obat secara teratur.
 Meminta pasien didampingi keluarga untuk melakukan kontrol rutin dan
evaluasi kondisi pasien sebaiknya sebelum obat habis.
 Memberika semangat dan motivasi kepada pasien dan keluarga agara
tetap optimis dalam melaksanakan pengobatan dan menjalankan
kehiduapan sehari-harinya.
 Mendekatkan diri kepada Allah dan terus berdoa agar diberi
kesembuhan.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Muslim, Rusdi. DR. Sp.KJ. Buku Ajar Psikiatri. FKUI. Jakarta.2014


2. Muslim, Rusdi. DR. Sp.KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa.
Jakarta.2013
3. Muslim, Rusdi. DR. Sp.KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.
Jakarta.2014

16

Anda mungkin juga menyukai