Anda di halaman 1dari 23

PBL SKENARIO 3

BLOK KEDOKTERAN KELUARGA

Kelompok B9 :

Ketua : Puspita Sari 1102009226

Sekretaris : Muhammad Taufiq H 1102009191

Anggota : Muhammad Iqbal Siregar 1102009187

Marsha Danesha 1102009166

Nike Angela P 1102009204

Prizha Noor Amalia 1102009217

Wahyu Sholekhudin 1102009295

Winwinda Oktalia 1102009303

Yudith Kattiarni Aisyah 1102009307

Try Setiawardana 1102007279

Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi 2013

1
SKENARIO 3

Dr. Ahmad, 31 tahun, praktek di sebuah klinik dokter keluarga. Klinik ini dikelola
dengan baik sehingga dalam waktu yang relatif singkat mengalami kemajuan yang cukup
pesat dan dikenal luas di masyarakat. Suatu hari kedatangan seorang pasien, Ny, A, 38 tahun
dengan kehamilan trimester 1 pada G5P2A2. Pasien ingin melakukan pemeriksaan kehamilan
secara rutin di klinik Dr. Ahmad karena pasien mendapat informasi bahwa pelayanan di
klinik ini baik. Pasien mempunyai keluhan sering mual, muntah, lemas , cepat lelah dan
sesak. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik bersama bidan. Pada pemeriksaan
ditemukan bahwa kandungan dalam kondisi yang baik namun ibu tampak pucat, takikardi,
murmur, takipnea, dan terdapat nyeri tekan epigastrium.
Dr. Ahmad menyarankan agar pasien mengikuti pemeriksaan ANC yang teratur dan
menjelang partus kelak pasien akan dirujuk ke spesialis Obgyn yang sudah bekerja sama
dengan klinik dokter keluarga tersebut. Pasien menanyakan ke dokter tentang pilihan
pembiayaan proses persalinan, mengingat kemungkinan membutuhkan biaya yang lebih
besar.

2
Sasaran Belajar

1. Memahami dan menjelaskan prosedur standar pemeriksaan dokter keluarga


2. Memahami Dan Menjelaskan manajemen klinik dokter keluarga
3. Memahami Dan Menjelaskan Hubungan Kerjasama Antara Dokter Keluarga Dengan
Mitra Kerjanya
4. Memahami Dan Menjelaskan Tentang Konsultasi Dan Rujukan
- Definisi Konsultasi Dan Rujukan
- Karakteristik Konsultasi Dan Rujukan
- Manfaat Konsultasi Dan Rujukan
- Tatacara Konsultasi Dan Rujukan
5. Memahami Dan Menjelaskan Tentang Pembiayaan Kesehatan
- Jenis Pembiayaan Kesehatan
- Sistem Pembiayaan Kesehatan
- Tujuan/Manfaat Pembiayaan Kesehatan
- Prinsip Pembiayaan Kesehatan
- Sumber Pembiayaan Kesehatan
6. Memahami Dan Menjelaskan Pembiayaan Kesehatan Menurut Agama Islam

3
1. Memahami dan menjelaskan tentang prosedur standar pemeriksaan dokter keluarga

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

3. Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding

4. Prognosis

5. Konseling : membantu pasien (dan keluarga) untuk menentukan pilihan terbaik penatalaksanaan
untuk pasien sendiri.

6. Konsultasi : jika diperlukan, dokter keluarga dapat melakukan konsultasi ke dokter lain (dokter
keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokterspesialis, atau dinas kesehatan) yang dianggap lebih
berpengalaman.

7. Rujukan

8. Tindak lanjut

9. Pengobatan rasional

10. Pembinaan keluarga : dilakukan bila dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan lebih baik jika
adanya partisipasi keluarga.

2. Memahami dan menjelaskan tentang manajemen klinik dokter keluarga

Jenis Klinik DK
Klinik DK
• Kelas A (Ideal)
– 24 jam
– Kedaruratan dan kejadian luar biasa
– Pelayanan rawat jalan
– Pelayanan rawat inap sehari
– Bedah minor
– Konseling
– Preventif dan promotif
– Kunjungan ke- dan perawatan di rumah pasien
– Pemeriksaan penunjang
– Penyediaan obat
– Pendidikan, riset, dan pengembangan
Kelas B (Optimum)
– 24 jam
– Kedaruratan dan kejadian luar biasa
– Pelayanan rawat jalan
– Pelayanan rawat inap sehari
– Bedah minor
4
– Konseling
– Preventif dan promotif
– Kunjungan ke- dan perawatan di rumah pasien
– Pemeriksaan penunjang
– Penyediaan obat
– Pendidikan, riset, dan pengembangan
Kelas C (minimum)
– 24 jam
– Kedaruratan dan kejadian luar biasa
– Pelayanan rawat jalan
– Pelayanan rawat inap sehari
– Bedah minor
– Konseling
– Preventif dan promotif
– Kunjungan ke- dan perawatan di rumah pasien
– Pemeriksaan penunjang
– Penyediaan obat
– Pendidikan, riset, dan pengembangan

Standard pelayanan

Syarat SDM dalam klinik dokter keluarga:


• Dokter: 2
• Bidan: 1
• Asisten analis: 1 (honor)
• Asisten apoteker: 1
• Staf administrasi dan keuangan: 1
• OB: 1

1. Ruang tunggu :
 Bersih
 Terang
 Ventilasi baik
 Lantai tidak licin
 Tidak berbau
 Tidak bising
 Suhu nyaman
 Terpisah dari pasien infeksius

1. Kerahasiaan dan privasi


 Ruang konsultai terpisah dari ruang tunggu
 Sistem yang menjamin kerahasiaan medik
 Menjamin kerahasiaan pasien setelah pelayanan
5
2. Bangunan dan interior
 Merupakan bangunan permanen atau semi permanen yang dirancang sesuai pelayanan
medis strata pertama yang aman dan terjangkau
 Memiliki ruang :
o Ruang administrasi
o Ruang tunggu
o Ruang pemeriksaan
o Kamar kecil
o Dapat melindungi dari panas dan hujan
o Relatif mudah diberishkan
o Mempunyai ventilasi cukup atau ber ac
o Mempunyai sinar yang cukup

3. Alat komunikasi
Memiliki alat komunikasi yang biasa digunakan masyarakat sekitar

4. Papan nama
 Poisis papan nama mudah dibaca
 Tidak ada hiasan maupun lampu warna
 Ukuran minimal 40x60cm maksimal 60x90cm
 Warna dasar putih dengan huruf balok warna hitam
 Memuat nama dokter,sip,alamat praktek ,dan jadwal praktek.

5. Peralatan klinik
 Memiliki alat alat pemeriksaan fisik sebagai berikut :
o Alat tes sensasi kulit
o Auriskop
o Lampu senter dan kepala
o Palu refleks
o Peak flow meter
o Ophtalmoscop
o Penekan lidah
o Pengukur tinggi badan
o Snellen chart
o Spekulum vagina
o Stetoskop
o Tensimeter
o Termometer
o Timbangan badan
o Memiliki alat laboratorium
o Alat monitoring gula darah

6
o Alat pengukur kadar hemoglobin
o Alat pemulas sediaan gram
o Alat pemulas sediaan basah
o Gelas obyek dan penutup
o Mikroskop

 Memiliki alat tindaakan sebagai berikut


o Bak instrumen mental
o Benang otot dan sutra
o Forsep hemostatik
o Gunting perban
o Jarum kulit
o Jarum suntik
o Kapas,perban,plester
o Minor set
o Peralatan resusitasi

 Tas dokter untuk perawatan rumah


o Alat penekan lidah forsep hemostat
o Jarum suntik
o Kapas dan alkohol
o Lampu senter
o Obat2an
o Pali refleks
o Spuit
o Stetoskop
o Tensimeter
o Termometer
o Peralatan luka
o Kasa
o Antiseptik
o Larutan irigasi
o Perangkat intravena
o Kateter

 Persediaan obat
o Adrenalin
o Kortokosteroid
o Antihistamin
o Analgetik
o Anti asma
o Anti konvulsan
7
o Cairan infus
o Parasetamol
o Nsaid
o Obat luka
o Anti konvulsan
o Spasmolitik
o Anestesi lokal
o Metode kontrasepsi

Manajemen klinik

 Peningkatan Kemampuan & Pengembangan Staf


o Bentuk: Kursus, pelatihan, pendidikan formal,dll
o Bentuk Lain: Selia Bestari (peer review) di antara sesama staf (medis dan non-
medis) Pengaturan: Bisa dibuat perjanjian tersendiri
o Proses: berdasarkan permintaan karyawan atau kebutuhan KDK
 Untuk tenaga medis
o PKB (pendidikan kedokteran berkelanjutan) Seminar, Simposium, Lokakarya.
o Peer Review: Pembahasan kasus secara EBM
o Kursus singkat untuk satu ketrampilan tertentu (ATLS, ACLS, EKG,
Kepemimpinan, dll)
o Pendidikan formal (S2 Aktuaria, S2 Kesehatan Kerja, dll)
 Untuk paramedis
o Kursus keperawatan
o Peer Review: Diskusi kelompok
o membahas satu masalah (rutin)
o Kursus Manajemen pengelolaan
o keperawatan di klinik (asuhan keperawatan,dll)
o Pendidikan formal seperti Akademi Keperawatan, Akademi Kebidanan, dll
 Untuk tenaga non-medis
o Kursus penggunaan alat tertentu
o Kursus Manajemen laboratorium,
o Pemeriksaan Kesehatan Berkala
o Pendidikan Formal seperti Akademi Penata Rontgen, AKK, Kursus
perpajakan

8
3. Hubungan Kerjasama Antara Dokter Keluarga Dengan Mitra Kerjanya
Bentuk komunikasi/kerjasama antara dokter dan teman sejawatnya dilakukan dalam
berbagai hal seperti :
 Merujuk pasien.
Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan keterbatasan
fasilitas pelayanan, dokter yang merawat harua merujuk pasiennya pada teman sejawat
lainnya.
 Bekerjasama dengan sejawat.
Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membeda-bedakan jenis kelamin,
ras,usia, kecacatan, agama, status sosial atau perbedaan kompetensi yang dapat
merugikanhubungan profesional antar sejawat.
 Bekerja dalam tim.
Asuhan kesehatan selalu di ingatkan melalui kerjasama dalam tim multidisiplin.
 Mengatur dokter pengganti.
Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus menentukan dokter
pengganti serta mengatur proses mengalihkan yang efektif dan komunikatif dengan
dokter pengganti.
 Mematuhi tugas.
Seorang dokter yang bekerja pada institusi pelayanan atau pendidikan kedokteran
harus mematuhi tugas yang digariskan pimpinan institusi, termasuk sebagai dokter
pengganti.
 Pendelegasian wewenang.
Pendelegasian wewenang kepada perawat, peseta prograrm pendidikan spesialis,
mahasiswa kedokteran dalam hal pengobatan atau perawatan atas nama dokter yang
merawat, harus disesuaikan dengan kompetensi dalam melaksanakan prosedur dan terapi
yang sesuai dengan peraturan baru.

Komunikasi dokter – Profesi lain :


 Kolaborasi dokter –perawat
 Komunikasi dokter-Apoteker

Kolaborasi  Prinsip : Perencanaan


Pengambilan keputusan bersama
Berbagi saran / ide
Kebersamaan
Tanggung gugat

 Pendekatan Praktik Hirarkis


Dokter  Registerd nurse  Pemberi pelayanan lain  Pasien
 Menekankan komunikasi satu arah
 Kontak Dokter dengan pasien terbatas
 Dokter merupakan tokoh yang dominan
 Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu, sepert IGD
9
Pendekatan ini sekarang masih dominan dalam praktik dokter di Indonesia

 Model kolaboratif tipe II :  Lebih berpusat pada pasien


 Semua pemberi pelayanan harus
bekerjasama
Registerd  Ada kerja sama dengan pasien
DOKTER  Tidak ada pemberi pelayanan yang
nurse
mendominasi secara terus-menerus
PASIEN

Pemberi
pelayanan
lain

10
4. Memahami dan menjelaskan tentang konsultasi dan rujukan

Definisi
 Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional terkait penangan suatu kasus
penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter, kepada dokter lain yang lebih
ahli di bidangnya. Namun kewenangan penanganan masih berada pada dokter
keluarga yang bersangkutan.
 Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan
kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang
sesuai.
 Konsultasi dapat dilakukan mendahului rujukan, namun tidak jarang langsung
melakukan rujukan. Meskipun demikian, ada kalanya keduanya dipergunakan
bersama-sama.
 Rujukan dalam pelayanan kedokteran ini umumnya kepada pelayan yang lebih tinggi
ilmu, peralatan dan strata yang lebih tinggi dalam rangka mengatasi kasus atau
problem tersebut.

Karakteristik
6. Ruang lingkup kegiatan : konsultasi memintakan bantuan profesional dari pihak ke
tiga. Rujukan melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus
penyakit yang sedang dihadapi kepada pihak ketiga.
7. Kemampuan dokter : konsultasi ditujukan kepada dokter yang lebih ahli atau yang
lebih berpengalaman. Pada rujukan hal ini tidak mutlak.
8. Wewenang dan tanggung jawab : konsultasi wewenang dan tanggung jawab tetap
pada dokter yang meminta konsultasi. Pada rujukan sebaliknya.

Macam-macam Rujukan :
 Rujukan medis:
 Rujukan pasien (transfer of patient)
 Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge)
 Rujukan bahan (transfer of specimens)
 Rujukan kesehatan:
 Rujukan tenaga
 Rujukan sarana
 Rujukan operasional

Manfaat Konsultasi dan Rujukan :


1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (bila sistemnya berjalan sesuai dengan yang
seharusnya)
2. Kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien akan terpenuhi (terbentuk team work)

11
Masalah Konsultasi dan Rujukan
1. Rasa kurang percaya pasien terhadap dokter (bila rujukan/konsultasi inisiatif dokter)
2. Rasa kurang senang pada diri dokter (bila rujukan/ konsultasi atas permintaan pasien)
3. Bila tidak ada jawaban dari konsultasi
4. Bila tidak sependapat dengan saran/tindakan dokter konsultan
5. Bila ada pembatas (sikap/ perilaku,biaya, transportasi)
6. Apabila pasien tidak bersedia untuk dikonsultasikan dan ataupun dirujuk.

Tata Laksana Konsultasi dan Rujukan


Dasarnya adalah kepatuhan terhadap kode etik profesi yg telah disepakati bersama,
dan sistem kesehatan terutama sub sistem pembiayaan kesehatan yang berlaku.
Konsultasi (McWhinney, 1981):
a. Penjelasan lengkap kepada pasien alasan untuk konsultasi
b. Berkomunikasi secara langsung dengan dokter konsultan (surat, formulir khusus,
catatan di rekam medis, formal/ informal lewat telefon)
c. Keterangan lengkap tentang pasien
d. Konsultan bersedia memberikan konsultasi

Tata Cara Rujukan


• Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan
rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka,
seperti dokter ahli tertentu.
• Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung dengan
dokter yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis yang
memuat informasi secara lengkap tentang identitas, riwayat penyakit dan penanganan
yang dilakukan oleh dokter keluarga.
• Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus selengkap
mungkin. Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk memastikan
diagnosis, menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus, memintakan nasihat
pengobatan atau yang lainnya.
• Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib
memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar keahliannya,
harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih seuai.
• Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja
• Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan
• Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak

Pembagian Wewenang dan Tanggung Jawab


1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab penderita sepenuhnya
kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu
tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya.

12
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja.
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan
wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.

5. Memahami dan menjelaskan tentang pembiayaan kesehatan

Terdapat 3 jenis pembiayaan kesehatan berdasarkan ideologi negara di dunia, yaitu :


1. Sosialis (welfare state). Pada negara-negara tersebut, negara mempunyai kewajiban
penuh untuk memenuhi biaya kesehatan. Bisa juga disebut tanggungan negara 100%.
2. Liberalis-kapitalis. Di sini biaya kesehatan diserahkan pada mekanisme pasar atau
pemerintah tidak menanggung biaya kesehatan) sehingga pelayanan kesehatan
menjadi berorientasi pada keuntungan semata.
3. Kombinasi antara sosialis dan kapitalis. Biaya kesehatan pada negara yang mengacu
sistem pembiayaan kombinasi ditanggung oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat.
13
Berdasarkan dari jenis pembiayaan kesehatan tersebut, dapat ditentukan Indonesia
mengikuti sistem kombinasi dimana pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat sama-sama
menanggung beban pembiayaan kesehatan.

Macam-macam biaya kesehatan:


Tergantung dari jenis dan kompleksitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
dan atau dimanfaatkan. Hanya saja disesuaikan dengan pembagian pelayanan kedokteran,
maka biaya kesehatan tersebut. Secara umum dapat dibedakan atas dua macam yakni:
1. Biaya pelayanan kedokteran
Biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan intuk menyelenggarakan dan
atau memanfaatkan pelayanan kedokteran. Yakni yang tujuan utamanya untuk
mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan penderita.
2. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat
Biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan
atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Yakni yang tujuan utamanya
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah penyakit.

Biaya kesehatan dapat dilihat dari dua sudut:


1. Penyedia pelayanan kesehatan (health provider)
Besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya
kesehatan dan lebih menunjuk pada seluruh biaya investasi (investment cost) dan
biaya operasional (operational cost). Ini merupakan persoalan utama dari pihak
pemerintah atau swasta yakni pihak-pihak yang menyelenggarakan upaya kesehatan.
2. Pemakai jasa kesehatan (health consumer)
Besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa
pelayanan.ini menjadi persoalan utama para pemakai jasa pelayanan.

Unsur-unsur Pembiayaan Kesehatan


 Dana
Dana digali dari sumber pemerintah baik dari sektor kesehatan dan sektor lain terkait,
dari masyarakat, maupun swasta serta sumber lainnya yang digunakan untuk
mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan. Dana yang tersedia harus
mencukupi dan dapat dipertanggung-jawabkan.
 Sumber daya
Sumber daya pembiayaan kesehatan terdiri dari: SDM pengelola, standar, regulasi dan
kelembagaan yang digunakan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam upaya
penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan untuk mendukung
terselenggaranya pembangunan kesehatan.
 Pengelolaan Dana Kesehatan
Prosedur/Mekanisme Pengelolaan Dana Kesehatan adalah seperangkat aturan yang
disepakati dan secara konsisten dijalankan oleh para pelaku subsistem pembiayaan
kesehatan, baik oleh Pemerintah secara lintas sektor, swasta, maupun masyarakat

14
yang mencakup mekanisme penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan dana
kesehatan.

Tujuan Pembiayaan Kesehatan


 Tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil
dan termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.

Pokok utama dalam pembiayaan kesehatan adalah:


a) Mengupayakan kecukupan dan kesinambungan pembiayaan kesehatan pafa tingkat
pusat dan daerah
b) Mengupayakan pengurangan pembiayaan OOP dan meniadakan hambatan
pembiayaan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terutama kelompok miskin dan
rentan melalui pengembangan jaminan
c) Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatan

Organisasi kesehatan dunia (WHO) memberi fokus strategi pembiayaan kesehatan yang
memuat isu-isu pokok, tantangan, tujuan utama kebijakan dan program aksi itu pada
umumnya adalah dalam area sebagai berikut:
a. Meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik dalam bidang kesehatan
b. Mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta dan penguatan permeliharaan
kesehatan masyarakat miskin
c. Pengembangan skema pembiayaan praupaya termasuk didalamnya asuransi kesehatan
sosial (shi)
d. Penggalian dukungan nasional dan internasional
e. Penguatan kerangka regulasi dan intervensi fungsional
f. Pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang didasarkan pada data dan fakta
ilmiah
g. Pemantauan dan evaluasi.

Prinsip Subsistem Pembiayaan Kesehatan Indonesia


1. Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola secara berdaya-guna,
adil dan berkelanjutan yang didukung oleh transparansi dan akuntabilitas.
2. Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin.
3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan yang
terorganisir, adil, berhasil-guna dan berdaya-guna melalui jaminan pemeliharaan
kesehatan baik berdasarkan prinsip solidaritas sosial yang wajib maupun sukarela,
yang dilaksanakan secara bertahap.
15
4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan melalui
penghimpunan secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal: dana sehat) atau
memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun (misal: dana sosial keagamaan)
untuk kepentingan kesehatan.
5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan pembiayaan kesehatan di
daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun untuk pemerataan
pelayanan kesehatan, Pemerintah menyediakan dana perimbangan (maching grant)
bagi daerah yang kurang mampu.

Sumber Biaya Kesehatan:


Pemerintah, swasta, masyarakat, sumber lain(hibah, pinjaman dari luarnegri).
1. Seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah
Tergantung dari bentuk pemerintahan yang dianut, ada ditemukan suatu negara yang
menanggung biaya kesehatan sepenuhnya (cuma-cuma), pada negara seperti ini tidak
ditemukan pelayanan kesehatan swasta.
2. Sebagian ditanggung oleh masyarakat
Masyarakat diajak berperan serta, baik dalam menyelenggarakan upaya kesehatan
ataupun pada waktu memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan. Dapat ditemukan
pelayanan kesehatan swasta,dalam hal ini masyarakat diharuskan membayar
pelayanan kesehatan yang dimanfaatkannya.

Asuransi Kesehatan
Suatu mekanisme pengalihan resiko (sakit) dari resiko perorangan menjadi resiko
kelompok. Dengan cara mengalihkan resiko individu menjadi resiko kelompok, beban
ekonomi yang harus dipikul oleh masing-masing peserta asuransi akan lebih tetapi
mengandung kepastian karena memperoleh jaminan.

Unsur-unsur asuransi kesehatan:


 ada perjanjian
 ada pembelian perlindungan
 ada pembayaran premi oleh masyarakat

Jenis-jenis asuransi kesehatan di Indonesia:


a) Asuransi kesehatan sosial (social health insurance) asuransi ini memegang teguh
prinsipnya bahwa kesehatan adalah sebuah pelayanan sosial, pelayanan kesehatan
tidak boleh semata-mata diberikan berdasarkan status sosial masyarakat sehingga
semua lapisan berhak untuk memperoleh jaminan pelayanankesehatan. contoh:
PT.askes, PT.jamsostek
Prinsip kerja:
• Keikutsertaannya bersifat wajib
• Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya
16
• Iuran/premi berdasarkan persentase gaji/pendapatan. Idealnya harus dihitung 5%
dari GDP
• Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh pemberi kerja dan tenaga
kerja.
• Premi tidak ditentukan oleh resiko perorangan tetapi didasarkan pada
resikokelompok (collective risk sharing)
• Tidak diperlukan pemeriksaan awal
• Jaminan pemeliharaan kesehatan yang diperoleh bersifat menyeluruh
(universal coverage)
• Peran pemerintah sangat besar untuk mendorong berkembangnya asuransi
kesehatansosial di Indonesia. Semua pegawai negeri diwajibkan untuk mengikuti
asuransi kesehatan
b) Asuransi kesehatan komersial perorangan (private voluntary health
insurance) jenis asuransi ini dapat dibeli preminya baik individu maupun segmen
masyarakat kelas menengah keatas.
Prinsip kerja:
• Kepersertaan bersifat perorangan dan sukarela
• Iuran/premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasarkan jenis
tanggunganyang dipilih.
• Premi berdasarkan atas resiko perorangan dan ditentukan faktor usia, jenis
kelamin, jenis pekerjaan.
• Dilakukan pemeriksaan kesehatan awal
• Santunan diberikan sesuai kontrak
• Peranan pemerintah relatif kecil
c) Asuransi kesehatan komersial kelompok (regulated private health insurance) ini
merupakan alternatif lain sistem asuransi kesehatan komersial
Prinsip-prinsip dasar:
• Keikutsertaan bersifat sukarela berkelompok
• Iuran/preminya dibayar berdasarkan atas angka absolut
• Perhitugan premi bersifat community rating yang berlaku untuk
kelompok masyarakat
• Santunan (jaminan pemeliharaan kesehatan) diberikan sesuai dengan kontrak
• Tidak diperlukan pemeriksaan awal
6. Memahami dan menjelaskan pembiayaan kesehatan menurut agama islam
Penyelenggaraan kesehatan dalam pandangan Islam termasuk pengertian riayatus
su’un (pelayanan umum) yang wajib dilakukan oleh negara atas seluruh rakyatnya, baik
muslim maupun non muslim, kaya ataupun miskin. Seluruh biaya yang diperlukan secara
wajib di tanggung oleh Baitul Mal (kas negara). Adapun peran non-pemerintah (swasta)
dalam pembiayaan kesehatan bukanlah hal yang utama.
Negara bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan dasar itu. Nabi saw
Bersabda : “Imam (Khalifah) laksana pengembala dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya” (
HR al-Bukhari). Tidak terpenuhinya atau terjaminnya kesehatan dan pengobatan akan

17
mendatangkan dharar bagi masyarakat. Oleh karena itu, penyediaan layanan kesehatan
menjadi tanggung jawab dan kewajiban negara (Khilafah). Khilafah wajib membangun
berbagai rumah sakit, klinik, laboratorium medis, apotik , pusat dan lembaga litbang
kesehatan, sekolah kedokteran , apoteker, perawat, bidan dan sekolah lainnya yang
menghasilkan tenaga medis, serta berbagai sarana prasarana kesehatan dan pengobatan
lainnya.
Semua pelayanan kesehatan dan pengobatan harus dikelola sesuai dengan aturan
syariah. Juga harus memperhatikan faktor ihsan dalam pelayanan yaitu wajib memenuhi 3
(tiga) prinsip baku yang berlaku umum untuk setiap pelayanan masyarakat dalam sistem
Islam: pertama, sederhana dalam peraturan (tidak berbelit-belit). Kedua, cepat dalam
pelayanan. Ketiga, profesional dalam pelayanan, yakni dikerjakan oleh orang yang kompeten
dan amanah
Konsep dasar asuransi syariah adalah tolong menolong dalam kebaikan dan
ketakwaan (al birri wat taqwa). Konsep tersebut sebagai landasan yang diterapkan dalam
setiap perjanjian transaksi bisnis dalam wujud tolong menolong (akad takafuli) yang
menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu sama lain di
dalam menghadapi resiko, yang kita kenal sebagai sharing of risk, sebagaimana firman Allah
SWT yang memerintahkan kepada kita untuk taawun (tolong menolong) yang berbentuk al
birri wat taqwa (kebaikan dan ketakwaan) dan melarang taawun dalam bentuk al itsmi wal
udwan (dosa dan permusuhan).
Firman Allah dalam surat al-Baqarah 188, 'Dan janganlah kalian memakan harta di
antara kamu sekalian dengan jalan yang bathil, dan janganlah kalian bawa urusan harta itu
kepada hakim yang dengan maksud kalian hendak memakan sebagian harta orang lain
dengan jalan dosa, padahal kamu tahu." Hadist Nabi Muhammad SAW, "Mukmin terhadap
mukmin yang lain seperti suatu bangunan memperkuat satu sama lain," Dan "Orang-orang
mukmin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka seperti satu badan. Apabila satu anggota
badan menderita sakit, maka seluruh badan merasakannya.

Sistem Pembiayaan Kesehatan Dalam Islam


Asuransi Syariah (Takaful)
1) Arti Kata Takaful
Secara bahasa, takaful ( ‫ ) تكافل‬berasal dari akar kata ( ‫ ) ل ف ك‬yang artinya
menolong, memberi nafkah dan mengambil alih perkara seseorang. Dalam Al-Qur'an
tidak dijumpai kata takaful, namun ada sejumlah kata yang seakar dengan kata
takaful, seperti dalam :
QS. Thoha/ 20 : 40
ْ‫ل أُختُكَْ ت َمشِي ِإذ‬
ُْ ‫علَى أَ ْد ُلُّ ُكمْ هَلْ فَتَقُو‬
َ ْ‫يَكفُلُ ْهُ َمن‬
"(yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada (keluarga
Fir'aun): 'Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?"
QS. Annisa/ 04 : 85 :
ْ‫شفَا َعةْ يَشفَعْ َو َمن‬ َ ْ‫ِمن َها ِكفلْ لَ ْهُ َي ُكن‬
َ ْ‫سيِئ َة‬
"Dan barangsiapa yang memberi syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul
bahagian (dosa) daripadanya.."
18
Asuransi Syariah (Ta'min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui investasi
dalam bentuk aset dan / atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Akad yang sesuai dengan syariah adalah yang tidak mengandung gharar
(penipuan), maysir (perjudian), riba, dzulm (penganiayaan), risywah (suap), barang
haram dan maksiat.
2) Cikal Bakal Asuransi Syariah
a. Al-Aqila ( ‫) العاقلة‬
Yaitu saling memikul atau bertanggung jawab untuk keluarganya. Jika salah satu
anggota suku terbunuh oleh anggota suku yang lain, pewaris korban akan dibayar
dengan uang darah (diyat) sebagai konpensasi saudara terdekat dari terbunuh.
Saudara terdekat dari pembunuh disebut aqilah. Lalu mereka mengumpulkan dana
(al-kanzu) yang diperuntukkan membantu keluarga yang terlibat dalam
pembunuhan tidak sengaja.
b. Al-Muwalah ( ‫) الموالة‬
Yaitu perjanjian jaminan. Penjamin menjamin seseroang yang tidak memiliki waris
dan tidak diketahui ahli warisnya. Penjamin setuju untuk menanggung bayaran dia,
jika orang yang dijamin tersebut melakukan jinayah. Apabila orang yang dijamin
meninggal, maka penjamin boleh mewarisi hartanya sepanjang tidak ada ahli
warisnya.

Penyelenggaraan kesehatan dalam pandangan Islam termasuk pengertian riayatus


su’un(pelayanan umum) yang wajib dilakukan oleh negara atas seluruh rakyatnya, baik
muslim maupun non muslim, kaya ataupun miskin. Seluruh biaya yang diperlukan secara
wajib di tanggung oleh Baitul Mal (kas negara). Adapun peran non-pemerintah (swasta)
dalam pembiayaan kesehatan bukanlah hal yang utama.
Negara bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan dasar itu. Nabi saw
Bersabda: “Imam (Khalifah) laksana pengembala dan ia bertanggung jawab atas
rakyatnya” ( HR al-Bukhari).

Beberapa perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional, di antaranya


adalah sebagai berikut:
 Akad (Perjanjian)
◦ Setiap perjanjian transaksi bisnis di antara pihak-pihak yang melakukannya harus
jelas secara hukum ataupun non-hukum untuk mempermudah jalannya kegiatan
bisnis tersebut saat ini dan masa mendatang. Akad dalam praktek muamalah
menjadi dasar yang menentukan sah atau tidaknya suatu kegiatan transaksi secara
syariah. Hal tersebut menjadi sangat menentukan di dalam praktek asuransi
syariah. Akad antara perusahaan dengan peserta harus jelas, menggunakan akad
jual beli (tadabuli) atau tolong menolong (takaful).
◦ Akad pada asuransi konvensional didasarkan pada akad tadabuli atau perjanjian

19
jual beli. Syarat sahnya suatu perjanjian jual beli didasarkan atas adanya penjual,
pembeli, harga, dan barang yang diperjual-belikan. Sementara itu di dalam
perjanjian yang diterapkan dalam asuransi konvensional hanya memenuhi
persyaratan adanya penjual, pembeli dan barang yang diperjual-belikan.
Sedangkan untuk harga tidak dapat dijelaskan secara kuantitas, berapa besar premi
yang harus dibayarkan oleh peserta asuransi utnuk mendapatkan sejumlah uang
pertanggungan. Karena hanya Allah yang tahu kapan kita meninggal. Perusahaan
akan membayarkan uang pertanggunggan sesuai dengan perjanjian, akan tetapi
jumlah premi yang akan disetorkan oleh peserta tidak jelas tergantung usia. Jika
peserta dipanjangkan usia maka perusahaan akan untung namun apabila peserta
baru sekali membayar ditakdirkan meninggal maka perusahaan akan rugi. Dengan
demikian menurut pandangan syariah terjadi cacat karena ketidakjelasan (gharar)
dalam hal berapa besar yang akan dibayarkan oleh pemegang polis (pada produk
saving) atau berapa besar yang akan diterima pemegang polis (pada produk non-
saving).

 Gharar (Ketidakjelasan)
◦ Definisi gharar menurut Madzhab Syafii adalah apa-apa yang akibatnya
tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang paling kita takuti.
◦ Gharar/ketidakjelasan itu terjadi pada asuransi konvensional, dikarenakan tidak
adanya batas waktu pembayaran premi yang didasarkan atas usia tertanggung,
sementara kita sepakat bahwa usia seseorang berada di tangan Yang Mahakuasa.
Jika baru sekali seorang tertanggung membayar premi ditakdirkan meninggal,
perusahaan akan rugi sementara pihak tertanggung merasa untung secara materi.
Jika tertanggung dipanjangkan usianya, perusahaan akan untung dan tertanggung
merasa rugi secara financial. Dengan kata lain kedua belah pihak tidak
mengetahui seberapa lama masing-masing pihak menjalankan transaksi tersebut.
Ketidakjelasan jangka waktu pembayaran dan jumlah pembayaran mengakibatkan
ketidaklengkapan suatu rukun akad, yang kita kenal sebagai gharar. Para ulama
berpendapat bahwa perjanjian jual beli/akad tadabuli tersebut cacat secara hukum.
◦ Pada asuransi syariah akad tadabuli diganti dengan akad takafuli, yaitu suatu niat
tolong-menolong sesama peserta apabila ada yang ditakdirkan mendapat musibah.
Mekanisme ini oleh para ulama dianggap paling selamat, karena kita menghindari
larangan Allah dalam praktik muamalah yang gharar.
◦ Pada akad asuransi konvensional dana peserta menjadi milik perusahaan asuransi
(transfer of fund). Sedangkan dalam asuransi syariah, dana yang terkumpul adalah
milik peserta (shahibul mal) dan perusahaan asuransi syariah (mudharib) tidak
bisa mengklaim menjadi milik perusahaan.

 Tabarru dan Tabungan


20
◦ Tabarru berasal dari kata tabarraa-yatabarra-tabarrawan, yang artinya
sumbangan atau derma. Orang yang menyumbang disebut mutabarri (dermawan).
Niat bertabbaru bermaksud memberikan dana kebajikan secara ikhlas untuk
tujuan saling membantu satu sama lain sesama peserta asuransi syariah, ketika di
antaranya ada yang mendapat musibah. Oleh karena itu dana tabarru disimpan
dalam rekening khusus. Apabila ada yang tertimpa musibah, dana klaim yang
diberikan adalah dari rekening tabarru yang sudah diniatkan oleh sesama peserta
untuk saling menolong.
◦ Menyisihkan harta untuk tujuan membantu orang yang terkena musibah sangat
dianjurkan dalam agama Islam, dan akan mendapat balasan yang sangat besar di
hadapan Allah, sebagaimana digambarkan dalam hadist Nabi SAW,"Barang siapa
memenuhi hajat saudaranya maka Allah akan memenuhi hajatnya."(HR Bukhari
Muslim dan Abu Daud).
◦ Untuk produk asuransi jiwa syariah yang mengandung unsur saving maka dana
yang dititipkan oleh peserta (premi) selain terdiri dari unsur dana tabarru terdapat
pula unsur dana tabungan yang digunakan sebagai dana investasi oleh perusahaan.
Sementara investasi pada asuransi kerugian syariah menggunakan dana tabarru
karena tidak ada unsur saving. Hasil dari investasi akan dibagikan kepada peserta
sesuai dengan akad awal. Jika peserta mengundurkan diri maka dana tabungan
beserta hasilnya akan dikembalikan kepada peserta secara penuh.
◦ Prof. Mustafa Ahmad Zarqa berkata bahwa dalam asuransi konvensional terdapat
unsur gharar yang pada gilirannya menimbulkan qimar. Sedangkan al qimar
sama dengan al maisir. Muhammad Fadli Yusuf menjelaskan unsur maisir dalam
asuransi konvensional karena adanya unsur gharar, terutama dalam kasus asuransi
jiwa. Apabila pemegang polis asuransi jiwa meninggal dunia sebelum periode
akhir polis asuransinya dan telah membayar preminya sebagian, maka ahliwaris
akan menerima sejumlah uang tertentu. Pemegang polistidak mengetahui dari
mana dan bagaimana cara perusahaan asuransi konvensional membayarkan uang
pertanggungannya. Hal ini dipandang karena keuntungan yang diperoleh berasal
dari keberanian mengambil risiko oleh perusahaan yang bersangkutan.
Muhammad Fadli Yusuf mengatakan, tetapi apabila pemegang polis mengambil
asuransi itu tidak dapat disebut judi. Yang boleh disebut judi jika perusahaan
asuransi mengandalkan banyak/sedikitnya klaim yang dibayar. Sebab keuntungan
perusahaan asuransi sangat dipengaruhi oleh banyak /sedikitnya klaim yang
dibayarkannya.

 Riba
◦ Dalam hal riba, semua asuransi konvensional menginvestasikan dananya dengan
bunga, yang berarti selalu melibatkan diri dalam riba. Hal demikian juga
dilakukan saat perhitungan kepada peserta, dilakukan dengan menghitung
keuntungan di depan. Investasi asuransi konvensional mengacu pada peraturan
pemerintah yaitu investasi wajib dilakukan pada jenis investasi yang aman dan
21
menguntungkan serta memiliki likuiditas yang sesuai dengan kewajiban yang
harus dipenuhi. Begitu pula dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
424/KMK.6/2003 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi. Semua jenis investasi yang diatur dalam peraturan
pemerintah dan KMK dilakukan berdasarkan sistem bunga.
◦ Asuransi syariah menyimpan dananya di bnak yang berdasarkan syariat Islam
dengan sistem mudharabah. Untuk berbagai bentuk investasi lainnya didasarkan
atas petunjuk Dewan Pengawas Syariah. Allah SWT berfirman dalam surat Ali
Imron ayat 130,"Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba
yang memang riba itu bersifat berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah
supaya kamu mendapatkan keberuntungan." Hadist, "Rasulullah mengutuk
pemakaian riba, pemberi makan riba, penulisnya dan saksinya seraya bersabda
kepada mereka semua sama."(HR Muslim)

 Dana Hangus
◦ Ketidakadilan yang terjadi pada asuransi konvensional ketika seorang peserta
karena suatu sebab tertentu terpaksa mengundurkan diri sebelum masa reversing
period. Sementara ia telah beberapa kali membayar premi atau telah membayar
sejumlah uang premi. Karena kondisi tersebut maka dana yang telah dibayarkan
tersebut menjadi hangus. Demikian juga pada asuransi non-saving atau asuransi
kerugian jika habis masa kontrak dan tidak terjadi klaim, maka premi yang
dibayarkan akan hangus dan menjadi milik perusahaan.
◦ Kebijakan dana hangus yang diterapkan oleh asuransi konvensional akan
menimbulkan ketidakadilan dan merugikan peserta asuransi terutama bagi mereka
yang tidak mampu melanjutkan karena suatu hal. Di satu sisi peserta tidak punya
dana untuk melanjutkan, sedangkan jika ia tidak melanjutkan dana yang sudah
masuk akan hangus. Kondisi ini mengakibatkan posisi yang dizalimi. Prinsip
muamalah melarang kita saling menzalimi, laa dharaa wala dhirara ( tidak ada
yang merugikan dan dirugikan).
◦ Asuransi syariah dalam mekanismenya tidak mengenal dana hangus, karena nilai
tunai telah diberlakukan sejak awal peserta masuk asuransi. Bagi peserta yang
baru masuk karena satu dan lain hal mengundurkan diri maka dana/premi yang
sebelumnya dimasukkan dapat diambil kembali kecuali sebagian kecil dana yang
dniatkan sebagai dana tabarru (dana kebajikan). Hal yang sama berlaku pula pada
asuransi kerugian. Jika selama dan selesai masa kontrak tidak terjadi klaim, maka
asuransi syariah akan membagikan sebagian dana/premi tersebut dengan pola bagi
hasil 60:40 atau 70:30 sesuai kesepakatan si awal perjanjian (akad). Jadi premi
yang dibayarkan pada awal tahun masih dapat dikembalikan sebagian ke peserta
(tidak hangus). Jumlahnya sangat tergantung dari hasil investasinya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2006. Kedokteran Keluarga & Pelayanan Kedokteran yang Bermutu. Semarang.

Gani A. Pembiayaan Kesehatan. FKM UI. 1996

Sistem Pembiayaan Kesehatan Indonesia. 2010

Tristantoro L. Prinsip-Prinsip Asuransi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kedokteran Dan


Residen. FK UGM.

23

Anda mungkin juga menyukai