Anda di halaman 1dari 4

F.

Psikologi Klinis di Tengah Perang Dunia II


Ketika Amerika memasuki PD I, militer dalam jumlah besar direkrut dan harus diklasifikasikan
menjadi orang yang punya intelektual dan orang yang stabil psikologisnya. Tidak ada teknik
yang digunakan untuk melakukan hal ini. Kemudian pihak militer meminta Robert Yerkes
(yang kemudian menjadi presiden APA) untuk memimpin komite psikolog eksperimental yang
berorientasi pada assesment yang mengembankan pengukuran yang tepat. Untuk mengukur
kemampuan mental, komite tersebut mengeluarkan tes intelejensi Army Alpha dan Army
Betha, dan untuk membantu mendeteksi gangguan perilaku. Selain itu, ini juga
merekomendasikan penemuan Psychoneurotic Robert Woodworth's. Pada tahun 1918, para
psikolog telah mengevaluasi hampir 2 juta orang.
Ahli klinis menggunakan variasi yang lebih luas mengenai tes intelijensi untuk anak dan
dewasa dan menambah pengukuran baru tentang kepribadian, minat, kemampuan khusus,
emosi, dan perilaku. Mereka mengembangkan alat tes sendiri, sambil mengadopsi dari alat tes
lain yang diambil dari psikiater Eropa yang orientasinya psikoanalisis. Beberapa tes yang
familiar pada masa ini adalah Jung's Association Test (1919), Roschach Inkblot Test (1921),
the Miller Analogies Test(1926), the Goodenough Draw-A-Man Test (1926), the Strong
Vocationl Interest Test (1927), the Thematic Apperception Test (TAT) (1935), the Bender-
Gestalt Test (1938), dan the Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (1939).
Pada tahun 1930, terdapat sekitar 50 klinik psikologi dan sedikitnya sekitar 12 klinik bimbingan
anak di AS. Psikolog klinis dalam seting ini menyadari bahwa mereka sedang berurusan
dengan dunia pendidikan, bukan dengan masalah psikiatris. Akan tetapi, perbedaan ini
tumbuh lamban, secara perlahan, ahli klinis menambah fungsi perawatan pada asesmen
mereka, training-training, dan alat-alat penelitian.
Pada 1930-an akhir, psikologi klinis tidak hanya dikenal sebagai profesi. Pada permulaan PD
II, masih tidak terdapat program training untuk ahli klinis, hanya sedikit sekali yang
menyelenggarakan program doktoral, M.A dan paling banyak pada program B.A. Untuk
mendapatkan pekerjaan sebagai psikolog klinis, dibutuhkan beberapa keahlian tentang tes,
psikologi abnormal, perkembangan anak, dan juga tertarik dengan orang banyak.
Departemen-departemen psikologi Universitas enggan untuk mengembangkan program
pascasarjana dalam psikologi klinis karena fakultas mereka mempertanyakan penerapan
psikologi dan mereka khawatir dengan biaya pelatihan klinis yang cukup mahal.
Seluruh materi pokok psikologi klinis modern telah diadakan. Enam fungsinya (assesment,
treatment, research, teaching, consultation, dan administrasi) sudah bermunculan. Psikologi
klinis telah berkembang melalui klinik-klinik aslinya serta melalui rumah sakit, penjara dan
setting-setting lainnya. Parktisinya pun pada saat itu bekerja dengan anak-anak dan orang
dewasa.

G. Pasca Perang Dunia


Pasca perang dunia II pengenalan hukum psikologi klinis sebagai profesi tumbuh dengan baik.
Pada masa pasca perang, hukum menyediakan lisensi atau sertifikasi bagi para ahli klinis
yang punya kualifikasi tinggi, dan APA membuat grup sertifikat mandiri untuk mengidentifikasi
individu yang telah mencicipi banyak pengalaman dan mengusai banyak keahlian.
Penelitian klinis juga meluas setelah PD II dan menghasilkan banyak kesimpulan negatif pada
ketidakmanfaatan tes kepribadian, nilai keputusan diagnostik dibandingkan dengan keputusan
yang statistik, dan efektifitas psikoterapi tradisional. Penelitian ini membuat ketidakpuasan
terhadap metode standar penilaian klinis dan ini termotivasi oleh perkembangan pendekatan-
pendekatan baru untuk merawat, termasuk pendekatan humanistik dan behavioral.
Pada tahun 1980, hampir seluruh yng berkaitan dengan psikologi klinis sebelum PD II telah
berubah. Psikolog klinis sebelum PD merupakan ahli diagnosa yang kliennya adalah anak-
anak. Setelah 1945, fungsi, setting, dan klien dari psikologi klinis berubah drastis. Sekarang,
ahli klinis bisa menikmati jangkauan yang lebih luas tentang pendekatan teori dan alat-alat
praktek untuk melakukan asesemen dan untuk merubah prilaku manusia.
H. Psikologi Klinis pada Abad 21
Perjalan sejarah psikologi klinis mengalami kemajuan pesat selama lebih dari 100 tahun, akan
tetapi baik perkembangannya maupun pengujiannya belum sempurna. Ketika memasuki abad
21, psikologi klinis banyak menemui hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Termasuk
cara melatih siswa, layanan yang disediakan ahli klinis, seting yang digunakan, cara
pembayaran, dan teori yang membimbing mereka serta perawatan gangguan psikologis.
I. Perkembangan Psikologi Klinis
Perkembangan Psikologi Klinis dapat dibagi kedalam beberapa periode. Periode ini mulai dari
awal munculnya, hingga sekarang, perkembangan psikologi sangat pesat. Dibawah ini, kita
akan mengklasifikasikan periode ini secara singkat, kemudian mendeskripsikan sejarahnya
secara umum.
1. Periode I (Tahun-tahun awal)
• Psikologi sebagai ilmu peengetahuan di abad XIX
• Pendirian laboratotium pertama di Lepzig tahun 1879
• Pengukuran dan statistic karakteristik manusia oleh Francis Galton di Inggris.
• Sigmund Freud berpraktek di ina dan menerbitkan “the interpretation of dreams”
• Lightmer Witmer menggunakan istilah “Psikologi Klinis” untuk pertama kalinya mendirikan
klinis psikologi dan jurnal psikologi pertama.
• Awal abad ke-20 merupakan periode reformasi yang menggairahkan bagi ide, rencana, dan
alat-alat baru dalam bidang psikologi.
• Antara tahun 1900–1920 banyak ditemukan alat pengukuran karakteristik baru, terutama tes
intelegensi, misal: Tes Binet, Tes Army Alpha, dll.

2. Periode II (Waktu Konsolidasi)


• Masa antara perang dunia menumbuhkan kemajuan dalam bidang psikologi dan
perkembangan pada standar pelayanan.
• Pada masa praktek lebih fokus pada masalah anak dan pengembangan teori pada orang
dewasa.
• Selama dan setelah perang dunia kedua, psikologi di Amerika sangat terlibat dalam
pekerjaan di rumah sakit bersama personal dan veteran militer.
• Tahun 1930, kelompok psikolog terapan mendirikan layanan konseling di kampus.
• Para psikolog menemukan berbagai teknik assessment, antala lain MMPI, TAT, dan SVIB.
3. Periode III (Pertumbuhan Pesat)
• Dua hingga tiga decade setelah PD II, psikolog klinis menjadi profesi yang mandiri.
• Sudah menetapkan standar, misalnya tahun 1952, APA menerbitkan DSM I (Diagnostic and
statistic manual of mental disorder), di negara lain ICD (International classification of disorder).
• 1950–1960, Psikoterapi menjadi kegiatan yang penting dan lebih menarik ketimbang
assessment.
• Perubahan dalam pola latihan, pendidikan, dan standar etik bagi psikologi klinis.
4. Periode IV (Perkembangan yang Campur Aduk)
• Muncul kebutuhan akan kesehatan mental orang Amerika dan menjadikannya sebagai
masalah nasional peluang meluas bagi psikolog klinis dan pekerja kesehatan mental lainnya.
• Sebagian psikolog berkomitmen pada isu penanganan yang tidak semata-mata individual,
missal isu, kesehatan masyarakat dan pencegahan muncul bidang khusus Psikologi
komunitas.
• Tahun 1970, psikologi klinis diakui perusahan asuransi kesehatan sebagai penyedia layanan
kesehatan independen.
• Perubahan dalam jalur dan gelar pendidikan psikologi klinis.
5. Periode V (Perkembangan Mutakhir & Masa Depan)
• Berkembang kajian lintas disiplin psikologi klinis dengan disiplin ilmu lain, seperti kedokteran.
• Teori dan riset terus berkembang pesat, antara lain neuroimaging, penelitian untuk
memetakan karakteristik genetik manusia (human genetic project).
• Berbagai kemungkinan muncul antara lain penggunaan tes dan interpretasi tes dengan
sistem komputerisasi, konsultasi psikologi di internet.

J. Profesi dalam Psikologi Klinis


Psikolog Psikiater
Konsultan Pengajaran
Terapis Eksekutif
Dalam dunia kerja tidak dipungkiri bahwa psikologi klinis memiliki lahan pekerjaan sesuai
dengan peranan keahliannya dan fungsi penggunaannya. Psikologi klinis memiliki peranan
dalam memahami, mencegah dan memulihkan keadaan psikologis individu ke ambang
normal. Singkatnya, psikologi klinis memberikan bantuan pada manusia yang mengalami
masalah psikologis. Tugas utama psikologi klinis adalah menggunakan tes yang merupakan
bagian integral suatu pemeriksaan klinis yang biasanya dilakukan di rumah sakit.

K. Psikologi Klinis dalam Dunia Kerja


1. Assessment, pengumpulan informasi (observasi, wawancara, dan tes secara subyektif
dan obyektif) mengenai perilaku individu, perilaku, masalah, karakteristik unik, kemampuan,
dan keberfungsian intelektual untuk diagnosis, bimbingan karir, seleksi, dll.
2. Intervensi / Treatment, penanganan yang dirancang untuk menolong orang yang
bermasalah agar lebih mampu memahami dan menyelesaikan masalah yang sedang
dihadapi. (Konseling dan Psikoterapi)
3. Research, psikologi klinis berorientasi pada penelitian, melalui pelatihan dan kbiasaan.
Biasanya melibatkan juga profesi lain.
4. Teaching, menjadi staf pengajar, memberikan sminar, kursus, bimbingan dan lain-lain.
5. Consultation, memberikan nasihat/bimbingan bagi organisasi mengenai berbagai
masalah --- mengkombinasikan aspek pengajaran, penelitian, assessment, dan
penyembuhan.
6. Administration, keterlibatan dalam manajemen/kegiatan harian organisasi, karena
kepekaan, keterampilan interpersonal, keahlian dalam penelitian, dan kemampuan
organisasionalnya.
Bidang-bidang Terkait
• Psikopatologi: Ilmu yang mempelajari proses terjadinya patologi atau kelainan dari proses
kejiwaan.
• Psikologi Medis: penjabaran dari psikologi umum dan psikologi kepribadian untuk ilmu
kedokteran.
• Psikologi abnormal: ilmu yang mempelajari perilaku abnormal atau gangguan psikologis dan
klasifikasi berbagai jenis gangguan.
• Kesehatan mental: Ilmu yang mempelajari upaya mencegah munculnya gangguan mental.

Anda mungkin juga menyukai