Anda di halaman 1dari 4

ASPEK LEGAL DAN ETIK KEPERAWATAN

KASUS 2

Pengampu Mata Kuliah : Ns. Marthalena M.Kep

OLEH :

Kelompok 2

ESA OSMAN ZALUKHU

DESY HARIANJA

FEROAGY SEMBIRING

FITRI GUSTIANA

RODIAH

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

TAHUN 2016
Kasus 2

• Perawat yang bertugas jaga malam mendapati pasiennya dengan nyeri pada daerah
fraktur pasca mengalami trauma. Serentak ia menelepon dokter konsultan, sang
konsultan menolak dua kali. Pada kesempatan ketiga, sang perawat berteriak di
telepon, “Jika Anda terus menolak, maka kalau pasien meninggal menjadi tanggung-
jawab MU.” Dengan berat hati sang konsultan tiba di RS, pasien akhirnya menjalani
operasi.

• Sang perawat kecil hati dan merasa kecut berhadapan dengan sang konsultan, namun
kebalikannya dokter konsultan berterima kasih dan memuji profesionalitas sang
perawat dan sikapnya yang persisten.

Asumsi Kelompok :
Pada kasus diatas, kelompok mendapatkan kesimpulan yang mana dari kasus diatas
prinsip legal etik keperawatan yang muncul pada kasus tersebut antara lain :
1. Beneficience (Berbuat Baik)
2. Non-maleficience (tidak membahayakan)
3. Fidelity (kesetiaan)
4. Veracity (Jujur)

Pemaparan ke 4 Prinsip Legal Etik Keperawatan pada kasus diatas


1. Beneficience (Berbuat Baik)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan
kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi. Prinsip ini menuntut perawat
untuk melakukan hal yang baik dan bermanfaat → dapat mencegah kesalahan atau
kejahatan.
Menurut kami perawat telah melakukan prinsip legal etik beneficience karena perawat sudah
berbuat baik, dengan menelpon dokter konsultan dan mengabari kondisi pasien. Pasien harus
segera mendapatkan penanganan sesegera mungkin untuk mencegah komplikasi yang akan
berakibat pendarahan yang berat dan akan mengalami syok hipovolemik dan akhirnya jika
terlambat mendapatkan penanganan maka pasien akan kehilangan nyawanya.
2. Non Maleficience (Tidak membahayakan)
Non maleficience adalah menuntut perawat menghindari membahayakan klien selama
pemberian asuhan keperawatan. Dengan prinsip :Jangan membunuh, menghilangkan nyawa
orang lain, jangan menyebabkab nyeri atau penderitaan pada orang lain, jangan membuat
orang lain berdaya dan melukai perasaaan orang lain. Dari prinsip ini bisa kita lihat bahwa
kasus diatas sudah menunjukkan prinsip non maleficience tidak membahayakan nyawa si
klien tersebut.
3. Fidelity (Kesetiaan)
Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen
yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
Disini kelompok kami menyimpulkan bahwa kasus diatas perawat sudah memberikan
ketaatan, kesetiaan terhadap klien dengan cara memberikan informasi kepada Dokter
konsultan walaupun dengan cara dan tata bahasa yang kurang sopan menurut etika
keperawatan tetapi disitulah letak kesetiaan perawat kepada tugasnya, yang dimana perawat
tidak inggin melihat pasien menderita yang membutuhkan pertolongan sesegera mungkin
hanya karna Dokter konsultan tidak menjawab telpon dari perawat, sedangkan tugas Dokter
konsultan adalah bersedia di hubungi 24 jam jikalau terjadi sesuatu pada pasien tersebut.
Disini perawat sadar atas apa yang dia katakan kepada Dokter konsultan di telpon, dia sadar
bahwasanya bahasa yang dia gunakan tidak sangat amat tidak sopan, dia melakukan itu
karena dia melihat kondisi pasien yang memang betul harus sesegera mungkin mendapatkan
pertolongan, namun kebalikannya dokter konsultan berterima kasih dan memuji
profesionalitas sang perawat dan sikapnya yang persisten. Disinilah letak kesetiaan seorang
perawat dan kewajiban seseorang perawat untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya
yaitu sumpah perawat.
4. Veracity (Jujur)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang
ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa
argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan
prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows
best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi
penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling
percaya. Kejujuran tidak hanya berimplikasi bahwa perawat harus berkata jujur, namun juga
membutuhkan adanya sikap positif dalam memberikan informasi yang berhubungan dengan
situasi klien. Pada kasus diatas perawat sudah termasuk dalam prinsip legal etik keperawatan
Veracity (jujur) perawat sudah memberikan informasi tentang kondisi pasien kepada Dokter
yang dimana walaupun dengan cara yang sangat tidak sopan, tetapi disinilah letak kejujuran
perawat yang sedang memberikan informasi terkini tentang pasien yang sekarang harus
dengan sesegera mungkin mendapatkan pertolongan secepatnya, jikalau tidak maka nyawa
pasien akan hilang.

Anda mungkin juga menyukai