Dosen : Widodo,S.Pd,M.Pd
Penulis
Nama : SITI RUKMANA YUS
NIM : 8176171030
DAFTAR ISI
Hal.
COVER
DAFTAR ISI …………………………………………………………………ii
KATA PENGATAR …………………………………………………………iii
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah …………………………………………….......1
2. Rumusan masalah …………………………………………………….....2
3. Tujuan penulisan ……………………………………………………......2
II. PEMBAHASAN …………………………………………………………3
III. PENUTUP
1. Kesimpulan ………………………………………………………….......10
2. Saran ………….……………………………………………………........10
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..........11
KATA PENGANTAR
Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan setiap upaya pendidikan. Demikianpun dalam upaya membelajarkan siswa,
guru dituntut memiliki multi peran sehingga mampu menciptakan kondisi belajar yang
efektif. Agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi
siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya. Untuk memenuhi
harapan tersebut, terutama yang berkenaan dengan upaya meningkatkan kualitas guru
profesional, maka dalam kesempatan ini penulis diberikan tugas oleh dosen pembimbing
bapak Widodo,S.Pd,M.Pd untuk membuat makalah yang berjudul “Filsafat Ilmu
Pengetahuan dan Ukuran kebenaran” pada mata kuliah Filsafat Ilmu guna dapat dijadikan
salah satu pedoman untuk mengantarkan para pembaca, dan khusunya sebagai tugas Ujian
Tengah Semester. Namun demikian, penulis menyadari bahwa makalah ini tidak menutup
kemungkinan masih ada kekurangan mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan
penulis. Untuk itu tegur sapa, kritik dan saran dinantikan para pembaca. Akhirnya, penulis
persembahkan makalah ini pada pembaca dan semoga bermanfaat. Tak lupa terima kasih
atas segala perhatian pembaca serta atas bimbingan dosen mata kuliah pengantar Filsafat
Ilmu sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemology dan ontology. Filsafat
ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-maslah seperti : apa dan bagaimana suatu
konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut
dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam
melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan
penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk
mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat
dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara subtansial maupun
historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat, sebaiknya
perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.
Ilmu atau Sains merupakan komponen terbesar yang diajarkan dalam semua tingkat
pendidikan. Walaupun telah bertahun-tahun mempelajari ilmu, pengetahuan ilmiah tidak
digunakan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari.
Ilmu dianggap sebagai hafalan saja, bukan sebagai pengetahuan yang
mendeskripsikan, menjelaskan, mmprediksikan gejala alam untuk kesejahteraan
kenyamaan hidup. Kini ilmu telah tercerabut dari nilai luhur ilmu, yaitu untuk
menyejahterakan umat manusia. Bahkan tidak mustahil terjadi, ilmu dan teknologi menjadi
bencana bagi kehidupan manusia, seoerti pemanasan global.
Ilmu dan teknologi telah kehilangan rohnya yang fundamental, karena ilmu telah
mengurangi bahkan menghilangkan peran manusia, dan bahkan tanpa disadari manusia
telah menjadi budak ilmu dan teknologi.
Oleh karena itu filsafat ilmu mencoba mengembalikan roh dan nilai luhur dari ilmu, agar
ilmu tidak menjadi bumerang bagi kehidupan manusia. Filsafat ilmu akan mempertegas
bahwa ilmu dan teknologi adalah instrumen dalam mencapai kesejahteraan bukan tujuan.
Filsafat ilmu diberikan sebagai pengetahuan bagi orang yang ingin mendalami hakikat
ilmu dan kaitannya dengan pengetahuan lainnya. Dalam masyarakat religius ilmu
dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari nilai ketuhanan karena sumber ilmu
yang hakiki adalah Tuhan. Manusa diberi daya fikir oleh Tuhan, dan dengan daya fikir
inilh manusia menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi. Pengaruh agama yang kaku dan
dokmatiskadang kala menghambat perkembangan ilmu.
Oleh karenanya, diperlukan kecerdasan dan kejeliandalam memahami kebenaran
ilmiah dengan sistem nilai dalam agama, agar keduanya tidak saing bertentangan.
Dalam filsafat ilmu, ilmu akan dijelaskan secara filosofis dan akademis sehingga ilmu
da teknologi tidak tercerabut dari niai agama, kemanusiaan dan lingkungan. Dengan
demikian filsafat ilmu akan memberikan nilai dan orientasi yng jelas bagi stiap ilmu.
B. Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penyusun mengambil rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian filsafat, menurut bahasa-bahasa lainnya
2. Arti dari pengertian Filsafat Ilmu.
3. Pengetahuan dan ukuran kebenaran.
4. Sejarah perkembangan ilmu.
5. Dasar-dasar ilmu.
C. Tujuan
1. Dapat memahami filsafat ilmu dan pengetahuan.
2. Dapat mengembangkan arti kehidupan melalui imu.
3. Akan sadar bahwa Ilmu itu tidak luput dari nilai-nilai ketuhanan.
4. Mempertahankan kehidupan dan kemanusiaan itu sendiri.
5. Mencapai tujuan hidup dari pengetahun dan ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia tahu, bahwa ia tahu. Manusia tahu bahwa ia tidak tahu. Manusia tidak tahu
bahwa ia tidak tahu. Manusia tidak tahu bahwa ia tidak tahu. Dengan demikian
pengetahuan yang diperoleh manusia sebenarnya baru ada, kalu manusia itu sudah
mengambil kesimpulan dari berbagai pengalamnnya bahwa objek yang ingin diketahuinya
itu sudah benar-benar diketahui.
d. Pengetahuan Ilmiah.
Pengetahuan ilmiah atau ilmu (science) pada dasarnya merupakan usaha untuk
mengorganisasikan dan mensistematiskan common sense, suatu pengetahuan sehari-hari
yang dilanjutkan dengan suatu pemikiran cermat dan seksama dengan menggunakan
berbagai metode.
Ilmu merupakan suatu metode berfikir secara objektif yang bertujuan untuk
menggambarkan dan member makna terhadap gejala dan fakta melalui observasi,
eksperimen dan klasifikasi. Ilmu harus bersifat objektif, karena dimulai dari fakta,
menyampingkan sifat kedirian, mengutamakan pemikiran logic dan netral.
e. Hakekat Pengetahuan
Ada dua teori yang digunakan untuk mengetahui hakekat pengetahuan :
1. Realisme,
Teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengatuah adalah gambaran yang
sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata.
2. Idealisme,
Teori ini menerangkan bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental atau psikologis
yang bersifat subjektif.
Pengetahuan merupakan gambaran subjektif tentang sesuatu yang ada dalam alam menurut
pendapat atau penglihatan orang yang mengalami dan mengetahuinya. Premis pokok
adalah jiwa yang mempunyai kedudukan utama dalam alam semesta.
f. Sumber Pengetahuan
Ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan, antara lain :
1. Empirisme
Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, dalam hal
ini harus ada 3 hal yaitu yang mengetahua (subjek), yang diketahui (objek), dan cara
mengetahui (pengalaman). Tokoh yang terkenal : John Locke (1632-1704), George
Barkeley (1685-1753), dan David Hume.
2. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar kepastian dan kebenaran
pengetahuan, walaupun belum didukung fakta empiris. Tokohnya adalah Rene Descartes
(1596-1650), Baruch Spinoza (1632-1677), dan Gottried Leibniz (1646-1716).
3. Intuisi
Dengan intuisi, manusia memperoleh pengetahuan secara tiba-tiba tanpa melalui
proses penalaran tertentu. Henry Bergson menganggap intuisi merupakan hasil dari evolusi
pemikiran yang tertinggi, tetapi bersifat personal.
4. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui hambaNya yang
terpilih untuk menyampaikannya ( nabi dan rosul). Melalui wahyu atau agama, manusia
diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik yang terjangkau ataupun tidak terjangkau
oleh manusia.
Kesimpulan
Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya
secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala
situasi tersebut. Filsafat mengantarkan manusia untuk lebih jernih, mendasar dan bijaksana
dalam berfikir, bersikap, berkata, berbuat dan mengambil kesimpulan.
Ada pula kesimpulan yang lainnya yaitu :
1. Manusia dalam memperoleh pengetahuan dalam perkembangannya melalui sumber-
sumber pengetahuan, yaitu rasio, pengalaman, intuisi, dan wahyu.
2. Terdapat paham-paham yang berkaitan dengan bagaimana manusia memperoleh
pengetahuan atau kebenaran, seperti Rasionalisme, Empirisme dua paham yang saling
bertentangan / bertolak belakang. Rasionalisme mengandalkan rasio dalam
memperoleh pengetahuan yang benar, sedangkan empirisme menggunakan
pengalaman.
3. Dalam perkembangan selanjutnya muncul paham positivisme, yaitu paham yang
mengajarkan bahwa kebenaran adalah yang logis, ada bukti empirisnya dan yang
terukur. Secara lebih operasional ajaran positivisme tentang yang terukur oleh metode
ilmiah dengan langkah logico-hypothetico-verificatif.
4. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan yang karenanya tidak bisa
diandalkan guna dijadikan dasar bagi penyusunan pengetahuan yang teratur.
Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya
dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakannya.
5. Wahyu sebagai sumber pengetahuan datang dari Allah SWT. melalui Jibril kepada
para utusan / nabi. Kandungan pengetahuan yang terdapat didalamnya bersifat
absolute. Wahyu sebagai pengetahuan yang datang bukan saja mengenai hal yang
terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah yang bersifat transcendental.
Saran
Agar manusia tetap memiliki filsafat ilmu yang tidak hanya memiliki tujuan tapi juga
prinsip yang etimonogi seperti yang diterangkan pada BAB II.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Semarang: Toha Putra 1989
Harun Nasution, Akal Dan Wahyu Dalam Islam, Jakarta: UI Press 1986
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2009