Anda di halaman 1dari 12

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktek klinik dengan judul PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


GANGGUAN FUNGSIONAL LENGAN ATAS (KANAN)AKIBAT ERB DUCHENE
PARALIS, yang disusun oleh HERLINDA PATANDIANAN dengan NIM
PO7.13241051017,telah disetujui untuk digunakan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
praktek klinik di R.S Pelamonia

Makassar , Oktober 2007

Mengetahui

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

KARTIKA AGUNG.K ,SE,SKM,MBA ANSAR RAMADHA TEDJA,Spd,M,Kes


Mayor CKM NRP. 34086 Nip : 140 217 577
BAB. I

PENDAHULUAN

Hemiplegi adalah gangguan fungsi berupa kelumpuhan separuh tubuh ( wajah, lengan,
badan dan tungkai) akibat kelainan peredaran darah pada saraf otak, yang letaknya bersebelahan
dengan tubuh yang lumpuh. Salah satu penyebab hemiplegi adalah Stroke (CVA) yakni serangan
mendadak berupa gangguan suplay darah pada sebagian otak dapat terwujud berupa
pengurangan peredaran darah karena pembuluh darah tersumbat ( Ischemik ) atau perdarahan
akibat pecahnya pembuluh darah ( Hemorhic ) sehingga sel-sel otak setempat mati atau tidak
berfungsi sementara dan dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan kematian penderita secara
tiba-tiba. Ischemic Stroke penyebabnya yaitu adanya endapan-endapan lemak yang selanjutnya
menjadi trombus sehingga mempersempit dan menyumbat pembuluh darah dan arteri dileher dan
kepala. Sedangkan Hemorhagic Stroke penyebabnya adalah Hipertensi dan aneurisma otak.
Sebelumnya terjadi Stroke yang nyata didahului oleh TIA ( Transient Ischemic Attack ) atau di
kenal dengan mini Stroke dengan tanda tiba-tiba mulut merot, lengan dan tungkai lemah pada
satu sisi.
BAB. III

PATALOGI TERAPAN

A. Penyebab
a. CVD : Macam-macam tumor dan infeksi atau kondisi pada peradangan otak.
b. CVA : Trauma atau perdarahan intraserebral dan subarachnoid sangat erat
kaitannya denagn faktor resiko seperti Hipertensi, kolesterol, pola hidup stress dan
kegemukan
c. Emboli pada arteri di otak
B. Proses Patologi

Diawali oleh gangguan siskulasi darah seperti perdarahan di otak dari daerah sirkulasi
Willici. Tempat-tempat yang sering mengalami gangguan:

- Capsula Interna
- Corpus Striatun
- Thalamus
C. Gejala-gejala
a. Stadium Akut : ditandai dengan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba apoelasicyang,
diawali sakit kepala tapi kadang-kadang disertai kelelahan, semua refleksi hilang dan
bola matanya berputar kearah samping yang rusar 2-3 minggu ( lumpuh total)
b. Sadium Flaccid : nadi cepat, penderita sadaran tidak dapat tidur, suhu tubuh naik,
mudah terkejut, sistem refleks sudah mulai ada sedikit. Otot yang terkena Flaccid
dalam waktu 2-3 minggu kembali utamanya pada lengan dan jari-jari. Didalam tubuh
ada dua otot yang paling berfungsi pada Hemiplegi: M. latisimus dorsi dan M. Gluteus
c. Stadium Residual Spastic : Otot pada stadium residual spastic refleks otot sudah mulai
kembali.
BAB IV

CATATAN KLINIK

A. DATA MEDIS RUMAH SAKIT


1. Diagnosis Medis : Stroke akibat NHS
2. Catatan Klinis : vital sign
a. Tekanan darah : 140/ 100 mmHg
b. Denyut nadi : 60/ memit
c. Pernapasan : 25/menit
d. Temperatur : 35,5
B. PEMERIKSAAN FISIOTERAPI
1. ASSESMENT
a. Anamnesis umum
Nama : Dg. Baji
Umur : 62 Thun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Manuruki
Pekerjaan : Ibu. Rumah tangga
b. Anamnesis Khusus
1. Keluhan utama: Lumpuh separuh badan
2. Lokasi keluhan: Badan sebelah kiri
3. Terjadinya : 1bulan yang lalu
4. Riwayat penyakit sekarang : + 40 tahun yang lalu pasien merasakan tubuhnya
lemah dan tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki setelah bangun tidur, kemudian
pasien di bawah di rumah sakit Labuang Baji dengan diagnosis stroke NHS.
5. Riwayat penyakit dahulu : Pasien sering mengalami hipertensi
6. Riwayat penyakit penyerta : Diabetes melitus
7. Riwayat keluarga : Tidak ada keluarga yang penderita penyakit yang sama
c. Anamnesis System

Muskuloskeletal : Terjadi kelemahan pada ekstremitas sinistra

2. INSPEKSI
 Statis : Pasien diopname ( berada atas ditempat tidur)
Posisi Penderita : -Kepala miring kesisi yang lumpuh.
-Bahunya asimetris
-Lengan kiri drop dan sedikit semi fleksi lengan bawah
-Hip Internal rotasi dan sedikit fleksi
-Ankle drop pada posisi sisi yang sakit
 Dinamis : Pasien diminta untuk menggerakkan lengan dan tungkai yang sakit tapi
pasien tidak mampu melakukan apa yang diperintahkannya.

3. PEMERIKSAAN FUNGSIONAL
a. Tes Orientasi
Tes ADL : tidak bisa dalakukan
b. Pemeriksaan Spesifik
 Tes Motorik : menggerakkan lengan dan tungkai kiri
Hasilnya : tidak ada gerakan
 Tes Sensorik : goresan pada tangan dan tungkai kiri
Hasilnya : tidak dirasakan
 Tes Tonus : palpasi pada Muscell belly
Hasilnya : tidak ada tonus
 Tes Koordinasi : finger to finger
Hasilnya : tidak mampu dilakukun
 Tes Kognitif : tanya jawab
Hasailnya : tidak dapat menjawab dengan baik
 Tes ROM : Terdapat keterbatasan gerak
 Tes ADL : pasien tidak dapat melakukannya dengan baik
 MMT Tes nilainya 0
c. Pemeriksaan tambahan : X- Ray

C. DIAGNOSA :
Gangguan ADL ekstremitas sinistra akibat kelumpuhan separuh badan karena NHS
D. PROBLEMATIK FISIOTERAPI
- Kontraktur otot
- Kelemahan otot
- Keterbatasan ROM
- Gangguan ADL
- Gangguan Koordinasi dan keseimbanga

E. PERENCANAAN FISIOTERAPI
Tujuan
a. Jangka Pendek :
 Mencengah kontraktur otot
 Meningkatkan kekuatan otot
 Menambah ROM
 Meningkatkan ADL
b. Jangja Panjang :
Mengembalikan kapasitas fisisk dan kemampuan fungsional pasien

F. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
Modalitas alternatif : IRR, MWD , US , Hot pack, Exc. Therapi
Modalitas terpilih :
 IRR
Tujuan : Sebagai Pre Eleminary Exc.
Tekniknya : Pasien dalam posisi tidur terlentang kemudian IRR diletakkan
disamping Bed dan alat diarahkan pada ekstremitas sinistra.
Dosis :
F : 3 x Seminggu
I : 35 – 40 cm
T : Lominus
T : 10 - 15 menit

 Exercise Therapi
 Streching Exc.
Tujuannya : Untuk mengulur otot yang mengalami kontraktur
Dosis :
F : 3x Seminggu
I : 3x Repitisi
T : Passif Streching
T : 8x hitungan
 Strengthening
Tujuannya : Untuk meningkatkan kekuatan otot
Dosis :
F : 3x Seminggu
I : 3x Repitisi
T : Force Passif Movoment
T : 8 x Hitungan

G. PROGNOSIS
 Qua ad vitam : Baik
 Qua ad sanam : Baik
 Qua fungsionam : Kurang Baik
 Qua Cosmeticam : Kurang Baik

H. EVALUASI
- Sesaat : Pasiaen nampak kelelehan setelah diberikan latihan
- Berkala : Pasien sudah mulai menggerakkan ekstremitasnya walaupum belum bisa
I. HASIL TERAPI :
Pasien dengan umur 62 tahun dengan diagnosis dokter lumpuh separuh badan, setelah
beberapa kali terapi sudah ada perubahan, walaupun itu belum baik karna pasien sudah
keluar dari rumah sakit.

J. CATATAN PEMBIMBING
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
K. CATATAN TAMBAHAN
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

Istilah Frozen Shoulder dalam klinik kerap kali di gunakan secara luas untuk semua
gangguan gerakan yang menimbulkan rasa nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi bahu.
Pada umumnya keluhan tersebut berupa kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
seperti memakai baju. Menyisir rambut dan juga mengambil dompet disaku belakang.
Keadaan diman terjadi peradangan, perlengketan, atropi dan pemendekan pada kapsul sendi
dishoulder joint sehingga terjadi keterbatasan gerak.
Sebagaimana yang dikemukakan P.Sidarta (1984) sebagai berikut : Frozen Shoulder
merupakan wadah untuk semua gangguan pada sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan
pembatasan lingkup gerakan, sedangkan menurut Calliet (1977) berpendapat bahwa Frozen
Shoulder identik dengan capsulitis atau periathritis yang ditandai dengan terbatasnya
gerakan baik secara aktif maupun pasif pada seluruh gerak pola sendi Glenohumeral .
BAB II
ANATOMI FISIOLOGI

Shoulder kompleks merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh manusia karena
memiliki 5 sendi yang paling terpisah. Shoulder kompleks dibentuk oleh Glenohumeral
joint, acromioclavicular, strenoclavicular, suprahumeral (cocacoclavicular) dan
scapulothoracic joint.
Shoulder joint merupakan sendi yang terbentuk ball and socket, karena terbentukl ball
and socket maka banyak gerakan yang dihasilkan oleh Glenohumeral joint. Struktur
shoulder, tulang yang terpenting adalah scapula, clavicula, humerus dan proc.coracoideus
serta serta lig. Coraco acromialis, lig glenohumeral, lig. Coracohuymeral.
Glenohumeral joint dibentuk ol\eh caput humeri yang bersendi dengan cavitas glenoidalis
yang dangkal. Cput humeri yang berbentuk hampir setengah bola memiliki area permukaan
3-4 kali lebih besar dari pada fossa glenoidalis scapula yang dangkal sehingga
memungkinkan terjadinya mobilitas yang tinggi pada shoulder. Glenohumeral joint
merupakan sendi yang paling mobile ditubuh kita karena menghasilkan gerakan gerakan
( fleksi-ekstenai, eksorotasi-endorotasi, abd-adduksi serta sirkumdaksi). Ada 4 tendon otot
yang memperkuat capsul sendi yaitu subscpularis, supraspinatus, infraspinatus, dan teres
minor di jenal rotator “cuff muscell” juga dibantu oleh caput longum biceps brahii.
BAB III
PATOLOGI TERAPAN

Secara pasti penyebab Frozen Shoulder belum jelas, namun beberapa pendapat
mengatakan keadaan ini terjadi akibat kelanjutan dari beberapa lesi yang terdapat pada bahu
misalnya lesi rotator cuff. Berupa timbulnya peradangan atau degenerasi yang dapat meluas
di sekitar dan kedalam kapsul sendi yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya reaksi
fibrous lesi rotator cuff atau gangguan myofasial rotator cuff dapat berupa tendinitis supra
spinatus, tendinitis bisifitalis, bursitis atau ruptur dari rotator cuff. Yang menyebabkan
tarikan yang berlebihan pada caudal capsul sendi yang mengalami kerobekan atau ruptur
injuri, adanya ruptur akan di tandai dengan nyeri dan oedem pada sendi bahu. Diikuti
spasme otot disekitar shoulder, atrofi biasanya terjadi pada seluruh sisi capsul hal ini di
tandai dengan gerakan eksorotasi dan abduksi yang paling sering terbatas.

Anda mungkin juga menyukai