Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa depan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan anak dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Tahun-tahun pertama kehidupan,
terutama periode sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun merupakan
periode yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Stimulasi yang
tepat akan merangsang otak balita sehingga perkembangan kemampuan gerak, bicara
dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian pada balita berlangsung optimal sesuai
dengan umur anak. Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang perlu dilakukan
untuk dapat mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita
termasuk menindaklanjuti setiap keluhan orang tua terhadap masalah tumbuh kembang
anaknya.
Apabila ditemukan adanya penyimpangan, maka dilakukan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang balita sebagai tindakan koreksi dengan memanfaatkan
plastisitas otak anak agar tumbuh kembangnya kembali normal atau penyimpangannya
tidak semakin berat. Apabila balita perlu dirujuk, maka rujukan juga harus dilakukan
sedini mungkin sesuai dengan indikasi.
Mengingat jumah balita diIndonesia sanga besar yaitu sekitar 10 persen dari
seluruh populasi, maka sebagai calon generasi bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di
Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang
memadai serta jangkauan oleh pelayanan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini
penyimpagan tumbuh kembang.
Sejak tahun 2007, Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan lkatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI) telah menyusun instrumen stimulasi, deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang untuk anak umur 0 sampai dengan 6 tahun, yang diuraikan dalam
Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan lntervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Pembinaan tumbuh kembang
anak secara komprehensif dan berkualitas yang diselenggarakan melalui kegiatan
stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita dilakukan
padamasa kritis tersebut. Kegiatan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang balita yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggaarakan dalaam
bentuk kemitraan antara keluarga, masyarkat, kader, dan tenaga kesehatan. Sehingga
diharapkan kemitraan tersebut dapat berdampak positif dengan peningkatan cakupan
pelayanan SDIDTK yang diberikan kepada bayi dan balita disetiap wilayah di Indonesia.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan dharapkan para kader posyandu mempu melakukan
pelayanan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK).
Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan konsep dasar tumbuh dan kembang
2. Melakukan pengukuran pertumbuhan anak
3. Melakukan Stimulasi dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang
4. Melakukan Intervensi dan rujukan penyimpangan tumbuh dan kembang anak
5. Melakukan tatakelola SDIDTK di Puskesmas
C. Metode Pelatihan
1. Presentasi
2. Demonstrasi dan contoh
D. Alat Bantu pelatihan
 Bahan Tayang
 Booklet
 Lingkaran pertumbuhan
 Alat tulis
 Standar lingkar kepala
 Buku KIA
 Video SDIDTK
 Skrining KIT
 Formulir SDIDTK
 Timbangan BB
 Alat ukur tinggi badan dan panjang badan
 Format pencatatan dan pelaporan SDIDTK

Anda mungkin juga menyukai