Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Di dalam Undang-Undang Dasar Negara tahun 1945 dengan tegas


dinyatakan bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum, dengan
demikian salah satu tugas terpenting bagi pemerintah adalah memberikan dan
menjamin adanya rasa kepastian hukum bagi para warga anggota masyarakatnya.
Dalam bidang tertentu tugas tersebut oleh pemerintah melalui Undang-Undang
diberikan dan dipercayakan kepada Notaris dan sebaliknya masyarakat juga harus
percaya bahwa Akta Notaris yang dibuat itu memberikan kepastian hukum bagi
para warganya, sesuai dengan bunyi Pasal 15 ayat 1 Undang-undang nomor 30
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

“Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,


perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan dan perundang-undangan
dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam
akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta,
memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya sepanjang pembuatan
akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang
lain yang ditetapkan oleh undang-undang”.

Kepastian hukum tersebut selain otentiknya suatu akta yaitu mempunyai


kekuatan pembuktian, yaitu secara lahiriah, formil maupun materil termasuk juga
etika seorang Notaris dalam menjalankan jabatannya. Dalam melaksanakan tugas
jabatannya para Notaris tidak hanya menjalankan pekerjaan yang diamanatkan
oleh undang-undang semata sekaligus menjalankan suatu fungsi sosial yang
sangat penting yaitu bertanggung jawab untuk melaksanakan kepercayaan yang
diberikan masyarakat umum yang dilayaninya, seorang Notaris harus berpegang
teguh kepada Kode Etik Notaris, namun dalam realitasnya, keselarasan
pelaksanaan hukum dilapangan masih ada Notaris yang melakukan pelanggaran
kode etik Notaris tersebut. Disamping itu, aturan demi aturan yang mengikat
setiap anggotanya belum dijalankan sebagaimana mestinya.

Kode Etik bagi profesi Notaris sangat diperlukan untuk menjaga kualitas
pelayanan hukum kepada masyarakat oleh karena hal tersebut, Ikatan Notaris
Indonesia (INI) sebagai satu-satunya organisasi protesi yang diakui kebenarannya
sesuai dengan UU Jabatan Notaris No.30 Tahun 2004, menetapkan Kode Etik
bagi para anggotanya.

1.Tujuan

Untuk mengetahui tinjauan tentang profesi dan kode etik Notaris,


mengetahui pengaturan Notaris dalam Undang-Undang Jabatan Notaris,
memahami pelanggaran yang dilakukan Notaris atas Kode Etik Notaris,
menganalisis secara sistematis mengenai penerapan sanksi atas pelanggaran kode
etik profesi notaris dengan cara melakukan analisis terhadap analisis-analisis
hukum yang berkaitan dengan kode etik notaris dala sistem hukum di Indonesia,
serta menganalisis tanggungjawab notaris dalam pembuatan akta yang berakibat
pidana.

2.Kegunaan

Secara teoritis, diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan bagi


pelaksanaan Pengembangan ilmu hukum di bidang Hukum Perdata, terutama
yang mempunyai hubungan dengan bidang kenotariatan.

Secara praktis, dengan penulisan penelitian ini diharapkan dapat


memberikan masukan yang berharga bagi semua pihak yang terkait dalam
pelaksanaan jabatan notaris dan juga dapat menambah wawasan bagi notaris
mengenai masalah pelanggaran kode etik yang berakibat perbuataan pidana.
BAB II

RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan profesi notaris?


2. Apa saja syarat dapat diangkat dan diberhentikan menjadi Notaris?
3. Apa saja Kewenangan seorang Notaris?
4. Apa saja kewajiban dan larangan notaris berdasarkan kode etik
notaris?
5. Bagaimanakah penegakan hukum kode etik notaris?
6. Apa saja pelanggaran terhadap kode etik notaris?
7. Apa saja sanksi jika seorang notaris melanggar kode etik?

BAB III

PEMBAHASAN

3. Profesi Notaris

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dapat dilihat bahwa istilah


Notaris berarti adalah orang yang mendapat kuasa dari Pemerintah (dalam hal ini
Departemen Hukum dan HAM RI) untuk mengesahkan menyaksikan berbagai
surat perjanjian, surat wasiat, akta dsb. Sedangkan menurut Kamus Hukum
Ekonomi (Inggris-Indonesia) dikenal dengan istilah Notary Public artinya sama
dengan Notaris, yaitu pejabat yang berwenang untuk membuat akta otentik.
Menurut kamus hukum black law dictionary, menyatakan bahwa notaris adalah
pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang jabatan notaris.
Pengangkatan dan Pemberhentian Notaris
Adapun syarat-syarat untuk dapat diangkat menjadi notaris adalah:
Warga Negara Indonesia Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Berumur
paling sedikit 27 tahun Sehat jasmani dan rohani Berijazah Sarjana Hukum dan
Lulusan Jenjang Strata dua kenotariatan, dengan gelar Magister Kenotariatan
(M.Kn) Telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan
Notaris dalam waktu 12 bulan berturut-turut pada Kantor Notaris atas prakarsa
sendiri atau atas rekomendasi Organisasi Notaris setelah lulus Strata dua
Kenotariatan (M.Kn)
Tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat atau tidak
sedang memangku jabatan lain yang oleh undang-undang dilarang untuk
dirangkap dengan jabatan notaris.
Seorang Notaris dapat berhenti dari jabatan notarisnya atau seorang notaris
dapat diberhentikan dengan hormat dari jabatan notarisnya, karena:
Meninggal dunia Telah berumur 65 tahun ketentuan umur dapat
diperpanjang sampai berumur 67 tahun dengan mempertimbangkan kesehatan
yang bersangkutan. Karena permintaan sendiri untuk diberhentikan dari jabatan
notaris
Tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk melaksanakan tugas
jabatan notaris secara terus-menerus lebih dari tiga tahun.
Merangkap jabatan sebagai Pegawai Negeri Sipil, Pejabat negara, advokat,
dan jabatan lain yang dilarang oleh undang-undang.
Kewenangan Notaris Adapun yang merupakan kewenangan dari seorang
notaris adalah sebagai berikut:
Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan
dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam
akta otentik, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu
sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada
pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.
Notaris berwenang pula untuk:
Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di
bawah tanda tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku
khusus;
Membuat copy asli dari surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang
memuat uarian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang
bersangkutan;
Melakukan pengesahan kecocokan fotocopy dengan surat aslinya;
Memberikan penyuluhan hukum dengan pembuatan akta.
Seorang notaris juga mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam
peundang-undangan seperti akta yang berkaitan dengan pertanahan dan risalah
lelang.
Kewajiban dan Larangan Notaris Kewajiban dan Larangan Notaris
tercantum dalam Pasal 3, 4 dan 5 Kode Etik Notaris Hasil Kongres Luar Biasa INl
pada tanggal 28 Januari 2005 di Bandung. Kode etik Notaris mengacu pad a
Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 30 tahun 2005. Undangundang Jabatan
Notaris tegas dalam hal kewajiban dan larangan terhadap profesi Notaris, seperti
yang tercantum dalam Pasal 15,16 dan 17. Seperti yang telah diterangkan diatas,
maka peraturan Kode Etik Notaris hasil Kongres Luar Biasa INI pada tahun 2005
disesuaikan dengan pemikiran dari Abdulkadir Muhammad, maka dalam Kode
Etik Notaris berupa kewajiban maupun larangan untuk profesi Notaris dapat
dijabarkan sebagai berikut :
Etika kepribadian notaris:
Memiliki moral, akhlak, dan kepribadian yang baik, Menghormati dan
menjunjung tinggi harkat dan martabat jabatan notaris Taat hukum berdasarkan
Undang Undang Jabatan Notaris, sumpah jabatan dan AD ART Ikatan Notaris
Indonesia Memiliki perilaku professional Meningkatkan ilmu pengetahuan yang
telah dimiliki tidak terbatas pada ilmu pengetahuan dan kenotariatan
Etika Melakukan Tugas dan Jabatan:
Bertindak jujur, mandiri tidak berpihak penuh rasa tanggung jawab.
Menggunakan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut
merupakan satu-satunya kantor notaris yang bersangkutan dalam melaksanakan
jabatannya sehari-hari.
Memasang papan nama di depan kantornya menurut ukuran yang berlaku.
Menjalankan jabatan notaris terutama dalam pernbuatan, pembacaan dan
penandatanganan akta yang dilakukan di kantor kecuali dengan alasan-alasan
yang sah.
Tidak melakukan promosi melalui media cetak ataupun elektronik.
Dilarang bekerja sama dengan biro jasa/orang/badan hukum yang ada sebagai
perantara dalam mencari klien.
Etika pelayanan terhadap klien Mengutamakan pengabdian kepada
kepentingan masyarakat dan negara. Memperlakukan setiap klien yang datang
dengan baik tanpa membedakan status ekonominya dan atau status sosialnya.
Memberikan jasa pembuatan akta dan jasa kenotariatan lainnya untuk masyarakat
yang tidak mampu tanpa memungut honorarium Dilarang menandatangani akta
yang proses pembuatan minutanya telah dipersiapkan oleh orang lain Dilarang
mengirimkan minuta kepada klien untuk ditandatangani Dilarang berusaha agar
seseorang berpindah dari notaris Jain kepadanya Dilarang melakukan pemaksaan
kepada klien menahan berkas yang telah diserahkan dengan. maksud agar klien
tetap membuat akta kepadanya.Etika hubungan sesama rekan notaris Aktif dalam
organisasi notaris
Saling membantu, saling menghormati sesama rekan Notaris dalam suasana
kekeluargaan Harus saling menjaga kehormatan dan membela kehormatan dan
nama baik korps Notaris Tidak melakukan persaingan yang merugikan sesama
netarts, baik moral maupun material Tidak menjelekkan ataupun mempersalahkan
rekan notaris atau akta yang dibuat olehnya. Dalam hal seorang notaris
menghadapi dan/atau menemukan suatu akta yang dibuat oleh rekan notaris
lainnya dan ditemui kesalahan-kesalahan yang serius atau membahayakan
kilennya, maka notaris tersebut wajib memberitahukan dengan cara tidak
menggurui, untuk mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan terhadap
klien yang bersangkutan ataupun rekan sejawat tersebut.
Dilarang membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat
eksklusif dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi apalagi
menutup kemungkinan bagi notaris lain untuk berpartisipasi. Tidak menarik
karyawan notaris lain secara tidak wajar
Dalam aturan main yang telah ditetapkan oleh Kongres IN), Kode Etik ini
wajib diikuti oleh seluruh anggota maupun seseorang yang menjalankan profesi
Notaris. Hal ini mengingat bahwa profesi notaris sebagai pejabat umum yang
harus memberikan rasa aman serta keadilan bagi para pengguna jasanya. Untuk
memberikan rasa aman bagi para pengguna jasanya, Notaris harus mengikuti
kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh Undang-undang Jabatan Notaris
maupun Kode Etik Notaris. Notaris harus bertanggung jawab terhadap apa yang ia
lakukan terhadap klien maupun masyarakat.
Kewajiban maupun larangan yang ada merupakan petunjuk moral dan
aturan tingkah laku yang ditetapkan bersama oleh anggota notaris dan menjadi
kewajiban bersama oleh seluruh anggota notaris dalam mewujudkan masyarakat
yang tertib.
Penegakan Hukum Kode Etik Notaris
Pengertian Penegakan hukum dapat dirumuskan sebagai usaha
melaksanakan hukum sebagaimana mestinya, mengawasi pelaksanaannya, dan
jika terjadi pelanggaran memulihkan hukum yang dilanggar itu supaya ditegakkan
kembali. Penegakkan hukum dilakukan dengan penindakan hukum menurut
urutan berikut:
Teguran peringatan supaya menghentikan pelanggaran dan jangan berbuat lagi
Pembebanan kewajiban tertentu (ganti kerugian, denda)
Penyisihan atau pengucilan (pencabutan hak-hak tertentu)
Pengenaan sanksi badan (pidana penjara, pidana mati) Dalam
pelaksanaannya tugas penegakan hukum, penegak hukurn wajib menaati norma-
norma yang telah ditetapkan.
Penegakan kode etik Notaris adalah usaha melaksanakan kode etik Notaris
sebagaimana mestinya, mengawasi pelaksanaannya supaya tidak terjadi
pelanggaran, dan jika terjadi pelanggaran memulihkan kode etik yang dilanggar
itu supaya ditegakkan kembali.

Penegakan hukum Kode Etik Notaris tercantum dalam Bab IV dan V yaitu
dari Pasal 6 sampai dengan Pasal 13. Yang meliputi: Sanksi, Pengawasan,
Pemeriksaan dan Penjatuhan sanksl, Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada
tingkat Pertama, Banding dan Terakhir, Eksekusi atas sanksi-sanksi dalam
Pelanggaran Kode Etik.

Pelanggaran Terhadap Kode Etik Notaris

Beberapa contoh pelanggaran terhadap UUJN yang dilakukan oleh oknum


Notaris dalam pembuatan akta-akta Notaris, yaitu :

Akta dibuat tanpa dihadiri oleh saksi-saksi, padahal di dalam akta itu sendiri
disebut dan dinyatakan “dengan dihadiri saksi-saksi”
Akta yang bersangkutan tidak dibacakan oleh Notaris
Akta yang bersangkutan tidak ditandatangai di hadapan Notaris, bahkan
minuta Akta tersebut dibawa oleh orang lain dan ditandatangani oleh dan ditempat
yang tidak diketahui oleh Notaris yang bersangkutan
Notaris membuat akta diluar wilayah jabatannya, akan tetapi Notaris yang
bersangkutan mencantumkan dalam akta tersebut seolah-oleh dilangsungkan
dalam wilayah hukum kewenangannya atau seolah-oleh dilakukan di tempat
kedudukan dari Notaris tersebut.
Seorang Notaris membuka kantor cabang dengan cara sertiap cabang dalarn
. waktu yang bersamaan melangsungkan dan memproduksi akta Notaris yang
seolah-olah kesemua akta tersebut dibuat di hadapan Notaris yang bersangkutan.
Akibat hukum terhadap akta yang dibuat oleh Notaris yang telah rnelakukan
pelanggaran terhadap Undang-Undang Jabatan Notaris, yaitu kata Notaris tersebut
tidak otentik dan akta itu hanya mempunyai kekuatan seperti akta yang dibuat di
bawah tangan apabila ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan.

Pelanggaran terhadap UUJN seperti yang dicontohkan di atas, sudah


mengakibatkan kerugian terhadap masyarakat atau pengguna jasa Notaris, bisa
diajukan oleh masyarakat kepada Majelis Pengawas Daerah. Yang kemudian
mekanismenya disesuaikan dengan UUJN. Dalam UUJN ditentukan sanksi-sanksi
dalam Pasal 84 dan 85 bagi pelanggaran jabatan Notaris.
Kode etik Notaris yang diatur oleh organisasi Notaris yaitu Ikatan Notaris
Indonesia (INI) merupakan salah satu organisasi profesi jabatan Notaris yang
diakui dan telah mempunyai cabang di seluruh Indonesia.

Pelanggaran menurut Kode etik Notaris diatur dalam Pasal1 angka (9) yaitu
pelanggaran adalah perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh Perkumpulan
maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan notaris yang
melanggar ketentuan Kode Etik dan/atau disiplin organisasiSanksi Jika Seorang
Notaris Melanggar Kode Etik
Sanksi dalam Kode Etik tercantum dalam pasal 6:
Sanksi yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan pefanggaran
Kode Etik dapat berupa : teguran, peringatan, schorsing (pemecatan sementara)
dari keanggotaan perkumpulan, onzetfing (pemecatan) dari keanggotaan
perkumpulan, Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpulan
Penjatuhan sanksi-sanksi sebagaimana terurai di atas terhadap anggota yang
melanggar kode etik disesuaikan dengan kualitas pelanggaran yang dilakukan
anggota.
Yang dimaksud sebagai sanksi adalah suatu hukuman yang dimaksudkan
sebagai sarana, upaya dan alat pemaksa ketaatan dan disiplin anggota
perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan
Notaris dalam menegakkan kode etik dan disiplin organisasi.

Penjatuhan sanksi terhadap anggota yang melakukan pelanggaran terhadap


kode etik Notaris dilakukan oleh Dewan Kehormatan yang merupakan alat
perlengkapan perkumpulan yang berwenang melakukan pemeriksaan atas
pelanggaran kode etik termasuk di dalamnya juga menjatuhkan sanksi kepada
pelanggarnya sesuai dengan kewenangan masing-masing (termuat dalam Pasal B).
Terhadap pelanggaran Notaris dilakukan pengawasan oleh organisasi
Notaris yaitu Ikatan Notaris Indonesia (INI) terhadap anggotanya, yang secara
langsung mengontrol Notaris yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan, yang
dalam Pasal 1 angka (8) Kode Etik Notaris:
Dewan Kehormatan adalah alat perlengkapan Perkumpulan sebagai suatu
badan atau lembaga yang mandiri dan bebas dari keberpihakan dalam
Perkumpulan yang bertugas untuk:
Melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan anggota dalam
menjunjung tinggi Kode Etik.
Memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode
etik yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan
rnasyarakat secara langsung
Memberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas atas dugaan
pelanggaran kode etik dan jabatan Notaris
Dewan Kehormatan memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan
pelanggaran ketentuan kode etik yang sifatnya “internal” atau yang tidak
mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung (pasal 1 ayat
8 bagian a);
Pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat pertama dilaksanakan oleh
Dewan Kehormatan Daerah yang baru akan menentukan putusannya mengenai
terbukti atau tidaknya pelanggaran kode etik serta penjatuhan sanksi terhadap
pelanggarnya, setelah mendengar keterangan dan pembefaan diri dari keperluan
itu. Bila dalam putusan sidang dewan kehormatan daerah terbukti adanya
pelanggaran kode etik, maka sidang sekaligus “menentukan sanksi” terhadap
pefanggarnya. (pasal 9 ayat (5).
Sanksi teguran dan peringatan oleh Dewan Kehormatan Daerah tidak wajib
konsultasi dahulu dengan Pengurus Daerahnya, tetapi sanksi pemberhentian
sementara (schorsing) atau pemecatan (onzetting) dari keanggotaan diputusakan
dahulu dengan pengurus Dasarnya (Pasaf 9 ayat (8). Pemeriksaan dan penjatuhan
sanksi pada tingkat banding dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan Wilayah
(Pasal 10). Putusan yang berisi penjatuhan sanksi pemecatan sementara
(schorsing) atau pemecatan (onzetting) dari keanggotaan perkumpulan dapat
diajukan/dimohonkan banding kepada Dewan Kehormatan Wilayah. Apabila
pemeriksaan dan penjatuhan sanksi dalam tingkat pertama telah dilakukan oleh
Dewan Kehormatan Wilayah, berhubung pada tingkat kepengurusan daerah yang
bersangkutan belum dibentuk Dewan Kehormatan Daerah, maka keputusan
Dewan Kehormatan Wilayah tersebut merupakan keputusan tingkat banding.
Pemeriksaan dan Penjatuhan saksi pada tingkat terakhir dilaksanakan oleh Dewan
Kehormatan Pusat (pasal 11).
Putusan yang berisi penjatuhan sanksi pemecatan sementara (schorsing) atau
pemecatan (onzetting) dari keanggotaan perkumpulan yang dilakukan oleh Dewan
Kehormatan Wilayah dapat diajukanl dimohonkan pemeriksaan pada tingkat
terakhir kepada Dewan Kehormatan Pusat. Eksekusi atas sanksi-sanksi dalam
pelanggaran kode etik berdasarkan putusan yang ditetapkan oleh dewan
Kehormatan Daerah, dewan Kehorrnatan Wilayah maupun yang ditetapkan oleh
Dewan Kehormatan Pusat dilaksanakan oleh Penqurus Daerah.
Dalam hal pemecatan sementara secara rinci tertuang dalam pasal 13. Dalam hal
pengenaan sanksi pemecatan sementara (schorsing) demikian juga sanksi
onzetting maupun pemberhentian dengan tidak hormat sebagai anggota
perkumpulan terhadap pelanggaran sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13
di atas wajib diberitahukan oleh Pengurus Pusat kepada Majelis Pengawas Daerah
(MPD) dan tembusannya disampaikan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia.

BAB IV
KESIMPULAN

Notaris merupakan pejabat umum yang membuat akta otentik yang dibutuhkan
oleh masyarakat. Diperlukan tanggung jawab terhadap jabatannya, sehingga
diperlukan lembaga kenotariatan untuk mengatur perilaku profesi notaris tersebut.
Pada hakikatnya Kode Etik Notaris adalah merupakan penjabaran lebih lanjut apa
yang diatur dalam Undang-undang Jabatan Notaris, mengingat Notaris dalam
melaksanakan jabatannya harus tunduk dan mentaati seqala ketentuan dalam
Undang-undang yang mengatur jabatannya.
Yang tercantum dalam kode etik notaris yang dibuat oleh organisasi INI yang
merupakan satu-satunya organisasi notaris yang berbadan hukum sesuai dengan
UUJN. Artinya seluruh notaris wajib tunduk kepada Kode Etik Notaris.

Berdasarkan uraian tentang kewajiban dan larangan sebagaimana terinci di atas,


diharapkan notaris dalam menjalankan jabatannya senantiasa bercermin pada etika
moral profesi yang diembannya, taat asas, serta tunduk dan patuh pada setiap
peraturan yang mengatur jabatannya tersebut sehingga masyarakat dan semua
kalangan benar-benar dapat memaknai profesi notaris sebagai salah satu profesi
yang mulia dan bermartabat.
Dalam melakukan tugas profesionalnya seorang notaris harus mempunyai
integritas moral, dalam arti segala pertimbangan moral harus melandasi
pelaksanaan tugas-tugas profesionalnya. Notaris secara profesional harus bersedia
memberikan bantuan hukum (membuat akta otentik) kepada pihak ketiga atau
klien tanpa membeda-bedakan agama, kepercayaan, suku, keturunan, kedudukan
sosial, atau keyakinan politiknya tidak semata-mata untuk mencari imbalan
materil, tetapi terutama untuk turut menegakan hukum, keadilan, dan kebenaran
dengan cara yang jujur dan bertanggung jawab.

Notaris dalam melakukan tugas jabatanya memberikan pelayanan hukum kepada


masyarakat yang memerlukan jasanya dengan sebaik-baiknya, serta memberikan
penyuluhan hukum untuk mencapai kesadaran hukum yang tinggi dalam
masyarakat agar masyarakat menyadari dan menghayati hak dan kewajibanya
sebagai warga Negara dan anggota masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai