Anda di halaman 1dari 8

ProgramJaminanKesehatanNasional(JKN)

JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah program Pemerintah yang bertujuan memberikan
kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup
sehat, produktif dan sejahtera.Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan
(Frequently Asked Questions/FAQ) terkait dengan Program JKN.

1.ApaLatarBelakangdanTujuanJKN?

Kesehatan adalah hak dasar setiap orang, dan semua warga negara berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan. UUD 1945 mengamanatkan bahwa jaminan kesehatan bagi masyarakat,
khususnya yang miskin dan tidak mampu, adalah tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah.
Pada UUD 1945 Perubahan, Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa negara mengembangkan
Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah menjalankan UUD 1945
tersebut dengan mengeluarkan UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) untuk memberikan jaminan sosial menyeluruh bagi setiap orang dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang
sejahtera, adil, dan makmur. Dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan juga ditegaskan
bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di
bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Sesuai dengan UU No 40 Tahun 2004, SJSN diselenggarakan dengan mekanisme Asuransi
Sosial dimana setiap peserta wajib membayar iuran guna memberikan perlindungan atas risiko
sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya. Dalam SJSN, terdapat
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan bentuk komitmen pemerintah terhadap
pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat Indonesia seluruhnya. Sebelum JKN, pemerintah
telah berupaya merintis beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, antara lain Askes
Sosial bagi pegawai negeri sipil (PNS), penerima pensiun dan veteran, Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (JPK) Jamsostek bagi pegawai BUMN dan swasta, serta Jaminan Kesehatan bagi
TNI dan Polri. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu, sejak tahun 2005 Kementerian
Kesehatan telah melaksanakan program jaminan kesehatan sosial, yang awalnya dikenal
dengan nama program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPKMM),
atau lebih populer dengan nama program Askeskin (Asuransi Kesehatan Bagi Masyarakat
Miskin). Kemudian sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013, program ini berubah nama
menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Seiring dengan dimulainya JKN per 1 Januari 2014, semua program jaminan kesehatan yang
telah dilaksanakan pemerintah tersebut (Askes PNS, JPK Jamsostek, TNI, Polri, dan
Jamkesmas), diintegrasikan ke dalam satu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
(BPJS Kesehatan). Sama halnya dengan program Jamkesmas, pemerintah bertanggungjawab
untuk membayarkan iuran JKN bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu yang terdaftar
sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI).

2.BagaimanaPrinsipPelaksanaanProgramJKN?

Sesuai dengan UU No 40 Tahun 2004 tentang SJSN, maka Jaminan Kesehatan Nasional
dikelola dengan prinsip :
1. Gotong royong. Dengan kewajiban semua peserta membayar iuran maka akan terjadi
prinsip gotong royong dimana yang sehat membantu yang sakit, yang kaya membantu yang
miskin
2. Nirlaba. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial tidak diperbolehkan mencari untung. Dana
yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya
harus dimanfaatkan untuk kepentingan peserta.
3. Keterbukaan, kehati – hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip manajemen
ini mendasari seluruh pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil
pengembangan
4. Portabilitas. Prinsip ini menjamin bahwa sekalipun peserta berpindah tempat tinggal atau
pekerjaan, selama masih di wilayah Negara Republik Indonesia tetap dapat mempergunakan
hak sebagai peserta JKN
5. Kepesertaan bersifat wajib. Agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat
terlindungi. Penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan
pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.
6. Dana Amanat. Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada
badan penyelenggara untuk dikelola sebaik – baiknya demi kepentingan peserta.
7. Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan
program dan untuk sebesar – besar kepentingan peserta.

3.SiapasajayangmenjadipesertaJKN?

Sebagaimana telah dijelaskan dalam prinsip pelaksanaan program JKN di atas, maka
kepesertaan bersifat wajib. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja
paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Peserta JKN terdiri
dari Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Peserta Non Penerima Bantuan Iuran (Non
PBI).
Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan, diantaranya disebutkan bahwa:

1. Kriteria fakir miskin dan orang tidak mampu ditetapkan oleh Menteri Sosial setelah
berkoordinasi dengan Menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait.
2. Hasil pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu yang dilakukan oleh lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik (BPS) diverifikasi dan divalidasi
oleh Menteri Sosial untuk dijadikan data terpadu.
3. Data terpadu yang ditetapkan oleh Menteri Sosial dirinci menurut provinsi dan
kabupaten/kota dan menjadi dasar bagi penentuan jumlah nasional PBI Jaminan Kesehatan
4. Menteri Kesehatan mendaftarkan jumlah nasional PBI Jaminan Kesehatan sebagai
peserta program Jaminan Kesehatan kepada BPJS Kesehatan.

Untuk tahun 2014, peserta PBI JKN berjumlah 86,4 juta jiwa yang datanya mengacu pada
Basis Data Terpadu (BDT) hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang
dilaksanakan pada tahun 2011 oleh BPS dan dikelola oleh Sekretariat Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).
Namun demikian, mengingat sifat data kepesertaan yang dinamis, dimana terjadi kematian,
bayi baru lahir, pindah alamat, atau peserta adalah PNS, maka Menteri Kesehatan
mengeluarkan Surat Edaran Nomor 149 tahun 2013 yang memberikan kesempatan kepada
Pemerintah Daerah untuk mengusulkan peserta pengganti yang jumlahnya sama dengan jumlah
peserta yang diganti. Adapun peserta yang dapat diganti adalah mereka yang sudah meninggal,
merupakan PNS/TNI/POLRI, pensiunan PNS/TNI/POLRI, tidak diketahui keberadaannya, atau
peserta memiliki jaminan kesehatan lainnya. Disamping itu, sifat dinamis kepesertaan ini juga
menyangkut perpindahan tingkat kesejahteraan peserta, sehingga banyak peserta yang dulu
terdaftar sebagai peserta Jamkesmas saat ini tidak lagi masuk ke dalam BDT.
Peserta Non Penerima Bantuan Iuran (Non PBI)
Yang dimaksud dengan Peserta Non PBI dalam JKN adalah setiap orang yang tidak tergolong
fakir miskin dan orang tidak mampu, yang membayar iurannya secara sendiri ataupun kolektif
ke BPJS Kesehatan. Peserta Non PBI JKN terdiri dari :

1. Peserta penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu Setiap orang yang bekerja pada
pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah, antara lain Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI,
Anggota Polri, Pejabat Negara, Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Sipil, Pegawai
Swasta, dan Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah
2. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu setiap orang yang bekerja
atau berusaha atas risiko sendiri, antara lain pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja
mandiri, dan lain sebagainya
3. Bukan pekerja penerima dan anggota keluarganya, setiap orang yang tidak bekerja tapi
mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan, antara lain Investor, Pemberi kerja, Penerima
pensiun, Veteran, Perintis kemerdekaan, dan bukan pekerja lainnya yang memenuhi kriteria
bukan pekerja penerima upah

4.BagaimanadenganbayibarulahirdarikeluargaPesertaPBIJKN?

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran
Jaminan Kesehatan, disebutkan pada pasal 11 ayat 1b bahwa ‘penambahan data Fakir Miskin
dan Orang Tidak Mampu untuk dicantumkan sebagai PBI Jaminan Kesehatan karena
memenuhi kriteria Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu’. Kemudian pada ayat 2 disebutkan
bahwa ‘Perubahan data PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diverifikasi dan divalidasi oleh Menteri.
Sementara itu, Menteri Kesehatan melalui Surat Edaran Nomor HK/Menkes/32/I/2014 tentang
Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan bagi Peserta BPJS Kesehatan pada Fasiitas Kesehatan
Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam Penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2014 menjelaskan tentang Penjaminan
terhadap bayi baru lahir dilakukan dengan ketentuan:

1. Bayi baru lahir dari peserta PBI secara otomatis dijamin oleh BPJS Kesehatan. Bayi
tersebut dicatat dan dilaporkan kepada BPJS Kesehatan oleh fasilitas kesehatan untuk
kepentingan rekonsiliasi data PBI
2. Bayi anak ke-1 (satu) sampai dengan anak ke-3 (tiga) dari peserta pekerja penerima upah
secara otomatis dijamin oleh BPJS Kesehatan
3. Bayi baru lahir dari:
1) Peserta pekerja bukan penerima upah;
2) Peserta bukan pekerja; dan
3) Anak ke-4 (empat) atau lebih dari peserta penerima upah, dijamin hingga hari ke-7 (tujuh)
sejak kelahirannya dan harus segera didaftarkan sebagai peserta.

1. Apabila bayi sebagaimana dimaksud dalam huruf c tidak didaftarkan hingga hari ke-7
(tujuh) sejak kelahirannya, mulai hari ke-8 (delapan) bayi tersebut tidak dijamin oleh BPJS
Kesehatan.

5.ApakahKartuPesertaJamkesmas2013masihberlaku?

Ya. Kartu peserta Jamkesmas tahun 2013 masih berlaku saat berobat ke fasilitas kesehatan
yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

6.BagaimanaStatusPesertaJamkesmasLamayangtidakmasukkedalamDaftarPesertaPBIJ
KN?

Bagi peserta yang dahulu menjadi peserta Jamkesmas lama (sebelum tahun 2013) dan tidak lagi
menjadi peserta PBI JKN dapat mendaftarkan diri dan keluarganya menjadi peserta JKN non
PBI melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (dahulu PT Askes Persero) di
kantor cabang terdekat atau secara online (http://bpjs-kesehatan.go.id/statis-17-
pendaftaranpeserta.html). Apabila peserta tersebut masuk ke dalam kategori Pekerja Bukan
Penerima Upah dan Bukan Pekerja, maka ada 3 (tiga) jenis iuran yang bisa dipilih disesuaikan
dengan kemampuan keuangan keluarga.
Selain mendaftarkan diri sendiri dan keluarganya secara mandiri, dalam Peraturan Presiden
Nomor 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang
Jaminan Kesehatan Pasal 6A disebutkan bahwa ‘Penduduk yang belum termasuk sebagai
Peserta Jaminan Kesehatan dapat diikutsertakan dalam program Jaminan Kesehatan pada BPJS
Kesehatan oleh pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten/kota’. Pada pasal
16 lebih lanjut dijelaskan bahwa iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan
dibayar oleh Pemerintah. Sedangkan iuran Jaminan Kesehatan bagi penduduk yang didaftarkan
oleh Pemerintah Daerah dibayar oleh Pemerintah Daerah.

7.BerapaIuranyangharusdibayardalamProgramJKN?

Sesuai dengan Perpres Nomor 111 Tahun 2013, terdapat besaran iuran per bulan tertentu yang
harus dibayar sesuai dengan jenis kepesertaan masing-masing dalam JKN sebagai berikut:

8.ApasajaManfaatyangdiperolehPesertaJKN?

Pelayanan yang dijamin bagi peserta adalah komprehensif sesuai kebutuhan medis yang
meliputi:
ü Pelayanan Kesehatan Tingkat I/Dasar, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik yang
mencakup:
1. Administrasi pelayanan
2. Pelayanan promotif dan preventif
3. Pemeriksaan, pengobatan & konsultasi medis
4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
6. Transfusi darah sesuai kebutuhan medis
7. Pemeriksaan penunjang diagnostik lab Tk. I
8. Rawat Inap Tk. I sesuai dengan Indikasi Medis

ü Pelayanan Kesehatan Tingkat II/Lanjutan, terdiri dari:

1. Rawat jalan, meliputi:


1. Administrasi pelayanan
2. Pemeriksaan, pengobatan & konsultasi spesialistik
3. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
4. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
5. Pelayanan alat kesehatan implant
6. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis
7. Rehabilitasi medis
8. Pelayanan darah
9. Pelayanan kedokteran forensik
10. Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan

1. Rawat Inap yang meliputi:


1. Perawatan inap non intensif
2. Perawatan inap di ruang intensif
3. Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri

Adapun Pelayanan yang TIDAK dijamin meliputi:

1. Pelayanan yang tidak mengikuti PROSEDUR


2. Pelayanan di luar fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
3. Pelayanan untuk tujuan kosmetik/estetika
4. General check up, pengobatan alternatif
5. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi
6. Pelayanan kesehatan pada saat bencana
7. Pasien bunuh diri/penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa diri
sendiri/bunur diri/narkoba

9.BagaimanaProsedurBerobatPesertaJKN?

Prosedur pelayanan pasien JKN adalah, peserta harus berobat ke Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) baik itu Puskesmas, Klinik Swasta, Dokter Praktek, Klinik TNI/POLRI yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan sesuai dengan tempat peserta terdaftar. Apabila
penyakit yang diderita tidak dapat diselesaikan di FKTP, maka pasien diberikan rujukan untuk
melakukan pemeriksaan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan yakni Rumah Sakit yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada FKTP tempat peserta terdaftar, kecuali
berada di luar wilayah FKTP tempat peserta terdaftar atau dalam keadaan kegawatdaruratan
medis.
Hanya pasien dalam kondisi Gawat Darurat yang dapat langsung dilayani di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan.

10.BagaimanacaradanpersyaratanmendaftarmenjadipesertaJKN?

Calon peserta dapat mendaftarkan diri dan keluarganya melalui beberapa cara, yakni:

1. Melalui Kantor BPJS Kesehatan


2. Melalui web

 www.bpjs-kesehatan.go.id
 DIP elektronik

1. Melalui pihak ketiga -> channel Bank (Bank Mandiri, Bank BNI dan Bank BRI), PT
POS, dll

Adapun berbagai dokumen yang harus dipersiapkan sebelum melakukan pendaftaran adalah :

1. Kartu Tanda Penduduk (KTP)


2. Kartu Keluarga (KK)
3. Kartu NPWP
4. Foto Ukuran 3x4

11.ApakahadaiurbiayayangharusdikeluarkanolehpesertaPBIJKN?

Pada prinsipnya tidak ada biaya yang harus dikeluarkan oleh peserta PBI JKN sepanjang
mengikuti prosedur dan obat – obatan yang diresepkan oleh dokter masuk ke dalam daftar
Formularium Nasional

12.ApakahJKNmenanggungbiayatransportasipengobatan?

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan N. 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada
Jaminan Kesehatan Nasional pasal 29 dijelaskan mengenai Pelayanan Ambulan. Dalam pasal
tersebut dijelaskan bahwa Pelayanan Ambulan merupakan pelayanan transportasi pasien
rujukan dengan kondisi tertentu untuk menjaga kestabilan kondisi pasien dan hanya dijamin
bila rujukan dilakukan pada fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS.
Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian pelayanan ambulan dapat dilihat lebih
lengkap pada Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan
Kesehatan.

13.Bagaimanapelayananuntukpesertadiwilayahyangtidaktersediafasilitaskesehatan?
Dalam buku Manual Pelaksanaan BPJS Kesehatan yang dimaksud dengan daerah tidak
tersedia Faskes memenuhi syarat adalah sebuah kecamatan yang tidak terdapat Puskesmas,
Dokter, Bidan atau Perawat. Penentuan daerah tersebut ditetapkan oleh dinas kesehatan
setempat atas pertimbangan BPJS Kesehatan dan Asosiasi Fasilitas Kesehatan.
Apabila peserta tinggal di daerah tersebut, maka BPJS Kesehatan wajib memberikan
kompensasi. Kompensasi untuk daerah yang belum tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi
syarat diberikan dalam bentuk:

1. Penggantian uang tunai dengan mengikuti prosedur pengajuan klaim perorangan


2. Pengiriman tenaga kesehatan. Kompensasi pengiriman tenaga kesehatan bekerjasama
dengan dinas kesehatan, organisasi profesi kesehatan, dan/atau asosiasi fasilitas kesehatan
3. Penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu.

13.ApakahPemerintahDaerahtetapdiperbolehkanmengelolaJamkesda?

Masih diperbolehkan. Peningkatan kepesertaan JKN salah satunya adalah dengan


pengembangan kepesertaan integrasi Jamkesda ke dalam JKN. Dalam Peta Jalan Menuju
Kepesertaan Semesta (Universal Health Coverage), mulai tahun 2015 kegiatan BPJS
Kesehatan akan dititikberatkan pada integrasi kepesertaan Jamkesda/PJKMU dan asuransi
kesehatan komersial ke BPJS Kesehatan.

14.Apakahadanomorkontakuntukbertanyaataumengadukankeluhan?

Segala pertanyaan dan keluhan dapat melalui kontak berikut ini :

1. Halo Kemkes di nomor telepon 500 567


2. Halo BPJS di nomor telepon 500 400

Informasi mengenai JKN dapat pula diketahui secara lebih lengkap di:

1. http://www.jkn.kemkes.go.id
2. http://bpjs-kesehatan.go.id

Sebagian isi FAQ diambil dari buku pegangan sosialisasi yang diterbitkan oleh Kementerian
Kesehatan tahun 2014, website BPJS Kesehatan, Manual Pelaksanaan JKN-BPJS Kesehatan
dan sumber rujukan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai