PENDAHULUAN
menimbulkan masalah kegawatan dan menjadi salah satu penyebab kematian pada
Penyakit batuk pilek, seperti rinitis, faringitis tonsilitis dan penyakit jalan napas
bagian atas lainnya digolongkan sebagai ISPA bukan pneumonia (Kemenkes RI,
2013)
sering terjadi pada anak. ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama
puskesmas dan 15%-30% kkunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat iinap
rumah sakit disebabkan oleh ISPA. Salah satu penyakit yang menjadi target progam
balita sebesar 151,8 juta kasus pneumonia per tahun, sekitar 8,7 % (13.1 juta)
baru dan kejadian pneumonia paling tinggi anak sebesar 74% (115, 3 juta) dari 156
juta kasus diseluruh dunia. Lebih dari setengah terjadi pada 6 negara, dan Indonesia
terdapat 6 juta kasus, mencakup 44% pupulasi anak balita di dunia pertahun ( World
pneumonia pada balita sebesar 1,19% pada kelompok bayi angka kematian lebih
tinggi yaitu sebesar 2,89% dibandingkan pada kelompok umur 1-4 tahun yang
sebesar 0,20%. Pneumonia juga selalu berada pada daftar 10 penyakit terbesar
rata 83 balita meninggal setiap hari karena pneumonia (kemenkes, 2010). Menurut
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, angka kejadian ISPA di propinsi Jawa
ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh agen infeksius
seperti bakteri,virus, jamur dan benda asing, yang ditandai dengan gejala demam
tinggi, gelisah, dispnoe, napas cepat dan dangkal (terdengar adanya ronki basah),
anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat
pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Insiden pneumonia
di negara berkembang yaitu 30- 45% per 1000 anak di bawah usia 5 tahun, 16- 22%
per 1000 anak pada usia 5-9 tahun, dan 7- 16% per 1000 anak pada yang lebih tua.
anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat
pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Insiden pneumonia
di negara berkembang yaitu 30- 45% per 1000 anak di bawah usia 5 tahun, 16- 22%
per 1000 anak pada usia 5-9 tahun, dan 7- 16% per 1000 anak pada yang lebih tua.
bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik mendadak sampai 39 – 40.0 C
dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi.Anak sangat gelisah
dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut.Kadang – kadang disertai muntah dan diare.Batuk
biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, mungkin terdapat batuk selama
sedangkan pada bronkiolitis gambaran darah tepi dalam batas normal, kimia darah
sering dijumpai pada usia tersebut reslek batuk masih lemah. Tatalaksana infeksi
untuk membantu jalan napas dari secret yang berlebihan. Fisioterapi dada yang
sangat berat. Pada pneumonia berat dan sangat berat akan dilakukan rawat inap
Pneumonia ringan memiliki dapat dilakukan rawat jalan dimana ibu bisa
terjadi pada balita dapat berubah menjadi semkain berat jika perawatan tidak
ibu akan menjadi pendukung penting sebab jika memiliki pengetahuan yang baik
Dampak bila ibu tidak memberikan perawatan yang baik pada balitanya
yaitu berat badan balita menurun, demam tidak berkurang dan nafsu makan
berkurang. Salah satu kriteria keberhasilan perawatan di rumah adalah bila saan 2
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor
perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes).
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu
faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia
sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupak kelompok
bersangkutan. Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas
perilaku.
ibu dalam pencegahan dan perawatan ISPA dengan bronkopnemonia pada anak,
maka dari itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana perawatan
yang benar yang dilakukan oleh ibu pada balita yang terkena ISPA.
Berdasarkan dari latar belakang maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
1.4.1 Bagi Peneliti Mengaplikasikan ilmu dan teori-teori yang diperoleh selama di
pneumonia.
1.4.2 Bagi Mahasiswa Jurusan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan
TINJAUAN PUSTAKA
tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya, seperti : mata,
hidung, telinga, dan yang lainnya. Dengan sendiri pada waktu pengindraan
perhatian dan presepsi terhadap objek. Pengetahuan adalah hal-hal yang kita
ketahui tentang kebenaran yang ada di sekitar kita tanpa harus menguji
2010).
tahu dari manusia terhadap pengindraan untuk mengetahui kebenaran dari hasil
pengamatan.
mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda - beda. Secara garis besarnya
Tahu hanya diartikan sebagai recall atau memanggil memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh sebab itu tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,
Memahami suatu objek bukan sekedar tau terhadap objek tersebut, tidak
Aplikasi diartikan apabila orang yang lelah mamahami objek yang dimaksud,
seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut
pengetahuan yang dimiliki, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
Cara baru atau modem dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau
lebih populer disebut metodologi penelitian atau research methodology. Cara ini
umum, kemudian metode berpikir induktif yang dikembangkan oleh Bacon ini
dilanjutkan oleh Deobold van Dallen yang mengatakan bahwa dalam memperoleh
diamati.
a. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat
dilakukan pengamatan
b. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul saat
dilakukan pengamatan
1. Pendidikan
bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah yamg
3. Usia
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
Semakin tua terdapat banyak informasi yang dijumpai dan banyak hal
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Oleh karena itu,
yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini
5. Lingkungan
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.
6. Pengalaman
ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran pernanafasan mulai dari hidung
(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah). Penularan ISPA yang utama melalui
droplet yang keluar dari hidung/mulut penderita saat batuk atau bersin yang
Luar Biasa) dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi, sehingga
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (R. Hartono, 2012).
lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang
sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam- macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus pneumonia
disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi
sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa
juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang
Pada saat ini terjadi perubahan pola mikroorganisme penyebab infeksi saluran
napas bawah akut (ISNBA) akibat adanya perubahan pada keadaan pasien seperti
Pada pneumonia komunitas (PK) rawat jalan, jenis patogen tidak diketahui pada
golongan yaitu pneumonia dan bukan pneumonia. Pneumonia dibagi tas derajat
beratnya yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat (Kemenkes, 2012).
Penyakit batuk pilek seperti rhinitis, faringitis, tonsillitis, dan penyakit jalan napas
bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etilologi dari sebagaian
besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialaha virus dan tidak dibutuhkan terapi
antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada Balita. Bila
Klasifikasi berdsarkan frekuensi nafas, tarikan dinding dada bagian bawah, Bunti
nafas (stridor) :
1. Pneumonia
Frekuensi napas lebbih dari 40 x / menit, ada tarikan dinding dada bagian
2. Non Pneumonia
Bila bayi dan Balita batuk, demam 38 C tidak disertai nafas cepat lebih dari
40x/menit, tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada bunyi
dan bukan Pneumonia) . Usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun menjadi
1. Bronkopneumonia sangat berat: bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak
sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik.
sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik.
cepat yakni >60 x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan; >50 x/menit
pada anak usia 2 bulan-1 tahun; >40 x/menit pada anak usia 1-5 tahun.
4. Bukan bronkopneumonia: hanya batuk tanpa adanya gejala dan tanda seperti
Sebagian besar ISPA disebabkan oleh virus, meskipun bakteri juga dapat
terlibat sejak awal atau yang bersifat sekunder terhadap infeksi virus.
yaitu kongesti atau hidung tersumbat, sputum berlebih, dan rabas hidung (pilek).
Sakit kepala, demam ringan juga dapat terjadi akibat reaksi inflamasi. Meskipun
saluran napas atas secara langsung terpajan dengan lingkungan, infeksi relative
jarang meluas menjadi infeksi saluran napas bawah yang mengenai bronchus atau
ini berbeda satu sama lainnya dalam menimbulkan penyakit pernapasan (Gwaltney,
mekanisme nonhematogen.
kuman pathogen yang masuk dengan cara Refleks batuk, yaitu dengan
terakumulasi dan mukosyliaris. Lapisan mukosiliaris yaitu lapisan yang terdiri dari
sel-sel yang beralokasi dari bronkus ke atas dan mempunyai produksi mukus, serta
sel-sel silia yang melapisi sel-sel penghasil mukus. Sel penghasil mukus
menangkap partikel benda asing, dan silia bergerak secara ritmik untuk mendorong
melalui hidung atau ditelan. Proses kompleks ini kadang disebut sebagai system
escalator mukosiliaris. Silia adalah struktur lembut yang mudah rusak atau cedera
dan membuat koloni di saluran pernapasan atas, bagian penting pertahanan ketiga
saluran napas bawah. Respon ini diperantarai oleh limfosit, tetapi melibatkan sel
tubuh, antara lain: infeksi virus yang menyebabkan menurunnya daya tahan pada
Penyakit infeksi saluran pernapasan meliputi infeksi pada telinga, tenggorokan (pharynx)
trachea, bronchioli, dan paru. Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernapasan:
batuk, sakit tenggorokan, pilek, demam, kesulitan bernapas dan sakit telinga.
Berdasarkan ting
kat keparahannya, infeksi saluran pernapasan akut di bagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Batuk
b. Serak yaitu anak bersuara bersuara parau ketika mengeluarkan suara (misalnya pada
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak diraba dengan
2. ISPA sedang Anak dinyatakan menderita ISPA sedang, bila dijumpai gejal-gejala
a. Pernapasan lebih dari 50 kali permenit pada anak berumur kurang dari satu tahun
atau lebih dari 40 kali permanit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih.
3. ISPA berat Anak dinyatakan ISPA berat, jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan dan
b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada saat bernapas
ringan dan pneumonia berat. Tanda dan gejala pneumonia dibedakan menurut
tingkatannya yaitu:
a. tanda dan gejala pneumonia ringan Balita dinyatakan mengalami pneumonia ringan
jika ditemukan satu atau lebih tanda dan gejala sebagai berikut:
2) demam
3) nafas cepat balita usia 2 bulan - 12bulan 50x/menit dan pada balita usia 12bulan-
b. tanda dan gejala pneumonia berat Balita dinyatakan mengalami pneumonia berat jika
2) Kejang
3) Kesadaran menurun
Pencegahan ISPA sangat erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh yang dimiliki
oleh seseorang. Seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah akan sangat
Keadaan gizi dan keadaan lingkungan merupakan hal yang penting bagi pencegahan
penyakit ISPA. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah ISPA antara lain
dengan memberikan gizi yang cukup kepada anak atau dapat juga dengan melakukan
Sebagai pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan menjaga keadaan gizi agar tetap
Pencegahan terjadinya ISPA yakni dengan meningkatkan daya tahan tubuh atau
memperbaiki gizi dengan makan makanan yang bergizi, minum cukup, dan istitrahat
cukup. Kunjungi pelayanan kesehatan segera atau beri pengobatan bila mulai muncul
tanda tanda ISPA. Tempat tinggal sedapat mungkin memiliki ventilasi yang baik dan
tidak terlalu penuh penghuninya agar udara tidak sesak, serta pastikan anak
2.2.7 Cara Mengatasi Bahaya ISPA Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah bahaya
Rumah Sakit) atau menghubungi kader kesehatan terdekat bila ditemukan disertai
2.2.8 Cara Mengatasi Bahaya ISPA Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah bahaya
Rumah Sakit) atau menghubungi kader kesehatan terdekat bila ditemukan disertai
2. Semua bayi umur di bawah 2 bulan yang menderita batuk pilek segera di bawa ke
Cara penanggulangan penyakit ISPA dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
risiko yang telah ada baik pada individu maupun masyarakat, misalnya
pengobatan ISPA, baik ISPA bagian atas maupun ISPA bagian bawah.
komplikasi dan bagaimana supaya ISPA bagian bawah tidak terlalu parah.