Wa0001
Wa0001
HUMANIORA
PENYUSUN:
TIM GENAP KELAS B3
No Nama NPM
1 Mita Rahmadewi 1726040279
2 Deka Sanusi 1726040123
3 Dewi Fuspita 172604061
4 Fifin Miwinta Sari 1726040047
5 Rohati 1726040051
6 Fitriana 1726040058
7 Hasriani 1726040075
8 Bengliati Fitri 1726040088
9 Dewi Herlina 1726040100
10 Sri Lukitaningsih 1726040104
11 Veronika Siregar 1726040106
12 Lasmauli Sihombing 1726040108
13 Endriana 1726040110
14 Hikmah Nurlaila 1726040121
15 Sri Ningsih 1726040195
16 Panca Wiranti 1726040037
17 Elsa Pudji Mediastuti 1726040298
18 Vani Ambarwati 1726040024
19 Endah Kusuma Darmawan 1726040005
20 Siska Fitriani 1726040079
21 Andriyani Misgawati 1726040291
22 Rike Rayanti 1726040348
23 Inten Andini W 1726040159
24 Mitri Novita Sari 1726040091
25 Vevi Etika 1726040356
VISI MISI
Visi
memiliki kompetensi dan mampu bersaing secara Nasional maupun Internasional Tahun 2025
Misi
3. Mencetak lulusan tenaga kesehatan unggulan yang memiliki integritas dan daya saing
global
kesehatan.
berkelanjutan.
Diketahui
Direktur,
Drs. H. S. Effendi, MS
Kata Pengantar
Pertama-tama penulis ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan modul ini. Meskipun telah berusaha
menyelesaikan modul ini sebaik mungkin, penulis menyadari bahwa modul ini masih ada
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan modul ini. Proses
penulisan modul bahan ajar ini dapat terwujud berkat dukungan, bimbingan, arahan dan
bantuan moral maupun material dari banyak pihak yang telah banyak membantu penulis
Akhir kata, penulis berharap semoga modul ini berguna bagi para pembaca dan pihak-
pihak lain yang berkepentingan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari berbagai pihak, semoga modul bahan ajar ini dapat bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengant ar
Daftar Isi
Penjelasan Umum
Materi Modul
Karakteristik Dosen
Daftar Pustaka
PENJELASAN UMUM
Proses belajar terjadi bila individu secara sengaja dan aktif membangun
sendirilah yang paling bertanggung j`awab dalam keberhasilan proses belajar yang
terjadi pada dirinya. Mahasiswa dituntut untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran,
aktif melakukan upaya membangun pengetahuan, aktif melatih ketrampilan berpikir yang
lebih tinggi dan mendalam. Mahasiswa diberi kesempatan untuk menentukan sendiri
arah dan kedalaman proses belajarnya sesuai dengan sasaran pembelajaran yang telah
ditentukan. Sedangkan dosen atau staf pengajar lebih berperan sebagai fasilitator
Proses pembelajaran dengan metode Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu
strategi pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan
dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Blok merupakan kelompok berbagai bidang ilmu yang
terintegrasi untuk mencapai standar kompetensi yang diharapkan. Modul adalah media
pembelajaran yang mencakup seluruh topik yang terintegrasi sehingga proses pembelajaran
menjadi lebih fleksibel dan mahasiswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran sesuai
dengan sasaran pembelajaran yang telah ditentukan. Pada akhir modul mahasiswa diwajibkan
membuat log book (catatan kegiatan pembelajaran mandiri) dan menyusun makalah hasil akhir
presentasi kelompok.
PENDAHULUAN
STIKES TRI MANDIRI SAKTI sebagai lembaga pendidikan tinggi berperan untuk
Dosen STIKES TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU sebagai pendidik dan ilmuwan
sebagai anggota masyarakat yang telah menentukan pilihan profesinya untuk berpartisipasi
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta kegiatan penunjang lainnya.
Atas dasar kesamaan profesi sebagai ilmuwan, pendidik, makhluk pribadi dan
makhluk sosial, menyadari perlunya suatu pedoman dalam sikap dan tingkah laku sebagai
a. Pelajari materi sebelum pembelajaran di kelas. Pelajari dengan seksama hingga Anda
dalam topik tersebut serta tandai hal yang belum dipahami untuk ditanyakan kepada
c. Pelajarilah referensi lain yang berhubungan dengan materi modul sehingga Anda
I. Karakteristik Dosen
Di antara kritik yang sering dilontarkan terkait kualitas dosen perguruan tinggi di
Indonesia adalah: Pertama, sekarang ini minat sebagian dosen untuk terus membaca dan
mengerjakan karya ilmiah di bidang keilmuannya sudah menurun. Mereka tampak sudah
merasa puas dengan gelar doktor atau Ph.D. yang diraihnya. Mereka sudah tidak lagi sibuk
dengan karya ilmiah yang menjadi tugas pokok mereka untuk menyumbangkan hal-hal baru
dalam bidang keilmuannya. Kalaupun mereka melakukan sebuah penelitian, biasanya itu
tidak dimaksudkan untuk menemukan hal baru atau menyumbang sesuatu yang bermanfaat
untuk masyarakat, tetapi untuk meraih kenaikan pangkat atau mencapai posisi guru besar.
Kedua, tidak sedikit para dosen yang beranggapan bahwa tugas utamanya hanya
menyampaikan pengetahuan atau menugaskan karya ilmiah kepada para mahasiswa. Mereka
sering alpa bahwa mereka adalah pendidik dalam pengertian seluas-luasnya. Di pundak
mereka terpikul tanggung jawab yang melampaui tembok kampus, yaitu untuk mendidik
mahasiswa, baik dari sisi keilmuan, mental, cara berpikir, perilaku, dan sebagainya.
Ketiga, banyak dosen yang menghindarkan diri dari tugas utamanya sebagai pendidik
“despotisme ilmiah” karena tidak mampu mengatasi dialog kritis dengan mahasiswa, lari dari
topik utama perkuliahan untuk menghabiskan waktu karena tidak menguasai materi, atau
memberi penugasan kemudian membiarkan para mahasiswa berdebat sendiri dengan alasan
PTN di Indonesia, masih ada 50,65 persen atau sekitar 60.000 di antaranya belum
berpendidikan S2 atau baru S1. Menurut data lain, jumlah seluruh dosen di PTN sebanyak
240.000 orang, 50% di antaranya belum memiliki kualifikasi pendidikan setara S2.
Di antara jumlah tersebut, baru 15% dosen yang bergelar doktor. Sementara itu, di
perguruan tinggi di Malaysia, Singapura, dan Filipina jumlah doktornya sudah mencapai
angka 60% lebih. Jika dibandingkan dengan Indonesia, maka tampak bahwa dosen di
Kondisi ini menunjukkan bahwa masih ada jurang yang lebar antara cita-cita ideal, dan
kondisi riil para dosen perguruan tinggi di Indonesia saat ini. Kondisi tersebut tentu saja
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti manajemen pendidikan, ekonomi, realitas sosial, dan
lain-lain. Oleh karena itu, untuk membenahinya juga diperlukan sebuah program
Menurut Permendiknas No.16 tahun 2007, dijelaskan bahwa seorang dosen harus
kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Merujuk pada gagasan Spencer (Learning and
Teaching in The Clinical Environment, 2003), bahwa kompetensi terdiri dari 5 (Lima)
Karakteristik:
Motives
Motif ialah sesuatu dimana seseorang secara konsisten berfikir sehingga ia melakukan
tindakan. Spencer menambahkan bahwa motives adalah “drive, direct and select behavior
toward certain actions or goals and away from others“. Misalnya, seseorang yang memiliki
Traits
Traits Artinya watak yang membuat orang untuk berperilaku atau bagaimana seseorang
merespon sesuatu dengan cara tertentu. Sebagai contoh seperti percaya diri, kontrol diri,
Self Concept
Maksudnya adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang. Sikap dan nilai diukur
melalui tes kepada responden untuk mengetahui nilai yang dimiliki seseorang dan apa yang
Knowledge
peserta untuk memilih jawaban yang paling benar tetapi tidak bias melihat apakah seseorang
Skills
Ini adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik secara fisik
maupun mental. Dengan mengetahui tingkat kompetensi maka perencanaan sumber daya
mengetahui terlebih dahulu karakteristik kompetensi yang profesional. Tujuannya agar dapat
tugas yang tinggi. Adanya hubungan kontributif ini mengimplikasikan perlunya peningkatan
profesionalisme bagi yang menggeluti suatu bidang profesi, termasuk profesi dosen. Dosen
yang profesional diharapkan memiliki kinerja yang dapat memuaskan semua pihak yang
berkepentingan stakeholders, yaitu mahasiswa, orang tua, dan masyarakat dalam arti luas. Di
samping memuaskan stakeholders, kinerja yang tinggi ini juga memuaskan diri sendiri. Bagi
seorang profesional, kepuasan rohani merupakan kompensasi utama yang diharapkan dari
Menurut Milton Hildebrand dan Kenneth Feldman terdapat sepuluh karakter yang
Dosen dapat menyajikan perkuliahan dengan cara yang menarik dan melibatkan
mahasiswa.
Dosen bisa menyampaikan informasi apapun dengan cara yang jelas dan dapat difahami
dan mampu merumuskan tujuan belajar dengan jelas dan memberitahukannya kepada
mahasiswa
Dosen harus Memiliki pengetahuan yang cukup luas dan mendalam di bidang ilmu yang
dikuliahkan dan Menghubungkan fakta-fakta dan konsep-konsep yang lebih penting kepada
bidang studi yang berkaitan agar anak didik paham tentang mata pelajaran tersebut.
Dosen dapat merencanakan dengan baik kegiatan kuliah untuk satu semester, unit,
minggu, sehari dan Memberikan silbaus yang berisi tujuan mata kuliah, bibliografi, tugas,
laporan laboratorium, pekerjaan rumah, jadwal tes, tugas khusus, penilaian, dan pedoman.
5. Memiliki Antusiasme Yang Dinamis
Dosen merasa tertarik dan senang mengajar, dan menunjukkan hal itu dan Membuat
Dosen harus secara tulus menghormati keadaan mahasiswa dan menunjukkan sikap
peduli, siap membantu serta dapat meluangkan waktu untuk anak didik yang membutuhkan
bantuan
7. Ketrampilan Berinteraksi
kemajuan setiap mahasiswa dan Secara akurat membaca dan mengomunikasikan sinyal-sinyal
non-verbal
Dosen bisa menggunakan berbagai ragam gaya dan metode penyajian kuliah dan dosen
bisa terbuka terhadap kritik dan saran mahasiswa terhadap ide-ide, pendekatan dan metode
mengajar baru
Dosen harus memiliki integritas dan krjujuran dalam semua hubungannya dengan
mahasiswa dan Mengemukakan di depan semua peraturan dan persyaratan khusus tanpa ada
10. Komitmen
Dosen bisa menunjukkan keingingan tulus mengajar sebagai priotas nomor satu.
II. Kode Etik Dosen
Kode etik adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam melaksanakan
tugas dan kehidupan sehari-hari. Maka menilik PERMENDIKNAS No. 16 tahun 2007
Berkaitan dengan Kompetensi Guru pada poin Kompetensi Kepribadian, bahwa guru harus
Pada dasarnya guru adalah tenaga professional di bidang kependidikan yang memiliki
tugas mengajar, mendidik, dan membimbing anak didik agar menjadi manusia yang
berpribadi Pancasila (kepribadian bangsa). Dengan demikian, guru memiliki kedudukan yang
sangat penting dan tanggung jawab yang sangat besar dalam menangani berhasil atau
tidaknya program pendidikan.Kalau boleh dikatakan sedikit secara ideal, baik atar buruknya
Kode Etik Guru adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru
Indonesia. Sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai
pendidik, anggota maasyarakat dan warga negara. Kode Etik Guru merupakan pedoman sikap
dan perilaku bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat
Kode Etik Guru berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi
pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik,
orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai
Kode etik adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam melaksanakan
tugas dan kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan pembahasan yang akan dibahas yaitu kode
etik tertulis dosen, Pemerintah dan DPR telah mengeluarkan Undang Undang No. 14 Tahun
UU Guru dan Dosen terdiri dari 84 pasal. Secara garis besar, isi dari UU ini dapat
1. Pertama, pasal-pasal yang membahas tentang penjelasan umum (7 pasal) yang terdiri
dari:
a) Ketentuan Umum,
c) Prinsip Profesionalitas.
2. Kedua, pasal-pasal yang membahas tentang guru (37 pasal) yang terdiri dari
(f) Penghargaan,
(g) Perlindungan,
3. Ketiga, pasal-pasal yang membahas tentang dosen (32 pasal) yang terdiri dari
(f) Penghargaan,
(h) Cuti.
5. Kelima, bagian akhir yang terdiri dari Ketentuan Peralihan dan Ketentuan Penutup (5
Pasal).
Dari seluruh pasal tersebut di atas pada umumnya mengacu pada penciptaan Guru dan
Dosen Profesional dengan kesejahteraan yang lebih baik tanpa melupakan hak dan
kewajibannya
Kemudian jika disimpulkan dari isi UUGD, Isi Pokok Kode Etik Guru dan Dosen
Dikutip dari Pedoman Tata Krama Dosen Universitas Gunadarma, Dosen tentunya
masyarakat.
1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta taat kepada negara dan
2. Menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan negara, serta kewibawaan dan nama
4. Berpikir, bersikap dan berperilaku sebagai anggota masyarakat ilmiah, luhur budi,
6. Berdisiplin, bersikap rendah hati, peka, teliti, hati-hati, dan menghargai pendapat
orang lain.
7. Memegang teguh rahasia negara dan rahasia jabatan serta tidak menyalah gunakan
jabatan.
8. Menolak dan tidak menerima sesuatau pemberian yang nyata diketahui dan patut
diduga secara langsung atau tidak langsung berhubunggan secara tidak sah dengan
profesinya.
11. Menghormati sesama dosen maupun pegawai dan berusaha meluruskan perbuatan
17. Mematuhi semua peraturan dan tata tertib yang berlaku di Universitas Gunadarma.
Contoh Kode Etik yang Ada di Perguruan Tinggi
KODE ETIK
BAB I
PENGERTIAN UMUM
Pasal 1
(1) Kode Etik adalah pedoman sikap tingkah laku, dan perbuatan yang harus dilaksanakan
oleh setiap dosen, mahasiswa dan tenaga kependidikan STIKES TRI MANDIRI
SAKTI BENGKULU.
(2) Kode Etik ini mempunyai tujuan untuk mengangkat harkat dan martabat serta
(3) Dosen adalah Dosen STIKES TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU yang merupakan
(4) Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat
teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat guna meningkatkan mutu
pendidikan nasional.
(5) Kegiatan pokok dosen STIKES TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU adalah
bermasyarakat, sesama dosen dan pegawai, mahasiswa serta terhadap diri sendiri.
(7) Tenaga kependidikan adalah karyawan yang bertugas sebagai tenaga administrasi dan
(8) Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada STIKES TRI
BAB II
ETIKA DOSEN
Pasal 2
(1) Menjamin kerjasama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait dalam
(3) Patuh dan taat terhadap standar operasional, tata kerja dan berorientasi pada upaya
(4) Mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka peningkatan
kinerja organisasi.
(6) Memberikan pelayanan dengan empati, hormat dan santun, tanpa pamrih, dan tanpa
unsur pemaksaan.
(7) Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil serta tidak diskriminatif.
(9) Jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak benar.
sikap.
(12) Saling menghormati sesama warga negara yang memeluk agama/kepercayaan yang
berlainan.
(14) Saling menghargai antara teman sejawat baik secara vertikal maupun horizontal dalam
(17) Menjaga dan menjalin kerja sama yang kooperatif sesama dosen.
BAB III
Pasal 3
(2) Dosen wajib mengajar dengan penuh dedikasi, jujur, disiplin dan bertanggung jawab.
(3) Memperlakukan mahasiswa sebagai manusia dewasa. Dosen memperlakukan
mahasiswa secara sama, tanpa memandang status sosial, agama dan ras mahasiswa.
(4) Berkewajiban untuk merencanakan materi kuliah dan penugasan kepada mahasiswa
serta aturan bagi mahasiswa yang mengikuti kuliahnya sebelum kuliah semester
kepada mahasiswa pada saat tatap muka di minggu pertama semester tertentu.
(5) Mengevaluasi pekerjaan mahasiswa (ujian dan tugas) secara objektif dan konsisten
sesuai dengan aturan yang berlaku, serta mencerminkan komitmen pada Silabus
(6) Tidak merokok pada saat tatap muka dalam ruang kelas maupun dalam ruang kantor.
(7) Terbuka untuk menerima pertanyaan mengenai pelajaran yang diasuhnya dan bersedia
lain.
(9) Menyediakan waktu konsultasi bagi mahasiswa di luar waktu tatap muka terjadwal di
kelas. Di luar waktu yang telah disediakan, pertemuan antara dosen dengan mahasiswa
(10) Senantiasa melakukan up dating materi kuliah dan sumber acuan yang dipakai dalam
(11) Berintegritas tinggi dalam mengevaluasi hasil pekerjaan ujian dan bentuk penugasan
lain dalam memenuhi komitmen seperti yang telah disusun pada silabus.
(12) Berkewajiban membuat soal ujian dan memberikan soal ujian kepada panitia ujian
(13) Menjadi panutan bagi mahasiswa sebagai figur yang memiliki kepedulian tinggi
mahasiswa.
(17) Dosen wajib menghindarkan diri dari penyalahgunaan mahasiswa untuk kepentingan
(18) Dosen wajib memberikan pendidikan dan pengajaran dengan empati, santun, tanpa
Pasal 4
(1) Dosen wajib berjuang keras untuk melakukan dan meningkatkan kualitas
(2) Dosen wajib memelihara kemampuan dan kemajuan akademik dalam disiplin ilmu
masing-masing sehingga mereka dapat terus mengikuti arah perkembangan ilmu dan
teknologi.
(3) Dosen wajib melakukan penelitian dengan mematuhi kode etik penelitian.
(4) Dosen wajib melakukan pengabdian pada masyarakat dengan mematuhi kode etik
(5) Dosen hanya mempublikasikan hasil karya penelitian dan atau pengabdian kepada
(6) Dalam mempublikasikan karya penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, dosen
harus mencantumkan nama penulis atau pihak lain sesuai kontribusinya dalam
(8) Dosen tidak diperbolehkan mempublikasikan karya yang sama berulang-ulang, baik
secara utuh, parsial maupun dalam bentuk modifikasi tanpa transparansi yang
(9) Dosen senantiasa berusaha menghasilkan karya ilmiah dengan kualitas yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(10) Dosen wajib menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran ilmiah serta menghindarkan
diri dari perbuatan yang melanggar norma masyarakat ilmiah seperti plagiat,
(11) Dosen wajib menciptakan dan mempromosikan kesatuan dan ikut berperan serta
Pasal 5
(1) Berusaha memberikan kontribusi nyata dalam berbagai kegiatan yang memberikan
(2) Berpikir dan bertindak positif atas berbagai program, inisiatif, perubahan yang
Pasal 6
dan berkomunikasi dalam tata karma yang santun, baik yang ditetapkan secara
(3) Menggunakan kata panggil/sapaan dengan kata ganti diri yang santun dan formal.
Kata sapaan dan ganti diri yang bersifat non formal hendaknya digunakan dalam
Pasal 7
(1) Pakaian dosen harus disesuaikan dengan peran yang disandangnya sebagai tenaga
(2) Pakaian dosen adalah pakaian formal yang mencerminkan citra profesional dan
terhormat.
(3) Selama bertugas, dosen harus senantiasa menjaga kebersihan dan kerapihan
pakaiannya.
BAB IV
Pasal 8
(1) Bekerja dengan tekun, disiplin, loyal dan mantaati peraturan/kebijakan Yayasan,
(2) Selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang harus
(5) Selalu menjaga kesehatan dan kebugaran jasmaninya, agar selalu bersemangat dalam
melaksanakan tugas.
Pasal 9
(1) Tugas utama tenaga kependidikan adalah melaksanakan kegiatan yang berkaitan
(2) Memiliki komitmen tinggi dan disiplin terhadap waktu, serta memberi pemberitahuan
(4) Senantiasa menjaga kebersihan dan kerapihan meja serta ruangan kerjanya, serta
Pasal 10
(2) Membangun sopan santun, pergaulan dengan sesama tenaga kependidikan dan sivitas
dosen, mahasiswa dan tenaga kependidikan lainnya. Kata sapaan dan ganti diri yang
Pasal 11
(1) Pakaian tenaga kependidikan harus disesuaikan dengan peran yang disandang oleh
(2) Pakaian tenaga kependidikan di ruang kantor adalah pakaian formal untuk
(3) Selama bertugas, tenaga kependidikan harus senantiasa menjaga kebersihan dan
kerapihan pakaiannya.
Pasal 12
(1) Berusaha memberikan kontribusi nyata dalam berbagai kegiatan yang memberikan
(2) Berpikir dan bertindak positif atas berbagai program, inisiatif, perubahan yang
Etika Mahasiswa
Pasal 13
(1) Menjunjung tinggi nama dan nilai-nilai luhur Universitas Wahid Hasyim.
(2) Selalu berusaha sekuatnya untuk dapat menyelesaikan studi dengan cepat dengan hasil
yang sebaik-baiknya.
(3) Saling menghormati kepada dosen, karyawan, sesama mahasiswa, dan juga kepada
(4) Siap saling membantu sesama mahasiswa dalam hal yang positif.
(6) Berusaha memenuhi komitmen waktu dan memberi pemberitahuan apabila terjadi
perubahan janji.
Pasal 14
(1) Mahasiswa harus selalu berpakaian yang sopansehingga mencerminkan sikap insan
yang terpelajar.
(2) Bagi wanita harus memperlihatkan wajahnya (tidak mengenakan cadar, burkah dan
sejenisnya).
(3) Bagi pria tidak mengenakan anting baik di telinga maupun di tempat lain.
(4) Bagi mahasiswa wajib mengenakan pakaian yang rapi dan sopan (wanita: pakaian
kuliah/kerja yang sopan dan terlihat wajahnya, memakai rok dengan sopan, tidak
memakai cadar atau sejenisnya, laki-laki: pakaian sopan, celana kerja (bukan jeans),
Pasal 15
(1) Senantiasa menjaga kesantunan dan sikap saling menghormati / menghargai kepada
(3) Melakukan pergaulan secara wajar dengan menghormati nilai-nilai agama, kesusilaan,
dan kesopanan.
BAB VI
Pasal 16
Kewajiban Dosen
(1) Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan
Pemerintah.
(2) Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan golongan atau diri sendiri,
serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan Negara oleh
(3) Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat bangsa, negara, universitas dan fakultas.
(4) Menyimpan rahasia Universitas, fakultas dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-
baiknya.
(5) Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan Universitas dan fakultas, baik
yang langsung menyangkut tugas universitas, fakultas, maupun yang berlaku secara
umum.
(6) Melaksanakan tugas universitas dan fakultas dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh
(7) Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara,
(8) Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan, dan kesatuan Dosen
(9) Segera melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui ada hal yang dapat
(12) Menggunakan dan memelihara barang-barang milik univeritas dan atau fakultas
dengan sebaik-baiknya.
tugasnya masing-masing.
(14) Bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap bawahannya.
(16) Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap dosen junior.
(21) Hormat menghormati antara sesama warganegara yang baik dalam masyarakat.
(23) Mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku.
Pasal 17
Hak Dosen
(2) Melakukan kegiatan akademik sesuai dengan Tri DharmaPerguruan Tinggi secara
(3) Menyumbang karya ilmiah dan prestasi kerja sesuai dengan peraturanperundangan
yang berlaku.
(6) Mendapatkan perlakuan dan kesempatan yang sama dengan dosen lainnya tanpa
diskriminatif.
(8) Menyampaikan saran, pendapat, dan keinginan menurut ketentuan yang berlaku.
(9) Menggunakankebebasan akademik dalam pengkajian dan/atau pengembangan
keilmuan, teknologi, dan seni, serta mengembangkan otonomi keilmuan yang sesuai
dengan bidangnya.
Pasal 18
(3) Menjunjung tinggi kehormatan dan nama baik Universitas Wahid Hasyim dan
(5) Bersikap dan bertingkah laku sopan sesuai dengan norma dan peraturan perundangan
yang berlaku.
(7) Menjaga martabat sebagai warga dari keluarga besar Universitas Wahid Hasyim
(8) Meminta izin kepada pimpinan fakultas dan atau universitas sebelum melakukan
kegiatan yang menyangkut Universitas Wahid Hasyim dan atau STIKES TRI
(9) Mematuhi tata krama pergaulan dengan sesama sivitas akademika Universitas Wahid
Hasyim
(3) Mendapatkan perlakuan dan kesempatan yang sama dengan tenaga kependidikan
(5) Menyampaikan saran, pendapat, dan keinginan menurut ketentuan yang berlaku.
Pasal 20
Kewajiban Mahasiswa
(1) Mahasiswa wajib melakukan registrasi administrasi dan akademik setiap semester.
(3) Mahasiswa wajib mengikuti pertemuan tatap muka di dalam kelas minimal 75% dari
(4) Mahasiswa wajib mematuhi semua peratuan yang berlaku di lingkungan Fakultas
(5) Mahasiswa wajib menunjukkan Kartu Studi Tetap (KST) dan Kartu Mahasiswa
(KTM) pada saat mengikuti ujian tengah semester dan ujian akhir semester.
(6) Mahasiswa wajib melengkapi persyaratan administrasi akademik dan keuangan untuk
Wisuda
(7) Mahasiswa wajib mengurus surat-surat perijinan untuk kegiatan KKN dan penelitian
(8) Mahasiswa wajib untuk mengikuti pembekalan praktikum, PPL, dan KKN yang
diadakan di kampus.
(9) Mahasiswa wajib melakukan bimbingan pada saat melakukan kegiatan KKN, PPL dan
Pasal 21
Hak Mahasiswa
(1) Mahasiswa berhak mengikuti ujian akhir semester untuk suatu matakuliah setelah
(2) Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti ujian tengah semester dan atau ujian akhir
(3) Mahasiswa yang telah melaksanakan semua tugas dan mengikuti semua jenis ujian
(4) Mahasiswa yang telah mengikuti pembekalan PPL dan KKN sesuai dengan ketentuan
yang berlakuberhak mengikuti dan mendapatkan nilai dari kegiatan PPL dan KKN.
ilmu pengetahuan.
(7) Mahasiswa berhak untuk memperoleh pengajaran dan layanan akademik yang sesuai
(9) Mahasiswa berhak mendapat bimbingan dari dosen dalam penyelesaian studi.
(10) Mahasiswa berhak untuk memperoleh layanan informasi yang berkaitan dengan
studinya.
(11) Mahasiswa berhak untuk memperoleh layanan kesejahteraan sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
(12) Mahasiswa berhak mengajukan permohonan untuk pindah ke perguruan tinggi atau
(13) Mahasiswa berhak untuk Ikut serta dalam kegiatan kemahasiswaan, baik pada tingkat
(14) Mahasiswa berhak untuk memperoleh pelayanan khusus jika menyandang cacat.
BAB VII
PELANGGARAN
Pasal 22
(1) Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat Negara, bangsa
dan Universitas Wahid Hasyim dan STIKES TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU.
(2) Menyalahgunakan wewenangnya sebagai dosen, tenaga kependidikan dan atau pejabat
pejabat.
(5) Tanpa izin Universitas menjadi dosen atau bekerja untuk lembaga lain baik di dalam
barang-barang, dokumen, atau surat-surat berharga milik Negara dan atau Universitas
(8) Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain
pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung
(9) Melakukan tindakan yang merugikan rekan kerja, bawahan, atau orang lain di dalam
lingkungan kerjanya.
diketahui karena kedudukan jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak
lain.
(12) Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun di dalam menjalankan tugasnya
(14) Mencampuri urusan administrasi pendidikan dan lain-lain tanpa wewenang sah dari
Universitas/Fakultas.
(15) Melakukan pengotoran/pengrusakan, berbuat curang serta memalsukan surat/
dokumen yang sah seperti nilai, ijazah maupun sertifikat dan dokumen lain.
(16) Melakukan tindakan kesusilaan baik dalam sikap, perkataan, tulisan maupun gambar.
(17) Menggunakan secara tidak sah ruangan, bangunan, maupun sarana lain milik
(21) Bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk mendapatkan
(22) Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apa pun juga dalam melaksanakan
Pasal 23
(1) Membuat kegaduhan yang mengganggu perkuliahan atau praktikum yang sedang
berlangsung.
(5) Mengotori atau mencoret-coret meja, kursi, dan tembok; merusak dan mencuri hak
milikfakultas/universitas/tempat praktik
(6) Mengkonsumsi, mengedarkan, dan menyalahgunakan obat-obat keras, narkotika dan
BAB VII
Pasal 24
Setiap dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa STIKES TRI MANDIRI SAKTI
Pasal 25
(1) Dosen dan tenaga kependidikan yang melakukan pelanggaran Kode Etik dikenakan
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
b. Nasehat
b. Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1
(satu) tahun.
(6) Pejabat yang berwenang menghukum untuk jenis memberi sanksi tertulis adalah
Pasal 26
(1) Mahasiswa yang melanggar kode etik diberikan sanksi atau hukuman oleh Ketua
(2) Sanksi bagi mahasiswa dapat berupa sanksi ringan, sedang atau berat.
(3) Sanksi ringan berupa teguran/peringatan lisan atau tertulis. Sanksi sedang berupa
IslamUniversitas Wahid Hasyim lainnya dalam jangka waktu tertentu. Sanksi berat
BENGKULU.
KEGIATAN BELAJAR II
Kewajiban Akademik Dosen dan Kewajiban Profesi Dosen Terhadap masyarakat sekitar
I. PENGANTAR
A. Kewajiban Pengetahuan
terhadap kebenaran dalam bidang yang diajarkan atau ditelitinya. Beberapa hal yang harus
1. Bekerja keras untuk memecahkan permasalahan secara tepat, untuk tidak mudah
diri.
3. Dosen hendaknya menjelaskan sisi yang kabur dan tak pasti dalam perkuliahan.
4. Memiliki kejujuran dan kerendahan hati mengenai apa yang benar dan apa yang
tidak benar pada saat itu, apa yang betul-betul kontroversial dan apa yang
sendiri belum puas atas usahanya membuat hasil penelitian itu sedapat mungkin
masuk akal.
Yang Harus Dihindari Dosen dalam Menjalankan Kewajiban terhadap Pengetahuan
Ada beberapa hal yang harus dihindari dosen dalam memenuhi kewajibannya terhadap
anggapan-anggapan yang keliru dan tanpa dasar sambil mengatakan bahwa itu
2. Mengemukakan sebagai kebenaran apa yang sesungguhnya tidak lebih dari sebuah
opini yang belum terbukti atau sebuah hipotesis yang masih tentatif (belum tentu),
lembaga pengajaran.
melarang para dosen untuk menyatakan keyakinan etis dan politisnya di depan
para mahasiswa.
para mahasiswanya.
1. Galat atribut,
2. Keyakian irasional,
5. Mendominasi pembicaraan.
II. PEMBAHASAN
1. Pengetahuan,
2. Mahasiswa,
4. Para kolega,
7. Masyarakat.
A. Kewajiban Pengetahuan
Kewajiban dosen yang utama dalam bidang pengetahuan adalah kewajiban terhadap
kebenaran dalam bidang yang diajarkan atau ditelitinnya. Menurut Shils (1993:73) bahwa
menentukan sebuah kebenaran mungkin sangat sukar. Apa yang dianggap benar sehubungan
dengan topik tertentu memang dapat diubah, namun perubahan-perubahan itu tidak boleh
asal-asalan saja. Perubahan-perubahan itu diatur oleh tradisi dari bidang itu sendiri, biarpun
tradisi itu juga berubah setiap kali ada penambahan atau revisi terhadap pengetahuan tentang
suatu topik tertentu. Ada kekeliruan para dosen sehubungan dengan ini, yaitu ada bidang luas
yang samar-samar yang tentangnya tidak mungkin diperoleh pengetahuan yang terpercaya.
Bidang-bidang ini sangat menggoda dosen untuk mengikuti kecondongan hatinya sendiri dan
bukannya mengikuti kesangsian intelektualnya. Bidang-bidang yang kelabu atau kabur, sejauh
bidang-bidang itu penting, merupakan bidang yang memerlukan penelitian baru, dan penilaian
dari rekan sejawat yang berkualitas sama, baik dari universitas sendiri maupun dari kalangan
terpelajar lain, dibutuhkan agar sang dosen itu mampu memberikan yang terbaik. Banyak
pengajaran harus diberikan dalam bidang-bidang yang kabur ini, dosen wajib membuat
Artinya,
Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk
dengan hak (kebenaran), dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.
Dari ayat Al-Quran di atas dapat diketahui bahwa dosen adalah orang yang Allah Swt.
ciptakan sebagai orang yang dipilih untuk menyampaikn kebenaran (hak) dan dengan
kebenarannya itu diharapakan dia dapat berlaku adil terhadap pengtahuan yang didalaminya.
Menurut Shils (1993:72) mengatakan bahwa seorang dosen yang secara sengaja
mengajarkan kepada para mahasiswanya anggapan-anggapan yang keliru dan tanpa dasar
sambil mengatakan bahwa itu semua merupakan pengetahuan yang sudah terbukti
bermaksud untuk memikat hati penguasa atau untuk merong-rongnya, tidak peduli apakah ia
terdorong untuk menyenangkan hati orang lain atau sekedar bersikap sembrono saja.
Beberapa hal yang harus dilakukannya ketika menyampaikan kebenaran itu adalah:
Shils (1993:72) megatakan dosen hendaklah bekerja keras untuk menilai secara tepat
terhadap segala fenomena atau permasalahan yang terjadi, baik di lingkungan akademis
maupun masyarakat, tidak mudah percaya, dan mendisplinkan diri terhadap keputusan yang
dianggapnya benar.
2. Dosen hendaknya menjelaskan sisi yang kabur dan tak pasti dalam perkuliahan.
Ada bebrapa hal yang yang kabur dalam sistem perkuliahan di univerrsitas. Kekaburan
itu tidak saja terdapat dengan sebuah komponen administratif yang ada dalam sebuah sistem
universitas tetapi juga terdapat dalam komponen yang lainnya, misalnya kurikulum. Tidak
jarang silabus yang dikembangkan para dosen memuat materi perkuliahan yang mengandung
sisi yang kabur atau tidak jelas. Dosen harus menjelaskanya secara jealas dan proporsional
Dalam proses pencapaian target kurikulum yang telah diprogramkan, para dosen juga
harus menjaga etikanya dalam menyampaikan kebenaran. Etika itu tentu berujung pada
konsekwansi moral atau amoralnya dari suatu ketetapan atau kegiatan yang telah diputuskan.
Walaupun ini merupakan sebuah dilema bagi para dosen namun ketika ia memutuskan
sesuatu maka dia harus konsekwen dengan segala teori-teori dan program yang telah
“We constructed this dilemma to illustrate the features of two major types of ethical
theories – those that decide the rightness or wrongness of an action in terms consequences and
those that do not. We shal refer to this as consequentialist theories and nonconsequentialist
theories, respectively.
Menurut Shils (1993:73) ada kekeliruan para dosen sehubungan dengan ini, yaitu ada
bidang luas yang samar-samar yang tentangnya tidak mungkin diperoleh pengetahuan yang
terpercaya. Bidang-bidang ini sangat menggoda dosen untuk mengikuti kecondongan hatinya
sendiri dan bukannya mengikuti kesangsian intelektualnya. Bidang-bidang yang kelabu atau
kabur, sejauh bidang-bidang itu penting, merupakan bidang yang memerlukan penelitian baru,
dan penilaian dari rekan sejawat yang berkualitas sama, baik dari universitas sendiri maupun
dari kalangan terpelajar lain, dibutuhkan agar sang dosen itu mampu memberikan yang
terbaik. Banyak pengajaran harus diberikan dalam bidang-bidang yang kabur ini, dosen wajib
apa yang benar dan apa yang tidak benar yang bertalian dengan waktu, apa yang betul-betul
mengubah penilaian-penilaian mereka manakala diperoleh bukti-bukti dan alasan yang lebih
kuat (Shils,1993:73).
Berkaitan dengan ini, Islam (al-Quran) mengatakan:
Artinya,
mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram?
Dari ayat al-Quran di atas, dapat disimpulkan bahwa siapapun orangnya, terutama
dosen, tidak boleh berbohong dan mengajarkan kebohongan kepada mahasiswanya. Larangan
itu tidak saja ditujukan kepada dosen yang beragama Islam tetapi juga Kristen.
Shils (1993:74) mengatakan bahwa apabila ada suatu pokok bahasan yang “tidak
populer” untuk diteliti maka dosen, seorang ilmuan atau cendikiawan boleh saja dengan tekun
menelitinya, sejauh ia mematuhi metode ilmiah atau metode penelitian akademis. Dosen harus
mempertahankan haknya untuk bebas meneliti apa saja yang dianggapnya penting.
sendiri belum puas atas usahanya membuat hasil penelitian itu sedapat mungkin masuk akal.
Jika dosen telah merasa puas dengan hasil penelitiannya, maka ia wajib menerbitkannya
sedemikian rupa sehingga para kolega dapat mempelajari dan menelaahnya. Kewajiban
terhadap pengetahuan hanya dapat dipenuhi melalui penelitian dan publikasi “terbuka”,
ketertutupan bertentangan dengan kewajiban etis para dosen. Barangkali ada situasi-situasi
luar biasa yang membuat hasil-hasil penelitian tertentu yang dilakukan oleh seorang dosen
atau ilmuan tertutup, umpamanya dalam sebuah proyek yang disponsori oleh pemerintah yang
dinyatakan rahasia sesudah konsultasi antara sang ilmuan yang melakukan penelitian itu
dengan pejabat pemerintah yang berwewenang. Namun hal yang semacam ini harus dilihat
6. Dosen hendaknya melakukan penelitian. Jika dosen sedikit melakukan riset, bahkan
tidak melakukannya sama sekali, maka wajib baginya mengikuti secara seksama hasil-hasil
Ada beberapa hal yang harus dihindari dosen dalam memenuhi kewajibannya terhadap
anggapan-anggapan yang keliru dan tanpa dasar sambil mengatakan bahwa itu semua
kewajiban utamanya, tidak peduli apakah ia bermaksud untuk memikat hati penguasa atau
untuk merong-rongnya, tidak peduli apakah ia terdorong untuk menyenangkan hati para
Salah dalam melakukan penelitian atau pengajaran secara tidak sengaja adalah wajar
tetapi jika meksud untuk menipu maka tidak dapat dimaafkan. Buchori (2001: 35)
mengatakan:
Anyone searching for truth is bound to make mistakes before he or she discovers
something that satisfies his or her criteria of “truth”. Why? Perhaps because, as George
Duhammel said in Le Notaire Du Havre (1933),”…error is the rule, truth is the accident of
error”.
There is a big difference, however, between ordinary mistakes, i.e. mistakes that can be
forgiven, and mistakes that are unforgivable. In science, this unfogivable mistake is called
Dari pendapat Buchori itu dapat disimpulkan bahwa seseorang yang mencari kebenaran
yang dapat memuaskannya. Bahkan menurut George Duhammel seperti yang dikutip oleh
Buchori tersebut mangatakan bahwa kesalahan adalah sebuah aturan, kebenaran adalah
sebuah kejadian dari kesalahan. Artinya, dalam mencari kebenaran, orang tak luput dari
berbuat kesalahan.
Walau bagaimanapun ada perbedaan besar antara salah yang sebenarnya dapat
dimaafkan dengan yang tidak dapat dimaafkan. Dalam sains, kesalahan yang tidak bisa
2. Mengemukakan sebagai kebenaran apa yang sesungguhnya tidak lebih dari sebuah
opini yang belum terbukti atau sebuah hipotesis yang masih tentatif (belum tentu), merupakan
yang benar atau mengesampingkan bukti baru yang menyangsikan apa yang sebelumnya
dianggap benar.
1. Universitas bukanlah sebagai lembaga penelitian semata tetapi ia adalah juga lembaga
kegiatan meneliti.
Menurut FX. Soedarsono (2001:2) mengatakan bahwa dosen itu hendaknya sama-sama
melakukan kedua kegiatan tersebut sehingga dalam prosesnya dosen dan mahasiswa dapat
mencapai perbaikan, peningkatan, dan perubahan pembelajaran yang lebih baik agar tujuan
tinggi itu dapat sebagai media untuk menjadikan manusia itu beraktivitas sehingga
berkontribusi terhadap pemfungsian seorang individu dalam masyarakat dan itu dapat
“Educational goals are those human activities that cotribute to the functioning of a society
(including the functioning of an individual in the society) and that can be acquired through
learning. Kewajiban ini juga dikuatkan oleh Soenjono (1991:11) yang mengatakan bahwa
pendidikan.
Seorang dosen yang bisa menjalankan fungsi pengajaran dan penelitian secara maksimal
tentu berpotensi menjadi guru besar sehingga bisa meningkatkan jabatan akademikanya di
perguruan tinggi. Sebelum itu, tentulah terlebih dahulu dia harus menjadikan dirinya sebagai
dosen yang yang memiliki kualitas pengajaran yang bagus, antusias, keterampilan organisasi
yang bagus, hubungan yagn baik dengan kolega dan mahasiswa, tanggap terhadap
masyarakat, serta berkeinginan bekerja keras terhadap tugas rutin sebagaiman yang dikatakan
A great teacher has generally better chance of becoming a good academic manager,
because the qualities of good teaching – empathy, enthusiasism, good organizational skills,
rapport with colleagues and students, a public presence and a willingness to work hard at
repetiitive task.
2. Postulat bahwa universitas merupakan suatu lembaga, yang kewajiban utamanya ialah
dosen untuk menyatakan keyakinan etis dan politisnya di depan para mahasiswa.
Menurut Shils (1993:79) hal ini memang berarti bahwa para dosen harus
pernyataan-pernyataan ilmiah, ini juga berarti bahwa mereka tidak boleh membiarkan apa
yang mereka kemukakan sebagai kebenaran yang ditentukan oleh cita-cita dan simpati etis
serta politis mereka. Para dosen juga harus menghindarkan diri diskriminasi atas diri
mahasiswa berdasarkan cita-cita dan simpati etis serta politis para mahasisiwa sendiri. (Tidak
perlu dikatakan lagi bahwa, bagi para dosen, diskriminasi dalam menilai mahasiswa
berdasarkan seks, agama, warna kulit atau kelas sosial sama sekali bertentangan dengan etika
akademis.
Satu-satunya jaminan langsung bagi dosen agar mereka memenuhi kewajiban untuk
mengajarkan apa yang benar dan penting kepada para mahasiswa ialah kesungguhan mereka
dlam menjalankan tugas, keyakinannya pada pengetahuan yang diajarkannya dan keyakinan
bahwa kebenaran tetang bidang keilmuannya memang layak diketahui dan diajarkan.
Ketaatan terhadap kewajiban ini hanya dapat tumbuh dari keteguhan nurani dan keyakinan
Contoh,
Seorang dosen jurusan kesehatan dan menjadi pendukung kuat terhadap sebuah partai
politik, misalnya Partai Demokrat, maka dia boleh saja menyatakan keyakinan etis dan
dalam dogmatisme atau secara tidak wajar berusaha menanamkan pengaruh kepada
metodologis dan substantif tertentu. Menyerah pada godaan dogmatis berarti tidak
Contoh,
Seorang dosen Kesehatan yang apresiatif terhadap penelitian kualitatif dalam kajian
bahasa dan sastra harus hati-hati untuk tidak menanamkan kepada mahasiswanya bahwa
aspek kajian itu hanya baik jika dilakukan melalui penelitian kualitatif, bukan dengan
kuantitatif, pada hal bisa juga dengan kuantitatif dengan hasil yang baik. Penelitian tentang
pengaruh karya sastra terhadap pembaca tidak saja bisa dilakukan dengan jenis penelitian
kualitatif malahan dengan kuantitatif justru dirasa lebih tepat. Jadi, dosen Kesehatan yang
cenderung suka dengan penelitian kualitatif janganlah terlalu melebihkan kesukaannya itu
Integritas intelektual dan performan seorang dosen bukan hanya terletak pada persolan
kekuatan watak tetapi juga merupakan fungsi dari lingkungan pergaulan seorang dosen di
saling memperkuat satu sama lain. Karena itu komunitas akademis menunjang etika akademis
dalam pengajaran. Sikap sseorang dosen yang peka terhadap kewajiban moralnya
mempengaruhi sikap para koleganya terhadap kegiatan pengajaran mereka sendiri. Kepekaan
seorang dosen terhadap kewajibannya dipertajam oleh kesadaran akan kekuatan kepekaan
moral itu dalam diri para kolega. Salah satu cara tidak langsung untuk menjaga agar para
dosen tetap mempunyai kepekaan yang tinggi dalam hal kewajiban terhadap para mahasiswa
adalah melalui sikap hati-hati dalam proses pengangkatan dosen baru, sehingga dapat
(Shils, 1993:84).
Contoh,
Keseriusan dan keberhasilan seoran dosen Kesehatan dalam mengajar tentu dipengaruhi
dan ditunjang juga oleh staf pengajar lainnya, tidak saja dosen dari jurusan sama tetapi juga
5. Para mahasiswa tidak hanya perlu diajar. Mereka juga perlu dinilai dan harus
Penilaian ini menurut Shils (1993:85) penting karena akan mempengaruhi kesempatan
para mahasiswa dalam studi mereka selanjutnya dan kemungkinan mereka diterima dalam
karier professional. Penilaian mempengaruhi pula sikap para mahasiswa terhaddap studi dan
diri mereka sendiri. Penilaian yang adil sangat dibutuhkan baik oleh masyarakat maupun oleh
masing-masing mahasiswa. Juga tidak kurang penting adalah kesembronan dipihak penguji
dalam menjaga standar penilaian yang stabil hal ini sukar dikontrol.
tradisi menghargai pertemuan antara dosen dan para mahasiswa di luar ruang kuliah atau
laboratarium serta kesediaan dosen dalam menyediakan waktu untuk mahasiswa berdiskusi
dengannya, baik di ruang kuliah maupun di laboratarium haruslah di sambut baik. Karena
itulah makanya, hubungan informal antara dosen dan mahasiswa tetap dibina. Tetapi
hubungan itu mengandung bahaya-bahaya tertentu. Salah satu bahayanya adalah bahwa dalam
hubungan semacam itu sang dosen mungkin saja cendrung untuk lebih suka pada bebrapa
bahaya jika hubungan antara dosen dengan para mahasiswa terjalin rapat adalah terjadinya
Contoh,
mahasiswanya. Walaupun cara menilai itu dapat dilakukan dengan bermacam-macam, namun
hendaklah dilakukan dengan secara adil dan objektif. Dalam memberikan penilaian ini, dia
hendaklah hati-hati supaya tidak terjerat dengan relasi seksual. Relasi itu tentu mengandung
bahaya-bahaya tertentu. Salah satu bahayanya adalah bahwa dalam hubungan semacam itu
sang dosen mungkin saja cendrung untuk lebih suka pada bebrapa mahasiswa daripada
Contoh,
Dosen Jurusan Kesehatan seharusnya memberikan motivasi dan teknik atau kiat
tertentu kepada mahasiswanya agar cepat menyelesaikan perkuliahan maupun penelitian dan
jika perlu dengan senang hati meminjamkan sesuatu yang sangat diperlukan mahasiswanya,
penelitian yang sulit ditemukan di pustaka atau toko buku. Sebaliknya, tidak selayaknya jika
ada seorang dosen Jurusan Kesehatan yang justru mempersulit proses perkuliahan atau
penelitian yang sedang dijalankan oleh mahasiswanya seperti dengan jarang datang ke
kampus atau tidak menaati jadual konsultasi yang telah disepakati bersama sehigga
mahasiswa sulit dalam menyelesaikan perkuliahannya, bahkan tidak jarang terjadi seorang
mahasiswa terlambat diwisuda gara-gara hanya terlambat dalam mendapatkan tanda tangan
seorang dosen.
mahasiswanya. Bagaimanapun juga satu yang jelas, pengajar wajib untuk tidak
menggunakan ruang kuliah sebagai tempat meraih pendukung bagi pandangan politik
menyangkut preferensi etis dan politis dihindari dalam pengajaran universitas, karena
hubungan dosen dan mahasiswa di aula tempat kuliah tidak memungkinkan para mahasiswa
mengkritik pernyataan dosen itu. Sebenarnya dosen harus membiarkan mahasiswa bebas
Pengajar yang mengungkapkan penilaian sosial dan politisnya perlu berusaha untuk
dengan sejelas mungkin perbedaan antara apa yang didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang
dikaji secara cermat dan sudut pandang politik atau moral apa yang dipakainya untuk menilai
situasi (Shils,1993:90).
Contoh,
Seorang dosen Jurusan Kesehatan yang sudah bergelar profesor, doktor, master, dan
yang tidak diragukan lagi kemampuan akademiknya. Disamping itu, dia juiga aktif dalam
partai politik tertentu, misalnya Partai Keadilan sejahtera (PKS) namun ia tidak boleh
menggunakan ruang kuliah untuk meraih dukungan dari mahasiswa bagi partai politiknya.
C. Beberapa Penyakit Dosen yang Harus Dihindari
1. Galat Atribut
Tresna (1988:77) menjelaskan bahwa ada suatu prilaku dari dosen yang harus dihindari
sehubungan dengan kegiatannya di universitas yaitu apa yang disebut dengan galat atribut
(sifat menyalahkan). Cara ini ialah kecendrungan untuk menyalahkan apa-apa yang di luar
kita untuk masalah kita sendiri. Dosen yang tidak memperoleh bantuan atau kerja sama dari
mahasiswa akan menyalahkan mahasiswanya, fasilitas sekolah, waktu, cuaca, atau sifat mata
pelajaran itu sendiri. Apa yang tidak tampak ialah kekurangan atau tanggung jawab diri
sendiri untuk tiadanya keikutsertaan mahasiswa. Dosen tidak pernah bertanya, “Mengapa saya
membosankan kelas? Tindakan apa yang telah saya lakukan, yang menghalangi interaksi?
Kecendrungan menyalahkan situasi luar ini tidak sepenuhnya salah. Memang ada juga
di antaranya yang ditemukan di lapangan namun tentu memerlukan adanya introspeksi diri
dan analisis lingkungan. Mengabaikan salah satu akan terjadi galat pertimbangan. Untuk
mengatasi masalah ini ajukanlah pertanyaan ini: “Bagaimana prilaku saya (dosen) dan
berbagai aspek situasi menggiur ke dalam masalah ini? Bagaimana meningkatkan minat,
Contoh,
Dosen Jurusan Kesehatan menyebarkan angket penelitian yang harus dijawab oleh
mahasiswanya, akan tetapi setelah dianalisisnya hasil agket itu, ternyata hasilnya tidak
memuaskan lalu secara serta merta tanpa mengoreksi diri mengatakan bahwa penyebabnya
adalah mahasiswa, fasilitas sekolah, atau hal lannya. Pada hal, jika ia mau bersikap arif maka
akan diketahuinya bahwa penyebab kegagalannya mungkin disebabkan selama ini dia kurang
apresiatif dan kooperatif dengan mahasiswanya sehingga angket yang diisi tidak direspon
Salah satu keyakinan yang mengendalikan prilaku dosen ialah keyakinan irasional.
Keyakinan itu bercirikan pikiran-pikiran yang tidak logis dan berlebih-lebihan. Keyakinan
irasional tampak pada pernyataan bernada ekstrim dan mutlak seperti mengandung kata-kata
Keyakinan irasional mencegah dosen untuk menyelidiki ide lebih lanjut untuk
melibatkan diri.
Generalisasi berlebihan:
Contoh,
Pernyataan dosen Jurusan Kesehatan akan berbunyi seperti berikut: “Ah, metode
teknik copy master tidak jalan. Saya telah mencobanya di ruang kuliah, ternyata terjadi
malapetaka. Teknik ini yang semula hanya dimaksudkan sebagai langkah awal untuk
master karya tulis orang lain”. Mahasiswa disuruh menulis karya tulis oleh dosen, tetapi salah
seorang telah membuatnya dengan meng-copy master karya orang lain. Kenyataan ini
mungkin ada satu-satu terjadi di kalangan mahasiswa. Akan tetapi terlalu berlebihan untuk
3. Menggambarkan bencana:
“Saya memeras otak berusaha membuat suasana kuliah Jurusan Kesehatan agar
sangat menarik. Tetapi tidak sedikit pun mahasiswa meresponnya. Saya berfikir sungguh-
sungguh bahwa saya ini gagal total sebagai dosen Jurusan Kesehatan”.
4. Berfikir Negatif
“Saya bukan dosen Jurusan Kesehatan yang baik. Keterampilan saya sebenarnya ialah
menulisdan mengarang bukan mengajar di depan ruang kuliah ini. Saya merasa kurang yakin
berdiri di depan mahasiwa. Saya yakin bahwa mereka mengetahui kelemahan saya ini.
Tresna (1988:90) mengatakan bahwa orang sering cendrung tidak peka akan
umpanbalik bila ada hal yang berlawanan dengan konsep dirinya. Ia bukan bertanya
yang tidak peka dan yakin bahwa pekerjaannya sopan atau layak, mungkin akan mengabaikan
tindakan yang sebenarnya berlawann dengan keyakinannya. Berita tentang ketiadaan minat
siswaa akan ditolaknya atau siswa dipersalahkannya. Adalah diragukan bahwa prilaku ini
Orang sering mengabaikan yang jelek perihal kelakuan mereka tetapi membesar-
besarkan pa yang apa yang dilakukan baik. Hal ini akn mengurangi kesediaan untuk mencari
pengalaman baru danmengarahkan hidup kita kea rah yang lebih baik. Orang akan cendrung
melakukan kebiasaan lama, daripada mengubah kelakuannya yang kurang baik. Demikialah
Agar umpan balik bekeerja sebagaimana mestinya kita harus berfikiran erbuka, bersedia
menelaah apakah adfa hubungannya dengan massalah pelajaran di kelas.. Terutama bila
umpan balik itu amat khusus dan menyangkut prilaku kita yang dapt kita ubah. Prilaku yang
mudah diamati lebih dahulu diperhatikan kesediaan untuk berubah dan keterbukaan akan
saran-saran orang lain amat diperlukan agar umpan balik itu efektif.
Contoh,
Seorang dosen Jurusan Kesehatan telah ditugaskan mengajar di sebuah lokal tertentu
namun ketika dia akan memulai perkuliahannya di dalam lokal ternyata tak ada seorang pun
mahasiswa di dalamnya. Menurut informasi yang berkembang bahwa mahasiswa tidak mau
menilai bahwa dosen itu sering terlambat datang ke kampus. Jika datang, jarang yang tidak
marah-marah kepada mahasiswa di dalam perkuliahan. Selain itu, dia juga cendrung tidak
logis dan subjektif dalam memberikan peneliaian kepada mahasiswa bahkan sudah banyak
mahasiswa yang gagal atau mendapat nilai sangat rendah dengannya. Mestinya dia harus peka
terhadap keadaan itu dan bisa menjadikannya sebagai umpan balik dalam memperbaiki
dirinya di masa yang akan datang. Jadi, tidak mengacuhkan, mengubah, atau membalikkannya
penting dalam rancangan prosedur kelas. Dosen juga berusaha untuk memelihara
pengaruhnya, misalnya menggunakan metode dan proses tertentu dalam merancang kelas.
Dosen juga mengatur sistem penilaian, menerapkan aturan kehadiran, menentukan prasarat
format dan pola, menentukan topik makalah, menetapkan batas waktu penyampaian tugas-
tugas, mematuhi kebijakan ujian, dan banyak lagi. Siswa amat sedikit pengaruhnya dalam
Agar diperoleh partisipasi siswa, perlu ada perubahan dalam penggunaan waktu kelas.
Siswa perlu diberitahu untuk partisipasi di kelas. Prosedur pengajaran perlu memperhatikan
kebutuhan siswa agar dapat belajar lebih efektif. Bila kesediaan dosen untuk mengatur
kembali pembagian waktu ini, maka partisipasi siswa akan terhambat. Keengganan
menghentikan pengawasan oleh dosen juga merupakan salah satu sebab pengaturan waktu
oleh dosen juga merupakan salah satu sebab perkuliahan kembali tidak dapat berjalan.
Contoh,
Seorang dosen Jurusan Kesehatan yang sudah banyak memiliki gelar akademik dan
mengajar di beberapa perguruan tinggi, baik dalam kota maupun luar kota bahkan luar
provinsi. Dengan kesibukannya yang padat itu dia boleh saja merancang perkuliahan dengan
metode dan proses tertentu, misalnya dengan pemberian tugas atau modul pembelajaran akan
tetapi jika suatu saat dia menghentikan pengawasan karena kesibukannya yang semakin
banyak tentu perkuliahan yang telah dirancang tidak akan berjalan dengan lancar.
7. Mendominasi pembicaraan
Centra (1982:61) mengatakan: “The lecture is the most traditonal and, considaring all its
forms, the mostly widely used approach to instruction. It is also the most critized because of
its teacher-center nature and general misuse at all levels of education. The type of lecture can
range from a formal extended presentation, used primarily in high school and college large-
group sessions, to informal explanations used at both elemetary and secondary levels. A
major characteristic of all lecturer, though, is that the teacher engeges primarily in one-way
communication and thus dominates classroom verbal activity. Although the time periode of a
lecture may range from several minute to over an hour, the student’s role is mainly a passive
one with 80-90 percent of verbalizations being teacher-talk. The vast majority of lectures are
mempertimbangan segala kondisi dirinya dalam pendekatan pengajaran. Keadaan itu sangat
dikritik sebab secara umum dan alamiah pengajaran yang berpusat pada guru adalah tidak
tepat (salah penggunaan) pada semua level atau jenjang pendidikan. Tipe seorang dosen dapat
diukur dari sebuah penyajian pengembangan formal, digunakannya secara utama di sekolah
tinggi atau kampus dalam bagian kelompok yang besar, penjelasan-penjelasan informal
digunakan pada kedua level dasar dan menengah. Karakteristik utama dari seluruh dosen
dalam hal pemikiran adalah dia secara utama mengembangkan pola komunikasi satu arah
dengan demikian dia mendominasi kelas dengan aktivitas verbalnya (ceramah). Walaupun
waktu perkuliahan seorang dosen mungkin telah dijarakkan beberapa menit dari satu jam
lebih, namun keberadaan siswa secara utama menjadi orang yang pasif 80—90 persen akibat
dari pembicaraan hanya didominasi oleh dosen. Mayoritas seorang dosen itu dalam
penyimpulan.
Dari pendapat centra tersebut dapat disimpulkan bahwa mestinya seorang dosen itu
jangan terlalu mendominasi pembicaraan di ddalam ruang kuliah sehingga mahasiswa pasif
saja. Seorang yang sangat tradisional itu adalah menganggap seluruh bentuk-bentuk yang
dimilikinya, secara dalam dan luas menggunakannya dalam pendekatan pengajaran. Suatu
kritikan yang sangat tajam ditujukan kepada seorang dosen apabila dia mengajar terlalu
berpusat kepadanya. Secara umum dan alamiah keadaan itu salah diterapkan pada semua
jenjang pendidikan. Mestinya dalam perkuliahan, dosen itu mendominasi pembicaraan hanya
bidang pengetahuan dan penyebarluasannya. Dosen tidak saja dituntut untuk memilik
kedalaman dalam bidang objek material keilmuannya tetapi juga memiliki berbagai variasi
metode, teknik, dan etika akademik dalam menyampaikannya kepada para mahasiswa.Untuk
Kewajiban umum dosen dalam bidang pengetahuan ialah melakukan penelitian yang
dosen boleh melakukan berbagai penelitian yang meliputi yang keilmuan yang digelutinya.
Dalam konteks akademis dan demi untuk mengembangkan keilmuannya, dia boleh
melakukan apa saja tanpa terikat dengan nilai-nilai sementara menurut sebagian pendapat lain
mengatakan harus terikat dengan nilai-nilai. Hal itu biasanya bergantung kepada visi dan misi
Kepada mahasiswa, para dosen di samping melakukan penelitian, dia juga harus
mengajar di dalam kampus sebagai mana layaknya proses belajar mengajar. Jadi dia tidak
melulu sibuk mengadakan penelitian, namun pembinaan pikiran dan watak mahasiswa
terhadap melakukan penelitian harus dibina juga dalam pengajaran. Pengajaran bukan sekedar
pengalihan sekumpulan pengetahuan, teoritis ataupun faktual yang penting saja, namun harus
bidang itu serta metode-metode dan teknik-teknik penelitian dan pengujian yang khas dalam
bidang bersangkutan.
tidak jatuh dalam dogmatisme serta mempengaruhi siswanya untuk menjadi pendukungnya.
Terbelenggu dengan sebuah dogmatisme berarti dosen tidak setia pada kewajiban untuk
mengkomunikasikan kebenaran.
Eksistensi seorang dosen dalam mengajar ditunjang oleh kesungguhan para koleganya
hanya persolan kekuatan watak pribadi saja tetapi juga merupakan fungsi dari lingkungan
Dalam memberikan penilaian kepada para mahasiswa, dia hendaklah berlaku adil,
objektif, dan sedapat mungkin menekan faktor subjektifitas . Adalah berbahaya jika hubungan
antara dosen dengan para mahasiswa terjalin rapat sehingga mengakibatkan terjadinya
diskriminasi dalam penilaian, relasi seksual, dan beberapa akibat buruk lainnya.
Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan
dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara individu-individu
(manusia) kemudian lahirlah kelompok-kelompok sosial (social group) yang dilandasi oleh
dapat dikatakan kelompok sosial. Untuk dikatakan kelompok sosial terdapat persyaratan-
persyaratan tertentu. Dalam kelompok social yang telah tersusun susunan masyarakatnya akan
terjadinya sebuah perubahan dalam susunan tersebut merupakan sebuah keniscayaan. Karena
Perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan interaksi antar orang, organisasi
atau komunitas, ia dapat menyangkut “struktur sosial” atau “pola nilai dan norma” serta
“pran”. Dengan demikina, istilah yang lebih lengkap mestinya adalah “perubahan sosial-
kebudayaan” karena memang antara manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan
Cara yang paling sederhana untuk mengerti perubahan sosial (masyarakat) dan
kebudayaan itu, adalah dengan membuat rekapitulasi dari semua perubahan yang terjadi di
dalam masyarakat itu sendiri, bahkan jika ingin mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi
mengenai perubahan mayarakat dan kebudayaan itu, maka suatu hal yang paling baik
dilakukan adalah mencoba mengungkap semua kejadian yang sedang berlangsung di tengah-
berbagai segi diantaranya: ke “arah” mana perubahan dalam masyarakat itu “bergerak”
(direction of change)”, yang jelas adalah bahwa perubahan itu bergerak meninggalkan faktor
yang diubah. Akan tetapi setelah meninggalkan faktor itu mungkin perubahan itu bergerak
kepada sesuatu bentuk yang baru sama sekali, akan tetapi boleh pula bergerak kepada suatu
Kebanyakan definisi membicarakan perubahan dalam arti yang sangat luas. Wilbert
Moore misalnya, mendefinisikan perubahan sosial sebagai “perubahan penting dari stuktur
sosial” dan yang dimaksud dengan struktur sosial adalah “pola-pola perilaku dan interaksi
sosial”. Dengan demikian dapat diartikan bahwa perubahan social dalam suatu kajian untuk
melihat dan mempelajari tingkah laku masyarakat dalam kaitannya dengan perubahan
Perubahan sosial adalah proses di mana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu
sistem sosial. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat masuknya ide-ide pembaruan yang
diadopsi oleh para anggota sistem sosial yang bersangkutan. Proses perubahan sosial biasa
2. Difusi, yakni proses di mana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam sistem
sosial.
diselesaikan ialah pembatasan pengertian atau definisi perubahan sosial (dan Wilbert E.
Maore, Order and Change, Essay in Comparative Sosiology, New York, John Wiley & Sons,
1967 : 3. perubahan kebudayaan) itu sendiri. Ahli-ahli sosiologi dan antropologi telah banyak
membicarakannya.
Menurut Max Weber dalam Berger (2004), bahwa, tindakan sosial atau aksi sosial
(social action) tidak bisa dipisahkan dari proses berpikir rasional dan tujuan yang akan dicapai
oleh pelaku. Tindakan sosial dapat dipisahkan menjadi empat macam tindakan menurut
motifnya: (1) tindakan untuk mencapai satu tujuan tertentu, (2) tindakan berdasar atas adanya
satu nilai tertentu, (3) tindakan emosional, serta (4) tindakan yang didasarkan pada adat
kebiasaan (tradisi).
Anonim dalam Media Intelektual (2008) mengungkapkan bahwa, aksi sosial adalah aksi
yang langsung menyangkut kepentingan sosial dan langsung datangnya dari masyarakat atau
suatu organisasi, seperti aksi menuntut kenaikan upah atau gaji, menuntut perbaikan gizi dan
kesehatan, dan lain-lain. Aksi sosial adalah aksi yang ringan syarat-syarat yang diperlukannya
dibandingkan dengan aksi politik, maka aksi sosial lebih mudah digerakkan daripada aksi
politik. Aksi sosial sangat penting bagi permulaan dan persiapan aksi politik. Dari aksi sosial,
massa/demonstran bisa dibawa dan ditingkatkan ke aksi politik. Aksi sosial adalah alat untuk
mendidik dan melatih keberanian rakyat. Keberanian itu dapat digunakan untuk:
mengembangkan kekuatan aksi, menguji barisan aksi, mengukur kekuatan aksi dan kekuatan
lawan serta untuk meningkatkan menjadi aksi politik. Selanjutnya Netting, Ketther dan
McMurtry (2004) berpendapat bahwa, aksi sosial merupakan bagian dari pekerjaan sosial
yang memiliki komitmen untuk menjadi agen atau sumber bagi mereka yang berjuang
merupakan sebuah proses. Perubahan sosial merupakan sebuah keputusan bersama yang
diambil oleh anggota masyarakat. Konsep dinamika kelompok menjadi sebuah bahasan yang
menarik untuk memahami perubahan sosial. Kurt Lewin dikenal sebagai bapak manajemen
perubahan, karena ia dianggap sebagai orang pertama dalam ilmu sosial yang secara khusus
melakukan studi tentang perubahan secara ilmiah. Konsepnya dikenal dengan model force-
forces) akan berhadapan dengan penolakan (resistences) untuk berubah. Perubahan dapat
dynamic equilibrium).
Pada dasarnya perilaku manusia lebih banyak dapat dipahami dengan melihat struktur
tempat perilaku tersebut terjadi daripada melihat kepribadian individu yang melakukannya.
Sifat struktural seperti sentralisasi, formalisasi dan stratifikasi jauh lebih erat hubungannya
menjabarkannya dalam tahap-tahap yang harus dilalui dalam perubahan berencana. Terdapat
lima tahap perubahan yang disampaikan olehnya, tiga tahap merupakan ide dasar dari Lewin.
c. Melaksanakan perubahan,
Konsep pokok yang disampaikan oleh Lippit diturunkan dari Lewin tentang perubahan
(driving forces) akan berhadapan dengan penolakan (resistences) untuk berubah. Perubahan
dapat terjadi dengan memperkuat driving forces dan melemahkan resistences to change. Peran
kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan
sebelumnya dan merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau
institusi. Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap,
perilaku, individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang
kekuatannya, maka pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan akan
dapat berguna.
dianalogikan seperti halnya proses evolusi. suatu proses perubahan yang berlangsung sangat
lambat. Pemikiran ini sangat dipengaruhi oleh hasil-hasil penemuan ilmu biologi, yang
memang telah berkembang dengan pesatnya. Peletak dasar pemikiran perubahan sosial
sebagai suatu bentuk “evolusi” antara lain Herbert Spencer dan August Comte. Keduanya
memiliki pandangan tentang perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat dalam bentuk
perkembangan yang linear menuju ke arah yang positif. Perubahan sosial menurut pandangan
berarti pertambahan diferensiasi dan integrasi, pembagian kerja dan perubahan dari keadaan
diferensiasi pada tahap pra industri secara intern justru tidak stabil yang disebabkan oleh
pertentangan di antara mereka sendiri. Pada masyarakat industri yang telah terdiferensiasi
dengan mantap akan terjadi suatu stabilitas menuju kehidupan yang damai. Masyarakat
Seperti halnya Spencer, pemikiran Comte sangat dipengaruhi oleh pemikiran ilmu alam.
Pemikiran Comte yang dikenal dengan aliran positivisme, memandang bahwa masyarakat
harus menjalani berbagai tahap evolusi yang pada masing-masing tahap tersebut dihubungkan
dengan pola pemikiran tertentu. Selanjutnya Comte menjelaskan bahwa setiap kemunculan
tahap baru akan diawali dengan pertentangan antara pemikiran tradisional dan pemikiran yang
hidup, Comte menyatakan bahwa dengan adanya pembagian kerja, masyarakat akan menjadi
Membahas tentang perubahan sosial, Comte membaginya dalam dua konsep yaitu social
statics (bangunan struktural) dan social dynamics (dinamika struktural). Bangunan struktural
merupakan struktur yang berlaku pada suatu masa tertentu. Bahasan utamanya mengenai
struktur sosial yang ada di masyarakat yang melandasi dan menunjang kestabilan masyarakat.
Sedangkan dinamika struktural merupakan hal-hal yang berubah dari satu waktu ke waktu
yang lain. Perubahan pada bangunan struktural maupun dinamika struktural merupakan
Ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun
Definisi lain dari perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga
pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia
Moore (2000), perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan
dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan,
teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi
perubahan sosial. Namun demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan
perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990). Aksi sosial dapat
bentuk intervensi sosial yang memberi pengaruh kepada klien atau sistem klien yang tidak
terlepas dari upaya melakukan perubahan berencana. Pemberian pengaruh sebagai bentuk
intervensi berupaya menciptakan suatu kondisi atau perkembangan yang ditujukan kepada
seorang klien atau sistem agar termotivasi untuk bersedia berpartisipasi dalam usaha
perubahan sosial.
Akhirnya dikutip definisi Selo Soemardjan yang akan dijadikan pegangan dalam
Sosiologi Suatu Penantar, (Jakarta : Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1974), hal. 217
perubahan lembaga sosial, yang selanjutnya mempengaruhi segi-segi lain struktur masyarakat.
Lembaga social ialah unsur yang mengatur pergaulan hidup untuk mencapai tata tertib
melalui norma.
Definisi lain dari perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga
pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia
ekonomis dan kebudayaan. Sorokin (1957), berpendapat bahwa segenap usaha untuk
mengemukakan suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan sosial tidak
kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,
filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial
Dalam kelompok teori-teori perubahan sosial klasik telah dibahas empat pandangan dari
tokoh-tokoh terkenal yakni August Comte, Karl Marx, Emile Durkheim, dan Max Weber.
August Comte menyatakan bahwa perubahan sosial berlangsung secara evolusi melalui
suatu tahapan-tahapan perubahan dalam alam pemikiran manusia, yang oleh Comte disebut
dengan evolusi intelektual. Tahapan-tahapan pemikiran tersebut mencakup tiga tahap, dimulai
dari tahap Teologis Primitif, kedua; tahap Metafisik transisional, dan ketiga; tahap positif
rasional. Setiap perubahan tahap pemikiran manusia tersebut mempengaruhi unsur kehidupan
Karl Marx pada dasarnya melihat perubahan sosial sebagai akibat dari perubahan-
perubahan yang terjadi dalam tata perekonomian masyarakat, terutama sebagai akibat dari
pertentangan yang terus terjadi antara kelompok pemilik modal atau alat-alat produksi dengan
kelompok pekerja.
Dilain pihak Emile Durkheim melihat perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-
faktor ekologis dan demografis, yang merubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional
yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh
solidaritas organistik.
Sementara itu Max Weber pada dasarnya melihat perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat adalah akibat dari pergeseran nilai yang dijadikan orientasi kehidupan
masyarakat. Dalam hal ini dicontohkan Masyarakat Eropa yang sekian lama terbelenggu oleh
nilai Katolikisme Ortodox, kemudian berkembang pesat kehidupan sosial ekonominya atas
dorongan dari nilai Protestanisme yang dirasakan lebih rasional dan lebih sesuai dengan
Dalam kelompok teori-teori modem tentang perubahan sosial, yang sangat sering
pendekatan konflik.
sistem sosial di kalangan masyarakat yang bersangkutan baik karena adanya dorongan dari
faktor lingkungan (ekstern) sehingga memerlukan penyesuaian (adaptasi) dalam sistem sosial,
seperti yang dijelaskan oleh Talcott Parsons, maupun karena terjadinya ketidakseimbangan
internal seperti yang dijelaskan dengan Teori Kesenjangan Budaya (Cultural Lag) oleh
William Ogburn.
Pendekatan modernisasi yang dipelopori oleh Wilbert More, Marion Levy, dan Neil
modernisasi dan industrialisasi dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Hal ini mendorong
terjadinya perubahan-perubahan yang besar dan nyata dalam berbagai aspek kehidupan
pada dasarnya berpendapat bahwa sumber perubahan sosial adalah adanya konflik yang
masyarakat yang sama sehingga terjadilah konflik, terutama antara kelompok yang
berkepentingan untuk mempertahankan kondisi yang sedang berjalan (statusquo), dengan
yang timbul dari pergaulan hidup manusia di dalam masyarakat. Perubahan-perubahan sosial
akan terus berlangsung sepanjang masih terjadi interaksi antarmanusia dan antarmasyarakat.
Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan
dengan perkembangan zaman yang dinamis. Adapun teori-teori yang menjelaskan mengenai
Teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahan yang memerlukan proses yang cukup
panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mencapai
perubahan yang diinginkan. Ada bermacam-macam teori tentang evolusi. Teori tersebut
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat termasuk kebudayaannya akan
mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang sederhana
ke bentuk yang kompleks dan akhirnya sempurna. Pelopor teori ini antara lain Auguste Comte
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap
tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu.
Menurut Herbert Spencer, prinsip teori ini adalah bahwa masyarakat merupakan hasil
Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahaptahap perkembangan tertentu
dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang perubahan sistem mata
Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, ada beberapa kelemahan dari Teori
dan langsung menuju pada tahap berikutnya, dengan kata lain melompati suatu
perubahan memang merupakan sesuatu yang konstan, ini berarti bahwa setiap
Menurut pandangan teori ini, pertentangan atau konflik bermula dari pertikaian kelas
antara kelompok yang menguasai modal atau pemerintahan dengan kelompok yang tertindas
secara materiil, sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Teori ini memiliki prinsip
bahwa konflik sosial dan perubahan sosial selalu melekat pada struktur masyarakat.
Teori ini menilai bahwa sesuatu yang konstan atau tetap adalah konflik sosial, bukan
perubahan sosial. Karena perubahan hanyalah merupakan akibat dari adanya konflik tersebut.
Karena konflik berlangsung terus-menerus, maka perubahan juga akan mengikutinya. Dua
tokoh yang pemikirannya menjadi pedoman dalam Teori Konflik ini adalah Karl Marx dan
Ralf Dahrendorf.Secara lebih rinci, pandangan Teori Konflik lebih menitikberatkan pada hal
berikut ini.
d. Kestabilan sosial akan tergantung pada tekanan terhadap golongan yang satu oleh
Konsep yang berkembang dari teori ini adalah cultural lag (kesenjangan budaya).
Konsep ini mendukung Teori Fungsionalis untuk menjelaskan bahwa perubahan sosial tidak
lepas dari hubungan antara unsur-unsur kebudayaan dalam masyarakat. Menurut teori ini,
beberapa unsur kebudayaan bisa saja berubah dengan sangat cepat sementara unsur yang
lainnya tidak dapat mengikuti kecepatan perubahan unsur tersebut. Maka, yang terjadi adalah
ketertinggalan unsur yang berubah secara perlahan tersebut. Ketertinggalan ini menyebabkan
Para penganut Teori Fungsionalis lebih menerima perubahan sosial sebagai sesuatu
yang konstan dan tidak memerlukan penjelasan. Perubahan dianggap sebagai suatu hal yang
mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti pada saat perubahan
itu telah diintegrasikan dalam kebudayaan. Apabila perubahan itu ternyata bermanfaat, maka
perubahan itu bersifat fungsional dan akhirnya diterima oleh masyarakat, tetapi apabila
terbukti disfungsional atau tidak bermanfaat, perubahan akan ditolak. Tokoh dari teori ini
Teori ini mencoba melihat bahwa suatu perubahan sosial itu tidak dapat dikendalikan
sepenuhnya oleh siapapun dan oleh apapun. Karena dalam setiap masyarakat terdapat
perputaran atau siklus yang harus diikutinya. Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran
suatu kebudayaan atau kehidupan sosial merupakan hal yang wajar dan tidak dapat dihindari.
Menurut teori ini, pertumbuhan manusia mengalami empat tahapan, yaitu anak-anak,
remaja, dewasa, dan tua. Pentahapan tersebut oleh Spengler digunakan untuk menjelaskan
pertumbuhan, dan keruntuhan. Proses siklus ini memakan waktu sekitar seribu tahun.
2. Teori Pitirim A. Sorokin (1889-1968)
Sorokin berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga sistem
kebudayaan yang berputar tanpa akhir. Siklus tiga sistem kebudayaan ini adalah kebudayaan
Toynbee menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan,
keruntuhan, dan akhirnya kematian. Beberapa peradaban besar menurut Toynbee telah
mengalami kepunahan kecuali peradaban Barat, yang dewasa ini beralih menuju ke tahap
kepunahannya.
KEBUDAYAAN
Kebudayaan dan masyarakat dapat dibedakan secara toeri. Oleh karena itu, anda pun
dapat menunjukkan suatu perubahan sebagai perubahan sosial ataupun sebagai perubahan
kebudayaan. Akan tetapi, sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari, tidaklah mudah untuk
kebudayaan. Hal itu disebabkan tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan.
Sebaliknya, tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak menjelma dalam suatu masyarakat.
Walaupun secara teoritis dan analitis pengertian-pengertian tersebut dapat merumuskan, tetapi
dalam kehidupan yang nyata, garis pemisah tersebut sukar untuk diperhatikan.
Perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan memiliki satu aspek yang sama, yaitu
keduanya berkaitan dengan penerimaan cara-cara baru atau suatu penilaian dari cara-cara
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Hal ini berarti garis pemisah antara
perubahan sosial dan perubahan kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari semakin sulit untuk
ditegaskan.
Biasanya, antara kedua gejala tersebut dapat ditemukan hubungan timbal balik sebagai
sebab dan akibat. Akan tetapi, dapat pula terjadi perubahan kebudayaan tidak menyebabkan
terjadinya perubahan sosial. Misalnya, dalam perubahan model pakaian dan perubahan tari-
tarian dapat menjadi tanpa mempengaruhi sistem sosial. Akan, tetapi suatu perubahan sosial
akan selalu didahului oleh perubahan kebudayaan. Misalnya, lembaga keluarga, perkawinan,
atau negara tidak akan mengalami perubahan apabila tidak ada perubahan yang fundamental
dalam masyarakat.
Suatu perubahan sosial dalam bidang kehidupan tertentu juga tidak akan berhenti dalam
suatu titik. Maksudnya, perubahan sosial akan diikuti oleh perubahan-perubahan sosial
lainnya. Hal ini terjadi karena struktur lembaga-lembaga kemasyarakatan bersifat jalin-
menjalin. Misalnya, apabila suatu negara mengubah undang-undang dasarnya, akan terjadi
banyak perubahan yang tidak memengaruhi bidang ekonomi, struktur kelas sosial, dan
bagian kebudayaan, termasuk di dalamnya kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, dan segala
wujud budaya. Misalnya, Kingsley Davis mengemukakan perubahan kogat bahasa yang
terjadi pada bahasa-bahasa orang Aria setelah terjadi terpisah dari induknya. Perubahan-
ruang lingkup yang lebih luas. Sudah tentu, ada unsur-unsur kebudayaan yang dapat
dipisahkan dari masyarakat, tetapi perubahan dalam kebudayaan tidak perlu memengaruhi
sistem sosial.
Berdasarkan cepat lambatnya, perubahan sosial dibedakan menjadi dua bentuk umum
yaitu perubahan yang berlangsung cepat dan perubahan yang berlangsung lambat.
a. Perubahan evolusi
Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat,
dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang
hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan sosial terjadi karena dorongan dari usaha-
perkembangan masyarakat pada waktu tertentu. Contoh, perubahan sosial dari masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi, yaitu:
tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori ini, kebudayaan
b. Perubahan revolusi
Perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada
kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi
dengan direncanakan atau tidak direncanakan, dimana sering kali diawali dengan ketegangan
Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat. Secara sosiologi,
suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain adalah
harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu keinginan untuk
Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin
untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat, untuk
dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat. Pemimpin tersebut harus dapat
menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Artinya adalah bahwa tujuan tersebut bersifat
konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat. Selain itu, diperlukan juga suatu tujuan yang
Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan dan
faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi. Apabila momentum
(pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi dapat gagal.
telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di
change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat
sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Oleh karena itu, suatu
perubahan yang direncanakan selalu di bawah pengendalian dan pengawasan agent of change.
Secara umum, perubahan berencana dapat juga disebut perubahan dikehendaki. Misalnya,
untuk mengurangi angka kematian anak-anak akibat polio, pemerintah mengadakan gerakan
Perubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak dikehendaki
oleh masyarakat. Karena terjadi di luar perkiraan dan jangkauan, perubahan ini sering
masyarakat. Oleh karenanya, perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit ditebak kapan
akan terjadi. Misalnya, kasus banjir bandang di Sinjai, Kalimantan Barat. Timbulnya banjir
terjadinya per- ubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata
agraris menjadi industrialisasi. Pada perubahan ini memberi pengaruh secara besar-besaran
pada struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat.[1]
Contoh, perubahan mode pakaian dan mode rambut. Perubahan-perubahan tersebut tidak
membawa pengaruh yang besar dalam masyarakat karena tidak mengakibatkan perubahan-
DAN KEBUDAYAAN
Dewasa ini perubahan merupakan suatu hal yang tidak bisa dielakkan lagi. Mengapa
penyebab perubahan sosial? Soerjono Soekanto menyebutkan adanya faktor-faktor intern dan
Perubahan Penduduk
masyarakat. Hal itu bisa disebabkan oleh adanya kelahiran dan kematian, namun juga bisa
karena adanya perpindahan penduduk, baik transmigrasi maupun urbanisasi. Transmigrasi dan
urbanisasi dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk daerah yang dituju, serta
berkurangnya jumlah penduduk daerah yang ditinggalkan. Akibatnya terjadi perubahan dalam
struktur masyarakat, s Bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk di suatu desa akan
sangat cepat di Pulau Jawa menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat,
individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil dan selanjutnya, yang sebelumnya
tidak di kenal. Contoh lain adalah ketika penduduk suatu tempat terus bertambah akan
mempengaruhi persediaan pangan di daerah tersebut. eperti munculnya berbagai profesi dan
kelas sosial.
Penemuan-Penemuan Baru
Keinginan akan kualitas merupakan salah satu pendorong bagi terciptanya penemuan-
penemuan baru. Keinginan untuk mempertinggi kualitas suatu karya merupakan pendorong
bisa mengakibatkan timbul pnemuan-penemuan baru lainnya. Penemuan baru ini dapat
menjadi salah satu pemicu terjadinya perubahan. Misal: penemuan radio akan memancarkan
pengaruhnya ke berbagai arah dan menyebabkan perubahan-perubahan dalam lembaga-
Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan barang dan jasa
semakin bertambah kompleks. Oleh karena itu berbagai penemuan baru diciptakan oleh
Penemuan baru yang menyebabkan perubahan pada masyarakat meliputi proses discovery,
a. Discovery, yaitu suatu penemuan unsur kebudayaan baru oleh individu atau
kelompok dalam suatu masyarakat. Unsur baru itu dapat berupa alat-alat baru
baru itu mendapatkan bentuk yang dapat diterapkan atau difungsikan. Discovery
c. Inovasi atau proses pembaruan, yaitu proses panjang yang meliputi suatu penemuan
unsur baru serta jalannya unsur baru dari diterima, dipelajari, dan akhirnya dipakai
sebagai berikut.
lain-lain.
b. Suatu penemuan baru menyebabkan perubahan yang menjalar dari satu lembaga ke
lembaga yang lain. Contohnya penemuan internet yang membawa akibat pada
Pertentangan
sosial dan kebudayaan. Pertentangan – pertentangan mengkin terjadi antara individu dengan
Contoh : Pada masyarakat batak dengan system kekeluargaan Patrilinear murni terdapat
adat istiadat bahwa apabila suami meninggal, keturunannya berada di bawah kekuasaan
keluarga almarhum. Dengan terjadinya proses indifidualisasi terutama pada orang – orang
batak yang pergi merantau, kemudian terjadi penyimpangan. Anak – anak tetap tinggal pada
ibunya walaupun hubungan antara si Ibu dengan keluarga Alharhum suaminya telah putus
karena meninggalnya suami kedaan tersebut membawa perubahan besar pada peranan
keluarga batih dan pada kedudukan wanita, yang selama ini dianggap tidak mempunyai hak
perubahan sosial yang cukup besar. Misal: revolusi di Rusia enyulut perubahan-perubahan
besar di negara tersebut. Negara yang sebelumnya menganut bentuk kerajaan absolut berubah
menjadi diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Segenap lembaga
Ketika ada sebab yang berasal dari dalam masyarakat, maka ada sebab yang berasal dari
Sebab-sebab yang Berasal dari Lingkungan Alam fisik yang Ada di Sekitar
Manusia
tersebut terpakasa harus meninggalkan daerahnya yang terkena bencana alam tersebut.
Apabila masyarakat tersebut menempati tempat tinggal yang baru, maka mereka harus
menyesuaikan diri dengan keadaan alam yang baru tersebut. Kemungkinan hal tersebut
Peperangan
perubahan karena biasanya negara yang menang akan memaksa kebudayaannya pada negara
yang kalah. Selain itu ketika terjadi peperangan akan timbul kemungkinan masuknya unsur
mempengaruhi. Kadangkala pertemuan dua kebudayaan yang seimbang akan saling menolak.
fisik kemudian dilanjutkan dengan pertentangan dalam segi-segi kehidupan lain. Corak
pakaian, tari-tarian antara daerah yang satu dengan daerah yang lain berbeda padahal berasal
Dalam dinamika masyarakat, selain terdapat faktor-faktor yang dapat mendorong bagi
berlangsungnya proses perubahan sosial, juga terdapat faktor-faktor yang dapat menghalangi
Salah satu aspek pendorong terjadinya perubahan sosial budaya adalah majunya
menjadi indikator pula majunya taraf perkembangan budaya suatu masyarakat. Sementara
maju dan tingginya taraf peradaban suatu masyarakat menyebabkan masyarakat tersebut akan
perubahan yang datang dari luar masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, apabila di
dalam suatu masyarakat terjadi hal yang sebaliknya, yakni mengalami kelambanan dalam
sulit untuk melakukan kontak atau hubungan dengan masyarakat lain, menyebabkan warga
masyarakat tersebut terasing dari dunia luar. Akibatnya, bahwa masyarakat tersebut tidak
luarnya. Jika hal tersebut tetap berlangsung, atau bahkan tidak sepanjang masa maka akan
memperoleh masukan-masukan misalnya saja pengalaman dari kebudayaan lain, yang dapat
memperkaya bagi kebudayaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, faktor ketertutupan atau
kurangnya hubungan dengan masyarakat atau kebudayaan lain, menjadi salah satu faktor yang
dapat menghambat atau menghalangi bagi proses perubahan sosial dan budaya di dalam
masyarakat.
terjadi integrasi di antara berbagai unsur-unsur kebudayaan, juga menjadi salah satu faktor
lain terhambatnya suatu proses perubahan sosial budaya. Memang harus diakui bahwa tidak
mungkin suatu proses integrasi di antara unsur-unsur kebudayaan itu akan berlangsung secara
damai dan sempurna, sebab biasanya unsur-unsur dari luar dapat menggoyahkan proses
integrasi tersebut, serta dapat menyebabkan pula terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-
Setiap masyarakat di manapun tempatnya, pasti memiliki adat serta kebiasaan tertentu
yang harus ditaati dan diikuti oleh seluruh anggotamasyarakat. Adat dan kebiasaan adalah
seperangkat norma-norma (aturan tidak tertulis) yang berfungsi sebagai pedo-man bertingkah
laku bagi seluruh anggota masyarakat. Adat biasanya berisi pola-pola perilaku yang telah
diyakini dan diterima oleh masyarakat secara turun-temurun, bersifat kekal (abadi), dan oleh
karena itu harus ditaati oleh seluruh anggota masyarakat, serta bersifat mengikat. Artinya,
apabila ada sebagian anggota masyarakat yang tidak mengindahkan aturan adat maka akan
mendapat sanksi yang berat baik sanksi moral maupun sosial dari masyarakat. Sedangkan
kebiasaan adalah perbuatan yang pantas dikerjakan maka diterima oleh masyarakat. Karena
pantas dikerjakan dan telah diterima oleh masyarakat, maka kebiasaan menjadi perilaku yang
menjadi semacam aturan (norma) yang harus diikuti oleh setiap anggota masyarakat.
Meskipun tidak sekuat adat, norma kebiasaan juga memiliki daya pengikat tertentu yang dapat
menyebabkan setiap anggota berperilaku sesuai dengan kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat.
muncul nilai (budaya) serta kebiasaan-kebiasaan baru yang akan menggeser kebiasaan-
kebiasaan lama, apalagi sampai menggeser adat kebiasaan yang selama ini telah menjadi
pedoman serta aturan yang dipegang teguh secara turun-temurun, maka nilai serta kebiasaan-
kebiasaan baru tersebut akan ditentang, atau bahkan ditolaknya. Misalnya nilai-nilai baru di
masyarakat yang mengatakan bahwa upacara hajatan dapat dilaksanakan kapan saja, karena
pada hakikatnya semua hari dan bulan itu baik sekalipun dilaksanakan di bulan Suro
keyakinan yang telah dipegang teguh karena telah menjadi adat kebiasaan secara turun-
temurun, ialah bahwa menyelenggarakan acara hajatan di bulan Suro adalah suatu pantangan
(dilarang), sebab jika dilaksanakan akan mendatangkan mara bahaya (bencana), khususnya
tentu akan mengalami kesulitan untuk bisa merubah keyakinan yang telah mendarah daging
itu, meskipun dari luar angin perubahan telah bertiup dengan kencangnya.
Dalam setiap organisasi sosial yang mengenal sistem berlapis-lapisan, pasti akan ada
sekelompok orang-orang yang menikmati kedudukan dalam suatu proses perubahan. Pada
berjasa itu biasanya akan selalu mengidentifikasikan diri dengan usaha serta jasa-jasanya
tersebut, sehingga sulit sekali bagi mereka untuk melepaskan kedudukan yang baru
diperolehnya itu dalam suatu proses perubahan. Hal inilah yang juga dirasa menjadi salah satu
Adanya sikap semacam itu, misalnya dapat saja dialami oleh suatu masyarakat (bangsa)
yang pada masa lalunya pernah mengalami pengalaman pahit selama berinteraksi dengan
masyarakat (bangsa) lainnya di dunia. Sebut saja misalnya pada masyarakat-masyarakat yang
dahulunya pernah mengalami proses penjajahan oleh bangsa lain, seperti bangsa-bangsa di
kawasan Asia dan Afrika oleh penjajahan bangsa Barat. Mereka tidak akan melupakan begitu
saja atas berbagai pengalaman pahit yang pernah diterimanya pada masa lalu, dan hal tersebut
dijajah itu terhadap sesuatu atau apa-apa yang datang dari barat. Selanjutnya, karena secara
kebetulan unsur-unsur baru yang masuk itu juga kebanyakan berasal dari negara-negara barat,
maka prasangka-prasangka (negatif) juga tetap ada, terutama akibat rasa kekawatiran mereka
akan munculnya penjajahan kembali yang masuk melalui unsur-unsur budaya tersebut.
Dengan demikian munculnya prasangka serta adanya sikap menolak terhadap kebudayaan
asing juga akan menjadi salah satu faktor penghambat lain bagi jalannya proses perubahan
Nilai bahwa hidup ini buruk dan tidak mungkin dapat diperbaiki
Di kalangan masyarakat terdapat kepercayaan bahwa hidup di dunia itu tidak perlu
ngoyo (terlalu berambisi) sebab baik buruknya suatu kehidupan (nasib/takdir) itu sudah ada
yang mengatur, oleh karena itu harus dijalaninya secara wajar. Sementara jika manusia
diberikan kehidupan yang jelek, maka harus diterimanya pula apa adanya (nrimo ing pandum)
serta dengan penuh kepasrahan karena memang nasib yang harus diterimanya demikian.
Dengan demikian manusia tidak perlu repot-repot berusaha, apalagi sampai ngoyo, karena
tidak ada gunanya sebab hasilnya pasti akan jelek, sebab sudah ditakdirkan jelek. Adanya
keyakinan dari masyarakat untuk selalu menerima setiap nasib yang diberikan Tuhan kepada
manusia dengan penuh kepasrahan, termasuk bila harus menerima nasib (takdir) buruk,
menyebabkan kehidupan masyarakat menjadi bersifat pesimistis dan statis, atau bahkan
fatalistik. Adanya pemahaman yang keliru tentang nasib manusia itulah, sehingga di dalam
masyarakat tidak muncul dinamisasi, yang berarti tidak ada perubahan, atau jika ada
Adanya faktor penghambat yang bersifat ideologis, karena biasanya setiap usaha
sebagai suatu usaha yang berlawanan dengan ideologi masyarakat yang merupakan dasar bagi
terciptanya integrasi dari masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu faktor-faktor yang
masa lampau serta menganggap bahwa tradisi tersebut secara mutlak tak dapat dirubah, maka
sudah dapat dipastikan bahwa pada masya-rakat tersebut akan mengalami hambatan-
hambatan dalam proses perubahan sosial budayanya. Keadaan tersebut akan menjadi lebih
parah lagi apabila golongan yang berkuasa dalam masyarakat juga berasal dari golongan yang
bersifat konservatif, yakni suatu golongan yang notabenenya adalah penentang atau anti
terhadap perubahan-perubahan.
Selain yang sudah disebutkan di atas, dilihat dari segi intern (dari dalam masyarakat
yang mengalami perubahan), terjadinya proses perubahan sosial juga dapat terhambat oleh
Adanya sikap masyarakat yang ragu-ragu, bahkan curiga terhadap sesuatu yang
Penemuan baru dalam hal kebudayaan rohaniah (ideologi, kepercayaan, sistem hukum,
dan sebagainya) berpengaruh terhadap lembaga kemasyarakatan, adat istiadat, maupun pola
perilaku sosial. Contohnya pemahaman dan kesadaran akan nasionalisme oleh orangorang
Indonesia yang belajar di luar negeri pada awal abad ke-20, mendorong lahirnya gerakan-
gerakan yang menginginkan kemerdekaan politik dan lembagalembaga sosial baru yang
bersifat nasional.
7. PROSES-PROSES PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN
Didalam proses perubahan sosial dan kebudayaan melalui beberapa tahap tahap yang
saling mengisi. Dalam keadaan demikian, individu secara psikologis merasakan akan adanya
Soekanto,2006: 289).
menjadi titik tolak, tergantung pada cultural focus masyarakat pada suatu masa tertentu.
Disorganisasi adalah proses berpudarnya norma norma dan nilai dalam masyarakat
kemasyarakatan.
Reorganisasi adalah proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai yang baru agar
mana perubahan dalam masyarakat itu bergerak. Hal yang jelas adalah perubahan bergerak
meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi, setelah meninggalkan faktor itu mungkin
perubahan itu bergerak pada suatu bentuk yang sama sekali baru, mungkin pula bergerak ke
arah suatu bentuk yang sudah ada didalam waktu yang lampau. Usaha-usaha masyarakat
pendidikan, dan industrialisasi yang disertai usaha untuk menemukan kembali kepribadian
Indonesia merupakan contoh kedua arah yang berlangsung pada waktu yang sama dalam
Dulu sebelum orang belanda datang ke indonesia masyarakat indonesia sudah mengenal
pendidikan agama melaui padepokan-padepokan atau pondok untuk belajar agama. Namun
setelah Belanda datang sistem pendidikan sekuler pun mulai ada di Indonesia yaitu
memisahkan antara agama dan ilmu. Namun seiring perkembangan zaman kini banyak
perubahan yang terjadi yaitu banyak berdirinya sekolah-sekolah madrasah yang menyatukan
9. MODERNISASI
tak dapat secara mutlak. Namun pada dasarnya modernisasi mencakup suatu transformasi
total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam artian teknoplogis serta
bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu
masyarakat yang modern. Pengertian modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah sebagai
berikut.
Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama
yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola
Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah
yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning. (dalam
buku Sosiologi: suatu pengantar) ke arah pola-pola ekonomis dan menjadi ciri negara barat
yang stabil.
Teori Wilbert E Moore yang menyebutkan modernisasi adalah suatu transformasi total
kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi
sosial kearah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri Negara barat yang stabil.
Syarat Modernisasi
masyarakat.
Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu
Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain
Modernisasi Westernisasi
Mutlak ada dan diperlukan oleh setiap Mutlak sebagai suatu pembaratan
negara
Tidak mengenyampingkan nilai-nilai Mempertentangkan budaya barat dengan
agama budaya setempat
Tidak mutlak sebagai westernisasi Modernisasi munculnya di Barat sehingga
cara westernisasi merupakan satu-satunya
cara untuk mencapainya
Proses perkembangannya lebih bersifat
umum
Dampak Positif
Adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara berpikir
mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pula yang membentuk masa modernisasi yang terus kian
menjadikan nilai dalam memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih, dan
juga merupakan salah satu usaha mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat, hal ini juga dipengaruhi tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang membantu
perkembangan modernisasi.
Dampak Negatif
Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat membuat
tertarik untuk menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan
b. Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak
lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia diciptakan sebagai
makhluk sosial.
c. Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang
mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan
d. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat
mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara
individu dengan individu lainnya. Dengan kata lain individu yang dapat terus mengikuti
perkembangan jaman memiliki kesenjangan tersendiri terhadap individu yang tidak dapat
mengikuti suatu proses modernisasi tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial
antara individu satu dengan lainnya, yang bisa disangkutkan sebagai sikap individualistik.
e. Kriminalitas
sikap yang individualisme, adanya tingkat persaingan yang tinggi dan pola hidup yang
konsumtif.
Modernisasi di Indonesia
Negara Indonesia sekarang ini sudah mencapai tahap pemikiran yang sangat modern,
Indonesia sendiri sudah mampu menciptakan alat-alat teknologi yang praktis dan efisien
seperti layaknya yang ada di kehidupan sehari – hari seperti Televisi, telepon genggam,
komputer, laptop, dan lainnya, sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang
digunakan pun memiliki kajian – kajian penting dalam proses kemajuan dan perkembangan
melengkapi kebutuhan antara satu dengan Negara lainnya. Sehingga menciptakan kemajuan
yang ada pada Indonesia dari sisi modernisasi maupun teknologinya. Indonesia sedang berada
dalam masa-masa transisi dan penyesuaian di mana modernisasi dan globalisasi kian kuat
masuk secara bertahap ke dalam Indonesia. Bukan hanya itu modernisasi juga sangat
terpengaruh dengan majunya teknologi – teknologi yang ada pada Negara Indonesia sendiri.
1. Difusi
Yaitu penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari suatu tempat ke tempat lain, dari
orang ke orang lain, dan dari masyarakat ke masyarakat lain. Contoh: Pada
hewan dan tenaga manusia. Dengan adanya hubungan dengan masyarakat lain
mereka mengenal mesin traktor yang ternyata lebih praktis dan lebih cepat
Tipe difusi:
asing, yang lambat laun unsur kebudayaan asing tersebut melebur atau menyatu ke
yang terjadi dalam akulturasi adalah: a) Substitusi, unsur kebudayaan yang ada
sistem baru. c) Adisi, unsur-unsur baru ditambahkan pada unsur yang lama. d)
Rejection (penolakan), perubahan yang sangat cepat sehingga sejumlah besar orang
kebangkitan.
3. Asimilasi
setempat. Dengan asimilasi kedua kelompok baik asli maupun pendatang lebur
dalam satu kesatuan kebudayaan. Penyebab asimilasi antara lain: toleransi, rasa
simpati, kesamaan
4. Penetrasi
bahasa, agama dan sistem hukum yang sebagian masih digunakan dalam sistem
6. Hibridisasi
orang asing dengan penduduksetempat. Orang asing yang kawin dengan penduduk
tangganya yang lambat laun akan mempengaruhi budaya masyarakat yang ada di
sekitarnya.
7. Milenarisme
masyarakat bawah yang tertindas dan telah lama menderita dalam kedudukan sosial
yang rendah. Masyarakat pedalaman yang memiliki sumber daya alam yang
melimpah namun selama ini tidak bisa mengolah sumber daya alam itu karena telah
dieksploitasi orang asing, sekarang iniberusaha untuk bisa mengolah kekayaan alam
sepanjang hidup mereka bekerja sebagai nelayan, mereka harus menyesuaikan diri
dengan kondisi pegunungan ketika terjadi tsunami yang melanda daerah pantai
mereka. Mereka tidak lagi mencari ikan, namun menjadi petani atau berkebun
9. Imitasi
Yaitu proses peniruan kebudayaan lain tanpa mengubah kebudayaan yang ditiru.
Imitasi ini sering dijumpai pada sebagian besar anak remaja di negara kita. Jika ada
tokoh yang mereka idolakan, segala hal yang melekat dari tokoh tersebut mereka
DAN NEGATIF)
perubahan yang direncanakan dalam organisasi. Sebagaimana yang disebutkan oleh Maurer,
resistensi sebagai "salah satu hal yang paling jahat, kanker kerja yang paling melemahkan
(dan mengklaim bahwa) tidak ada seorang pembunuh yang lebih kuat, paradoks atau peluang
yang sama yakni kemauan untuk maju dan niat baik". Perubahan adalah hal sangat
dibutuhkan dalam suatu organisasi untuk menyesuaikan dengan paradigma yang berkembang
di tengah masyarakat. Pola pikir dan tingkat kepuasan masyarakat akan senantiasa
berkembang, untuk itu sebuah organisasi yang berdiri di tengah-tengah masyarakat harus
perubahan seringkali lebih terapresiasi ketika masih dalam tahap formulasi strategi, dan
ketika ide itu diadopsi kemudian diimplementasikan, resistensi pun muncul bahkan meskipun
perubahan yang direncanakan dalam suatu organisasi. Resistensi atau penolakan sering
berkaitan dengan :
Hal ini terdengar sangat umum dikatakan, bahwa hambatan utama yang dihadapi
sebagai ciri kepribadian yang stabil, cenderung untuk secara sukarela memasukkan perubahan
dalam hidup mereka, dan ketika perubahan dikenakan pada mereka, mereka mungkin lebih
mengalami reaksi emosional negatif seperti kecemasan, kemarahan dan ketakutan. Namun,
bagi sebagian besar orang, hal tersebut adalah faktor-faktor kontekstual, yaitu karakteristik
Sebagai individu, manusia cenderung bervariasi dalam hal ukuran kenyamanan. Sebagai
contoh, sebagian dari kita merasa nyaman atau setidaknya tidak terlalu terganggu oleh
"mystery flights /penerbangan misteri" di mana tujuan tidak diketahui. Namun, bagi sebagian
yang lain merasa tidak nyaman dalam situasi tersebut, dan cenderung menjadi
perjalanan dan tujuan yang jelas. Bagi sebagian orang, perubahan dalam organisasi
merupakan ketidakpastian yang memperbesar kurangnya keyakinan bahwa mereka memiliki
Kesiapan untuk menerima perubahan juga akan dipengaruhi oleh persepsi anggota
tentang efek perubahan pada "kepentingan" masing-masing individu yang dapat mencakup
keamanan. Orang merasa lebih mudah untuk mendukung perubahan yang mereka lihat
sebagai sesuatu yang tidak mengancam kepentingan tersebut dan mungkin menolak orang-
4. Budaya/identitas organisasi
Kesiapan untuk perubahan dapat secara signifikan dipengaruhi oleh tingkat keterikatan
budaya yang ada. Reger et al. berpendapat bahwa anggota organisasi menafsirkan usulan
perubahan dari manajemen melalui model mental yang ada. Dalam hal ini, model mental yang
sangat kuat adalah serangkaian kepercayaan anggota yang menjadi budaya organisasi. Budaya
organisasi merupakan hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan ketika menerapkan
terhadap organisasi mereka. Pemahaman terhadap organisasi dapat menjadi lawan perubahan
karena budaya telah menjadi model mental anggota yang tertanam dalam asumsi paling dasar
Sebuah pelanggaran kontrak terjadi ketika karyawan percaya bahwa manajer tidak lagi
menghormati mereka sebagai bagian dari organisasi. Dalam hal ini, Strebel berpendapat
bahwa interaksi karyawan dan organisasi tempat mereka bekerja dapat didefinisikan sebagai
berkaitan dengan tugas tertentu seseorang, bagaimana hubungannya dengan tugas-tugas yang
dilakukan oleh orang lain dalam organisasi, bagaimana kinerja dinilai, dan tingkat terkait
remunerasi. Psikologis, merupakan dimensi yang sebagian besar tidak tertulis, akan tetapi
mengacu pada nilai-nilai yang dianut organisasi. Menurut Strebel, di mana terjadi konflik
antara perubahan dengan salah satu dimensi kekompakan, maka dimungkinkan akan terjadi
Perubahan hanya akan didukung jika ada keyakinan bahwa perubahan tersebut
diperlukan dalam organisasi. Namun, apa yang tampak jelas dengan jargon "Kita harus
berubah!", tidak sepenuhnya difahami oleh orang lain. Mereka mempertanyakan "Apa
masalahnya?". Ada banyak alasan yang dapat menjelaskan kepuasan, termasuk track record
keberhasilan dan tidak adanya krisis yang terlihat. Orang-orang cenderung bereaksi negatif
untuk berubah ketika mereka merasa bahwa tidak ada kebutuhan untuk perubahan.
Perubahan kadang diusulkan, terutama yang bersifat strategis, akan tetapi kadang tidak
dilengkapi dengan informasi yang jelas mengenai implikasi tertentu pada tingkat tindakan
individu. Ketika hal ini terjadi, dapat dimungkinkan karyawan akan gagal dalam
mengkonversi inisiatif perubahan untuk mendukung aksi di tingkat organisasi. Titik kuncinya
adalah, bahwa kurangnya dukungan bukan karena antagonisme terhadap perubahan yang
diajukan; akan tetapi karena kurangnya pemahaman yang jelas tentang tindakan apa yang
mendukung perubahan.
8. Kepercayaan bahwa perubahan spesifik menjadi usulan yang tidak pantas
beberapa pandangan antara lain ; bahwa itu adalah ide yang baik "Kami harus melakukan
sesuatu seperti ini", atau ide yang buruk "ide gila siapa ini?" Atau "Ini iseng-iseng". Pada
perubahan. Sebagai seorang perancang perubahan, sangat mudah untuk melihat orang-orang
yang mendukung perubahan maupun yang tidak mendukung perubahan. Dalam hal ini, tidak
selalu bagi mereka yang tidak mendukung untuk diberikan sebutan sebagai "penolak
perubahan." Sebutan ini tidak selalu tepat, jika penolakan terhadap perubahan tersebut bukan
Pada kondisi seperti ini, layak dipertimbangkan bahwa dalam beberapa kasus, "resistor"
mungkin benar mengenai asumsi perubahan yang diusulkan mungkin bukanlah ide yang
tindakan/keputusan yang tidak tepat." Perubahan juga dapat dilihat sebagai hal yang tidak
perlu jika terdapat perbedaan mendasar dengan "visi." Strategi adalah cara untuk mencapai
Organisasi yang hidup adalah organisasi yang penuh dinamika dan perubahan.
Organisasi yang hidup tidak selalu berjalan dengan mulus akan tetapi penuh dinamika yang
pada akhirnya akan memacu perubahan dan pertumbuhan organisasi menjadi lebih baik dan
lebih mapan dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan dan ketidakpastian. Resistensi
hampir tidak pernah absen ketika suatu organisasi mulai menerapkan sesuatu yang baru, entah
itu strategi baru, proses baru ataupun sistem yang baru sebagai antisipasi terhadap perubahan-
perubahan eksternal. Penerapan strategi baru, proses baru ataupun sistem baru untuk
internal. Begitupun ketika suatu organisasi mencanangkan suatu visi yang baru, banyak
komponen afektif, perilaku, dan kognitif. Komponen afektif adalah bagaimana seseorang
seseorang berpikir tentang perubahan, dan komponen perilaku adalah apa yang dilakukan
menggambarkan perbedaan antara respon aktif dan pasif dan mengidentifikasi berbagai
"gejala" yang masing-masing saling terkait. Gejala perlawanan aktif diidentifikasi sebagai
sikap kritis, menemukan kesalahan, mengejek, membuat rasa takut, menggunakan fakta-fakta
Sedangkan gejala-gejala yang diidentifikasi sebagai penolakan pasif seperti : setuju secara
lisan tetapi tidak diikuti denggan perbuatan (pemenuhan ketaatan), gagal untuk melaksanakan
pemotongan informasi, saran, bantuan, atau dukungan, mewakili, dan membiarkan perubahan
gagal.
Secara umum perubahan bertujuan agar suatu organisasi dapat berkembang menjadi
lebih baik. sebagian besar resistensi terhadap perubahan berdampak pada terkendalanya
dikarenakan kadangkala kebijakan mengenai perubahan yang diusulkan oleh seorang manajer
bukanlah perubahan yang diperlukan oleh organisasi tersebut, mengingat sebelum perubahan
diusulkan organisasi dapat berjalan dengan baik. Penerapan perubahan kadang juga dianggap
belum tepat waktu/timing-nya oleh anggota organisasi. Hal ini terjadi ketika seorang manajer
memiliki keinginan untuk mewujudkan obsesinya tanpa melihat kondisi organisasi. Dalam hal
ini, harus dipertimbangkan bahwa dalam beberapa kasus, "resistor" mungkin benar sebab
asumsi perubahan yang diusulkan mungkin bukanlah ide yang bagus. Artinya, kadang-kadang
"suara perlawanan menjaga manajer dari mengambil tindakan/keputusan yang tidak tepat."
Perubahan juga dapat dilihat sebagai hal yang tidak perlu jika terdapat perbedaan mendasar
dengan "visi."
dapat bersifat positif terlebih ketika penolakan tersebut dapat berfungsi sebagai kontrol
kebijakan, agar kebijakan yang dikeluarkan oleh seorang manajer tidak salah dan justru
Pergeseran nilai-nilai budaya dalam masyarakat terjadi seiring pengaruh dari globalisasi
dan pengaruh budaya lain. Perkembangan cyber space, internet, informasi elektronik dan
digital, ditemui dalam kenyataan sering terlepas dari sistim nilai dan budaya. Perkembangan
ini sangat cepat terkesan oleh generasi muda yang cenderung cepat dipengaruhi oleh elemen-
elemen baru yang merangsang. Suka atau tidak bila tidak disikapi dengan kearifan dan
sosiologis. Pada Era globalisasi telah terjadi perubahan perubahan cepat. Dunia menjadi
transparan, terasa sempit, hubungan menjadi sangat mudah dan dekat, jarak waktu seakan
tidak terasa dan seakan pula tanpa batas. Perubahan yang mendunia ini akan menyebabkan
pergeseran nilai-nilai budaya tersebut. Perubahan tersebut meliputi perubahan yang arus
globalisasi
Dari lamban menjadi serba cepat. Dari berasas nilai sosial menjadi konsumeris materialis.
Dari tata kehidupan tergantung dari alam ke kehidupan menguasai alam. Dari kepemimpinan
tapi akan menyangkut langsung kepentingan sosial pada masing-masing negara. Keragaman
yang berlaku selama ini berkesempatan untuk berubah bentuk menjadi seragam dan serupa.
Atau berlainan wadah serupa isi. Masing-masing negara (bangsa, nation) akan berjuang
nasib negara-negara lain akan merupakan kewajaran saja. Kecenderungan ini berpeluan
2. Persaingan bebas bentuk apapun, yang kuat akan bisa bertahan dan yang lemah
budaya dari nilai yang kurang baik menjadi baik ataupun sebaliknya. Salah astu aspek yang
bergeser dalam kehidupan masyarakat dewasa ini sistem nilai budaya yang menjadi ciri khas
dari suatu keluarga tertentu. Keluarga lebih banyak dimasuki oleh budaya dari luar sehingga
nilai budaya yang telah tertanam sejak dahulu kala dan merupakan warisan leluhur hampir-
hampir dilupakan oleh generasi sekarang ini. Hal ini disebabkan antara lain oleh kemajuan
teknologi dan pesatnya laju pembangunan yang membawa dampak perubahan dan pergeseran
nilai di masyarakat. Pergeseran nilai dalam masyarakat kita perlu dilihat sebagai proses sosial.
Artinya sebagai proses, ia belumlah sebagai akhir dari tingkatan masyarakat. Masih ada
lanjutan tingkatan yang terus menjadi hingga sampai pada level terakhir.
manusia dan bukan sebaliknya, menghancurkan eksistensi manusia dan justru menjadikan
manusia budak teknologi. Oleh karena itu, tanggungjawab etis diperlukan untuk mengontrol
kegiatan dan penggunaan IPTEK. Dalam kaitan hal ini, teradi keharusan untuk
dengan adanya dimensi etis yang mengendalikan kemajuan IPTEK akan semakin berlomba-
lomba meningkatkan martabat manusia sebagai “tuan” teknologi dan bukan hamba teknologi.
Pada awalnya teknologi diciptakan untuk meringankan dan membebaskan manusia dari
kesulitan hidupnya. Namun manusia justru terjebak dalam kondisi konsumerisme yang
manusia budak teknologi. Manusia semestinya memajukan IPTEK sesuai dengan nilai
instriknya sebagai pembebas beban kerja manusia. Bila tidak sesuai, maka teknologi justru
akan menimbulkan ketidakadilan dalam masyarakat karena ada yang diuntungkan dan ada
yang dirugikan. Selain itu, martabat manusia akan semakin direndahkan dan menjadi budak
dehumanisasi ketika manusia kehilangan peran dan fungsinya sebagai makhluk spritual.
sangat ditentukan oleh manusia itu sendiri, karena iptek sendiri merupakan salah satu dari 7
cultural universal yang dihasilkan manusia yang terdiri dari sistem mata pencaharian, sistem
kepercayaan, bahasaa, sitem kemasyarakatan, kesenian, istem ilmu pengetahuan, dan sitem
peralatan hidup. Oleh karena itu perkembangan iptek kedewasaan manusia untuk mengerti
mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang semestinya dan mana yang tidak
semestinya dilakukan dalam pengembangan iptek. Disinilah peran etika untuk ikut
mengontrol perrkembangan iptek agar tidak bertentangan dengan nilai dan norma dalam
Seorang pakar teknologi Indonesia, M. T. Zen (2000, 97) dalam sebuah artikelnya
Teknologi Nano dan Revolusi Industri Abad Ke-21 mengatakan bahwa pada awal abad ke-21
ini dunia dikuasai 3 bidang teknologi, yaitu teknologi informasi, bio-teknologi, dan teknologi
Nano. Teknologi informasi terkait dengan kemajuan di bidang pertelevisian, internet,
handphone yang memudahkan penyampaian dan penerimaan informasi dalam akselerasi yang
kedokteran dan teknologi kloning yang memanipulasi gen. Teknologi Nano ialah
membentuk molekul-molekul. Dalam perkembangan yang mutakhir masih ada satu bidang
yang sedang diupayakan oleh negara-negara maju (terutama Amerika), yakni teknologi
Terraformasi, yakni penjajagan manusia untuk membuat struktur kehidupan baru di ruang
angkasa (misalnya di Planet Mars). Dalam filsafat Yunani, Logos, ethos, dan pathos
merupakan sarana dasariah manusia dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Teknologi, istilah ini apabila diucapkan yang akan terbayang oleh kita adalah alat-alat
elektronik digital yang mungkin super canggih, super cepat, super lengkap dan harganya
mahal. Dengan bantuan alat-alat tersebut kita dapat lebih mudah dalam menjalani kehidupan
dan lebih mudah pula berkomunikasi dengan orang-orang yang berada jauh dari kita. Di era
modern ini, dimana semua aspek kehidupan tak bisa dilepaskan dari keberadaan dan
pesatnya. Hal ini mungkin disebabkan karena permintaan masyarakat akan alat elektronik
yang lebih canggih, cepat dan lengkap daripada sebelumnya. Berbagai temuan dan
perkembangan IT yang tidak pernah terbayangkan oleh generasi sebelumnya kini berada di
depan mata. Keberadaan teknologi pada semua aspek kehidupan ini pula yang secara
langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh pada pola interaksi, pada kehidupan
sosial masyarakat. Kemajuan teknologi jarak jauh seperti PDA, telepon selular, komputer,
kamera, dan internet membuat kehidupan manusia menjadi lebih mudah sehingga tak ada lagi
jarak pembatas di bumi ini. Semuanya dapat dijangkau tanpa harus berada di tempat yang
dikehendaki. Seperti dua sisi mata pisau, kemajuan pesat yang dialami teknologi ternyata
tidak hanya membawa dampak positif, tetapi juga membawa dampak negatif bagi masyarakat.
Disadari atau tidak, ia telah mengubah beberapa nilai, norma dan kebiasaan yang berlaku di
masyarakat.
Di Indonesia, yang merupakan negara dengan adat ketimuran yang kental, rata-rata
masyarakatnya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai, norma dan adat istiadatnya sebagai aset
untuk melestarikan daerah dan budayanya secara turun temurun. Nilai dan norma yang
dimaksud adalah sopan santun, menghormati orang tua, saling menghargai sesama, budaya
gotong royong, bermusyawarah, dan lainnya yang menjadi ciri khas orang Indonesia.
Kebiasaan mengalah, menghargai jasa orang lain, menghormati hak milik orang merupakan
gambaran betapa orang Indonesia merupakan bangsa yang sangat menjunjung tinggi
budayanya. Bagi orang Indonesia budaya adalah jembatan menuju kesuksesan, budaya adalah
tempat untuk mencari solusi jika terdapat permasalahan, budaya adalah harta yang tak ternilai
harganya. Teknologi komunikasi pertama yang muncul dan berkembang di masyarakat adalah
surat kabar atau koran, kemudian berkembang radio, televisi, film, handphone dan yang
terakhir dan masih terus mengalami perkembangan pesat adalah komputer dan internet.
Dengan kemunculan surat kabar dan radio, membawa dampak pada struktur dan pola interaksi
masyarakat. Jika dulu dikenal ada istilah opinion leader, kini peran tersebut digantikan oleh
media massa. Opinion leader dapat diperankan oleh pemuka agama, tetua, tetua adat atau
orang-orang yang dianggap kharismatik dan dapat mempengaruhi audience. Saat ini peran
tersebut diambil alih oleh media massa. Dengan perkembangan teknologi komunikasi massa
saat ini sehingga mudah dijumpai kapan dan dimana saja, membuat orang tidak lagi
bergantung pada opinion leader apabila hendak mencari informasi, tetapi sudah dapat
memperolehnya sendiri dari media massa. Semakin dominannya peran media massa terhadap
masyarakat membawa dampak positif dan juga negatif. Dampak positifnya, masyarakat
menjadi lebih cepat mengetahui informasi dan membuat tingkat pendidikan meningkat, tetapi
dampak negatifnya apabila tidak diberi informasi yang sebenar-benarnya dan tanpa adanya
regulasi yang mengatur, akan membuat masyarakat ‘menelan’ informasi tersebut bulat-bulat,
Menurut catatan Agee, et al,siaran percobaan televisi di AS dimulai pada tahun 1920-
an. Para ilmuwan terus mengembangkan teknologi ini dan puncaknya pada tahun 1948, terjadi
penyiaran televisi di Indonesia sendiri dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan
dengan dilangsungkannya pembukaan Asean Games IV di Senayan. Televisi saat ini sudah
bagaikan ‘anggota keluarga baru’ bagi masyarakat. Kehadirnnya dengan tampilan yang
menarik melalui sajian audio dan visual membuat apa yang ditampilkannya seolah-olah
benar-benar terjadi dihadapan kita. Membuat kita lebih mudah untuk mengimitasi apa yang
disajikan sehingga membuat seseorang tanpa sadar telah terbawa oleh arus siaran televise,
baik itu iklan, tenovela, siaran berita dan sebagainya. Bagi penonton yang telah memiliki self
control yang tinggi akan mampu untuk memfilter setiap informasi/tayangan televisi yang
ditontonnya, namun sebagian besar warga masyarakat tanpa menyadari telah telinfiltrasi oleh
muatan dalam psan siaran televise tersebut. Lebih parah lagi bila penonton masih anak-anak
kebanyakan orang tua tidak sadar akan kebebasan media yang kurang baik atas anak-anak.
Anak-anak tidak diawasi dengan baik saat menonton televisi. Dengan kondisi ini sangat
dikawatirkan bagaimana dampaknya bagi perkembangan anak-anak. Sering kita jumpai pada
siaran televise bahwa banyak anak yang menirukan adegan di televise, baik yang baiknya
maupun yang buruknya. Parahnya apabila meniru hal yang buruk, ini akan berdampak pada
perkembangan anak atau pendidikan dan tingkah lakunya. Semakin maraknya pengunaan
telepon selular atau handphone beberapa tahun terakhir juga berdampak pada masyarakat.
Menurut data majalah Komputer Aktif (no. 50/26 Maret 2003), berdasarkan survei Siemens
Mobile Lifestyle III menyebutkan bahwa 60 persen remaja usia 15-19 tahun dan pascaremaja
lebih senang mengirim SMS daripada membaca buku. Dapat dikatakan, budaya membaca
yang sudah terancam oleh budaya dengar dan lihat, diancam lagi oleh budaya mengirim SMS.
berdampak pula pada norma yang berlaku di masyarakat. Dulu jika berkomunikasi dengan
orang lain perlu bertemu tatap muka. Dengan orang yang lebih tua atau kita hormati akan
membuat kita merasa sungkan dan menjaga sikap ketika berkomunikasi. Tetapi dengan
adanya handphone, kita tidak perlu harus bertatap muka apabila ingin berkomunikasi.
Kemudahan ini ternyata membuat orang terkadang lupa dan menyamakan saja ketika
berkomunikasi dengan orang yang dihubunginya, baik ia lebih tua ataupun sebaya. Hal ini
mungkin disebabkan karena yang ia hadapi ketika berkomunikasi adalah medianya (dalam hal
ini handphone), tanpa perlu bertemu si individu langsung. Kemudahan lain yang ditawarkan
oleh perkembangan teknologi adalah Internet. Keberadaan internet yang semakin marak dan
yaitu budaya copy paste. Sebagai contoh kasus, kebiasaan copy paste yang dilakukan
mahasiswa ataupun dosen, baik saat mengerjakan tugas ataupun membuat sebuah penelitian.
Tersedianya hampir segala yang dibutuhkan orang di internet membuat kita merasa ‘dimanja’,
sehingga akhirnya melahirkan budaya ini. Pada kebiasaan baru ini, apabila dipandang sebagai
perbuatan mencontek atau plagiat, orang sudah tidak mengindahkan anggapan perbuatan
tersebut tidak baik. Bahkan hal ini sudah menjadi hal yag lazim dan dianggap biasa oleh
sebagian masyarakat.
Perkembangan pesat internet juga ternyata berbanding lurus dengan semakin
bertambahnya tingkat kejahatan di dunia maya (cybercrime) dan pornografi. Hal-hal yang
berbau erotisme dapat dengan mudah di akses dari mana saja dan oleh siapa saja, bahkan oleh
anak-anak sekalipun. Usaha berbagai pihak untuk membendung dampak negatif ini ternyata
belum menunjukkan hasil yang signifikan, hal ini mungkin dikarenakan ruang lingkup
internet yang sedemikian besarnya, sehingga tidak dapat di-cover seluruhnya. Meningkatnya
kasus pornografi ini antara lain disebabkan melalui internet, kita dapat menjelajah ke berbagai
belahan dunia dengan mudahnya. Terpaan budaya dari luar (barat) inilah yang kemudian
membuat hal-hal yang awalnya tabu bagi masyarakat menjadi hal yang biasa, lazim dan
bahkan mendapat maklum dari masyarakat. Perlahan terpaan budaya barat tersebut memberi
pengaruh bagi generasi muda yang memang notabene masih labil dan cenderung lebih mudah
terpengaruh oleh hal-hal yang terlihat menarik. Ditambah dengan kurangnya kawalan dari
orang tua dan masyarakat, penyerapan budaya barat ini tertanam dibenak generasi muda dan
1. Pendidikan
menanamkan rasa loyalitas nasional dan dalam menciptakan keahlian dan sikap yang sangat
2. Ideologi
Peranan ideologi sebagai suatu alat buat mengubah perilaku dan sikap massa digarap
oleh Leonard Binder, setelah meninjau ideologi pembangunan kontemporer di Timur Tengah,
Afrika, dan Asia Selatan dan menyimpulkan bahwa segenap ideolog ini adakalanya
mempunyai pengaruh pemersatu dalam menjembatani jurang-jurang sosial dikalangan
masyarakat majemuk dan sebagai alat golongan elite buat mengubah perilaku orang banyak.
3. Pengaruh Globalisasi
globalisasi dapat menjadikan dunia semakin terbuka dan saling bergantung satu sama lainnya.
Globalisasi akan membawa perspektif baru bagi dunia tanpa batas yang saat ini diterima
sebagai realita masa depan yang akan mempengaruhi perkembangan budaya dan membawa
perubahan baru. Dan jelaslah dalam globalisasi muncul pergeseran sebagai akibat pengaruh
lingkungannya, namun ada juga yang mudah menerima budaya asing dalam kehidupannya.
Ini tergantung dari masing-masing individu ada yang negative responnya dan ada juga yang
positif responnya. Pada masyarakat tradisional, umumnya unsur budaya yang membawa
Salah satu efek dari modernisasi adalah pergeseran nilai. Hal ini bisa dilihat dari
perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Ketika ada unsur baru yang menarik di hati, maka
masyarakat pun dengan perlahan tapi pasti akan mengikut pada nilai tersebut. Jika melihat
perihal masyarakat kita, pergeseran nilai budaya memang wajar terjadi. Setidaknya ini terjadi
karena efek dari modernisasi dan globalisasi. Terkadang juga nilai budaya yang telah lama
dipegang menjadi sedemikian mudah untuk dilepaskan. Itu dikarena terlalu kerasnya tarikan
modernitas. Modernitas seharusnya dimaknai sebagai pertemuan dari berbagai unsur dalam
bumi. Ada kebaikan ada keburukan, ada tinggi ada rendah, ada atas ada bawah. Kita perlu
selektif dalam mengadopsi unsur budaya yang masuk. Jangan sampai pranata sosial yang
6. Kemajuan Pariwisata
pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya adalah industri pariwisata.
Demikian juga halnya yang berlangsung di Indonesia dalam tiga dasawarsa terakhir, aktivitas
sektor pariwisata telah didorong dan ditanggapi secara positif oleh pemerintah dengan
harapan dapat menggantikan sektor migas yang selama ini menjadi primadona dalam
penerimaan devisa negara. Apabila tingkat massifitas kedatangan turis ini cukup tinggi maka
ada kemungkinan terjadi “perkawinan” antara dua unsur kebudayaan yang berbeda. Dari
akan muncul peniru-peniru perilaku tertentu atau muncul pola perilaku tertentu.
7. Pergeseran Budaya
diawali dengan adanya tekanan dari pemerintah (misalnya peraturan, sanksi, iming-iming)
lalu ada penolakan dari sistem lama, integrasi antara keduanya dan akhirnya dicapai titik
keseimbangan baru. Karena pada awalnya terjadi kesenjangan budaya, maka pemerintah
membutuhkan agen-agen penyalur perubahan budaya ini. Pada masa orde baru, elite
pemerintahan birokrasi desa yang dipantau ketat berperan aktif dalam menyalurkan perubahan
kebudayaan ini.
pada masyarakat tradisional mungkin masih menggunakan pentungan atau kulkul, burung
merpati, surat sebagai alat berkomunikasi satu dengan yang lainya, dngan terjadinya
pegeseran nilai-nilai maka sarana kmunikasi semakin cepat. Contoh ada handphone, telegram,
sangat signifikan yaitu masyarakat modern yang yang dulunya tradisional dapat beraktivitas
jauh lebih mudah. Contoh : Pada masyarakat yang dulu menggunakan tulisan tangan dalam
mengirim surat sekarang sudah bisa lewat komputer atau pun laptop.
pergeseran nilai budaya. Berhubungan pula dengan industri-industri maju, dengan dibukanya
industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan
salah satu untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Masyarakat bila sudah modern akan memilki kesadaran betapa pentingnya pendidikan.
Dengan bekal pengetahuan masyarakat sudah siap untuk menghadapi pergeseran nilai yang
mungkin terjadi di era global. Dengan pengetahuan pula kita dapat memproduksi barang dan
menanggapi segala masalah yang terjadi. Perubahan pandangan hidup masyarakat Indonesia
terlihat pada perubahan sikapnya, prilaku dan karyanya berkat pembangunan berkembanglah
Masyarakat merasa sangat dimudahkan dengan tekhnologi maju membuat mereka tidak
lagi membutuhkan orang lain dalam aktivitasnya. Kadang-kadang mereka lupa akan dirinya
sebagai mahluk social. Mereka cenderung untuk hidup sendiri-sendiri tanpa memperhatikan
orang lain, rasa gotong royong, ramah tamah dan sopan santun mulai memudar. Akibat dari
Ø Kesenjangan Sosial
modernisasi dan pengaruh globalisasi, bila ada beberapa individu yang dapat mengikuti
pengaruh tersebut akan terjadi kesenjangan social. Kesenjangan social akan menyebabkan
jarak anatara si kaya dan si miskin dan hal ini bisa merusak nilai-nilai kebinekaan dan
ketunggalikaan bangsa Indonesia. Hal ini juga akan memicu prasangka social, persaingan
dalam kehidupan cenderung akan mebuat orang tersebut frustasi, maka orang akan timbulah
handphone, media televisi dan tekhnologi yang lainya yang ditiru habis-habisan. Selain itu
apresiasi terhadap nilai budaya lokal pun pudar serta nilai keagamaan akan mengalami
kemunduran. Disini bisa dilihat pergeseran nilainya yaitu beralih ke budaya barat dan budaya
lainya.
Penyebaran nilai-nilai politik barat secara langsung atau tidak langsung dalam bentuk-
bentuk unjuk rasa, demonstrasi yang semakin berani dan terkadang mengabaikan kepentingan
Ø Kenakalan Remaja
contoh bila remaja membawa HP camera bisa menyimpan sesuatu yang porno didalamnya
sehingga suatu saat pasti remaja mencoba adegan itu, padahal adegan itu hanyalah untuk
orang yang sudah mempunyai ikatan perkawinan. Maka telah terjadi pegeseran nilai
Penyakit masyarakat atau Patologi Sosial bisa muncul di karenakan pergeseran nilai
masyarakat, seperti yang telah dijelaskan bahwa pergeseran nilai berdampak pada
kesenjangan social. Maka si miskin terpaksa mencuri untuk pemenuhan kebutuhan. Maka
——-. 2009. Contoh Perilaku Masyarakat Sebagai Akibat Adanya Perubahan Sosial Budaya.
http://www.crayonpedia.org/mw/Contoh_Perilaku_Masyarakat_Sebagai_Akibat_Adanya_Per
ubahan_Sosial_Budaya_9.1
http://dwi-andari.blogspot.com/2014/05/kode-etik-profesi-masa-depan.html
http://fai.ummgl.ac.id/news/item/145/untuk-guru-dan-dosen.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya
http://ryezamanutd.blogspot.com/2012/12/profesi-guru-dan-dosen-antara-tanggung.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-perubahan-
sosial-budaya-2/