Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI

OLEH:

KELOMPOK 4

 WARNI NPM. 1726040201.P


 PANCA WIRANTI NPM. 1726040037.P
 NETI AGUSTINAWATI NPM. 1726040276.P
 MITA RAHMADEWI NPM. 1726040279.P
 SRI WAHYUNINGSIH NPM. 1726040282.P
 ELSA PUJI MEDIASTUTI NPM. 1726040298.P
 LOLY NOVRIZA YANTI NPM. 1726040223.P
 VANI AMBARWATI NPM. 1726040024.P

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN


STIKES TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini
sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Tak lupa pula, penulis kirimkan
salam dan salawat kepada junjungan kita semua, Rasulullah Muhammad SAW,
keluarga, dan seluruh sahabatnya.
Makalah ini membahas tentang Rehabilitasi dan Rekonstruksi. Banyak
pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Oleh karena
itu, penulis ucapkan banyak terimakasih. Penulis menyadari, bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, olehnya itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca sekalian.
Besar harapan penulis, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan
sumbangsih yang berarti demi kemajuan ilmu pengetahuan bangsa.

Bengkulu, Mei 2018

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemulihan ............................................................... 2
1. Rehabilitasi ............................................................................ 2
2. Rekonstruksi .......................................................................... 5
B. Prinsip-prinsip Pemulihan .......................................................... 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................ 12
B. Saran .......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan
terjadinya dan dapat menimbulkan korban luka maupun jiwa, serta
mengakibatkan kerusakan dan kerugian. Bencana merupakan rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Saat situasi darurat sudah terkendali, masyarakat yang terkena dampak
bencana biasanya langsung melakukan berbagai aktivitas yang bertujuan
untuk mengembalikan kehidupan dan infrastruktur yang mendukungnya.
Sesungguhnya, tidak ada perbedaan yang mencolok antara tanggap darurat,
rehabilitasi dan rekonstruksi, dan pembangunan yang berkelanjutan. Ada
banyak kesempatan bagi masyarakat yang terkena bencana untuk
meningkatkan pencegahan dan kesiapsiagaan sehingga mengurangi
kerentanan. Idealnya, ada transisi mulus dari rehabilitasi dan rekonstruksi
menuju pembangunan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, yang menjadi rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini adalah bagaimana konsep dasar
pemulihan bencana?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mempelajari lebih lanjut
tentang pemulihan bencana, terutama tentang rehabilitasi dan rekonstruksi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemulihan
Pemulihan adalah aktivitas yang bertujuan untuk mengembalikan
kehidupan dan infrastruktur yang mendukungnya. Kegiatan pemulihan
berlanjut hingga semua sistem di wilayah bencana kembali normal atau lebih
baik. Langkah-langkah rehabilitasi dan rekonstruksi baik jangka pendek
maupun jangka panjang termasuk mengembalikan sistem pendukung
kehidupan yang vital, standar operasi minimum, penyediaan hunian
sementara, informasi publik, kesehatan dan pendidikan keamanan,
rekonstruksi, program konseling, dan studi dampak ekonomi. Sumber daya
dan pelayanan informasi meliput pengumpulan data berkaitan dengan
pembangunan kembali dan dokumentasi pelajaran-pelajaran yang bisa dipetik.
Sebagai tambahan, ada kebutuhan menyediakan makanan dan tempat tinggal
bagi mereka yang diungsikan.
Kegiatan pemulihan dapat digolongkan menjadi kegiatan jangka pendek
(rehabilitasi) dan jangka panjang (rekonstruksi).
1. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya
secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada
wilayah pascabencana.
Rehabilitasi bersifat segera dan merupakan kegiatan yang
menjembatani antara tanggap darurat dengan pasca bencana. Beberapa
kegiatan di antaranya pengembalian pelayanan yang terganggu,
membersihkan jalan, memperbaiki bangunan-bangunan yang rusak, dan
menyediakan makanan dan tempat tinggal bagi pengungsi. Kegiatan
pemulihan jangka pendek dapat berlangsung selama beberapa minggu.

2
Ruang Lingkup Pelaksanaan Rehabilitasi
a. Perbaikan Lingkungan Daerah Bencana
Perbaikan lingkungan fisik meliputi kegiatan: perbaikan
lingkungan fisik untuk kawasan pemukiman, kawasan industri,
kawasan usaha dan kawasan gedung.
Indikator yang harus dicapai pada perbaikan lingkungan adalah
kondisi lingkungan yang memenuhi persyaratan teknis, sosial,
ekonomi, dan budaya serta ekosistem
b. Perbaikan Prasarana dan Sarana Umum
Prasarana dan sarana umum adalah jaringan infrastruktur dan
fasilitas fisik yang menunjang kegiatan kehidupan sosial dan
perekonomian masyarakat. Prasarana umum atau jaringan infrastruktur
fisik disini mencakup: jaringan jalan/ perhubungan, jaringan air bersih,
jaringan listrik, jaringan komunikasi, jaringan sanitasi dan limbah, dan
jaringan irigasi/ pertanian.
Sarana umum atau fasilitas sosial dan umum mencakup: fasilitas
kesehatan, fasilitas perekonomian, fasilitas pendidikan, fasilitas
perkantoran pemerintah, dan fasilitas peribadatan.
c. Pemberian Bantuan Perbaikan Rumah Masyarakat
Yang menjadi target pemberian bantuan adalah masyarakat
korban bencana yang rumah/ lingkungannya mengalami kerusakan
struktural hingga tingkat sedang akibat bencana, dan masyarakat
korban berkehendak untuk tetap tinggal di tempat semula. Kerusakan
tingkat sedang adalah kerusakan fisik bangunan sebagaimana Pedoman
Teknis (DepPU, 2006) dan/ atau kerusakan pada halaman dan/ atau
kerusakan pada utilitas, sehingga mengganggu penyelenggaraan fungsi
huniannya. Untuk bangunan rumah rusak berat atau roboh diarahkan
untuk rekonstruksi.
d. Pemulihan Sosial Psikologis
Pemulihan sosial psikologis adalah pemberian bantuan kepada
masyarakat yang terkena dampak bencana agar dapat berfungsi

3
kembali secara normal. Sedangkan kegiatan psikososial adalah
kegiatan mengaktifkan elemen-elemen masyarakat agar dapat kembali
menjalankan fungsi sosial secara normal. Kegiatan ini dapat dilakukan
oleh siapa saja yang sudah terlatih.
Pemulihan sosial psikologis bertujuan agar masyarakat mampu
melakukan tugas sosial seperti sebelum terjadi bencana, serta tercegah
dari mengalami dampak psikologis lebih lanjut yang mengarah pada
gangguan kesehatan mental.
e. Pelayanan Kesehatan
Pemulihan pelayanan kesehatan adalah aktivitas memulihkan
kembali segala bentuk pelayanan kesehatan sehingga minimal tercapai
kondisi seperti sebelum terjadi bencana.
Pemulihan sistem pelayanan kesehatan adalah semua usaha yang
dilakukan untuk memulihkan kembali fungsi sistem pelayanan
kesehatan yang meliputi: SDM Kesehatan, sarana/prasarana kesehatan,
kepercayaan masyarakat.
f. Rekonsiliasi dan Resolusi Konflik
Kegiatan rekonsiliasi adalah merukunkan atau mendamaikan
kembali pihak-pihak yang terlibat dalam perselisihan, pertengkaran
dan konflik. Sedangkan kegiatan resolusi adalah memposisikan
perbedaan pendapat, perselisihan, pertengkaran atau konflik dan
menyelesaikan masalah atas perselisihan, pertengkaran atau konflik
tersebut.
Rekonsiliasi dan resolusi ditujukan untuk membantu masyarakat
di daerah bencana untuk menurunkan eskalasi konflik sosial dan
ketegangan serta memulihkan kondisi sosial kehidupan masyarakat.
g. Pemulihan Sosial Ekonomi Budaya
Pemulihan sosial ekonomi budaya adalah upaya untuk
memfungsikan kembali kegiatan dan/ atau lembaga sosial, ekonomi
dan budaya masyarakat di daerah bencana.

4
Kegiatan pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya ditujukan
untuk menghidupkan kembali kegiatan dan lembaga sosial, ekonomi
dan budaya masyarakat di daerah bencana seperti sebelum terjadi
bencana.
h. Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
Pemulihan keamanan adalah kegiatan mengembalikan kondisi
keamanan dan ketertiban masyarakat sebagaimana sebelum terjadi
bencana dan menghilangkan gangguan keamanan dan ketertiban di
daerah bencana.
Pemulihan keamanan dan ketertiban ditujukan untuk membantu
memulihkan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat di daerah
bencana agar kembali seperti kondisi sebelum terjadi bencana dan
terbebas dari rasa tidak aman dan tidak tertib.
i. Pemulihan Fungsi Pemerintahan
Indikator yang harus dicapai pada pemulihan fungsi
pemerintahan adalah:
1) Keaktifan kembali petugas pemerintahan.
2) Terselamatkan dan terjaganya dokumen-dokumen negara dan
pemerintahan.
3) Konsolidasi dan pengaturan tugas pokok dan fungsi petugas
pemerintahan.
4) Berfungsinya kembali peralatan pendukung tugas-tugas
pemerintahan.
5) Pengaturan kembali tugas-tugas instansi/lembaga yang saling
terkait.

2. Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan
sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya

5
hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
Rekonstruksi melibatkan beberapa kegiatan yang sama tetapi
berlanjut hingga beberapa bulan atau tahun. Namun pemulihan jangka
panjang lebih berfokus pada pembangunan kembali bangunan-bangunan
fisik secara permanen dan peningkatan sosial ekonomi. Kadang-kadang
pembangunan kembali dilakukan secara menyeluruh jika kerusakan sangat
parah. Tujuan pemulihan jangka panjang adalah mengembalikan keadaan
sebelum bencana atau bahkan menjadi lebih baik. Pemulihan ini juga
menjadi waktu yang tepat untuk mengambil langkah-langkah mitigasi
sehingga masyarakat lebih siap dan bencana yang serupa tidak terulang.
Lingkup Pelaksanaan Rekonstruksi:
a. Program Rekonstruksi Fisik
Rekonstruksi fisik adalah tindakan untuk memulihkan kondisi
fisik melalui pembangunan kembali secara permanen prasarana dan
sarana permukiman, pemerintahan dan pelayanan masyarakat
(kesehatan, pendidikan dan lain-lain), prasarana dan sarana ekonomi
(jaringan perhubungan, air bersih, sanitasi dan drainase, irigasi, listrik
dan telekomunikasi dan lain-lain), prasarana dan sarana sosial (ibadah,
budaya dan lain-lain.) yang rusak akibat bencana, agar kembali ke
kondisi semula atau bahkan lebih baik dari kondisi sebelum bencana.
Cakupan kegiatan rekonstruksi fisik mencakup, tapi tidak
terbatas pada, kegiatan membangun kembali sarana dan prasarana fisik
dengan lebih baik dari hal-hal berikut:
1) Prasarana dan sarana
2) Sarana sosial masyarakat;
3) Penerapan rancang bangun dan penggunaan peralatan yang lebih
baik dan tahan bencana.
b. Program Rekonstruksi Non Fisik
Rekonstruksi non fisik adalah tindakan untuk memperbaiki atau
memulihkan kegiatan pelayanan publik dan kegiatan sosial, ekonomi

6
serta kehidupan masyarakat, antara lain sektor kesehatan, pendidikan,
perekonomian, pelayanan kantor pemerintahan, peribadatan dan
kondisi mental/sosial masyarakat yang terganggu oleh bencana,
kembali ke kondisi pelayanan dan kegiatan semula atau bahkan lebih
baik dari kondisi sebelumnya.
Cakupan kegiatan rekonstruksi non-fisik di antaranya adalah:
1) Kegiatan pemulihan layanan yang berhubungan dengan kehidupan
sosial dan budaya masyarakat.
2) Partisipasi dan peran serta lembaga/organisasi kemasyarakatan,
dunia usaha, dan masyarakat.
3) Kegiatan pemulihan kegiatan perekonomian masyarakat.
4) Fungsi pelayanan publik dan pelayanan utama dalam masyarakat.
5) Kesehatan mental masyarakat.

B. Prinsip-prinsip Pemulihan
1. Mengarusutamakan pengurangan risiko bencana.
Integrasi pengurangan risiko dalam setiap aspek dan proposal proses
pembangunan kembali sangat penting dalam mencapai keseluruhan tujuan
dari sebuah pemulihan yang berkelanjutan.
2. Didukung Pemerintah.
Syarat mendasar dari integrasi yang berhasil adalah bahwa proses
pemulihan harus didukung oleh kebijakan pemerintah yang disetujui,
sistem nasional yang memampukan, alat-alat yang tepat, dan advokasi di
antara semua aktor.
3. Memperbaiki/ memelihara koordinasi.
Koordinasi yang baik akan memaksimalkan proses rehabilitasi dan
rekonstruksi serta menghindari kesenjangan dengan melibatkan
masyarakat dan kearifan lokal. Oleh karena itu, tujuan, prioritas, tugas dan
tanggung jawab yang disusun secara partisipatif harus dilakukan melalui
dialog dan pertemuan-pertemuan koordinatif. Selain itu, pembagian dan
pertukaran informasi perlu dilakukan dengan panduan yang jelas.

7
4. Pendekatan Partsipatif.
Mempromosikan pendekatan-pendekatan partsipatoris dan
perencanaan dan pemrograman yang tidak terpusat. Pemrograman
rehabilitasi dan rekonstruksi harus dibuat berdasarkan pengkajian
kebutuhan dan kapasitas yang jelas sehingga inisiatif, sumber daya, dan
kapasitas lokal dipahami dan digunakan sepenuhnya. Pemrograman harus
dikendalikan oleh permintaan dan dirancang untuk menjangkau populasi
yang paling rentan.
5. Meningkatkan standar keamanan dan mengintegrasikan pengurangan
risiko.
Semua aktivitas pemulihan harus menyasar pada perbaikan standar
keamanan dan pengurangan risiko. Termasuk menghindari resiko
pembangunan yang menciptakan kerentanan atau risiko baru. Beberapa
persyaratan berikut harus dipastikan:
a. Semua proposal rehabilitasi dan rekonstruksi didukung oleh informasi
pengkajian risiko berbagai bencana dan dikembangkan dengan institusi
yang terlibat dan partisipasi masyarakat sasaran supaya menjamin rasa
memiliki dalam pelaksanaannya.
b. Pengkajian kerusakan meliput pemeriksaan akar penyebab kerusakan
dan kegagalan.
c. Tersedianya kriteria tentang tingkat risiko yang bisa diterima dari hasil
konsensus
6. Memperbaiki kehidupan masyarakat yang terkena dampak bencana.
Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi harus berkontribusi kepada
perbaikan kondisi kehidupan masyarakat dan berbagai sektor melalui
pertanian, industri, industri kecil rumahan, perdagangan, pelayanan, dan
penciptaan kesempatan pekerjaan/ penghasilan.
7. Membangun kemampuan sumber daya lokal dan nasional untuk
peningkatan ketangguhan, manajemen risiko, dan pembangunan yang
berkelanjutan.

8
Pasca bencana besar, hal-hal berikut ini perlu dipertimbangkan
dalam kegiatan peningkatan kapasitas:
a. Memperkuat kapasitas lokal dalam manajemen risiko bencana
b. Pengaturan, pemetaan ancaman dan risiko, pelatihan dan simulasi
c. Pengembangan kapasitas peringatan dini khususnya pada tingkat lokal
yang diintegrasikan dengan monitoring nasional dan propinsi dan
sistem ramalan cuaca.
d. Alat-alat pengkajian risiko, kerentanan, dan kapasitas yang
dimasukkan ke dalam proses pengambilan keputusan.
e. Pelatihan umum dan kegiatan pengembangan sumber daya manusia
untuk pengurangan risiko.
8. Mengambil manfaat dari inisiatif-inisiatif yang sudah berjalan
Proses rehabilitasi dan rekonstruksi merupakan kesempatan untuk
meninjau kembali inisiatif-inisiatif pembangunan yang sedang berjalan.
Selain itu dapat digunakan untuk melakukan orientasi ulang jika
diperlukan dan mungkin dilaksanakan sehingga berkontribusi kepada
membangun ketangguhan dan kapasitas masyarakat.
Minimal, inisiatif-inisiatif yang sudah ada harus ditinjau ulang untuk
memastikan bahwa inisiatif-inisiatif tersebut tidak berkontribusi terhadap
akumulasi risiko yang lebih besar.
9. Sensitivitas gender.
Peran dan posisi sosial perempuan secara langsung mempengaruhi
seluruh proses penanggulangan bencana. Pada dasarnya lelaki dan
perempuan telah memiliki peran dan posisi sosialnya. Masyarakat juga
telah memiliki cara pandang bagaimana perempuan dipersepsikan dan
diharapkan bertingkah laku baik dalam situasi aman maupun bencana.
Persoalan gender penting dibahas karena tanggap darurat atau
penanggulangan bencana sering bias gender. Konsep penanggulangan
bencana sering menggunakan tolok ukur kebutuhan lelaki atau tolok ukur
standar yang tidak sensitif kepada kebutuhan perempuan akibat konstruksi
sosialnya baik sebagai istri, ibu, pelayan masyarakat dan seterusnya.

9
Perempuan sering tidak diberi waktu untuk menyadari apa yang tengah
terjadi di hadapannya. Tenaga mereka diperas untuk mengatasi bencana,
membereskan puing-puing, mengelola rumah tangga di ruang
penampungan, mengasuh anak-anak yang trauma, mengurus orang sakit
dan seterusnya. Mereka juga diberi tanggung jawab menjadi pengelola
dapur umum tanpa upah. Akibatnya tak sedikit perempuan mengalami
stres akut akibat kelelahan yang berlebihan.
Persoalan lain adalah ketika proses rekonstruksi. Kekeliruan paling
besar dalam proses rekonstruksi dari sisi keadilan gender adalah dalam
perencanaan yang mengabaikan kebutuhan dan suara mereka. Hal ini
terjadi karena suara perempuan seringkali diwakili oleh kaum lelaki di
sekitarnya. Padahal para lelaki juga memiliki agenda-agenda penting bagi
dirinya. Akibatnya suara perempuan tenggelam. Dan ketika bangunan atau
rekonstruksi dilakukan, ternyata tak sesuai dengan kebutuhan pengguna
(dalam hal kamar mandi, desain ruangan, jarak bangunan dengan tempat
anak-anak bermain dll).
Proses rehabilitasi dan rekonstruksi merupakan sebuah kesempatan
untuk mengurangi kerentanan kelompok-kelompok sosial dan
meningkatkan kesetaraan gender. Analisis gender diperlukan untuk
mengetahui siapa (dari sisi gender), membutuhkan apa dan bagaimana.
Siapa bisa melakukan apa dan bagaimana. Siapa memiliki akses dan
kontrol apa terhadap SDM apa dan bagaimana. Perhatian khusus (dalam
art karena menimbang peran dan posisinya, bukan karena mereka harus
diperlakukan khusus) harus diberikan pada peran vital perempuan sebagai
anggota dan pemimpin masyarakat, kontribusi mereka dalam sektor mata
pencaharian dalam tahap pengkajian, perencanaan, pemrograman
rehabilitasi dan rekonstruksi.
10. Efek demonstratif
Inisiatif-inisiatif rehabilitasi dan rekonstruksi setempat dapat
memiliki efek demonstratif yang penting, membangun kapasitas lokal dan

10
nasional dan menjadi sebuah ujicoba pendekatan-pendekatan yang dapat
dipertimbangkan dalam program pembangunan nasional.
11. Monitoring, Evaluating and Learning (MEL)
Program dan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi harus
memasukkan mekanisme pengawasan dan evaluasi partsipatif yang
memungkinkan pelaksanaan tindakan-tindakan korektif secara tepat
waktu, menangkap pengalaman dan suara masyarakat, mulai membangun
dari efek demonstratif, meningkatkan efektivitas, dan pembelajaran.
Ketika bicara suara masyarakat maka hal itu dimaksudkan suara anggota
masyarakat yang beragam dari sisi umur jender dan kemampuan fisik atau
bahkan kebutuhannya.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemulihan adalah aktivitas yang bertujuan untuk mengembalikan
kehidupan dan infrastruktur yang mendukungnya. Kegiatan pemulihan
berlanjut hingga semua sistem di wilayah bencana kembali normal atau lebih
baik.
Kegiatan pemulihan dapat digolongkan menjadi kegiatan jangka pendek
(rehabilitasi) dan jangka panjang (rekonstruksi). Rehabilitasi adalah perbaikan
dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat
yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk
normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,
dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pascabencana.

B. Saran
Masalah penanggulangan bencana tidak hanya menjadi beban
pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait, tetapi juga diperlukan
dukungan dari masyarakat umum. Diharapkan semua lapisan masyarakat
dapat ikut berpartisipasi dalam upaya penanggulangan bencana terutama pada
tahap pemulihan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Muhamad Hadi, A. 2007. Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat, Strategi


dan Pendekatan. Jakarta: Palang Merah Indonesia Pusat

Nugroho, K, dkk. 2012. Buku Panduan Fasilitator, Modul Pelatihan Dasar


Penanggulangan Bencana. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan
Bencana

Priambodo, S.A. 2009. Panduan Praktis Menghadapi Bencana. Yogyakarta:


Kanisius

Anda mungkin juga menyukai