Anda di halaman 1dari 5

Penanganan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya genangan akibat run-off saat ini telah

mengalami pergeseran paradigma. Paradigma lama menangani air limpasan dengan secepat-cepatnya
mengalirkan air limpasan ke badan air penerima. Paradigma baru menangani air limpasan dengan
memanfaatkan terlebih dahulu air limpasan tersebut sebelum dibuang ke badan air penerima. Bentuk-
bentuk infrastruktur berdasarkan paradigma baru tersebut tidak hanya berupa saluran (drainase), tetapi
dengan mengkombinasikan saluran dengan detensi, extended detention, infiltrasi, dan pemanenan air
hujan. Detensi adalah infrastruktur yang bertujuan mengendalikan banjir di hilir dan mengurangi erosi
dengan cara memperlambat laju aliran, extended detention adalah infrastruktur yang berperan dalam
memperbaiki kualitas air dengan cara menampung air limpasan didalam kolamkolam penampungan.
Selama berada di kolam penampungan, partikel-pertikel terlarut akan mengendap dan bahan-bahan
kimia akan terserap oleh sedimen-sedimen di bawah permukaan kolam. Infiltrasi adalah infrastruktur
yang dapat mengatasi persoalan banjir, erosi, kualitas air, meningkatkan imbuhan air tanah, dan
penyediaan air bersih, dengan cara mengalirkan air limpasan secara vertikal ke dalam tanah.
Infrastruktur pemanenan air hujan adalah infrastruktur yang digunakan untuk menangkap dan
menampung air hujan dalam kolam-kolam penampungan, dan selanjutnya air hujan tersebut dapat
digunakan sebagai sumber air bersih.

Penanganan terhadap air limpasan pada dasarnya dapat dibagi dua, yaitu metode struktur (teknis) dan
metode non struktur. Penanganan terhadap air limpasan pada dasarnya tidak hanya bersifat struktur
melalui penyediaan infrastruktur fisik seperti yang telah disebutkan, yaitu dengan menyediakan drainase,
kolam detensi, extended detention, infiltrasi, maupun infrastruktur pemanenan air hujan. Penanganan
air limpasan dapat pula berbentuk penanganan yang bersifat non struktur.

Metode nonstrukyut melalui pengendalian guna lahan merupakan cara yang cukup efektif untuk
mengurangi kuantitas air limpasan. Penanganan non struktur dipercaya lebih dapat mengatasi persoalan
yang berkaitan dengan air limpasan dengan lebih efektif, bahkan upaya ini juga lebih murah
dibandingkan dengan upaya struktur. Pertumbuhan dan perkembangan kota selain mempengaruhi
keseimbangan tata air, secara langsung juga akan mempengaruhi sistem prasarana drainase kota, baik
drainase alami maupun buatan. Saluran drainase memiliki daya dukung yang terbatas dan hanya dapat
menampung limpasan air permukaan dalam jumlah tertentu, sementara itu debit air permukaan
tersebut sangat dipengaruhi ole luas penutupan lahan. Kecenderungan yang terjadi saat ini adalah
pertumbuhan dan perkembangan guna lahan, khususnya di daerah perkotaan, berlangsung sangat pest
sehingga daya dukung saluran drainase terlampaui jauh sebelum waktu yang diperkirakan atau sebelum
sempat dilakukan tindakan antisipasi. Kejadian lain yang juga kerap kali terjadi, saluran drainase
dibangun untuk memenuhi kebutuhan sat ini tapa dipersiapkan untuk menampung peningkatan
limpasan air permukaan di masa mendatang. Bentuk penanganan non struktural di antaranya
pembatasan perkembangan kota, penetapan peraturan menyangkut KDB, Garis Sempadan Jalan, Jarak
Antar Bangunan, Garis Sempadan Sungai, dan peraturan menyangkut pemanfaatan lahan lainnya
maupun usaha penyuluhan mengenai upaya pelestarian drainase kota.

Sumber: BMP PWKL 4203 MODUL 4


Tindakan yang harus dilakukan oleh pemerintah yaitu membuat perencanaan Pembangunan yang
mengacu pada dokumen perencanaan nasional dan daerah serta peraturan dan perundangan sistem
perencanaan Pembangunan nasional. Perencanaan adalah Proses untuk menentukan tindakan masa
depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Perencanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi adalah penentuan tindakan masa depan yang sejalan dengan
perencanaan pembangunan dengan mendasarkan pada pengkajian kebutuhan paska bencana.
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah
pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan
bangkitnya peran serta masyarakat. Membangun menjadi lebih baik adalah sebuah prinsip dalam upaya
rehabilitasi dan rekonstruksi dimana pada saat pembangunan kembali baik aspek kerusakan dan
kerugian akibat bencana, wajib dilakukan agar menjadi lebih baik serta berpedoman pada usaha/ upaya
mengurangi risiko atau dampak bencana dimasa yang akan datang. Integrasi dalam perencanaan
pembangunan adalah perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi dapat merubah dan atau melengkapi
rencana pembangunan yang sedang berjalan baik dalam masa rencana tahunan atau jangka panjang
lima tahunan termasuk pendanaannya. Kegiatan ini pada tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai
berikut:

1. Bantuan Darurat
o Mendirikan pos komando bantuan
o Berkoordinasi dengan Satuan Koordinator Pelaksana Penanggulangan Bencana
(SATKORLAK PBP) dan pemberi bantuan yang lain.
o Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos kesehatan dan pos koordinasi.
o Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian.
o Mencari dan menempatkan para korban di tenda atau pos pengungsian.
o Membantu petugas medis untuk pengobatan dan mengelompokan korban.
o Mencari, mengevakuasi, dan makamkan korban meninggal.
2. Inventarisasi kerusakan
o Pada tahapan ini dilakukan pendataan terhadap berbagai kerusakan yang terjadi, baik
bangunan, fasilitas umum, lahan pertanian, dan sebagainya.
3. Evaluasi kerusakan
o Pada tahapan ini dilakukan pembahasan mengenai kekurangan dan kelebihan dalam
penanggulangan bencana yang telah dilakukan. Perbaikan dalam penanggulangan
bencana diharapkan dapat dicapai pada tahapan ini.
4. Pemulihan (Recovery)
o Pada tahapan ini dilakukan pemulihan atau mengembalikan kondisi lingkungan yang
rusak atau kacau akibat bencana seperti pada mulanya. Pemulihan ini tidak hanya
dilakukan pada lingkungan fisik saja tetapi korban yang terkena bencana juga diberikan
pemulihan baik secara fisik maupun mental.
5. Rehabilitasi (Rehabilitation)
o Mulai dirancang tata ruang daerah (master plan) idealnya dengan memberi kepercayaan
dan melibatkan seluruh komponen masyarakat utamanya korban bencana. Termasuk
dalam kegiatan ini adalah pemetaan wilayah bencana.
o Mulai disusun sistem pengelolaan bencana yang menjadi bagian dari sistem pengelolaan
lingkungan
o Pencarian dan penyiapan lahan untuk permukiman tetap
o Relokasi korban dari tenda penampungan
o Mulai dilakukan perbaikan atau pembangunan rumah korban bencana
o Pada tahap ini mulai dilakukan perbaikan fisik fasilitas umum dalam jangka menengah
o Mulai dilakukan pelatihan kerja praktis dan diciptakan lapangan kerja
o Perbaikan atau pembangunan sekolah, sarana ibadah, perkantoran, rumah sakit dan
pasar mulai dilakukan
o Fungsi pos komando mulai dititikberatkan pada kegiatan fasilitasi atau pendampingan.
6. Rekonstruksi
o Kegiatan rekonstruksi dilakukan dengan program jangka menengah dan jangka panjang
guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat
pada kondisi yang lebih baik dari sebelumnya
7. Melanjutkan pemantauan
o Wilayah yang pernah mengalami sebuah bencana memiliki kemungkinan besar akan
mengalami kejadian yang sama kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan
terus-menerus untuk meminimalisir dampak bencana tersebut.

Sasaran substansial atau bidang bidang yang harus direhabilitasi dan rekonstruksi adalah :

a. Aspek kemanusiaan, yang antara lain terdiri dari sosial psikologis, pelayanan kesehatan, pelayanan
pendidikan, rekonsiliasi dan resolusi konfl ik, keamanan dan ketertiban, partisipasi dan peran serta
lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat;

b. Aspek perumahan dan permukiman, yang terdiri dari perbaikan lingkungan daerah bencana,
pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat dan pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
c. Aspek infrastruktur pembangunan, yang antara lain terdiri dari perbaikan prasarana dan sarana umum,
pemulihan fungsi pemerintah, pemulihan fungsi pelayanan publik, pembangunan kembali sarana dan
prasarana, penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan
bencana, Peningkatan fungsi pelayanan publik dan Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat;

d. Aspek ekonomi, yang antara lain terdiri dari pemulihan sosial ekonomi dan budaya, peningkatan
kondisi sosial, ekonomi dan budaya, mendorong peningkatan ekonomi lokal seperti pertanian,
perdagangan, industri, parawisata dan perbankan;

e. Aspek sosial yang antara lain terdiri dari pemulihan konstruksi sosial dan budaya, pemulihan kearifan
dan tradisi masyarakat, pemulihan hubungan antar budaya dan keagamaan dan pembangkitan kembali
kehidupan sosial budaya masyarakat;

f. Aspek lintas sektor yang antara lain terdiri dari pemulihan aktivitas/kegiatan yang meliputi tata
pemerintahan dan lingkungan hidup;

SUMBER: BMP ADPU 4433

Anda mungkin juga menyukai