Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Kesehatan Nasional mempunyai Visi Indonesia Sehat 2020

yang diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam rangka

memperbaiki kualitas hidup manusia. Visi Indonesia Sehat 2020 ini merupakan

penerapan paradigma pembangunan kesehatan baru “Paradigma Sehat” yaitu

upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya

penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta kemampuan masyarakat

untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata

serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.

Upaya tersebut lebih ditekankan pada kesehatan ibu dan anak sebagai kelompok

penduduk yang rawan dan strategis yang bersifat promotif dan preventif. Upaya

ini ditandai dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka kematian

Bayi/AKB (Depkes RI, 2013).

Upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang

dialami ibu dan bayinya di Indonesia, diatur dalam program rencana strategik

nasional Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu mengenai konteks

rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2030, dimana visi MPS

adalah “Kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi

yang dilahirkan hidup dan sehat” (Saifuddin, 2015).


Menurut United Nation yang dikutip Soegianto (1993), tingginya

prevalensi anemia pada kehamilan melatarbelakangi terjadinya kematian ibu

selama hamil, bersalin atau nifas sebagai akibat komplikasi penanganannya.

Sekitar 50 % kematian di negara-negara berkembang dilatar belakangi, baik

secara langsung maupun tidak langsung oleh anemia defisiensi besi.

Status kesehatan ibu, menurut model Mc Carthy dan Maine merupakan

faktor penting dalam terjadinya kematian ibu. Penyakit atau gizi yang buruk

merupakan faktor yang dapat mempengaruhi status kesehatan ibu. Rao (1975)

melaporkan bahwa salah satu sebab kematian obstetrik tidak langsung pada kasus

kematian ibu adalah anemia. Grant menyatakan bahwa anemia merupakan salah

satu sebab kematian ibu, demikian juga WHO menyatakan bahwa anemia

merupakan sebab penting dari kematian ibu. Penelitian Chi, dkk menunjukkan

bahwa angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7%

untuk mereka yang non anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak

langsung berhubungan dengan anemia.

Prevalensi anemia di dunia sangat tinggi, terutama di negara-negara sedang

berkembang termasuk Indonesia. Menurut data yang ada, jumlah penderita di

negeri ini mencapai 30-55 persen dari total penderita di dunia yang mencapai

500-600 juta orang. Di Indonesia, dalam Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) 2012 dilaporkan bahwa 63,5% ibu hamil dan 55,5% anak usia balita di

Indonesia menderita anemia (kekurangan darah). Pada SKRT 2014 prevalensi

anemia pada ibu hamil menjadi 50,9% dan pada anak balita 40,5% (Hertanto,
2014). Sedangkan pada tahun 2015, prevalensi anemia pada ibu hamil mencapai

51 persen dan pada ibu nifas 45 persen. Adapun penyebab tidak langsung

kesakitan dan kematian ibu adalah kejadian anemia pada ibu hamil sekitar 51%

dan pada ibu nifas 45% serta karena Kurang Energi Protein (Depkes,2015).

Anemia gizi merupakan masalah kesehatan yang berperan dalam penyebab

tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi serta rendahnya

produktivitas kerja, prestasi olahraga dan kemampuan belajar. Oleh karena itu,

penanggulangan anemia gizi menjadi salah satu program potensial untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yang telah dilaksanakan

pemerintah sejak pembangunan jangka panjang I (Depkes, 2015).

Anemia merupakan penyumbang utama angka kematian ibu di Indonesia.

Upaya mencegahnya dapat dilakukan dengan mengetahui sejak dini apakah

seseorang anemia atau tidak. Soeprono menyebutkan bahwa dampak anemia

pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya

gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan

proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada

masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress, produksi

ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR,

kematian perinatal, dan lain-lain)

Salah satu usaha untuk mencegah kematian tersebut pemerintah sejak tahun

1984 telah memprogramkan pemberian suplemen zat besi pada ibu hamil sejak

dini sebanyak 90 butir dan ibu nifas selama 42 hari masing-masing 1 butir 1 hari.
Walaupun terdapat sumber makanan nabati yang kaya besi, seperti daun

singkong, kangkung, dan sayuran berwarna hijau lainnya, namun zat Fe dalam

makanan tersebut lebih sulit penyerapannya. Dibutuhkan porsi yang besar dari

sumber nabati tersebut untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam sehari dan

jumlah tersebut tidak mungkin terkonsumsi. Sehingga dalam kondisi kebutuhan

Fe tidak terpenuhi dari makanan, maka pilihan untuk memberikan tablet besi

folat dan sirup besi guna mencegah dan menanggulangi anemia menjadi sangat

efektif dan efisien. (Depkes, 2015).

Faktor utama yang menyebabkan sulitnya penurunan prevalensi anemia ini

antara lain karena rendahnya cakupan distribusi dan kepatuhan ibu

mengkonsumsi tablet zat besi. Survey Kesehatan Rumah Tangga melaporkan

bahwa distribusi tablet besi sebesar 27 % dan kepatuhan ibu mengkonsumsi

tablet besi sebanyak 23 % (Ernawati, 2000).

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI ) tahun 2013-

2016, Angka Kematian Bayi ( AKB ) merupakan indikator yang paling sensitive

diantara indikator lainnya. Angka ini mencerminkan tingkat permasalahan

kesehatan yang langsung berkaitan dengan kematian bayi, tingkat kesehatan ibu

dan anak, upaya keluarga, dan tingkat perkembangan sosial dan ekonomi

keluarga. Angka Kematian bayi di Indonesia tahun 2012 adalah 34 per 1000

kelahiran hidup. Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian bayi adalah

dengan dengan memperhatikan gizi melalui pemberian air susu ibu ( ASI ) secara

eksklusif. Dimana pemberian ASI secara eksklusif ini sekaligus dapat


meningkatkan status gizi bayi sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan

yang selanjutnya dapat menurunkan angka kematian bayi.

Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi adalah sebagai nutrisi,

meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan, dan meningkatkan

jalinan kasih sayang (utami, 2000). World Health Organization ( WHO ) tahun

2002, menyatakan setiap tahunnya lebih dari 10 juta anak yang berusia dibawah

5 tahun mengalami kematian, yang disebabkan oleh 6 penyebab utama yang

mana sebagian besar dapat dicegah. Dari sekitar 10,6 juta balita yang meninggal

73%nya disebabkan oleh 6 penyebab utama yaitu : pneumonia ( radang paru ) 19

%, diare 18%, malaria 8%, infeksi pada darah atau pneumonia pada BBL 10%,

dan asfiksia ( sumbatan jalan napas ) 8%.

Pencapaian cakupan ASI eksklusif di Kota Bengkulu lebih rendah dari

target cakupan ASI eksklusif nasional karena target ASI eksklusif nasional

sebesar 80%. Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif sebagian besar ini

dikarenakan kurangnya sosialisasi masa pemberian ASI eksklusif dari 4 bulan

menjadi 6 bulan, selain itu dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu

tentang manfaat ASI eksklusif, social dan ekonomi keluarga yang kurang

memadai. Cakupan pemberian ASI eksklusif tahun 2016 baru mencapai 59,11%

atau 4,877 bayi. Cakupan pemberian ASI eksklusif selama 4 tahun terakhir

terendah pada tahun 2007 yang tercakup hanya 52,59% bayi. Persentase tahun

2005 adalah 66,94%. Cakupan pemberian ASI eksklusif berbeda-beda untuk

masing-masing puskesmas. Puskesmas dengan cakupan tertinggi pada tahun


2016 di Puskesmas Lingkar Barat yaitu 93,62% dan cakupan terendah di

Puskesmas Lingkar Timur yaitu 8,43% ( Dinkes Kota, 2016 ).


Data jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif Kota Bengkulu lebih jelas

dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2 : Jumlah Bayi Yang diberi ASI eksklusif Kota Bengkulu tahun 2016

ASI ekslusif
N Jumlah Bayi yang
KECAMATAN PUSKESMAS
No. Jumlah bayi diberi ASI
eksklusif

1 Gading Cempaka Jembatan Kecil 396 186


Jalan Gedang 466 337
Lingkar Barat 470 440

Lingkar Timur 973 82


Kuala Lempuing 147 74
2 Ratu Agung
Nusa Indah 698 496

Sawah Lebar 702 361


3 Ratu Samban Aggut Atas 866 707

Pasar Ikan 400 330


4 Teluk Segara
Kampung Bali 272 247
5 Sungai Serut Sukamerindu 508 371
Ratu Agung 407 261
6 Muara Bangkahulu
Beringin Raya 480 48
7 Selebar Basuki Rahmad 638 248
Betungan 250 200
Kandang 320 243
8 Kampung Melayu
Padang Serai 268 246

Jumlah 8251 4877


Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Tahun 2016
Menurut laporan Dinas Kesehatan Propinsi Bengkulu untuk tahun 2016

terdapat 8.664 ibu nifas yang ada di tersebar di beberapa wilayah di Kota

Bengkulu. Di Kecamatan Gading Cempaka yang mencakup 4 puskesmas yaitu

Puskesmas Jembatan Kecil, Jalan Gedang, Lingkar Barat dan Lingkar Timur

jumlah ibu nifasnya adalah 2.421 orang, sedangkan di Kecamatan Ratu Agung

sebanyak 1.614 orang ibu nifas. Untuk kecamatan Ratu Samban yang hanya

mempunyai 1 puskesmas yaitu puskesmas Anggut Atas, jumlah ibu nifasnya

adalah 909 orang. Kecamatan Teluk Segara yang mencakup 2 puskesmas, jumlah

ibu nifasnya adalah 706 orang. Jumlah ibu hamil di Kecamatan Sungai serut

adalah 533 orang. Sedangkan ibu nifas di Kecamatan Muara Bangkahulu,

Selebar dan Kecamatan Kampung Melayu adalah 2.481 orang. Jumlah ibu nifas

terbanyak pada tahun 2016 adalah puskesmas Lingkar Timur dengan jumlah ibu

nifas 1.022 orang (Profil Kesehatan Kota Bengkulu 2016).

Data jumlah ibu nifas yang mendapatkan pelayanan kesehatan oleh tenaga

kesehatan di Kota Bengkulu lebih jelas dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2 : Jumlah Ibu Nifas yang mendapatkan pelayanan nifas di Kota

Bengkulu tahun 2016


Ibu nifas

No. KECAMATAN PUSKESMAS Mendapatkan


Jumlah
pelayanan nifas

Gading
1 Cempaka Jembatan Kecil 416 278
Jalan Gedang 489 421
Lingkar Barat 494 446
Lingkar Timur 1.022 830

Kuala Lempuing 144 92


2 Ratu Agung
Nusa Indah 733 503

Sawah Lebar 737 617


3 Ratu Samban Aggut Atas 909 733

Pasar Ikan 420 353


4 Teluk Segara
Kampung Bali 286 251
5 Sungai Serut Sukamerindu 533 411
Muara Ratu Agung 427 327
6 Bangkahulu 313
Beringin Raya 504
7 Selebar Basuki Rahmad 670 532
Betungan 263 202
Kampung Kandang 336 309
8 Melayu
Padang Serai 281 240

Jumlah 8664 6858

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Tahun 2016

Berdasarkan hasil survey awal pada tanggal 23 oktober 2017, jumlah ibu

nifas yang ada di Puskesmas Lingkar Timur pada tahun 2016 adalah 907 orang,

dan pada bulan oktober 2017 adalah 56 orang. Sedangkan di Kota Bengkulu
sendiri, belum ada data yang menyebutkan tentang angka kejadian dari

pelaksanaan pengecekan anemia pada ibu nifas ini, baik oleh tenaga kesehatan

maupun non kesehatan. Namun berdasarkan hasil penelusuran & survei awal

peneliti selama tanggal 05 november - 07 November 2017 terhadap beberapa ibu

nifas (0-7 hari) di wilayah puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu tentang

produksi ASI, ternyata dari 16 ibu nifas yang diperiksa nilai Hb-nya, 10 orang

ibu yang diperiksa mengalami anemia dan mengaku ASInya belum terlalu lancar.

Sedangkan menurut pengakuan responden sendiri, materi tentang anemia tidak

pernah didapatkan selama mengikuti pendidikan di bangku sekolah. Mereka

cenderung mendapatkan materi tentang anemia ini berdasarkan pada warisan atau

bertanya kepada orang-orang yang lebih tua.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terhadap ibu nifas terutama ibu nifas di Puskesmas Lingkar Timur

dengan judul “Hubungan anemia pada ibu nifas dengan produksi ASI di

Puskesmas Lingkar Timur”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam

penelitian ini adalah masih banyak ibu nifas yang tidak mengetahui tentang

anemia dan hubungannya dengan ASI. Pertanyaan penelitian ini adalah adakah

hubungan anemia pada ibu nifas dengan produksi ASI di Puskesmas Lingkar

Timur.
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian adalah diketahuinya hubungan anemia pada ibu nifas

dengan produksi ASI di Puskesmas Lingkar Timur.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran anemia pada ibu nifas di Puskesmas Lingkar

Timur Bengkulu.

b. Untuk mengetahui gambaran produksi ASI pada ibu nifas anemia di

Puskesmas Lingkar Timur Bengkulu.

c. Untuk mengetahui hubungan antara anemia pada ibu nifas dengan

produksi ASI di Puskesmas Lingkar Timur Bengkulu.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan, meningkatkan

ilmu pengetahuan serta menerapkan ilmu yang telah dipelajari.

2. Manfaat bagi Akademik

Dapat memberikan sumbangan pustaka bagi intuisi pendidikan khususnya pada

mata kuliah asuhan kebidanan pada ibu.


3. Manfaat bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi puskesmas tentang pentingnya

anemia pada ibu nifas dengan produksi ASI.

4. Untuk Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan-bahan masukan bagi

pengembangan studi penelitian selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini pernah dilakukan oleh mahasiswa Tri Mandiri Sakti Jurusan

Kebidanan, yaitu :

1. Latifa K, 2010.
Mahasiswa Tri Mandiri Sakti angkatan tahun 2010 yang mengambil judul

hubungan ibu hamil trimester III dalam mengkonsumsi tablet besi dengan

kejadian anemia di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu. Hasil penelitian

menunjukkan ada hubungan antara ibu hamil dalam trimester III dalam

mengkonsumsi tabket Fe dengan kejadian anemia.


2. Hutabarat M, 2011
Mahasiswa Tri Mandiri Sakti angkatan 2011 yang mengambil judul hubungan

cara ibu mengkonsumsi Tablet Fe dengan kejadian anemia di Puskesmas

Jembatan Kecil. Hasi penelitian menunjukkan adanya hubungan antara cara

ibu mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia.


Berbeda dengan penelitian sebelumnya, peneliti ingin mengetahui hubungan

pengetahuan ibu nifas dengan pencegahan anemia di Puskesmas Lingkar

Timur Kota Bengkulu.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia

1. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin yang lebih rendah

dari nilai normal. Untuk kelompok orang yang bersangkutan menurut umur

dan jenis kelamin (Wirakusuma, 1999). Anemia adalah pengurangan dalam

jumlah ukuran atau warna dari sel-sel darah merah, mengakibatkan

berkurangnya kemampuan mengangkut oksigen dari darah. Anemia adalah

bila seseorang menderita anemia kadar hemoglobin kurang dari 10 gr %

disebut anemia berat. Bila kurang dari 6 gr % disebut anemia grafi (Tan, A,

1996). Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah

kurang dari 11 gr % (Depkes, 1998). Anemia adalah keadaan dimana kadar

hemoglobin dalam darah kurang dari 11 gr % (Sarwono, 2001). Anemia

merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam darah

seseorang. Anemia terjadi karena kurangnya hemoglobin yang berarti juga

minimnya oksigen ke seluruh tubuh. Apabila oksigen berkurang tubuh akan

menjadi lemah, lesu dan tidak bergairah (Budiyanto, 2002).

2. Etiologi

Ada tiga faktor penting yang menyebabkan orang menjadi anemia adalah :

a. Perdarahan

Seseorang menjadi anemia karena perdarahan dan kehilangan sel - sel

darah merah dari tubuhnya terlalu banyak. Perdarahan yang banyak dan

mendadak disebut perdarahan eksternal, perdarahan dapat juga

disebabkan karena racun binatang yang menyebabkan penekanan pada


atau pembentukan sel – sel darah merah. Adapun perdarahan kronis

adalah perdarahan sedikit demi sedikit tetapi terus menerus penyebabnya

antara lain : kanker pada saluran pencernaan, wasir, dan lain-lain. Selain

itu juga anemia dapat disebabkan karena infeksi kronis misalnya infeksi

malaria, hepatitis dan lain-lain.

b. Kerusakan sel-sel darah merah

Pada beberapa penyakit misalnya malaria dan talasemia, sel-sel darah

merah dirusak di dalam pembuluh darah, ini menyebabkan anemia

hemolitik bila sel - sel darah merah rusak didalam tubuh, zat besi yang

ada di dalamnya tidak hilang tetapi tetap dapat digunakan kembali untuk

membentuk sel –sel darah merah kurang bermanfaat, tetapi asam folat

didalam sel - sel darah merah yang telah rusak tidak dapat digunakan

dalam pengobatan anemia hemolitik.

c. Produksi sel darah merah tidak cukup banyak

Kemampuan membuat sel darah merah baru sama cepatnya dengan

banyak sel darah merah tua yang hilang, sehingga jumlah sel darah

merah dipertahankan selalu cukup banyak di dalam darah. Bila tidak

tersedia cukup banyak zat gizi yang diperlukan, maka terjadi gangguan

sel darah merah baru, hal ini mungkin dapat disebabkan karena makanan

yang dikonsumsi tidak cukup banyak mengandung zat gizi karena

kesalahan pencernaan yang tidak dapat mengarbsorbsi dengan baik zat

itu sehingga banyak zat gizi yang terbuang bersama kotoran.


3. Jenis – Jenis Anemia (Mochtar. 1998)

a. Anemia Defisiensi Zat Besi

Merupakan jenis anemia yang sering di jumpai dalam kehamilan.

Kekurangan ini dapat disebabkan karena makanan yang di konsumsi

setiap hari tidak cukup banyak mengandung zat besi, atau absorbsinya

rendah maka ketersediaan zat besi untuk tubuh tidak cukup memenuhi

kebutuhan akan zat besi, gangguan reabsorbsi, gangguan penggunaan

atau karena terlampau banyaknya zat besi keluar dari badan, misalnya

karena perdarahan. Keperluan akan zat besi bertambah dalam kehamilan,

terutama pada triwulan terakhir. Apabila masuknya zat besi tidak di

tambah dalam kehamilan maka dapat dipastikan terjadi anemia defisiensi

zat besi.

b. Anemia Megalobastik

Anemia megalobastik dalam kehamilan disebabkan karena

defisiensi asam folat, dan jarang sekali karena defisiensi vitamin B12.

Hal ini erat hubungannya dengan defisiensi makanan.

c. Anemia Hipoplastik

Anemia pada ibu hamil yang di sebabkan karena sumsum tulang

kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Etiologi anemia hipoplastik

karena kehamilan belum di ketahui dengan pasti, kecuali yang

disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun atau obat-obatan. Dalam hal
ini anemia hanya dianggap sebagai komplikasi kehamilan. Cara untuk

memperbaiki keadaan penderita adalah tranfusi darah.

d. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah

merah langsung lebih cepat daripada pembuatannya. Wanita dengan

anemia hemolitik sukar menjadi hamil. Apabila dia hamil maka

anemianya biasanya menjadi lebih berat.


4. Penyebab Anemia
a. Menurut Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (1999) :
1) Sebab utama adalah kurang makan sayuran hijau, buah berwarna, dan

lauk pauk.
2) Sebab – sebab lain adalah : Perdarahan akibat sering melahirkan,

jarak kelahiran anak terlalu dekat, ibu hamil bekerja terlalu berat,

adanya cacing tambang pada usus

b. Menurut Muchtar, R (1998) :


Kurang gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam diet, malabsorbsi,

kehilangan darah yang banyak (persalinan yang lalu, haid, dll),

penyakit-penyakit kronis (TBC, Paru, Cacing usus, Malaria)


5. Klasifikasi Anemia dalam nifas
a. Menurut Depkes :
Anemia ringan < 11 gr %, anemia berat < 8 gr %
b. Menurut Prawirohardjo, S (1999) :
Anemia defisiensi zat besi (kekurangan zat besi)
c. Menurut Eka Sulis, 2009 :
1) Anemia ringan Hb 8 - 10 gr %.
2) Anemia ringan Hb 6 - 8 gr %
3) Anemia berat Hb < 6 gr %
6. Tanda dan gejala anemia
a. Menurut Muchtar, R (1998) :
Mata berkunang – kunang, badan lemah, lesu dan cepat lelah, jantung

berdebar, muka pucat, kelopak mata dan bibir pucat, sakit kepala, nafsu

makan buruk, sesak nafas, dll.


b. Menurut Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (2002) :
Mata berkunang-berkunang, lemah, badan lesu, cepat lelah, gampang

ngantuk, lidah, bibir dan kuku pucat sekali, wajah / muka pucat

7. Patofisiologi
Menurut Eka Sulis, 2009
a. Perdarahan sehingga kekurangan banyak unsur zat besi.
b. Kebutuhan zat besi meningkat, dengan adanya perdarahan, gemeli,

multiparitas, makin tuanya kehamilan.


c. Absorbsi tidak normal / saluran cerna terganggu, missal defisiensi

vitamin C sehingga absorbsi Fe terganggu.


d. Intak kurang misalnya kualitas menu jelek atau muntah terus.
8. Pengaruh Anemia
Pengaruh anemia terhadap kehamilan, persalinan, dan nifas
Keguguran, partus prematurus, inersia uteri dan partus lama, ibu lemah,

atonia uteri dan menyebabkan pendarahan, syok, afibrinogenemia dan

hipofibrinogenemia, infeksi intrapartum dan dalam nifas, bila terjadi

anemia gravis (Hb di bawah 4 gr%) terjadi payah jantung yang bisa saja

menyulitkan kehamilan dan persalinan.


9. Pencegahan Anemia zat besi
Menurut Usaha Perbaikan Gizi Keluarga, (2002)
a. Setiap hari, makanlah sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, dan

lauk pauk secara beraneka ragam.


b. Setiap hari, ibu hamil minum 1 tablet tambah darah minimal 90 tablet

selama kehamilan, dan 1 tablet setiap hari selama masa nifas.


Pemberian suplemen tablet zat besi bermanfaat untuk memperbaiki status zat

besi secara tepat. Sehari satu tablet (60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam
folat) berturut-turut selama minimal 90 hari masa kehamilannya, sampai 42

hari setelah melahirkan. Mulai pemberian pada waktu pertama kali ibu hamil

memeriksakan kehamilannya. (depkes, 1998).


10. Pengobatan

Setiap pasien dicurigai menderita anemia harus diperiksa, bila sudah

pasti diobati dengan pemberian suplemen tablet zat besi bila kadar HB

kurang dari 11 gr % pemberian 3 tablet sehari selama 90 hari kehamilan dan

42 hari saat nifas (Depkes, 1999).

Keperluan zat besi untuk wanita non hamil, hamil dan dalam laktasi

yang dianjurkan adalah :

a. FNB Amerika Serikat (1958): 12 mg-15 mg-15 mg

b. LIPI Indonesia (1968): 12 mg-17 mg-17 mg

Kemasan zat besi dapat diberikan per oral atau parental:

a. Per oral: sulfas serosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3.5 x 0,29 mg

b. Parenteral: diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian per oral atau

absorbsi di saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara

intramuskuler atau intravena. Kemasan ini antara lain; imferon, jectofer

dan ferrigen. Hasilnya lebih cepat dibandingkan per oral.

1. Anemia defisiensi zat besi yang paling baik diobati dengan diet yang

baik dengan dosis oal zat besi (ferrous sulfate, 300 mg tiga kali sehari)

dikombinasikan dengan dosis prolaksis oral asam folat 1 mg setiap hari.


a) Pemberian fero sulfat 3 dikalikan 325 mg secara oral dalam keadaan

perut kosong dapat dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan

beberapa mg pada pasien yang tidak dapat diberikan bersama

makanan.

b) Pemberian feroglukonat 3 dikalikan 200 mg secara oral sehabis

makan, bila terdapat intoleransi terhadap pemberian preparat Fe oral

gangguan pencernaan diberi oral, dapat diberikan secara parenteral

dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/kg BB) untuk tiap 9 % penurunan

kadar Hb dibawah normal.

c) Iron dekstron mengandung Fe 50 mg, kemudian diberikan 100 – 250

mg tiap 1 – 2 hari sampai dosis oral sesuai perhitungan dan dapat

pula diberikan secara intravena mula – mula 0,5 mg sebagai dosis

percobaan, bila dalam 3 – 5 menit tidak menimbulkan reaksi, boleh

diberikan dengan dosis 200 – 500 mg untuk satu kali pemberian.

d) Pada anemia berat dilakukan tranfusi darah.

2. Untuk anemia defisiensi asam folat dapat diberikan :

a) Preparat fero dapat diberikan asam folat dengan dosis 15 – 30 mg /

hari.

b) Pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein seperti daging,

ikan, telur dengan kebutuhan 400 kalori / hari.

(Sumber : Perice, Silvia Anderson, 1994).

B. Nifas
1. Pengertian

Masa nifas (puerpurium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta

keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

semula (sebelum hamil) dan berlangsung selama kira-kira 6 minggu

(Sulistyawati. 2009). Menurut Rustam Mochtar, 1998 masa nifas adalah masa

pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan

kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk :

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi

b. Pencegahan, diagnosa dini dan pengobatan komplikasi pada ibu

c. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu

d. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu

untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya

yang khusus

e. Imunisasi ibu terhadap tetanus

f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan

anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu

dan anak

3. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain :
a. Teman terdekat sekaligus pendamping ibu nifas dalam menghadapi saat-

saat kritis masa nifas

b. Pendidik dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan terhadap ibu dan

keluarga

c. Pelaksana asuhan kepada pasien dalam hal tindakan perawatan,

pemantauan, penanganan masalah, rujukan dan deteksi dini komplikasi

masa nifas

4. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puepurium dini, puerpurium

intermedial, dan remote puerpurium.

a. Puerpurium dini

Puerpurium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan. Dalam agama islam, dianggap

bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Puepurium intermedial

Puepuriun intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat – alat

genitalia, yang lamanya sekitar 6 – 8 minggu.

c. Remote puerpurium

Remote puerpurium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung

selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.


5. Involusi alat-alat kandungan

1) Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya

kembali seperti sebelum hamil.

Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi


Involusi Tinggi fundus uterus Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri Lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simpisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

2) Bekas implantasi uri : Placenta bed mengecil karena kontraksi dan

menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu

menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.

3) Luka – Luka pada jalan lahir bila tidak di sertai infeksi akan sembuh

dalam 6-7 hari.

4) Rasa sakit, yang disebut after pains, (meriang atau mules-mules)

disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-3 hari pasca

persalinan.

5) Lochia adalah cairan seckret yang berasal dari kavum uteri dan vagina

dalam masa ifas.


 Lochia rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium,

selama 2 hari pasca persalinan.

 Lochia sanguinolenta : berwana merah kuning berisi darah dan

lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.

 Lochia serosa : Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada

hari ke 7-14 pasca persalinan.

 Lochia alba : Cairan putih setelah dua minggu.

 Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan mirip nanah berbau

busuk

 Lochiostatis : lochia tidak lancar keluarnya.

6) Serviks : Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong

berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat

perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir tangan masih bisa mauk

rongga rahim, setelah 2 jam, dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya

dapat dilalui oleh 1 jari.

7) Ligamen-ligamen : Ligamen, fasia dan diagfragmapelvis yang meregang

pada waktu persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi

ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan

menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotondum menjadi kendor.

6. Proses adaptasi psikologis masa nifas


Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang

juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Reva Rubin

membagi periode ini menjadi 3 bagian, antara lain :

a) Periode “Taking In”

Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada

umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekawatiran

akan tubuhnya. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk

mengurangi gangguan kesehatan akibat kurang istirahat. Peningkatan

nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan penyembuhan

luka, serta persiapan proses laktasi aktif.

b) Periode “Taking Hold”

Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum. Ibu

berkonsentrasi pada pengntrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK, serta

kekuatan dan ketahanan tubuhnya. Ibu berusaha keras untuk

menguasai keterampilan perawatan bayi, misalnya memandikan,

menggendong, memasang popok dan sebagainya. Pada masa ini, ibu

biasanya agak sensitif dan merasa tidak mahir melakukan hal-hal

tersebut.

c) Periode “Letting Go”

Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Periode

inipun sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang

diberikan oleh keluarga. Ibu menmbil tanggung jawab terhadap


perawatan bayi yang sangat tergantung padanya. Depresi post partum

umumnya terjadi pada periode ini.

Post prtum blues : Fenomena pasca partum awal atau baby blues

merupakan bagian umum kelahiran bayi, biasanya terjadi pada 70 %

wanita. Penyebabnya ada beberapa hal, antara lain lingkungan tempat

melahirkan yang kurang mendukung, perubahan hormone yang cepat,

dan keraguan terhadap peran yang baru. Faktor penyebab biasanya

merupakan kombinasi dari berbagai factor, termasuk adanya gangguan

tidur yang tidak dapat dihindari oleh ibu selama masa-masa awal

menjadi seorang ibu.

Post partum blue biasanya dimulai pada beberapa hari setelah

kelahiran dan berakhir setelah 10-14 hari. Karakteristik post partum

blues meliputi menangis, merasa letih karena melahirkan, gelisah,

perubahan perasaan, menarik diri, serta reaksi negative terhadap bayi

dan keluarga. Kunci untuk mendukung wanita dalam melalui periode

ini adalah berikan perhatian dan dukungan yang baik baginya, serta

yakinkan padanya bahwa ia adalah orang yang berarti bagi keluarga

dan suami. Hal yang terpenting, berikan kesempatan untuk beristirahat

yang cukup.

7. Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas

a. Kebutuhan gizi ibu menyusui


Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi akan sangat
mempengaruhi prduksi ASI. Ibu menyusui harus mendapat tambahan
zat makanan sebsar 8800 kkal yang digunakan untuk memproduksi
ASI dan untuk aktifitas ibu sendiri. Selain memerlukan tambahan
energi dan protein, ibu menyusui juga dianjurkan untuk mendapatkan
tambhan asupan dari nutrisi lain. Berikut ini adalah perbandingan
tambahan nutrisi ibu menyusui pada wanita Asia dan Amerika.
No Nutrisi Wanita Asia Wanita Amerika
1 Kalsium 0,5-1 gram 400 mg
2 Zat besi 20 mg 30-60 mg
3 Vitamin C 100 mg 40 mg
4 Vitamin B-1 1,3 mg 0,5 mg
5 Vitamin B-2 1,3 mg 0,5 mg
6 Vitamin B-12 2,6 mikrogram 1 mikrogram
7 Vitamin D 10 mikrogram 5 mikrogram

Anjuran yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui,


antara lain :
 Mengkonsumsi tabahan kalori setiap hari sebanyak 500 kalori.
 Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan
vitamin
 Minum sedikitnya 3 liter setiap hari, terutama setelah
menyusui.
 Mengkonsumsi tablet zat besi selama nifas.
 Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
b. Ambulasi dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya

untuk berjalan. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada pasien yang

menderita anemia, jantung, paru-paru, demam, dan keadaan lain yang

masih membutuhkan istirahat.

Adapun keuntungan dari ambulasi dini, antara lain :

 Penderita meras lebih sehat dan lebih kuat

 Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.

 Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada

ibu mengenai cara merawat bayinya.

c. Eliminasi : Buang air kecil dan besar

Dalm 6 jam pertama post partum, pasien sudah harus dapat buang air

kecil. Sedangkan dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat

buang air besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka

akan semakin sulit baginya untuk buang air besar secara lancar. Untuk

memperlancar pengeluaran feses dan air kencing, anjurkan pasien

untuk makan tinggi serat dan banyak minum air putih.

d. Kebersihan diri

Karena keletihan dan kondisi ibu yang belum stabil, biasanya ibu post

partum masih belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya.


Pada tahap awal, bidan dapat melibatkan keluarga dalam perawatan

kebersihan ibu.

Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri ibu post

partum, antara lain :

 Jaga kebersihan sekuruh tubuh untuk mencegah infeksi dan

alergi kulit pada bayi.

 Membersihkan daerah kelamin ibu dengan sabun dan air.

 Menggnti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau minimal

2 kali dalam sehari.

 Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ia elesai

membersihkan daerah kemaluannya.

 Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh

daerah luka.

e. Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang brkualitas untuk

memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk

memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup

sebagai persiapan untuk energy menyusui bayinya nanti.

Kurang istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan beberapa

kerugian, misalnya :

 Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi


 Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan.

 Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat

bayi dan dirinya sendiri.

f. Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat satu atau ua jarinya kedalam vagina

tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang melarag untuk

melakukan hhubungan seksual sampai mas waktu tertentu, misalnya

40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran.

g. Senam nifas

Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya

latihan masa nifas dilakukan seawall mungkin dengan catatan ibu

menjalani persalinan dengan normal dan tidak ada penyulit post

partum.

8. Kebijakan program nasional masa nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam setelah perssalinan 1. Mencegah perdarah masa nifas
karena atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarah rujuk jika
perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu
atau salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana cara
mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
4. Pemberan ASI awal.
5. Melakukan hubungan anara ibu
dengan bayi yang baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hipotermy.
7. Jiuka petugas kesehatan
menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi yang
baru lahir selama 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai ibu
dan bayinya dalam keadaan stabil.
2 6 hari setelah persalinan 1.Memastikan involusi uterus
berjalan normal : uterus
berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
2.Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
3.Memastikan ibu mendapatkan
cukup makanan, cairan dan
istirahat.
4.Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
5.Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi,, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat,
dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu setelah Sama seperti diatas
persalinan
4 6 minggu setelah 1.Menanyakan pada ibu tentang
persalinan kesulitan-kesulitan yang ia atau
bayinya alami.
2.Memberikan konseling KB secara
dini

D. ASI (Air Susu Ibu)

1. Pengertian

ASI merupakan makanan yang alamiah dan utama bagi bayi. Sehingga

dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. ASI sebagai makanan

bayi mempunyai kebaikan atau sifat sebagai berikut : Pertama, ASI

merupakan makanan alamiah untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah

dicerna, dan memiliki komposisi, zat gizi yang ideal, kebutuhan dan

kemampuan pencernaan bayi. Kedua, ASI mengandung laktosa yang

lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan dengan jenis apapun.

Ketiga, ASI mengandung zat pelindung atau antibody yang dapat


melindungi bayi selama 5 sampai 6 bulan pertama, seperti :

immunoglobin, Lysozyme, ComplemenC3 dan C4, Antistapilococcus,

Lactobacillus, Dividus, dan Lactoferrin. Keempat, ASI tidak mengandung

Betalactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. Dan yang

kelima, proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara

ibu dan bayi (Anton, 2016).

2. Fisiologi laktasi

Selama masa kehamilan, hormon estrogen dan progesteron menginduksi

perkembangan alveoli dan duktus laktiferus di dalam payudara, srta

merangsang produksi kolostrum. Produksi ASI tidak berlangsung sampai

masa sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen menurun.

Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan

produksi ASI. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh

menyusunya bayi pada payudara ibu.

Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin. Rangsangan

sentuhan pada payudara (bayi menghisap) akan merangsang produksi

oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel myepithel. Proses ini disebut

sebagai “refleks prolaktin” atau milk production reflect yang membuat ASI

tersedia bagi bayi.

Cairan pertama yang diperoleh bayi dari ibunya sesudah dilahirkan adalah

kolostrum. Mengandung campuran yang kaya akan protein, mineral dan

antibody, daripada ASI yang telah “matur”. ASI mulai ada kira-kira pada hari
ke-3 atau ke-4 setelah kelahiran bayi dan kolostrum berubah menjadi ASI

yang matur kira-kira sesudah 15 hari bayi lahir.

3. Komposisi gizi dalam ASI biasa (Matur)

a. Protein

ASI mengandung whey protein dan casein. Casein adalah protein yang

sukar dicerna dan whey protein adalah protein yang membantu

menyebabkan isi pencernaan bayi menjadi lebih lembut atau mudah

dicerna oleh usus bayi. Rasio whey protein yang tinggi pada ASI membantu

pencernaan bayi dengan pembentukan hasil akhir pencernaan bayi yang

lebih lembut dan mengurangi waktu pengosongan gaster bayi. Rasio

casein : whey pada ASI adalah 60 : 40, sedangkan pada susu sapi dan susu

formula adalah 20 : 80 dan 18 : 82.

b. Lemak

Lemak ASI terdiri dari trigliserid (98-99%) yang dengan enzim lipase akan

terurai menjadi trigliserol dan asam lemak. Salah satu keunggulan lemak

ASI adalah kandungan asam lemak esensial, docosahexaenoic acid (DHA)

dan arachnoic acid (AA) yang berperan penting dalam pertumbuhan otak

sejak trimester I kehamilan sampai 1 tahun usia anak. Yang termasuk dalam

asam lemak esensial adalah kelompok Omega-3 yang dapat diubah menjadi

DHA dan Omega-6 yang dapat diubah menjadi AA. Kelebihan ASI dapat

terjadi karena ASI selain mengandung n-3 dan n-6 juga mengandung DHA

dan AA.
c. Vitamin

a) Vitamin yang larut dalam lemak

Vitamin A adalah salah satu vitamin penting yang tinggi kadarnya

dalam kolostrum dan menurun pada ASI biasa. ASI adalah sumber

vitamin A yang baik dengan konsentrasi sekitar 200 IU/dl. Vitamin

yang larut dalam lemak lainnya adalah vitamin D, E dan K.

Konsentrasi vitamin D dan K sedikit alam ASI. Untuk negara tropis

yang terdapat cukup sinar matahari, vitamin D tidak jadi masalah.

Vitamin K akn terbentuk oleh bakteri didalam usus bayi beberapa

waktu kemudian.

b) Vitamin yang larut dalam air

Vitamin C, asam nicotinic, B12, B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B6

(piridoksin) sangat dipengaruhi oleh makanan ibu, namun untuk ibu

dengan status gizi normal, tidak perlu diberi suplemen.

d. Zat besi

Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0,5-1,0 mg/liter), namun bayi
yang menyusui jarang terkena anamia. Bayi lahir dengan cadangan zat besi
dan zat besi dari ASI diserap dengan baik (>70 %) dibandingkan dengan
penyerapan 30 % dari susu sapi dan 10 % dari susu formula.
Pada tabel berikut dapat dilihat perbandingan komposisi gizi dalam
kolostrum, ASI dan susu sapi

Zat gizi per 100 ml Satuan Kolostrum ASI (>30 hari) Susu sapi
Energi Kkal 58 70 65
Protein Gr 2,3 1,1 3,3
Casein Mg 0,5 0,4 0,8
Alpha-lactalbumin Mg 140 187
Laktoferin Mg 330 167
Secretory IgA Mg 364 162
Lemak G 2,9 2,9 3,8
Laktosa G 5,3 5,3 4,7
Kalsium Mg 28 28 120
Vitamin A Mg retinol 151 151 40

e. Zat anti infeksi

ASI mengandung anti infeksi terhadap berbagai macam penyakit, seperti

saluran pernapasan atas, diare dan penyakit saluran pencernaan. ASI

mengandung enzim, immunogobulin, dan lekosit. Lekosit terdiri dari

fagosit 90 % dan limfosit 10 %. Immunoglobulin merupakan protein yang

dihasilkan oleh sel plasma sebagai respon adanya imunogen atau antigen.

Bayi baru lahir mempunyai cadangan Immunoglobulin A (IgA) sedikit,

karena itulah ia sangat memerlukan tambahan proteksi sIgA dalam ASI

terhadap penyakit infeksi.

f. Laktoferin

Laktoferin banyak terdapat di dalam ASI (1-6 mg/ml), tapi tidak terdapat

dalam susu sapi. Laktoferin bekerja sama dengan IgA untuk menyerap zat

besi dari pencernaan sehingga menyebabkan terhindarnya suplai zat besi

yang dibutuhkan organisme patogenik, seperti Eschericia Coli (E. Coli)


dan Candida Albicans. Karena itu, pemberian suplemen zat besi kepada

bayi menyusui harus lebih diperhatikan.

g. Faktor bifidus

Faktor bifidus dalam ASI meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dalam

usus bayi (Lactobacillus Bifidus) yang melawan pertumbuhan bakteri

patogen (seperti Shigela, Salmonela, dan E. Coli) yang ditandai dengan Ph

rendah (5-6), bersifat asam dari tinja bayi.

h. Lisozim

Lisozim termasuk whey protein yang bersifat bakteriosidal, antiinflamasi

dan mempunyai kekuatan beberapa ribu kali lebih tinggi daripada susu

sapi. Lisozim dapat melawan serangan E. Coli dan salmonela. Kadar

lisozim meningkat di ASI setelah bayi berumur diatas 6 bulan, saat bayi

sudah mulai diberikan makanan pendamping ASI.

i. Taurin

Taurin adalah asam amino dalam ASI yang terbanyak kedua dan tidak

terdapat dalam susu sapi. Berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan

penting dalam maturasi otak bayi. Karena itu, susu formula bayi berusaha

menambahkan taurin didalam formulanya.

4. Manfaat pemberian ASI

1) Bagi bayi

Pemberian ASI dapat membantu bayi memulai kehidupannya dengan

baik. Kolostrum, susu jolong, atau susu pertama mengandung antibodi


yang kuat untuk mencegah infeksi dan membuat bayi menjadi kuat.

Penting sekali bagi bayi untuk segera minum ASI dalam jam pertama

ssudah lahir, kemudian setidaknya setiap 2-3 jam. ASI mudah dicerna

oleh bayi. ASI saja (tanpa tambahan makanan lain) merupakan cara

terbaik untuk memberi makan bayi dalam waktu 4-6 bulan pertama.

Sesudah 6 bulan, beberapa bahan makanan lain harus ditambahkan pada

bayi.

2) Bagi ibu

a. Pemberian ASI membantu ibu memulihkan diri dari proses

persalinannya. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat

rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan

(hisapan pada puting susu merangsang dikeluarkannya hormon

oksitosin alami yang akan membantu kontraksi rahim).

b. Wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih/turun berat

badannya dari berat badan yang bertambah selama kehamilan.

c. Ibu yang menyusui, yang menstruasinya belum muncul kembali akan

kecil kemungkinannya untuk menjadi hamil (kadar prolaktin yang

tinggi akan menekan hormon FSH dan ovulasi).

d. Pemberian ASI adalah cara terbaik bagi ibu untuk mencurahkan kasih

sayangnya kepada buah hatinya.

3) Bagi semua orang

a. ASI selalu bersih dan bebas hama yang dapat menyebabkan infeksi.
b. Pemberian ASI tidak memerlukan persiapan khusus.

c. ASI selalu tersedia dan gratis.

d. Bila ibu memberikan ASI pada bayinya sewaktu-waktu ketika bayinya

meminta, maka kecil kemungkinan bagi ibu untuk hamil dalam 6 bulan

pertama sesudah melahirkan.

e. Ibu menyusui yang siklus menstruasinya belum pulih kembali akan

memperoleh perlindungan sepenuhnya dari kemungkinan hamil.

5. Upaya memperbanyak ASI

a. Menyusui bayi setiap 2 jam, siang dan malam hari, dengan lama menyusui

10-15 menit disetiap payudara.

b. Bangunkan bayi, lepaskan baju yang membuat gerah, dan duduklah selama

menyusui.

c. Pastikan bayi menyusui dalam posisi menempel yang baik dan dengarkan

suara menelan yang aktif.

d. Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali

habis mennyusui.

e. Tidurlah bersebelahan dengan bayi.

f. Ibu harus memperbanyak istirahat dan minum.

g. Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan

mengoreksi setiap kali ada masalah pada posisi penempelan.

h. Yakinkan bahwa ia dapat memproduksi susu lebih banyak dengan

melakukan hal-hal tersebut.


Selain hal-hal tersebut, bidan juga hrus menyampaikan pendidikan kesehatan

kepada ibu menyusui, antara lain :

a. Mengkonsumsi tambahan kalori setidaknya 500 kalori sehari.

b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan cukup kalori, protein,

vitamin dan mineral.

c. Minum sedikitnya 3 liter setip hari.

d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah gizi setidaknya selama 40 hari

setelah kelahiran.

e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A

kepada bayi melalui ASI.

6. Tanda bayi cukup ASI

a. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya jernih sampai

kuning muda.

b. Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan “berbiji”.

c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup.

Bayi setidaknya menyusui 10-12 kali dalam 24 jam.

d. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui.

e. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai

menyusu.

f. Bayi bertambah berat badannya.

7. Dukungan bidan dalam pemberian ASI

Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI :


a. Yakinkan ibu bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari

payudara ibunya.

b. Bantulah ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya

sendiri.

Cara bidan memberikan dukungan

a. Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa

jam pertama.

b. Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah

masalah umum yang timbul.

c. Bantulah ibu pada waktu pertama kali memberikan ASI.

d. Bayi harus ditempatkan di dekat ibunya (rawat gabung/rooming in)

e. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.

f. Hanya berikan kolostrum dan ASI saja.

g. Hindari susu botol dan dot “empeng”.

E. Hubungan anemia pada ibu nifas dengan produksi ASI

Menurut Bllum, (2014) status kesehatan juga dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan seseorang dimana jika pengetahuan seseorang itu baik maka angka

kejadian penyakit akan lebih rendah dari pada seseorang yang tingkat

pengetahuannya kurang.

Bayi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan

dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Anak yang sehat tentu akan

lebih berkembang kepandaiannya dibanding anak yang sering sakit terutama bila
sakitnya berat. Manfaat lain pemberian ASI bagi bayi : Meningkatkan daya tahan

tubuh karena mengandung berbagai zat anti kekebalan sehingga akan lebih

jarang sakit. ASI juga akan mengurangi terjadinya mencret, sakit telinga, dan

infeksi saluran pernapasan (Utami, 2000).


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Strode et al (1986), di kondisi

ekstrim asupan kalori yang kurang dari 1500-1700 kcal per hari dapat

mengurangi 15% volume ASI yang diproduksi. Kandungan total lemak pun akan

menurun disertai dengan perubahan pola asam lemak yang ada. Komponen imun

dalam ASI (juga kolostrum) kuantitasnya akan rendah seiring dengan semakin

buruknya status nutrisi ibu menyusui. Adanya hubungan antara malnutrisi pada

busui dengan komposisi ASI juga ditemukan pada konsentrasi mikronutrisi

yodium, besi dan selenium. Di daerah yang termasuk endemik defisiensi Vitamin

A, diharapkan para ibu mengkonsumsi suplementasi vitamin A sebanyak 200.000

IU. Asupan tambahan vitamin tersebut hendaknya diberikan selama delapan

minggu pertama setelah persalinan. Pemberian selama masa kehamilan

hendaknya dihindari mengingat mungkin munculnya efek teratogenik pada janin.

Suplementasi yodium juga perlu dilakukan pada bumil dan busui di daerah yang

tergolong mengalami defisiensi yodium. Pemberian tablet besi pun juga harus

diberikan kepada ibu dalam masa nifas, minimal 40 hari pada awal masa nifas.

Dengan pemberian supplementasi diharapkan konsentrasi mikronutrisi tersebut

dapat meningkat dalam tubuh ibu.


C. Hipotesis

Ha : Ada hubungan anemia pada ibu nifas dengan produksi ASI

Ho : Tidak ada hubungan anemia pada ibu nifas dengan produksi ASI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan

metode Survey Cross Sectional, untuk mencari adakah hubungan antara

pengetahuan ibu nifas anemia dengan rendahnya produksi ASI. Penelitian Cross

Sectional adalah variabel diukur dan dikumpulkan sekaligus pada waktu


bersamaan atau Variabel sebab (Independent) maupun variabel akibat

(Dependent) di lakukan secara bersamaan. (Notoatmojo, 2002). Dengan desain

berikut :

Gambar 1. Desain Penelitian

Produksi ASI
banyak
Anemia
Produksi ASI
sedikit

Ibu nifas

Produksi ASI
banyak
Tidak
Anemia Produksi ASI
sedikit

B. Variabel Penelitian

Dari studi literatur faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu

nifas dengan rendahnya produksi ASI adalah pengetahuan, pendidikan, pekerjaan

dan lain-lain, pada penelitian ini peneliti hanya meneliti pengetahuan ibu nifas

anemia dengan rendahnya produksi ASI .

Gambar 2. Variabel Penelitian

Variabel Independen Variabel Independen

Anemia pada ibu Rendahnya


nifas produksi ASI
C. Definisi Operasional

Berikut dikemukakan definisi operasional yang sesuai dengan operasional

variabel dalam penelitian ini :

N Skala
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
o Ukur
1 Anemia Kondisi ibu nifas Melakukan Checklist 0 = jika Nominal
dengan kadar Hb ≤ pengecekan tidak
11 gr %. kadar Hb menderita
Indikator penilaian : pada ibu anemia
Ya : Hb ≤ 11 gr nifas 1 = jika
% menderita
Tidak : Hb ≥ 11 gr anemia
%
2 ASI Makanan bagi bayi Memberikan Kuisioner 0 = jika ASI Ordinal
hingga umur 2 pertanyaan tidak ada /
tahun kepada ibu sedikit
nifas dengan 1 = jika ASI
memberikan mengalir
kuisioner deras
sebanyak
...pertanyaan

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

nifas yang berkunjung di Puskesmas Lingkar Timur kota Bengkulu selama

bulan april sampai juni yang berjumlah ….. orang.


2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dari jumlah populasi dengan teknik

pengambilan sample menggunakan simple random sampling. Besarnya

sampel dihitung dengan rumus dibawah ini :

Rumus perhitungan besar sampel (Bungin, 2016) sebagai berikut :

N
n=
N (d ) 2  1

Keterangan :

n : Besar sampel

N : Jumlah populasi

d : Nilai kepercayaan atau ketepatan yang di inginkan

( Ditentukan dalam penelitian ini adalah d = 0,1)

n= N

N.(d)2 + 1

n= ......

…...(0,1)2+1

n= …….

……..

n = ….. orang

E. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Lingkar Timur, sedangkan waktu

dimulai dari bulan April sampai Juni 2018.

F. Rencana Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data

yang dikumpulkan dengan cara mengunjungi rumah para ibu nifas untuk

melakukan pemeriksaan terhadap kadar Hb ibu dalam masa nifasnya,

sedangkan data sekunder dilihat dari register kunjungan ibu nifas di

Puskesmas Lingkar Timur.

2. Pengolahan Data

Data yang terkumpul diolah dan dianalisa dengan menggunakan teknik

perhitungan secara manual dengan langkah – langkah pengolahan sebagai

berikut :

a. Pemeriksaan (Editing)

Dalam persiapan ini peneliti memeriksa kembali kelengkapan data

yang diperoleh kemudian untuk memudahkan pengecekan kelengkapan

data yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian dilakukan

pengelompokkan dan penyusunan data. Data dikelompokkan berdasarkan


pertimbangan peneliti sendiri dengan maksud untuk memudahkan

pengolahan data.

b. Pengkodean (Coding)

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

data bilangan dengan memberikan kode - kode setiap variabel dengan

maksud untuk memudahkan pengolahan data.

c. Memproses Data (Procesing)

Setelah semua isi kuisioner diperiksa dan telah melewati

pengkodean maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data

dianalisa dengan cara memasukkan data dari kuisioner ke komputer.

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Merupakan kegiatan mengecek kembali data yang sudah diproses,

apakah ada kesalahan atau tidak pada masing-masing variabel sehingga

dapat diperbaiki dan dinilai.

3. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Untuk menyatakan distribusi, frekuensi dan variabel yang diteliti

baik variabel independent maupun variabel dependent. Data yang telah


dikumpulkan kemudian di hitung dengan menggunakan persentase ( % )

dengan rumus :

F
P= x 100%
n

Keterangan :

P = Jumlah persentase yang dicari

F = Jumlah frekuensi untuk setiap alternatif jawaban

N = Jumlah objek penelitian (Budiarto, 2001).

Kemudian data dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang

diharapkan dan dipersentasekan lalu dimasukkan ke dalam standar kriteria

sesuai dengan definisi operasional.

b. Analisis Bivariat

Yaitu metode statistik yang dapat digunakan oleh peneliti untuk

mengetahui hubungan antara dua variabel yang mempengaruhi.

Menggunakan rumus Chi Square yaitu :

(0  E ) 2
X2 = 
E
Keterangan :

X2 : Chi-square

0 : Frekuensi yang diamati


E : frekuensi yang diharapkan (Budiarto, 2001).

Penilaian :

1) Bila X2 hitung ≥ X2 tabel dengan P. Value ≤ α Ho ditolak berarti ada

hubungan yang bermakna pengetahuan ibu dengan pencegahan

anemia.

2) Bila X2 hitung < X2 tabel dengan P. Value > α Ho gagal ditolak berarti

tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan pencegahan anemia

(Hastono, 2001).

Anda mungkin juga menyukai