Anda di halaman 1dari 19

Lampiran : 1 Bundel Kepada Yth

Perihal : Usulan Judul Skripsi Ketua Jurusan Kebidanan


STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
Di
Bengkulu

Dengan Hormat
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Rahmatul Afni
NPM : 1726040356
Prodi/Semester : DIV Kebidanan / I

Bermaksud untuk mengajukan judul guna menyusun laporan tugas akhir (Skripsi)
pada jurusan kebidanan jenjang DIV Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Tri Mandiri Sakti.
Adapun Judul yang saya ajukan :
1. Pola Perilaku Remaja Dalam Mengatasi Keluhan Dismenore Di SMA Negeri 1
Kota Manna Bengkulu Selatan
2. Hubungan Pemakaian Pembersih Vagina Dengan Kejadian Keputihan Pada
Remaja Putri Di Sma Negeri 1 Kota Manna
3. Pengaruh Penyuluhan tentang Deteksi Dini kanker payudara terhadap
keterampilan SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Manna
Demikian surat permohonan ini saya buat, atas perhatian dan kenijaksanaan dari ibu,
saya ucapkan terima kasih.

Bengkulu 03 Januari 2018

RAHMATUL AFNI

Lampiran :
1. Surat permohonan pengajuan permohonan judul Skripsi
2. Foto copy bukti pembayaran uang ganjil semester dari bank
3. Foto copy KRS semester 1
4. 3 buah judul dengan lampiran BAB 1
PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

POLA PERILAKU REMAJA DALAM MENGATASI KELUHAN DISMENORE


DI SMA NEGERI 1 KOTA MANNA BENGKULU SELATAN

Disusun oleh :
RAHMATUL AFNI
NPM. 1726040356

PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
TAHUN 2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi yang ditetapkan dalam International Conference on

Population and Development (ICPD) di Kairo tahun 1994 adalah suatu keadaan

sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit

atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi

dan prosesnya (Romauli, 2013). Kesehatan reproduksi remaja sendiri adalah suatu

kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh

remaja, pengertian sehat di sini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau dari

kecacatan namun juga sehat secara mental dan sosial kultural. Tujuan dari program

reporoduksi remaja adalah untuk membantu remaja agar memahami dan menyadari

ilmu tersebut, sehingga memiliki sikap dan perilaku sehat bertanggung jawab dengan

kehidupan reproduksinya (Widyastuti dkk , 2014).

Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar

dari seluruh penduduk dunia. Menurut WHO (2015) sekitar seperlima dari penduduk

dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun. Menurut Biro Pusat Statistik (2014)

penduduk Indonesia kelompok umur 10-19 tahun adalah sekitar 22% yang terdiri dari

50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan. Perhatian pada kelompok remaja

ini sangat penting, untuk itu harus dipelajari berbagai hal yang terkait dengan tumbuh

kembang remaja termasuk dalam proses pubertasnya (Aryani, 2014).

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa, dan akan terjadi perubahan biologis, psikologis dan sosial (Notoatmodjo,
2005). Salah satu perubahan yang terjadi pada masa remaja adalah kematangan organ

reproduksi dan bagi remaja putri ditandai dengan datangnya menstruasi (Kasdu, 2005).

Menstruasi merupakan suatu proses yang normal tapi ada sebagian remaja yang

mengalami gangguan saat menstruasi, salah satu diantaranya adalah nyeri menstruasi

atau dismenore (Hacker dan Moore, 2001).

Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar mencapai 50 %. Studi

longitudinal yang dari swedia yang dilakukan oleh Freed tahun 2005 melaporkan 90 %

kejadian dismenore terjadi pada remaja yang berusia kurang dari 19 tahun dan 67 %

pada wanita yang berusia 24 tahun. Sedangkan kejadian dismenore di indonesia

mencapai 64,25% yang terdiri dari 54,89 % dismenore primer dan 9,36% dismenore

sekunder (Depkes RI, 2012).

Penyebab dismenore belum diketahui secara pasti, beberapa faktor yang

memegang peranan sebagai penyebab dismenore, antara lain : faktor kejiwaan, faktor

konstitusi meliputi; anemia, penyakit menahun, faktor obstruksi kanalis servikalis,

faktor endokrin dan faktor alergi.

Dampak yang timbul akibat dismenore meliputi rasa nyeri diperut bagian

bawah dan seringkali mual, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan

meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau

beberapa hari (Prawirohardjo, 2009). Berdasarkan studi epidemiologi yang dilakukan

oleh Klein dan Litt tahun 2006 pada populasi remaja usia 12-17 tahun di amerika

serikat, diperoleh data bahwa dismenore menyebabkan 14 % remaja sering tidak masuk

sekolah. Akibat yang ditimbulkan adalah kesan negatif untuk aktivitas mereka,

ketinggalan mata pelajaran, prestasi belajar menurun dan rasa tidak nyaman saat belajar

dan beraktivitas ( Liliwati dkk, 2015 ).


Banyak penderita dismenore ternyata membutuhkan perhatian yang cukup

serius, sehingga gejala yang timbul dapat segera diatasi. Apabila gangguan dismenore

ini dibiarkan, maka akan mengakibatkan kondisi yang memprihatinkan. Sebaliknya jika

ada upaya penanganan, maka diharapkan mereka terhindar dari nyeri yang hebat yang

dapat menyebabkab endometriosis/kemandulan, terganggunya aktivitas sehari-hari,

terutama para pelajar tidak akan terganggu aktivitas belajarnya karena tidak masuk

sekolah (Prawirohardjo, 2014).

Banyak upaya penanganan yang dilakukan para remaja untuk meringankan

nyeri yang diderita saat dismenore. Penanganan yang biasa dilakukan sebagian remaja

untuk membantu meringankan keluhan dismenore adalah dengan beristirahat atau

tiduran untuk mengurangi nyeri, mengoleskan minyak kayu putih untuk menghangatkan

perut, kompres hangat pada bagian perut yang nyeri, atau periksa ke puskesmas bila

nyeri sangat hebat, lalu sebagian lagi remaja mengkonsumsi jamu tradisional dan

menggunakan analgesik seperti asam mefenamat dan ibuprofen untuk mengurangi nyeri

mereka (Yunica, 2011).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Kota Manna

terhadap 10 orang siswi yang mengalami dismenore, didapatkan 7 siswi tidak

melakukan tindakan apapun untuk menangani dismenore, 2 siswi melakukan

penanganan dismenore dengan minum jamu sebelum dan selama menstruasi, dan 1

siswi melakukan penanganan dismenore dengan berobat ke dokter.

Gejala yang siswi rasakan saat terjadi dismenore adalah nyeri pada perut

bagian bawah seperti diremas-remas, badan terasa lemas dan kurang dapat

berkonsentrasi dalam proses pembelajaran disekolah. Hal tersebut siswi rasakan dapat

menggangu aktivitas pembelajaran yang telah diterapkan oleh pihak sekolah.


Penanganan yang dilakukan oleh siswi untuk mengurangi nyeri menstruasi ketika di

sekolah hanya dengan beristirahat di kelas atau beristirahat di UKS. Siswi tidak

melakukan tindakan apapun seperti minum obat analgesik atau kompres hangat,

istirahat hanya sedikit mengurangi nyeri yang bersifat sementara.

SMA Negeri 1 Kota Manna terdiri dari 16 Kelas dengan rincian kelas 1 terdiri

dari 6 kelas, kelas 2 terdiri dari 5 kelas dan kelas 3 sebanyak 5 kelas. SMA Negeri 1

Kota Manna telah memiliki program UKS, akan tetapi program yang dilaksanakan

belum terdapat program tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang

dismenore. Hasil wawancara peniliti mengenai pernah tidaknya diadakan penyuluhan

tentang kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 1 Kota Manna dengan beberapa

guru dan siswi, didapatkan hasil bahwa belum pernah diadakan penyuluhan tentang

kesehatan reproduksi remaja. Kesehatan reproduksi khususnya kesehatan reproduksi

remaja (dismenore) tidak termasuk dalam kurikulum pendidikan, sehingga masih

banyak siswi yang belum paham dan mengerti tentang Dismenore. Letak Puskesmas

agak berjauhan dengan SMA Negeri 1 Kota Manna dan Puskesmas belum pernah

mengadakan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 1 Kota

Manna.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil suatu rumusan

masalah secara khusus. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Bagaimanakah Pola Perilaku Remaja dalam Mengatasi Keluhan Dismenore di SMA

Negeri 1 Kota Manna Bengkulu Selatan?”


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya pola perilaku kesehatan remaja dalam mengatasi keluhan

dismenore di SMA Negeri 1 Kota Manna Bengkulu Selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya pola perilaku pemeliharaan kesehatan remaja dalam mengatasi

keluhan dismenore.

b. Diketahuinya pola perilaku pencarian dan penggunaan sistem layanan

kesehatan remaja untuk mengatasi keluhan dismenore

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan wawasan

serta menambah pengetahuan dalam ilmu kebidanan terutama yang berhubungan

dengan kesehatan reproduksi remaja.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswi di SMA Negeri 1 Kota Manna.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan siswi dalam

menangani dismenore.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk menambah

bacaan bagi mahasiswa khususnya Stikes Tri Mandiri Sakti Kota Bengkulu.
c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan memperluas

pengalaman belajar peneliti khususnya tentang kesehatan reproduksi pada

remaja.

E. Keaslian Penelitian

1. Pamulia (2010) yang berjudul “Hubungan tingkat pengetahuan tentang

Dismenorhoe dengan upaya penanganan Dismenorhoe di SMA Muhammadiyah 4

Bengkulu. Metode yang digunakan survey analitik dengan pendekatan cross-sectional,

teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling jumlah subjek yang diambil 80

siswi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan

dengan korelasi sedang antara tingkat pengetahuan dengan upaya penanganan

dismenorhoe pada siswi SMK Muhammadiah 4 Bengkulu. Perbedaan dengan penelitian

ini adalah terletak pada judul, variabel, populasi dan jumlah sampel. Desain penelitian

kuantitatif, non eksperimental dengan rancangan deskriptif non analitik dan

pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Persamaan penelitian terletak

pada varaibel upaya penanganan dismenorhoe .

2. Mega (2009) yang berjudul“ Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang

menstruasi dengan perilaku penanganan dismenorhoe pada siswi SMPN 4 Kota

Bengkulu”. Metode yang digunakan adalah Non analitik atau survey analitik dengan

pendekatan cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang

signifikan tingkat pengetahuan tentang menstruasi dengan perilaku penanganan

dismenorhoe pada siswi SMP Negeri 4 Kota Bengkulu. Perbedaan pada penelitian kali
adalah terletak pada judul, tempat penelitian dan populasi penelitian. Desain penelitian

kuantitatif, non eksperimental dengan rancangan deskriptif non analitik dan

pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Persamaan dengan penelitian

saat ini yaitu persamaan variabel yaitu perilaku penanganan dismenorhoe.


PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

HUBUNGAN PEMAKAIAN PEMBERSIH VAGINA DENGAN KEJADIAN


KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KOTA MANNA

Disusun oleh :
RAHMATUL AFNI
NPM. 1726040356

PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah usia saat individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa.

Ketika anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan

berada dalam tingkat yang sama. Remaja putri mempunyai permasalahan sangat

kompleks, salah satu diantaranya yaitu masalah reproduksi. Masalah ini perlu mendapat

penanganan serius, karena masih kurang tersedianya akses pada remaja untuk mendapat

informasi mengenai kesehatan reproduksi (Pudiastuti, 2011).

Kesehatan Reproduksi remaja adalah suatu kondisi atau keadaan sehat secara

menyeluruh baik kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang

berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja

(Nugroho, 2012).

Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang sangat rentan terhadap infeksi.

Keputihan dapat menyerang sapa saja tanpa memperhatikan umur (Manuaba, 2010).

Jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan sekitar 75%, sedangkan di

Indonesia lebih dari 70% wanita mengalami penyakit keputihan. Wanita juga

mengalami keputihan yang disebabkan oleh jamur, parasit seperti cacing kremi atau

kuman (trikomonas vaginalis) (Sianturi, 2014). Remaja umumnya bersifat kurang

peduli dengan keputihan pada dirinya. Padahal seharusnya remaja lebih waspada

terhadap gejala keputihan.

Salah satu masalah kesehatan reproduksi remaja khususnya wanita yang sering

dikeluhkan adalah keputihan. Sering kali keputihan dapat mengganggu hingga

menyebabkan ketidaknyamanan dalam aktifitas sehari-hari. Keputihan dapat berupa


fisiologis (normal) dan patologis (tidak normal). Dalam keadaan normal, vagina akan

menghasilkan cairan yang tidak berwarna (bening), tidak berbau, dan dalam jumlahnya

tidak terlalu banyak, tanpa rasa panas atau nyeri. Sedangkan keputihan tidak normal

akan sebaliknya, biasanya berwarna kuning, hijau atau keabu-abuan, berbau amis atau

busuk, jumlahnya banyak dan di sertai gatal dan rasa panas atau nyeri pada daerah

vagina (Agustini dalam Qauliyah, 2007).

Berdasarkan data WHO (2007), angka prevalensi tahun 2006, 25%-50%

candidiasis, 20%-40% bacterial vaginosisdan 5%-15% trichomoniasis. Menurut Zubier

(2002), Wanita di Eropa yang mengalami Keputihan sekitar 25%. Menurut BKKBN

(2009), di Indonesia sebanyak 75% wanita pernah mengalami Keputihan minimal satu

kali dalam hidupnya dan 45% diantaranya bisa mengalami keputihan sebanyak dua kali

atau lebih (Nurmah, 2012). Penyebab utama keputihan patologis ialah infeksi (jamur,

kuman, parasit, dan virus).

Selain penyebab utama, keputihan patologis dapat juga disebabkan karena

kurangnya perawatan remaja putri terhadap alat genitalia seperti mencuci vagina dengan

air yang tergenang diember, memakai pembilas secara berlebihan, menggunakan celana

yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, tak sering mengganti

pembalut (Aulia, 2012).

Pada remaja yang kurangnya pengetahuan dan informasi tentang kebersihan alat

genitalia akan berdampak pula pada perilaku remaja dalam menjaga kebersihan alat

genitalianya. Karena pengetahuan dan perilaku perawatan yang baik merupakan faktor

penentu dalam memelihara kebersihan alat genitalia (Notoadmojo, 2010).

Studi pendahuluan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kota Manna banyak terdapat

remaja putri yang menggunakan pembersih vagina, sedangkan pada data pra survey dari
10 remaja putri, 6 remaja tersebut menggunakan pembersih vagina tiap pagi dan sore,

dimana 3 remaja mengalami keputihan yang banyak hingga mereka memakai

pantyliner, 2 remaja hanya mengalami sedikit keputihan. Dan 1 remaja tidak mengalami

keluhan keputihan sama sekali. Sisanya 4 remaja putri tidak menggunakan pembersih

vagina, dimana 2 remaja tersebut mengalami keputihan hal ini dapat terjadi karena

kurangnya menjaga kebersihan, sisanya 2 responden tidak mengalami keputihan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Hubungan Pemakaian Pembersih Vagina Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja

Putri di SMA Negeri 1 Kota Manna”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Hubungan Pemakaian Pembersih Vagina Dengan

Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri di SMA Negeri 1 Kota Manna?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah

1. Untuk mengetahui karakteristik responden di SMA Negeri 1 Kota Manna.

2. Untuk mengetahui jenis adakah hubungan pemakaian pembersih vagina

dengan kejadian keputihan di SMA Negeri 1 Kota Manna


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Program Kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan

untuk meningkatkan pembinaan dan penyuluhan tentang penggunaan alat

pembersih vagina di masyarakat

2. Bagi Ilmu Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

sebagai sumber yang bermanfaat bagi mahasiswa serta dapat dikaji dan

dikembangkan lagi oleh mahasiswa kebidanan Stikes Tri Mandiri Sakti

Bengkulu.

3. Bagi Lembaga Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan informasi

dan masukan yang bermanfaat bagi lembaga pendidikan guna meningkatkan

jangkauan dan kualitas pengetahuan kesehatan yang berkenaan dengan

keputihan.

4. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh selama di

bangku kuliah dalam kehidupan yang nyata di tengah – tengah masyarakat.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat nantinya dapat memberikan

bahan – bahan dan masukan untuk study penelitian lebih lanjut mengenai

penyuluhan tentang keputihan.


PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG DETEKSI DINI KANKER


PAYUDARA TERHADAP KETERAMPILAN SADARI PADA SISWI
SMA NEGERI 1 KOTA MANNA

Disusun oleh :
RAHMATUL AFNI
NPM. 1726040356

PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
TAHUN 2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara,

merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita. Penderita kanker payudara

sudah tidak dapat ditolong karena terlambat diketahui dan diobati. Hasil penelitian di

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta yang dilakukan dalam tahun 1988

– 1991 menunjukkan bahwa 80% penderita kanker payudara datang memeriksakan diri

atau berobat ketika penyakitnya sudah pada stadium lanjut. (Purwoastuti, 2008)

Data dari RS Kanker Dharmais kasus baru kanker payudara pada tahun 2015

berjumlah 473 kasus (RSKD, 2015). Penelitian tentang kanker payudara familial yang

dilakukan Samuel pada pasien breast cancer yang datang di RS Kanker Dharmais, RS

Dr. Sardjito dan RS Sanglah tahun 2000 sampai 2010 sebanyak 1.246 kasus (Widiyanto,

2012).

Kanker payudara sering ditemukan pada wanita yang menggunakan terapi

estrogen dalam jangka waktu yang lama, wanita yang mempunyai riwayat keluarga

dengan kanker payudara, dan wanita yang tidak pernah menyusui anak (Nugroho,

2011).

Kanker payudara dapat ditemukan secara dini dengan pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI), pemeriksaan klinik dan pemeriksaan mamografi. Deteksi dini dapat

menekan angka kematian sebesar 25-30% (Saryono dan Pramitasari, 2009). SADARI

merupakah suatu upaya untuk mengetahui secara dini adanya suatu kelainan pada

payudara yang dapat dilakukan oleh wanita itu sendiri. Menurut Nemcek dalam Bobak

(2014), bidan mempunyai peran penting dalam menyelenggarakan skrining dan


penyuluhan kanker payudara. Jika tumor dideteksi sejak dini dalam kondisi masih

terlokalisasi, angka kelangsungan hidup mendekati 100% . Semakin kecil ukuran kanker

payudara saat terdeteksi, semakin besar kesempatan pembedahan untuk penyembuhan

(Saraswati, 2010).

Tujuan utama deteksi dini kanker payudara adalah untuk menemukan kanker

dalam stadium dini sehingga pengobatannya menjadi lebih baik (Dalimartha, 2004).

Deteksi dini dilakukan dengan melakukan SADARI, merupakan pemeriksaan yang

mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau kelainan yang lain.

SADARI dilakukan secara rutin setelah haid, sekitar satu minggu setelah haid. Bila

sudah menopause dilakukan pada tanggal tertentu setiap bulannya (Purwoastuti, 2014).

Utama (2013) dalam penelitiannya tentang Gambaran Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Remaja Putri Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Di SMA N 5

Kota Jambi menyatakan bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku remaja putri di SMA N

5 Kota Jambi masih kurang karena kurangnya informasi dan kurangnya kesadaran dari

remaja putri tentang pentingnya SADARI. Erniyati dan Seniartika (2008) dalam

penelitiannya tentang Perilaku SADARI Wanita Pedesaan dan Perkotaan menunjukkan

bahwa keikutsertaan responden dalam melaksanakan pemeriksaan payudara sendiri

berbeda antara responden desa dan kota, jumlah responden desa yang pernah melakukan

pemeriksaan payudara sendiri lebih banyak jika dibandingkan dengan responden kota

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di kota Manna kasus kanker payudara

mengalami peningkatan dalam tiga tahun ini. Kasus kanker payudara yang terdata di

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Manna tahun 2014 berjumlah 21 kasus,

tahun 2015 berjumlah 32 kasus, tahun 2016 berjumlah 49 kasus.


SMA Negeri 1 Kota Manna memili 11 kelas dengan total siswa lebih dari 513

siswa. Hasil wawancara dengan petugas UKS di SMA Negeri 1 Kota Manna, belum

pernah ada kegiatan tentang pelatihan pemeriksaan payudara sendiri atau penyuluhan

tentang deteksi dini kanker payudara di SMA Negeri 1 Kota Manna. Hasil wawancara

awal dengan 30 siswi kelas 1 SMA Negeri 1 Kota Manna, ada 21 siswi belum mengerti

tentang deteksi dini kanker payudara dan belum pernah melakukan SADARI, 4 siswi

sudah tahu tentang pemeriksaan payudara sendiri namun tidak pernah melakukannya

dan 5 siswi sudah menerapkan pemeriksaan payudara sendiri namun cara melakukannya

hanya sebatas yang diketahui saja.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Pengaruh Penyuluhan tentang Deteksi Dini kanker payudara terhadap

keterampilan SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Manna.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam

penelitian ini adalah : ” Pengaruh Penyuluhan tentang Deteksi Dini kanker payudara

terhadap keterampilan SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Manna?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Penyuluhan tentang Deteksi Dini kanker payudara

terhadap keterampilan SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Manna.


2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tentang bahaya kanker payudara.

b. Untuk mengetahui teknik-teknik melakukan SADARI.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk peningkatan

dan memperluas wawasan mahasiswa khususnya Program Studi Diploma IV

Kebidanan STIKesTri Mandiri Sakti Bengkulu tentang Pengaruh Penyuluhan

tentang Deteksi Dini kanker payudara terhadap keterampilan SADARI pada

Siswi SMA Negeri 1 Kota Manna.

2. Untuk tempat penelitian diharapkan dapat menjadi bahan informasi tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan SADARI dan Kanker Payudara dan

dapat memberikan konseling pada siswinya.

3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian yang

telah ada ini dengan memperluas variabel yang akan diteliti dan metode

penelitian yang berbeda serta tempat penelitian yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai