Anda di halaman 1dari 11

KARAKTERISTIK SEBAB DAN MEKANISME KEMATIAN PADA

KORBAN YANG DIDUGA DIBUNUH YANG DIOTOPSI DI


INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK RSUP SANGLAH TAHUN
2011-2012

Ricky Dany Agus Wicaksono1, Kunthi Yulianti2


Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana1
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2

Abstrak
Pembunuhan adalah tindakan melanggar hukum yang dilakukan seseorang terhadap orang
lain sehingga mengakibatkan kematian. Prevalensi semakin meningkat setiap tahun. Bali
sebagai tujuan wisata harus waspada dengan peningkatan prevalensi pembunuhan, karena
dapat menurunkan jumlah kunjungan wisatawan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
penyebab dan mekanisme kematian pada korban yang diduga dibunuh. Metode penelitian
ini adalah deskriptif cross-sectional dengan menggunakan data sekunder. Variabel yang
diteliti adalah umur, jenis kelamin, sebab dan mekanisme kematian pada kasus diduga
pembunuhan. Dari hasil penelitian didapatkan prevalensi kasus diduga pembunuhan di Bali
dari Januari 2011 sampai Desember 2012 adalah 73 kasus. korban paling banyak adalah
berjenis kelamin laki-laki 29 orang (72,5%). Kelompok umur 21-40 tahun menjadi
kelompok umur yang dominan. Simpulan penelitian adalah mekanisme kematian tersering
pada korban melibatkan sistem kardiovaskular. Penyebab kematian antara kekerasan tajam
dan tumpul tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Saran dari peneliti adalah melakukan
penelitian lebih lanjut dengan melibatkan pihak kepolisian agar dapat diketahui aktivitas
apa saja yang meningkatkan resiko seseorang untuk terlibat kasus pembunuhan.
Kata Kunci: karakteristik kematian, kasus diduga pembunuhan, kunjungan wisatawan,
mekanisme dan sebab kematian.
CHARACTERISTIC CAUSE AND MECHANISM OF DEATH IN THE VICTIM
ALLEGEDLY KILLED THAT AUTOPSIED IN THE INSTALATION OF
MEDICAL FORENSIC SANGLAH HOSPITAL 2011-2012

Abstract
Murder is the unlawful action, done by a person against another person resulting in death.
The prevalence is increasing every year. Bali as a tourist destination must be alert to the
increased prevalence of murder, because it can decrease the number of tourist arrivals. The
goal of this study was to determine the cause and mechanism of death in victims who were
allegedly killed. The method of this study is descriptive cross-sectional using secondary
data. The variables of this study are age, sex, cause and mechanism of death in cases of
suspected murder. From the results, the prevalence of suspected murder in Bali from
January 2011 to December 2012 was 73 cases. Most victims were male gender 29 (72.5%).
Age group 21-40 years become the dominant age group. Conclusion of this study showed
the most common mechanism of death in victims involving the cardiovascular system. The
cause of death between sharp and blunt force does not have a significant difference.
Suggestion from researchers is conducting further research involving the police in order to
know what activities that increase a person's risk for homicide.
Keywords: characteristic of death, cases of suspected murder, tourist arrivals, mechanism
and cause of death.
Pendahuluan tingkat kunjungan wisatawan
Pembunuhan menurut Kitab Undang- mancanegara.
undang Hukum Pidana (KUHP) adalah
Kematian seseorang dapat terjadi akibat
kesengajaan menghilangkan nyawa orang
dari rusaknya salah satu atau lebih 3
lain.1 Menurut United Nations Office on
sistem organ yang penting dalam
Drug and Crime (UNODC) pembunuhan
kehidupan, yaitu : sistem saraf (otak),
adalah suatu tindakan melanggar hukum
sistem kardiovaskular (pendarahan), dan
yang dilakukan seseorang terhadap orang
sistem respirasi (asfiksia).3 Dengan
lain sehingga mengakibatkan kematian. 2
menggunakan pemeriksaan forensik,
UNODC mengestimasikan bahwa selama mekanisme dan penyebab kematian
tahun 2010 telah terjadi kasus seseorang dapat diketahui, sehingga dapat
pembunuhan sebanyak 468.000 di seluruh membantu pihak berwajib untuk
dunia. Di Asia terjadi sebanyak 128.000 menentukan cara pelaku dalam
kasus. Indonesia sendiri memiliki angka membunuh seorang korban.
prevalensi sebesar 5-9,9 per 100,000
Penulis merasa perlu untuk melakukan
2
populasi penduduk. Bali sebagai daerah
penelitian mengenai karakteristik sebab
tujuan wisata internasional harus lebih
dan mekanisme kematian pada korban
berwaspada dengan semakin
yang diduga dibunuh yang diotopsi di
meningkatnya jumlah kasus pembunuhan
Instalasi Kedokteran Forensik RSUP
di Indonesia. Adanya peningkatan kasus
Sanglah tahun 2011-2012.
pembunuhan tersebut dapat menurunkan
Metode Penelitian umur, sebab kematian, dan mekanisme
kematian. Kemudian data tersebut akan
Metode penelitian ini adalah deskriptif
dianalisis deskriptif untuk mengetahui
cross-sectional dengan menggunakan
karakteristik dan distribusi variabel.
data sekunder yang berasal dari buku
catatan registrasi jenazah di bagian Hasil Penelitian
forensik RSUP Sanglah dan juga Visum Berdasarkan pengamatan peneliti
et Repertum dari korban pembunuhan terhadap buku catatan registrasi surat
yang diotopsi RSUP Sanglah mulai dari permintaan visum dari pihak kepolisian
bulan Januari 2011- Desember 2012. kepada bagian Ilmu Kedokteran Forensik
RSUP Sanglah, diketahui bahwa selama
Sampel dalam penelitian ini adalah semua
periode antara bulan Januari 2011 sampai
korban meninggal dunia yang diduga
Desember 2012 telah terjadi kasus diduga
akibat pembunuhan berdasarkan buku
pembunuhan sebanyak 73 kasus. Dari
catatan registrasi surat permintaan visum
keseluruhan kasus tersebut peneliti
di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
melakukan pemeriksaan hasil otopsi pada
RSUP Sanglah tahun 2011 – 2012.
kasus sebesar 40 kasus (54,8%). Jumlah
Teknik pengambilan sampel dilakukan
sampel tersebut adalah sampel yang
dengan metode total sampling. Kriteria
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
eksklusi sampel meliputi : kasus diduga
dalam penelitian ini. Sisa kasus sebanyak
pembunuhan yang tidak diotopsi di
33 kasus (45,2%) tidak diteliti karena
bagian forensic RSUP Sanglah, kasus
memenuhi kriteria eksklusi berupa
diduga pembunuhan yang tidak terjadi di
penemuan jenazah orok sebanyak 26
Bali, penemuan jenazah orok, dan kasus
kasus (35,6%), tidak dilakukan otopsi
diduga pembunuhan dengan laporan
sebanyak 4 kasus (5,5%), jenazah yang
pemeriksaan jenazah yang tidak terbaca,
dilakukan otopsi namun arsip visum yang
serta kasus penemuan mayat yang tidak
ada tidak dapat dibaca sebanyak 1 kasus
diketahui identitas (jenis kelamin dan
(1,4%) dan penemuan mayat diduga
umur). Data yang sudah terkumpul akan
pembunuhan namun tanpa identitas
dikelompokan dalam bentuk variabel
sebanyak 2 kasus (2,7%).
bebas yang meliputi : jenis kelamin,
Selanjutnya peneliti melakukan dengan jumlah sebanyak 18 kasus (45%),
pemeriksaan terhadap hasil otopsi dari kemudian diikuti korban dengan usia
korban diduga pembunuhan. Karakteristik antara 41-60 tahun sebanyak 12 kasus
kasus diduga pembunuhan yang diotopsi (30%), dan dilanjutkan dengan usia 0-20
di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik tahun dan >60 tahun dengan jumlah kasus
RSUP Sanglah berdasarkan variabel jenis masing-masing 6 kasus (15%) dan 4
kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah kasus (10%).
ini.
Tabel.3 karakteristik kematian pada
Tabel.1 karakteristik korban diduga kasus korban diduga pembunuhan berdasarkan
pembunuhan berdasarkan jenis kelamin mekanisme kematian

Jenis Kelamin Frekuensi (n=40)


Laki-laki 29
Perempuan 11
Dari tabel diatas diketahui bahwa
sebanyak 29 kasus (72,5%) diduga
korban pembunuhan berjenis kelamin Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
laki-laki dan sisanya sebanyak 11 kasus mekanisme kematian tersering pada kasus
(27,5%) adalah korban berjenis kelamin diduga pembunuhan adalah sistem
perempuan. kardiovaskular dengan jumlah sebanyak

Tabel.2 karakteristik korban diduga kasus 21 kasus (52,5%), kemudian diikuti


pembunuhan berdasarkan umur dengan sistem saraf pusat dengan jumlah
Umur Frekuensi (n=40) 13 kasus (32,5%), dan sistem respirasi
serta disfungsi organ mulitpel dengan
0-20 tahun 6
masing-masing sebanyak 3 kasus (7,5%).
21-40 tahun 18
41-60 tahun 12 Pada korban yang meninggal melalui
>60 tahun 4 mekanisme sistem kardiovaskular paling

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sering adalah kelompok umur 21-40

jumlah kasus diduga pembunuhan paling tahun dengan jumlah sebanyak 11 kasus

banyak terjadi pada usia 21-40 tahun (27,5%), diikuti kelompok umur 41-60
tahun dengan jumlah sebanyak 4 kasus pembunuhan di Bali adalah kekerasan
(10%) dan kelompok umur 0-20 tahun tumpul, dengan jumlah sebanyak 19
serta diatas 60 tahun dengan jumlah kasus (47,5%), kemudian kasus dengan
masing-masing sebanyak 3 kasus (7,5%) kekerasan tajam sebanyak 18 kasus

Pada korban meninggal melalui (45%). Terdapat pula sebab kematian

mekanisme sistem saraf pusat, didominasi akibat senjata api, luka bakar, dan

oleh kelompok umur 41-60 tahun dengan sengatan listrik. Jumlah masing-masing

jumlah sebanyak 6 kasus (15%), kasus tersebut adalah sebanyak 1 kasus

kemudian kelompok umur 21-40 tahun (2,5%).

sebanyak 5 kasus (12,5%), dan kelompok Kelompok umur 21-40 tahun


umur 0-21 tahun dengan jumlah sebanyak mendominasi kejadian kematian akibat
2 kasus (5%). kekerasan tumpul dengan jumlah

Jumlah korban meninggal melalui sebanyak 9 kasus (22,5%), diikuti dengan

mekanisme sistem respirasi berdasarkan kelompok umur 41-60 tahun dengan

kelompok umur tidak memiliki perbedaan jumlah sebanyak 6 kasus (15%) dan

yang berarti. Hasil tersebut disebabkan kelompok umur 0-20 tahun serta >60

karena masing-masing kelompok umur tahun dengan jumlah masing-masing

hanya memiliki angka kejadian sebanyak sebanyak 2 kasus (5%).

3 kasus, kecuali kelompok umur di atas Pada kasus kematian dengan sebab
60 tahun yang tidak terdapat kasus. kekerasan tajam, didominasi oleh

Tabel.4 karakteristik kematian pada kelompok umur 21-40 tahun dengan


korban diduga pembunuhan berdasarkan jumlah 11 kasus (27,5%), kemudian
sebab kematian
kelompok umur 0-20 tahun dengan
jumlah 3 kasus (7,5%), serta kelompok
umur 41-60 tahun dan >60 tahun dengan
masing-masing sebanyak 2 kasus (5%).

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebab


kematian tersering pada kasus diduga
Pembahasan menigkatkan resiko keterlibatan

Pada tabel 1 telah disajikan frekuensi seseorang dalam pembunuhan.

kasus diduga pembunuhan mulai dari Diperlukan penelitian lebih lanjut

Januari 2011 sampai Desember 2012. mengenai aktivitas masyarakat yang

Karakteristik kasus diduga pembunuhan dapat meningkatkan keterlibatan dalam

berdasarkan jenis kelamin tersebut kasus pembunuhan.

memiliki kesamaan dengan karakteristik Tabel 2 adalah tabel yang menjelaskan


kasus pembunuhan di dunia, dimana mengenai karakteristik pembunuhan
kasus tersering pembunuhan melibatkan berdasarkan kelompok umur.
korban berjenis kelamin laki-laki. Pada Karakteristik korban kasus pembunuhan
korban berjenis kelamin perempuan di dunia paling banyak adalah jenis
biasanya kasus pembunuhan lebih sering kelamin laki-laki pada kelompok umur
berkaitan dengan kekerasan yang 15-29 tahun, kemudian semakin tua
dilakukan oleh orang yang mempunyai kelompok umur setelahnya, angka
hubungan dekat, sedangkan korban jenis kejadiannya semakin menurun. Data
kelamin laki-laki mempunyai frekuensi tersebut sesuai dengan hasil yang
yang lebih banyak, karena laki-laki lebih diperoleh peneliti, dimana frekuensi
banyak memiliki aktivitas yang dapat terbanyak berada pada kelompok umur
meningkatkan resiko terjadinya kasus 21-40 tahun, kemudian semakin tua umur
pembunuhan. Jika dilihat pada korban, maka frekuensi juga menurun.
karakteristik masyarakat Bali, aktivitas Kelompok umur muda, paling banyak
yang mungkin dapat meningkatkan terlibat kasus pembunuhan mungkin
seorang laki-laki terlibat dalam disebabkan karena pada saat umur
pembunuhan adalah terlibatnya seseorang tersebut banyak terlibat aktivitas-aktivitas
dalam keanggotaan sebuah ormas yang seperti kejahatan di jalan, terlibat
cenderung bersifat premanisme. keanggotan dengan sebuah gang,
Kebiasaan minum-minuman keras yang perkelahian, konsumsi obat-obatan
berlebihan juga dapat membuat seseorang terlarang, kepemilikan senjata dan
tidak mampu mengontrol dirinya (lebih
mudah emosi), sehingga dapat
aktivitas lain yang dapat meningkatkan kontusio serebri, edema serebri, dan
2
resiko terjadinya kasus pembunuhan. laserasi serebri. Berbagai penyebab lain
tersebut dapat menimbulkan peningkatan
Tabel 3 adalah tabel yang menjelaskan
tekanan intracranial.7
karakteristik mekanisme kematian. Pada
mekanisme kematian yang melibatkan Mekanisme kematian yang melibatkan

sistem kardiovaskular, insiden paling sistem respirasi seperti pencekikan,

sering terjadi pada umur antara 21-40 penjeratan, dan pembekapan mempunyai

tahun dengan jumlah sebanyak 12 kasus angka kejadian yang sedikit. Hal ini

(30%). Mekanisme kematian sistem mungkin disebabkan karena saat ingin

kardiovaskular didominasi oleh adanya menutup jalan nafas, dibutuhkan tenaga

pendarahan. Pendarahan yang massif yang lebih besar dan mungkin akan

dapat memudahkan korban masuk ke mendapat perlawanan dari korban.

dalam fase syok hipovolemik, sehingga Umumnya kasus pembekapan pada

semua jaringan dalam tubuh tidak pembunuhan sering didahului oleh

menerima perfusi yang adekuat. Selain adanya kekerasan untuk melumpuhkan

pendarahan, terdapat juga mekanisme korban, setelah itu baru dilakukan

kematian yang menyebabkan gangguan pembekapan atau pencekikan.

irama jantung dengan jumlah sebanyak 1 Dari hasil penelitian, terdapat kasus yang
kasus (2,5%). mekanisme kematiannya terjadi melalui

Mekanisme kematian yang melibatkan lebih dari satu mekanisme. Jenis kasus

saraf pusat yang paling sering terjadi tersebut jumlahnya sebanyak 3 kasus.

adalah pendarahan di dalam rongga Dari hasil otopsi, peneliti menemukan

kepala yang meyebabkan peningkatan bahwa, korban meninggal melalui

tekanan intrakranial, sehingga dapat mekanisme pendarahan pada rongga

meyebabkan terjadinya herniasi yang dada, namun, terjadinya injuri pada otak

menekan pusat pernapasan. Selain yang secara tersendiri dapat menimbulkan

pendarahan ke dalam rongga kepala, kematian. Pada hasil otopsi yang lain,

mekanisme kematian yang melibatkan peneliti juga menemukan kematian

sistem saraf pusat adalah terjadinya korban akibat luka bakar yang
menyebakan gangguan fungsi organ pembunuhan di Bali, selain abdomen dan
tubuh secara multiple. dada, target kekerasan tajam juga terdapat
di daerah leher. Kekerasan tajam di leher
Pada tabel 4 telah dijelaskan mengenai
bisa menimbulkan kematian karena di
karakteristik kematian pada kasus
leher terdapat pembuluh darah seperti
pembunuhan berdasarkan sebab
vena jugular eksternal dan arteri karotis
kematian. Hasil tersebut menunjukan
serta terdapat jalan nafas.
bahwa sebab kematian dengan kekerasan
tajam dan kekerasan tumpul tidak Perbedaan yang tidak signifikan ini

memiliki perbedaan yang cukup dikarenakan benda tajam yang digunakan

signifikan. Hasil ini menunjukan sebuah untuk membunuh seseorang sangat

perbedaan dengan hasil penelitian di mudah untuk didapatkan. Selain tidak

India, dimana benda yang sering membutuhkan izin khusus, harga sebuah

digunakan dalam kasus diduga benda tajam juga tidak terlalu mahal bagi

pembunuhan adalah benda tumpul. Benda sebagian orang.

tumpul itu sangat mudah diperoleh di Selain kekerasan tajam dan tumpul,
tempat kejadian perkara. Benda yang terdapat juga korban meninggal akibat
biasanya dipakai bisa berupa batu, senjata api dengan jumlah sebanyak 1
tongkat, batang pohon, kursi atau kepalan kasus (2,5%). Penemuan tersebut
tangan, dan lain-lain. berlawanan dengan hasil penelitian lain,

Menurut sebuah penelitian di India, yang menjelaskan bahwa senjata api

kebanyakan target kekerasan tajam adalah sangat sering digunakan dalam kasus

di bagian abdomen dan dada. pembunuhan. Jarangnya penggunaan

Kepercayaan masyarakat India bahwa di senjata api pada kasus diduga

dalam abdomen dan dada terdapat organ- pembunuhan di Bali, mungkin

organ vital, menjadi latar belakang dikarenakan sulitnya perizinan untuk

abdomen dan dada menjadi target memiliki senjata api. Setelah bulan

sehingga saat menyerang abdomen dan agustus 2010, pihak Polri sudah tidak lagi

dada peluang kematian seorang korban mengeluarkan izin kepemilikan senjata

hampir pasti. Dari kasus diduga api. Mahalnya harga senjata api dan biaya
perpanjangan izin kepemilikan senjata api yang sangat jarang ditemukan. Di Bali
bagi sebagian orang juga menjadi alasan mulai dari Januari 2011 sampai Desember
kenapa kasus diduga pembunuhan di Bali 2012 hanya ditemukan 1 kasus saja. Pada
sangat jarang menggunakan senjata api. kasus diduga pembunuhan dengan

Terdapat sebab kematian lain yang jarang sengatan listrik, mekanisme kematian

terjadi pada kasus pembunuhan. Sebab dapat melibatkan sistem kardiovaskular

kematian tersebut adalah luka bakar luka dan sistem saraf pusat. Dampak Sengatan

akibat sengatan listrik. listrik terhadap sistem kardiovaskular


dapat menimbulkan perubahan irama
Kasus diduga pembunuhan dengan sebab
jantung berupa fibrilasi ventrikel (VF).
kematian luka bakar sangat jarang terjadi.
Dampak sengatan listrik terhadap sistem
Menurut hasil penelitian yang dilakukan
saraf pusat adalah dapat meyebabkan
oleh UNODC terhadap karakteristik
paralisis sentrum medullare. VF
pembunuhan di dunia, terdapat kasus di
merupakan kondisi yang paling
Negara India dimana korban wanita
berbahaya, sedangkan paralisis sentrum
meninggal akibat luka bakar. Kasus
medullare adalah paralisis yang terjadi
pembunuhan wanita di India tersebut
akibat spasme otot pernafasan, sehingga
dilakukan oleh suami korban dan
pasien meninggal karena asfiksia.
sebelumnya didahului dengan adanya
tindakan yang sangat kejam yang dilatar Simpulan dan Saran
belakangi oleh adanya masalah rumah Dari data yang telah diperoleh serta hasil
tangga. Untuk kasus diduga pembunuhan pembahasan yang telah disampaikan pada
di Bali dengan sebab kematian luka bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan
bakar, perlu dilakukan pengecekan bahwa prevalensi kasus diduga
kepada pihak kepolisian untuk pembunuhan di Bali dari Januari 2011
mengetahui siapa pelaku dan hal apa yang sampai Desember 2012 adalah 73 kasus.
menjadi motif kasus diduga pembunuhan Korban paling banyak adalah berjenis
tersebut. kelamin laki-laki 29 orang (72,5%).

Kasus diduga pembunuhan dengan sebab Kelompok umur 21-40 tahun menjadi

kematian sengatan listrik adalah kasus kelompok umur yang dominan dengan
jumlah korban 18 orang (45%), kemudian prevalensi sebanyak 1 kasus (2,5%).
semakin bertambah umurnya, semakin Terdapat penyebab kematian yang jarang
menurun frekuensinya. ditemukan berupa luka bakar dan
sengatan listrik dengan masing-masing
Mekanisme kematian tersering pada
kejadian sebanyak 1 kasus (2,5%).
kasus diduga pembunuhan di Bali mulai
dari Januari 2011 sampai Desember 2012 Saran dari peneliti adalah melakukan
adalah sistem kardiovaskular dengan penelitian lebih lanjut dengan melibatkan
jumlah 21 kasus (52,5%), dimana pihak kepolisian agar dapat diketahui
pendarahan menjadi mekanisme yang aktivitas apa saja yang meningkatkan
dominan. Kemudian diikuti dengan resiko seseorang untuk terlibat kasus
mekanisme kematian melalui sistem saraf pembunuhan.
pusat dengan jumlah 13 kasus (32,5%),
Daftar Pustaka
dan sistem respirasi serta disfungsi organ
mulitpel dengan masing-masing sebanyak 1. Anonim. Pembunuhan Menurut
3 kasus (7,5%). KUHP. Tanggal akses : 20 november
2013. Dapat diakses dari :
Prevalensi sebab kematian berupa
http://www.referensimakalah.com/20
kekerasan tajam dan tumpul tidak
13/03/pembunuhan-menurut-
memiliki perbedaan yang begitu berarti
kuhp.html
pada kasus diduga pembunuhan di Bali
2. Me Angela, Bisogno, M., Malby, S.,
mulai dari Januari 2011 sampai Desember
Jandl, M., Davis, P., Pysden, C.,
2012. Kedua penyebab kematian tersebut
Rahmonberdiev, U., et al. Global
hanya berselisih 1 angka kejadian,
Study on Homicide. Vienna. United
dimana kekerasan tumpul terjadi
Nations Offices on Drugs and Crime.
sebanyak 19 kasus (47,5%), kemudian
2011 p:19-75
kasus dengan kekerasan tajam sebanyak
3. Amir, A. Rangkaian Ilmu
18 kasus (45%).
Kedokteran Forensik. Medan :
Senjata api adalah penyebab kematian Fakultas Kedokteran Universitas
yang jarang ditemukan di Bali, dengan Sumatra Utara. 2008 p:120-125.
4. Hoyert, D.L., Minino, A.M., 7. Sauko, P., Knight, B. Knight’s
Munson, M.L., Freedman, M.A., Forensic Pathology, Third Edition.
Hanzlick, R., Davis, G.G., et al. London: Edwar Arnold Ltd; 2004
Medical Examiners’ and Coroners’ p:136-234
Handbook on Death Registration and 8. Anonim. Tanggal akses : 25
Fetal Death Reporting. Maryland. november 2013. Dapat diakses dari :
2003 p: 1-42 http://kamuskesehatan.com/arti/kontu
5. Anonim. Guidelines For the sio-serebri/”>kontusioSerebri</a>
Determination of Manner of Death. 9. Dolinak, D., Evan, W.M., Emma,
Illinois Coroners and Medical O.L. Forensic Pathology: Principles
Examiners Association. 2007 pp:1-6 and Practice. London Elsevier Inc;
6. Hadi S., Suryadi T. Studi Penyebab 2005 p:121-223
Kematian Pada Kecelakaan Lalu 10. Idries, A.M. Pedoman Ilmu
Lintas yang Diperiksa di Bagian Kedokteran Forensik, Edisi Pertama.
Kedokteran Forensik Rumah Sakit Jakarta: Binarupa Aksara; 1997 p:
Umum Daerah dr. Zaenoel Abidin 17-32
Banda Aceh Periode Januari 2007- 11. Dix Jay. Color Atlas of Forensic
Mei 2011. Aceh. 2012 p:1-11 Pathology. CRC Press LLC. 2000.

Anda mungkin juga menyukai