Strategi
Pembuatan CP Implementasi
Evaluasi
Bab 24 ayat 3 menetapkan bahwa BPJS harus
mengembangkan:
1 2 3
Sistem Sistem Sistem
pelayanan kendali pembayaran
kesehatan mutu pelayanan
pelayanan kesehatan
Pasal 20 ayat 1 menetapkan produk:
pelayanan kesehatan perorangan (promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif), obat dan
bahan medis habis pakai
Kebijakan Tatalaksana
pelayanan
Pedoman Pedoman
Pengorganisasian Pelayanan
SPO
Standar
SDM
Survei kepuasan
Standar
Fasilitas Indikator Mutu :
Indikator Klinik
Indikator Mutu Yan
Peraturan dan perundangan IKP:
Pedoman K T D : Sentinel Event
KNC
BENTUK SPO
Standar pelayanan :
Djoti - Atmodjo
Clinical Pathway Clinical Guideline
Lebih customize & user Bentuk sangat bervariasi
friendly: Disusun melalui proses
Template seragam RS rumit & butuh sumber daya
(locally agreed) & waktu >>.
Disusun berdasarkan best Sering << efektif karena
practice (available) & <<nya perhatian & support
kondisi RS
ownership lebih tinggi:
multidisipliner
HOSPITAL GOVERNANCE
VISION
HOSP LEADERS HOSPITAL
PERFORMANCE ?
POLICY
H SPM
RESOURCES: 5 M
O PROSES REALISASI CONSUMER VALUES GROWTH
S (2 M)
P
I
T
A
INSTITUTIONAL (HOSPITAL) GOVERNANCE
L
STRUCTURE PROCESS OUTPUT OUTCOME
B
Y CLINICAL GOVERNANCE
L
PROFESSIONAL CLINICAL PERFORMANCE BEST PRACTISE
A
BASIC : VBM
W COMPT & CPD & EVALUATION TOOLS : EBM
S
CLINICAL
RISK CONSUMER
MANAGEMENT VALUE
INTEGRATED
Patient CLINICAL PATIENT
PATHWAY & GUIDELINE SAFETY, EQUITY, QUALITY
safety
CLINICAL ICD 10
ICD 9 CM CASEMIX
LEADERS
Clinical Pathway
Critical care pathway,
Integrated care pathway,
Coordinated care pathway,
Caremaps, atau
Anticipated recovery pathway
(Djasri, 2014)
ICP is a matrix which places interventions
(tasks) on one axis & time (hours, days,
weeks) & milestones (specific stages of
recovery).
(Midleton & Roberts, 2000)
(Djasri, 2014)
1. memilih pola praktek terbaik dari berbagai
macam variasi pola praktek,
2. menetapkan standar yang diharapkan mengenai
lama perawatan dan penggunaan prosedur klinik
yang seharusnya,
3. menilai hubungan antara berbagai tahap dan
kondisi yang berbeda dalam suatu proses dan
menyusun strategi untuk mengkoordinasi agar
dapat menghasilkan pelayanan yang lebih cepat
dengan tahap yang lebih sedikit,
4. memberikan informasi kepada seluruh staf yang
terlibat mengenai tujuan umum yang harus
tercapai dari sebuah pelayanan dan apa peran
mereka dalam proses tersebut,
5. menyediakan kerangka kerja untuk
mengumpulkan dan menganalisa data proses
pelayanan sehingga penyedia layanan dapat
mengetahui seberapa sering dan mengapa
seorang pasien tidak mendapatkan pelayanan
sesuai dengan standar,
6. mengurangi beban dokumentasi klinik,
7. meningkatkan kepuasan pasien melalui
peningkatan edukasi kepada pasien (misalnya
dengan menyediakan informasi yang lebih
tepat tentang rencana pelayanan).
Patients group
Scope
Multidisciplinary collaboration
Sequential & appropriate care/
intervention
Patient-focused care
Single record of care
Analysis of variations
(Middleton & Roberts, 2000)
PNPK/ EBM
PPK
(SPM & SAK)
SPO
Clinical
Pathway
1 Menentukan Topik
2 Menunjuk Koordinator
4 Kunjungan Lapangan
5 Pencarian Literatur
8 Analisis Casemix
10
Pengukuran Proses & Outcome
2. Profesi Perawat
mempersiapkan SPO/ SAK
3. Profesi Rekam Medis/ Koder
mempersiapkan buku ICD 10 dan ICD 9CM,
Laporan RL1 sampai dengan 6 (terutama RL2).
Menyajikan daftar 5 - 10 penyakit utama & tersering
dari setiap divisi SMF/Instalasi dg kode ICD 10 & mean
LoS berdasarkan data laporan morbiditas RL2.
Djoti Atmodjo, KARS
4. Profesi Gizi
menyiapkan assesment nutrisi, asuhan gizi
5. Profesi Farmasi
mempersiapkan Daftar Formularium, sistem
unit dose dan stop ordering
6. Profesi Akuntasi/ Keuangan
mempersiapkan Daftar Tarif rumah sakit
Efektivitas CP debatable
Pada umumnya di RS hanya 30% pasien yg
dirawat dg CP. Selebihnya pasien dirawat
dg prosedur biasa (usual care).
80% RS USA menggunakan CP u/
beberapa indikator
Standar Akreditasi KARS 2012
5 CP/ RS/ tahun
(Benny, 2014)
(Djasri, 2014)
Implemented for over 20 years and well
established in hospitals - 80% of hospitals in
USA (Saint 2003)
Djoti Atmodjo, KARS
Sept 1995 - March 1997, UK
700 clinical, managerial, operational staf
Aimed to:
Identify the critical succes factors & potential
bariers to adoption of ICPs
Developt framework/ structured approach to
support succesful implementation
Documentation
3
4 Implementation
Evaluation
5
1.
A strategic approach: a vision of future
Shared vision
ICP
change management tool
integral component of bussiness & quality
clinical governance
Goverment papers & other related
documents outline strategy for a
defined period of time
1.
Reasons for developing ICPs
Reinforce aims of ICP ~ organizational objectives
Improve quality of care trough consistent management
Encourage patient involvement
Identify & measure outcomes of patient care
Promote efficient without compromising quality
Reduce unnecessary documentation
Documenting variations from the predicted plan
Facilitate a plan of care & improve links & between
community services
Increase collaboration of multidisciplinary
team
Reduce unnecessary variations
Ensure that no critical aspects of care are
forgotten & that all intervention are planned
appropiately & performed on time
Providing a framework for effective clinical audit
Educational/ training tool esp. New staff/ short
rotation
1.
ICP facilitator (Stephens, 1997)
Solve problems of limited resources/
high workload
Facilitators role:
awareness
Provide initial training, ongoing education, & support
Act as a link between all professional goups involved
Set up & manage individual ICP projects
Attend & facilitate ICP development & meetings
Prepare ICP documentation
Provide ongoing evaluation, feedback, & review
Presentation & training
communication & negotiation
project management/ change management
Team building & group facilitation
computer literate/ IT Skills
ability to motivate/ lead
ability to work to tight deadlines under pressure
Sound knowledge of ICPs & related initiatives
Confidence, credibility, & self motivation
End point
Start point
Boundary
The development team
2.
Selecting patient groups
Common condition ( high % of patients)
biggest impact on our organization
High volume
High cost
High risk
Problem prone
Memiliki gap besar dg tarif INA CBGs
S Spesific
M Measurable
A Action oriented
R Realistic
T Time related
Defining the desired objectives of care
Gained from:
Available evidence
Clinical audit
Benchmarking data
Accreditation standards
Health gain targets
National service framework, etc
2.
Mapping the current process of care
OUT-
START PROCESS
COME
patient centered
(individual) clinical staff
clinical team
organizational
other
shortening time delay in process
clinical outcomes
LoS
QoL
complication/ adverse events
cost of care
satisfaction levels
patient education/ knowledge about the
condition & self management
job satisfaction
staff turn-over
morale & stress levels
error in delivery of care
multidisciplinary working
building teamwork
communication improvements
risk managemet
development of local guideline & protocols
documentation of delivery of care
effect of computerization of pathways
effect of variance reporting
Djasri, 2010
Djasri, 2010
Djasri, 2010
Quality is never an accident ; its always the
result of:
high intention ;
sincere effort ;
intelligent direction
skillful executions ;
it represent the wise choice of many
alternatives
dr. Djoti Atmodjo, Sp.B.
Dr. drg. Ronie Rivany, MARS
RS wajib memp.CP, Diagnosis mengacu
pada ICD-10,Prosedur mengacu pd ICD-
9CM Flowchart penyusunan CP
ICD
Case Mix
CLINICAL PATHWAY
& Cost of Care
1 2 3 4 5
Casemix
Pola pikir
ICD tetap
MDC untuk sementara tetap
Clinical Pathway bisa dibuat
DRG di konfirmasi + bisa dibuat
Casemix di konfirmasi + bisa dibuat
Costing dilakukan dengan pendekatan
Activity Based Costing + Simple
Distribution
INA - DRG
MDC
1
DRG DRG DRG
2 COST CASEMIX
TARIF COST
TARIF
Sistem Casemix adalah suatu cara mengelola sumber
daya rumah sakit seefektif mungkin dalam
memberikan layanan kesehatan yang terjangkau
kepada masyarakat berdasarkan pengelompokkan
spektrum diagnosis penyakit yang homogen dan
prosedur tindakan yang diberikan
Secara ringkasnya sistem casemix terdiri dari 3
komponen utama yakni kodefikasi diagnosis(ICD 10)
dan prosedur tindakan (ICD 9 CM), pembiayaan
(costing ) yang dapat berupa top-down approach,
activity based costing dan atau kombinasi keduanya,
dan clinical pathways
INA DRG adalah variasi sistem casemix untuk Indonesia
yang disusun berdasarkan data dari15 rumah sakit
vertikal, mempergunakan ICD 10 untuk diagnosis dan
ICD 9CM untuk prosedur tindakan serta biaya
berdasarkan tarif yang berlaku padawaktu tersebut.
Dengan berakhirnya lisensi grouper INA-DRG
terhitungtanggal 30 September 2010, maka nama sitem
Casemix INA-DRG berubahmenjadi INA-CBG
Untuk saat ini INA-DRG yang disusun berdasarkan data
dari 15 rumah sakit vertikal Depkes RI (tipe A, B
danrumah sakit khusus) telah berhasil membuat 23 MDC
(Major Diagnostic Criteria)
Sebagai instrumen pelayanan berfokus kepada pasien
(patient-focused care) terintegrasi, berkesinambungan dari
pasien masuk dirawat sampai pulangsembuh (continuous
care), jelas akan dokter/perawat penanggung jawab pasien
(duty of care)
Utilitas pemeriksaan penunjang, penggunaan obat obatan
termasuk antibiotika, prosedur tindakan operasi,
Antisipasi kemungkinan terjadinya medical errors (laten dan
aktif, nyaris terjadi maupun kejadian tidak diharapkan/KTD)
dan pencegahan kemungkinan cedera (harms) serta infeksi
nosokomial dalam rangka keselamatan
pasien(patient safety)
Mendeteksi dini titik titik potensial berisiko selama
proses layanan perawatan pasien (tracers
methodology) dalam rangka manajemen risiko (risks
management),
Rencana pemulangan pasien (patient discharge)
Upayapeningkatan mutu layanan
berkesinambungan (continuous
quality improvement)
Penulusuran kinerja(performance) individu profesi
maupun kelompok (team-work )
Di Indonesia pengertian klinisi masih diberikan kepada
kelompok dokter yang langsung menangani pasien (staf
medik fungsional/ SMF).
Sedangkan tim keseluruhan dokter dan profesi lain sering
disebut sebagai pelaksana pelayanan klinis (PPK)
Persamaan/kesetaraan profesi ini merupakan suatu
perubahan yang dapat memberikan dampak kepada pasien
ataupun kepada para dokter sebagai profesi yang tertua.
Diperlukan suatu perubahan persepsi bagi para dokter
tentang hubungan baru dengan para profesional lainnya.
Namun demikian dokter akan tetap
sebagai pemimpin bukan dalam bentuk
hirarchical tetapi sebagai ketua tim
(playing captain) di antara sesama
profesi yang sederajat (the clinician)
PRIMUS INTER PARES
First Among Equals