PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya?
2. Bagaimana cara memahami budaya?
3. Apa saja hambatan utama dalam komunikasi bisnis antar budaya?
4. Bagaimana cara mengembangkan ketrampilan komunikasi antar budaya?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
subbudaya etnik Jawa, Sunda, Bali, Betawi, Dayak, Sasak, dan lain-lain. Selain itu
terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang tidak memenuhi kriteria sebagai
subbudaya, tetapi memiliki ciri yang mencolok. Contohnya kaum homoseks,
waria, pecandu obat bius, dan penganut sekte agama yang dilarang.
Budaya dimiliki oleh seluruh manusia, hanya saja terdapat persamaan dan
perbedaan dalam aspek-aspek tertentu. Setiap manusia menganut budayanya
sendiri-sendiri. Budaya memengaruhi seseorang sejak dalam kandungan sampai
meninggal dunia, bahkan perlakuan setelah meninggal dunia pun dipengaruhi oleh
budaya.
Komunikasi lintas budaya terjadi dalam berbagai situasi, yang berkisar
dari interaksi antara orang-orang yang budayanya berbeda secara ekstrim hingga
dalam interaksi antara orang-orang yang budayanya sama, tetapi subbudayanya
atau subkelompok budayanya berbeda. Besarnya perbedaan antara budaya yang
satu dengan yang lain tergantung pada tingkat keunikan masing-masing.
a) Mengenali Perbedaan Budaya
Perbedaan budaya muncul dalam nilai-nilai sosial, gagasan mengenai
status, kebiasaan membuat keputusan, sikap terhadap waktu, penggunaan ruang,
konteks budaya, bahasa tubuh, sopan santun, dan tingkah laku etis (Bovee dan
Thill, 2003:69).
1. Nilai-Nilai Sosial
Pada umumnya, penduduk Amerika Serikat menjunjung tinggi kerja
keras dan menyelesaikan tugas-tugas secara efisien. Penggunaan dua pekerja
dengan metode kerja modern dianggap lebih baik daripada menggunakan empat
pekerja, tetapi dengan metode kerja tradisional. Sementara itu, di negara-negara
yang angka penganggurannya tinggi, seperti India dan Pakistan, menciptakan
pekerjaan lebih penting dibandingkan dengan bekerja secara efisien. Oleh karena
itu, para eksekutif di negara tersebut lebih suka memperkerjakan empat orang dari
pada dua orang. Nilai-nilai sosial memengaruhi tindakan seseorang.
2. Peran dan Status
Di banyak negara, wanita belum memainkan peran yang menonjol
dalam bisnis. Apabila ada eksekutif wanita yang berkunjung ke negara tersebut,
4
bisa jadi itu disepelekan atau dianggap tidak serius. Budaya juga menentukan cara
seseorang dalam menunjukkan rasa hormat kepada atasan.
3. Adat Pembuatan Keputusan
Di Amerika Serikat dan Kanada, pelaku bisnis berusaha mencapai
keputusan secepat dan seefisien mungkin. Manajer puncak cukup memikirkan hal
pokok saja, sedangkan rincian diserahkan kepada bawahan. Tidak demikian
halnya di Yunani. Mengabaikan rincian dianggap sebagai sikap menghindar dan
tidak dapat dipercaya.
Di Pakistan, pengambilan keputusan cukup dilakukan oleh eksekutif
tinggi. Di Cina dan Jepang, pengambilan keputusan dilakukan secara konsensus
melalui proses yang rumit dan waktu yang panjang. Persetujuan harus lengkap
dan tidak ada aturan mayoritas.
4. Konsep Mengenai Waktu
Perbedaan konsep mengenai waktu dapat menimnbulkan salah
pengertian. Bagi eksekutif Amerika Serikat dan Jerman, waktu menjadi penentu
rencana kerja agar bisa efisien dan fokus pada satu kegiatan pada periode tertentu.
Pengaturan berbagai aktivitas dibatasi oleh waktu. Bagi eksekutif Asia,
membangun fondasi hubungan bisnis jauh lebih penting daripada menepati batas
waktu atau jadwal yang ketat. Waktu yang diperlukan untuk saling mengenal dan
menjajagi latar belakang relasi bisnis cukup fleksibel.
5. Konsep Ruang Pribadi
Ruang memiliki arti yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Orang
Kanada dan Amerika Serikat biasanya berdiri terpisah sekitar 5 kaki ketika
berbicara mengenai bisnis. Jarak tersebut terlalu dekat bagi orang Jerman dan
Jepang. Akan tetapi, bagi orang Arab dan Amerika Latin, jarak tersebut tidak
nyaman karena terlalu jauh. Akan tetapi terjadi dansa budaya, dimana orang
Jerman selalu bergerak menjauh dan orang Arab selalu bergerak mendekat.
Akibatnya, orang Jerman merasa tidak nyaman karena selalu didekati dan orang
Arab merasa tersinggung karena selalu dijauhi.
6. Konteks Budaya
Salah satu cara yang digunakan seseorang untuk memberikan arti pada
sebuah pesan adalah menuruti konteks budayanya. Konteks budaya merupakan
5
petunjuk fisik dan pemahaman implisit yang menyertai makna di antara mereka
yang berkomunikasi. Antropolog Edward T. Hall (dalam Quible, 1996:409)
membagi konteks budaya menjadi dua tingkat, yaitu budaya konteks tinggi (high
context culture) dan budaya konteks rendah (low context culture). Budaya konteks
tinggi (misalnya Korea dan Taiwan) cenderung lebih memperhatikan petunjuk
yang bersifat nonverbal (ekspresi muka, bahasa tubuh) daripada verbal.
Sebaliknya, budaya konteks rendah (misalnya Amerika dan Eropa) lebih
memperhatikan pesan yang diungkapkan secara verbal. Oleh karena itu, bagi
budaya konteks rendah, persetujuan tertulis dianggap lebih mengikat karena
memiliki dasar hukum yang kuat. Sebaliknya, bagi budaya konteks tinggi,
jaminan dan kepercayaan pribadi lebih penting daripada kontrak dan pandangan
terhadap hukum yang lebih fleksibel. Komunikasi yang terjadi antara orang-orang
yang berasal dari kelompok budaya yang sama akan berlangsung lebih lancar dan
mudah.
7. Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh bisa dipergunakan untuk membantu menjelaskan pesan
yang membingungkan. Namun bahasa tubuh juga bisa menjadi penyebab adanya
salah pengertian antarbudaya. Menguasai bahasa suatu budaya tidak berrati juga
menguasai bahasa tubuhnya. Orang-orang dari budaya berbeda kadang-kadang
salah membaca tanda yang dikirimkan oleh bahasa tubuh. Misalnya, untuk
menyatakan ‘tidak’, orang Amerika Serikat dan Kanada akan menggeleng, orang
Bulgaria mengangguk, orang Jepang mengangkat tangan kanan, dan orang Sisilia
mengangkat dagunya.
Ucapan selamat ualng tahun disampaikan oleh orang Indonesia dengan
cara bersalaman. Sementara suku Indian mengucapkan selamat datang dengan
menjulurkan lidah. Bagi orang Amerika Serikat, menjulurkan lidah merupakan
suatu ejekan.
8. Tingkah Laku Sosial dan Sopan Santun
Sesuatu yang dianggap sopan oleh suatu budaya mungkin dianggap
kasar oleh budaya lain. Aturan mengenai tingkah laku sopan bervariasi antara satu
negara dengan negara lain. Memberi hadiah kepada istri orang lain dianggap tidak
sopan oleh orang Arab. Menaikkan kaki ke atas meja dan memberikan sesuatu
6
dengan tangan kiri dianggap biasa oleh orang Amerika Serikat, tetapi dianggap
sebagai penghinaan oleh orang Mesir. Di Spanyol, jabatan tangan berlangsung
lima sampai tujuh kali ayunan, dan menarik tangan terlalu cepat bisa diartikan
sebagai penolakan. Sementara di Prancis, orang lebih suka berjabatan tangan
hanya dengan sekali ayunan. Tuan rumah di negara-negara Arab akan merasa
dipermalukan apabila tamunya menolak makanan, minuman, dan
keramahtamahan dalam bentuk apapun.
9. Tingkah Laku Legal dan Etis
Di beberapa negara, perusahaan sering memberi bayaran ekstra kepada
pejabat pemerintah untuk mendapatkan kontrak pemerintah. Hal itu sudah
menjadi kebiasaan yang rutin dan tidak dianggap ilegal. Namun, di Amerika
Serikat hal ini dipandang sebagai suap, ilegal dan tidak etis. Perusahaan yang
berdiri di Amerika Serikat dilarang membayar ekstra kepada pegawai negeri
dimana pun. Di Inggris dan Amerika Serikat, seseorang dianggap tidak bersalah
hingga terbukti memang bersalah. Di Meksiko dan Turki, seseorang dianggap
bersalah hingga bisa membuktikan tidak bersalah. Perbedaan itu sangat penting
bagi perusahaan yang terlibat perselisihan legal di negara lain.
10. Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan adalah cara perusahaan melakukan sesuatu.
Budaya membentuk perasaan orang mengenai perusahaan dan pekerjaan yang
dilakukan, cara menginterpretasikan dan mengartikan tindakan yang dilakukan
orang lain, harapan yang menyangkut perubahan dalam bisnis, dan bagaimana
cara pandang terhadap perubahan tersebut. Lebih dari separuh kemitraan
perusahaan gagal karena adanya benturan budaya perusahaan.
7
menggunakan bahasa Spanyol. Di Michigan (AS) banyak penduduk berbahasa
Arab, dan penduduk Singapura banyak menggunakan bahasa Mandarin. Dalam
berkomunikasi lintas bahasa, pesan yang disampaikan banyak dikacaukan oleh
bahasa idiom (ungkapan), gaul (slang), dan aksen setempat.
Bahasa tidak diterjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain atas dasar kata-
kata. Bahasa bersifat idomatik, yang artinya disusun dengan ungkapan dan
pengelompokkan kata yang dapat bertentangan dengan pola umum dari kerangka
bahasa itu dan dapat memiliki arti yang jauh berbada dari komponen individual
apabila diterjemahkan secara harfiah (Bovee dan Thill 2003:76). Misalnya, slogan
pepsi yang berbunyi “Come alive with Pepsi” (hidup ceria dengan pepsi)
diterjemahkan oleh orang Jerman dengan ”Come out of the grave” (keluar dari
kuburan) dan oleh orang Thailand sebagai “Bring your ancestor back from the
dead” (membangkitkan kembali nenek moyang).
Orang dari Timur Tengah cenderung berbicara lebih keras dibandingkan
dengan orang Barat dan karenanya secara keliru dianggap emosional. Sebaliknya,
orang Jepang berbicara lembut, karakteristik yang mencerminkan kesopanan atau
rendah hati bagi pendengar orang Barat.
Apabila berhubungan dengan orang yang sama sekali tidak mengerti
bahasa kita, ada tiga pilihan yang dapat dilakukan, yaitu memperlajari bahasa
orang itu, menggunakan perantara atau penerjemah, atau mengajarkan kepada
mereka bahasa kita. Jika memiliki hubungan bisnis jangka panjang dengan orang
dari budaya lain, mempelajari budaya dan bahasa mereka akan lebih bermanfaat.
Namun, perlu diingat bahwa untuk mempelajari bahasa asing diperlukan
komitmen yang kuat.
8
Semakin besar kesamaan kelompok lain dengan kelompoknya, semakin dekat
mereka dengan kelompok tersebut. Orang yang etnosentrisme sering
berpandangan stereotip, yaitu berusaha memperkirakan tingkah laku atau karakter
individu atas dasar keanggotaan mereka dalam kelompok atau kelas tertentu.
Dalam komunikasi lintas budaya, etnosentris bisa menjadi akar
permasalahan rasialisme. Apabila seseorang memberikan reaksi etnosentris dalam
berkomunikasi, berarti orang tersebut tidak memahami dan tidak menerima
adanya perbedaan budaya. Komunikasi akan terancam gagal karena adanya
ketersinggungan.
Untuk menghindari reaksi etnosentris, dapat dipergunakan beberapa cara
berikut (Haryani, 2001:69) :
1. Menerapkan asas kesamaan
Tidak ada budaya inferior dan tidak ada budaya superior. Selain itu,
tidak ada budaya yang salah dan tidak ada budaya yang paling benar. Pelaku
komunikasi harus menghargai budaya pihak lain dan menerapkan budaya sendiri
untuk kelompok sendiri.
2. Menerapkan kaidah emas
Kaidah emas adalah memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin
diperlakukan. Cara itu relative mudah karena tidak perlu melakukan pemahaman
terhadap nilai-nilai yang dianut orang lain.
3. Menerapkan kaidah timah
Kaidah timah adalah memperlakukan orang lain sebagaimana mereka
memperlakukan diri mereka sendiri. Cara itu relatif lebih sulit dari kaidah emas
karena harus memahami nilai-nilai yang dianut orang lain.
9
semakin memungkinkan terjadinya komunikasi antar budaya. Perbedaan kultur
dari orang- orang yang berkomunikasi yang menyangkut kepercayaan, nilai, serta
cara berperilaku serta latar belakang budaya yang berbeda inilah yang menjadi
ciri terpenting yang menandai komunikasi antar budaya. Tak dapat dipungkiri
semakin pentingnya arti komunikasi antar budaya yang menempati posisi sentral
dalam dinamika sosial ini,
Komunikasi antar budaya yang efektif terjadi apabila muncul mutual
understanding atau komunikasi yang saling memahami. Saling memahami
artinya keadaan di mana seseorang dapat memperkirakan bagaimana orang lain
memberi makna atas pesan yang dikirim dan menyandi balik pesan yang
diterima. Berbagai cara untuk mengatasi hambatan dalam komunikasi lintas
budaya dalam bisnis antara lain memelihara iklim komunikasi terbuka,
memegang teguh etika berkomunikasi, menggunakan pendekatan berkomunikasi
yang berpusat pada penerima, memelih saluran atau media yang tepat serta
meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Mempelajari apa yang dapat
dilakukan oleh seorang tentang budaya tertentu sebenarnya merupakan cara yang
baik untuk menemukan bagaiman mengirim dan menerima pesan-pesan lintas
budaya secara efektif. Mempelajari ketrampilan komunikasi lintas budaya pada
umumnya akan membantu seseorang beradaptasi dalam setiap budaya,
khususnya jika seseorang berhubungan dengan orang lain yang memiliki budaya
berbeda.
a) Komunikasi Tertulis
Komunikasi bisnis dalam bentuk tertulis dapat terjadi dalam
korespondensi bisnis, yaitu ketika perusahaan mengirim dan menerima surat
bisnis. Dalam menerima pesan, pahami isi atau inti pesan, sehingga perbedaan
dalam gaya dan pendekatan dalam penulisan surat bisnis tidak menjadi fokus
dalam komunikasi bisnis. Sementara itu dalam mengirimkan surat bisnis, pahami
bagaimana budaya mereka atau kebiasaan mereka dalam mengirimkan surat
bisnis, kemudain sesuaikan surat yang akan dikirim tanpa mengubah esensi pesan
yang akan disampaikan.
10
Namun demikian untuk meningkatkan keterampilan komunikasi tertulis
dengan audience yang berbeda budayanya dapat menggunakan pedoman berikut
(Bovee & Thill: 70).
Gunakan bahasa Inggris. Tujuan dari penggunaan bahasa Inggris adalah
menggunakan bahasa Internasional, sehingga masing-masing pihak
tidak ada yang merasa ”terpaksa ” harus menggunakan bahasa dari
pihak lain.
Buatlah pesan bisnis secara jelas. Untuk menyampaikan suatu pesan,
gunakan istilah yang spesifik dan berikan contohnya secara nyata.
Tuliskan alamat yang dituju secara jelas dan gunakan cara penulisan
alamat yang lazim di negara tersebut. Hal ini dapat dolakukan dengan
melihat penulisan alamat yang dilakukan oleh mereka dalam
berkorespondensi.
Menyebut angka secara jelas. Jika dalam pesan bisnis mengandung
angka, maka angka tersebut selain dituliskan dalam lambang (misal 100
000) juga disebut atau dituliskan (misal seratus ribu).
Hindari penggunaan kata-kata yang tidak biasa digunakan, istilah
khusus yang hanya dipahami kelompok atau kalangan tertentu. Untuk
penggunaan singkatan hendaknya dilengkapi dengan kepanjangan dari
singkatan tersebut.
Buatlah kalimat yang singkat dan sederhana, sehingga dapat dipahami
oleh orang yang berbeda bahasanya maupun berbeda budayanya.
Susunlah paragraf yang pendek, di mana pada satu paragraf tersebut
hanya mengandung satu topik atau satu pokok bahasan. Pada umumnya
paragraf yang pendek ini terdari dari kira-kira 8 sampai sepuluh baris.
Gunakan elemen transisi (penghubung), sehingga audience lebih
mudah dalam menerima keseluruhan pesan. Kata penghubung yang
biasa digunakan adalah sebaqgai tambahan, pertama, kedua, terakhiur
dan sebagainya.
11
b) Komunikasi Lisan
Masalah selanjutnya adalah bagaimana komunikasi lisan yang berbeda
bahasanya. Berikut ini beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk
berkomunikasi antara orang-orang yang berbeda bahasanya (Bovee & Thill: 67).
o Hilangkan gangguan
Cara menghilangkan gangguan dapat dilakukan dengan mengucapkan
kata-kata secara jelas. Usahakan dalam satu kalimat hanya terdapat satu
pokok pikiran saja. Sehingga mudah dipahami oleh penerima.
o Cari umpan balik
Perhatikan dengan seksama tanda-tanda bahwa audience sebetulnya
tidak memahami dengan baik apa yang disampaikan. Selain itu perhatikan
umpan balik yang diberikan secara implisit.
o Ubah bentuk kalimat
Apabila audience nampak tidak memahami apa yang disampaikan,
yang dapat dilakukan antara lain dengan mengubah bentuk kalimat. Untuk
memperjelas pemahaman audience, jangan mengulangi kalimat yang sama
tetapi nadanya dipertinggi atau volume suaranya diperkeras. Selain itu
gunakan kata-kata yang sesederhana mungkin.
o Bicaralah pelan dan ubah bentuk kalimat apabila perlu
Bicara pelan membantu audience dalam memahami pesan yang
diterimanya. Apabila sudah diupayakan berbicara pelan, namun nampaknya
audience belum memahami juga, coba ubah bentuk kalimat, misalnya dari
pasif menjadi aktif atau berikan contohnya. Hendaknya sender tidak
mengulang kalimat dengan suara yang lebih keras.
o Gunakan kata-kata yang akurat dan obyektif
Pemilihan kata harus akurat dan tidak berlebih-lebihan. Selain itu kata-
kata yang digunakan bersifat obyektif, bukan berdasar impresi tertentu.
Sedapat mungkin menghindari penggunaan kata-kata seperti: fantastik,
menakjubkan, dan sejenisnya karena kata-kata itu berlebihan.
12
o Membiarkan orang lain berbicara
Pada saat orang lain berbicara, biarkan orang tersebut
menyelesaikan pembicaraannya, setelah ia selesai baru memberikan umpan
balik. Memotong pembicaraan memungkinkan seseorang kehilangan
kesempatan untuk mendapatkan pokok pikiran yang penting, karena belum
sempat disampaikan sudah dipotong. Selain itu, memotong pembicaraan
orang termasuk tindakan yang tidak sopan. Dalam kasus khusus, di mana
seseorang berbicara panjang lebar dan isi pembicaraannya tidak konseptual,
dimungkinkan untuk memotong pembicaraan orang tersebut. Meskipun
begitu, pemotongan harus disampaikan secara baik dan tidak emosional.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Komunikasi bisnis lintas budaya adalah proses mengirim dan menerima
pesan bisnis antar individu yang berbeda budaya. Perbedaan budaya merupakan
salah satu hambatan komunikasi yang paling sulit diatasai. Dengan demikian
meningkatnya kerja sama perdagangan dan berkurangnya halangan untuk
memasuki pasar akan memperluas arena perdagangan internasional.
Hambatan utama dalam melakukan komunikasi bisnis antar budaya
berupa hambatan bahasa dan reaksi menghadapi Etnosentrisme. Etnosentrisme
adalah kecenderungan untuk menilai semua kelompok lain menurut standar,
tingkah laku, dan tradisi kelompok sendiri serta memandang kelompok lain lebih
rendah Mempelajari ketrampilan komunikasi lintas budaya pada umumnya akan
membantu seseorang beradaptasi dalam setiap budaya, khususnya jika seseorang
berhubungan dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda.
14
DAFTAR PUSTAKA
15