Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi bisnis lintas budaya adalah komunikasi yang digunakan
dalam dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun nonverbal dengan
memperhatikan faktor-faktor budaya disuatu daerah, wilayah atau
negara. Pengertian lintas budaya dalam hal ini bukan hanya mencakup antar
budaya pada suatu negara dengan negara lain (internasional), melainkan juga
mencakup budaya-budaya yang terdapat diberbagai daerah dan wilayah yang
terdapat dalam suatu negara. Perbedaan budaya merupakan salah satu hambatan
komunikasi yang peling sulit diatasi. Namun berkomunikasi dengan orang yang
berbeda budaya tidak mungkin dihindari, terlebih lagi dalam era globalisasi ini.
Interaksi lintas budaya terjadi ketika seseorang berkomunikasi baik secara internal
maupun secara eksternal dalam sebuah perusahaan.
Operasi global akan meningkatkan kebutuhan manusia untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan budaya asing. Oleh sebab itu, para pekerja
tidak hanya dituntut untuk mampu memahami dan menggunakan bahasa yang
berlaku secara internasional, akan tetapi mereka juga dituntut untuk dapat
memahami budaya asing demi mempermudah proses interaksi dan komunikasi.
Secara umum, sebenarnya tujuan komunikasi lintas budaya antara lain
untuk menyatakan identitas sosial dan menjebantani perbedaan antar budaya
melalui perolehan informasi baru, mempelajari sesuatu yang baru yang tidak
pernah ada dalam kebudayaan, serta sekedar mendapat hiburan atau melepaskan
diri. Komunikasi lintas budaya yang intensif dapat mengubah persepsi dan sikap
orang lain, bahkan dapat meningkatkan kreativitas manusia.
Oleh karena itu, disini manfaatnya kita perlu belajar mengenai bagaimana
cara berkomunikasi antar budaya yang berbeda. Tidak hanya dengan satu bangsa
melainkan lintas bangsa, lintas bangsa disini yang dimaksudkan nya adalah
kebudayaan dari luar negara indonesia misalnya (Cina, Jepang, Inggris, Amerika,
dan negara lainya). Dalam makalah ini akan dibahasnya mengenai Komunikasi
Bisnis Lintas Budaya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya?
2. Bagaimana cara memahami budaya?
3. Apa saja hambatan utama dalam komunikasi bisnis antar budaya?
4. Bagaimana cara mengembangkan ketrampilan komunikasi antar budaya?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Agar pembaca dapat mengetahui pentingnya komunikasi bisnis lintas
budaya
2. Agar pembaca dapat mengetahui cara memahami budaya
3. Agar pembaca dapat mengetahui hambatan-hambatan utama dalam
komunikasi bisnis antar budaya
4. Agar pembaca dapat mengetahui cara mengembangkan ketrampilan
komunikai antar budaya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENTINGNYA KOMUNIKASI BISNIS LINTAS BUDAYA


Komunikasi bisnis lintas budaya adalah proses mengirim dan menerima
pesan bisnis antar individu yang berbeda budaya. Perbedaan budaya merupakan
salah satuu hambatan komunikasi yang paling sulit diatasi. Dengan demikian
meningkatnya kerja sama perdagangan dan berkurangnya halangan untuk
memasuki pasar akan memperluas arena perdagangan internasional. Contoh kerja
sama perdagangan global adalah WTO,AFTA, dan NAFTA.
Operasi global akan meningkatkan kebutuhan untuk berkomunikasi
dengan budaya asing. Interaksi lintas budaya terjadi dalam komunikasi internal
maupun eksternal perusahaan. Dalam komunikasi internal terjadi interaksi antara
pekerja yang berasal dari berbagai bangsa dan suku bangsa. Sementara dalam
komunikasi eksternal, perusahaan akan berhadapan dengan pelanggan,
pemasok,investor dan pesaing dari berbagai negara. Untuk mempermudah
komunikasi, pekerja tidak hanya dituntut mampu menggunakan bahasa yang
berlaku secara internasional, tetapi juga meningkatkan pemahaman terhadap
budaya asing.

2.2 MEMAHAMI BUDAYA DAN HAMBATAN UTAMA DALAM


KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Budaya adalah simbol, keyakinan, sikap, nilai, harapan, dan norma tingkah
laku yang dimilki bersama (Bovee dan Thill, 2003:68). Budaya juga diartikan
sebagai konvensi-konvensi kebiasaan, sikap, dan perilaku sekelompok orang
(Heart, 2004:125). Semua anggota suatu budaya memiliki asumsi serupa
mengenai bagaimana seharusnya berpikir, bertingkah laku, dan berkomunikasi.
Mereka bertindak cenderung dengan cara yang serupa sesuai asumsi yang dianut.
Beberapa budaya terdiri atas beberapa kelompok budaya yang beragam
dan berbeda. Kelompok budaya utama terdiri atas beberapa kelompok budaya
yang cenderung homogen. Misalnya budaya Indonesia terdiri atas berbagai

3
subbudaya etnik Jawa, Sunda, Bali, Betawi, Dayak, Sasak, dan lain-lain. Selain itu
terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang tidak memenuhi kriteria sebagai
subbudaya, tetapi memiliki ciri yang mencolok. Contohnya kaum homoseks,
waria, pecandu obat bius, dan penganut sekte agama yang dilarang.
Budaya dimiliki oleh seluruh manusia, hanya saja terdapat persamaan dan
perbedaan dalam aspek-aspek tertentu. Setiap manusia menganut budayanya
sendiri-sendiri. Budaya memengaruhi seseorang sejak dalam kandungan sampai
meninggal dunia, bahkan perlakuan setelah meninggal dunia pun dipengaruhi oleh
budaya.
Komunikasi lintas budaya terjadi dalam berbagai situasi, yang berkisar
dari interaksi antara orang-orang yang budayanya berbeda secara ekstrim hingga
dalam interaksi antara orang-orang yang budayanya sama, tetapi subbudayanya
atau subkelompok budayanya berbeda. Besarnya perbedaan antara budaya yang
satu dengan yang lain tergantung pada tingkat keunikan masing-masing.
a) Mengenali Perbedaan Budaya
Perbedaan budaya muncul dalam nilai-nilai sosial, gagasan mengenai
status, kebiasaan membuat keputusan, sikap terhadap waktu, penggunaan ruang,
konteks budaya, bahasa tubuh, sopan santun, dan tingkah laku etis (Bovee dan
Thill, 2003:69).
1. Nilai-Nilai Sosial
Pada umumnya, penduduk Amerika Serikat menjunjung tinggi kerja
keras dan menyelesaikan tugas-tugas secara efisien. Penggunaan dua pekerja
dengan metode kerja modern dianggap lebih baik daripada menggunakan empat
pekerja, tetapi dengan metode kerja tradisional. Sementara itu, di negara-negara
yang angka penganggurannya tinggi, seperti India dan Pakistan, menciptakan
pekerjaan lebih penting dibandingkan dengan bekerja secara efisien. Oleh karena
itu, para eksekutif di negara tersebut lebih suka memperkerjakan empat orang dari
pada dua orang. Nilai-nilai sosial memengaruhi tindakan seseorang.
2. Peran dan Status
Di banyak negara, wanita belum memainkan peran yang menonjol
dalam bisnis. Apabila ada eksekutif wanita yang berkunjung ke negara tersebut,

4
bisa jadi itu disepelekan atau dianggap tidak serius. Budaya juga menentukan cara
seseorang dalam menunjukkan rasa hormat kepada atasan.
3. Adat Pembuatan Keputusan
Di Amerika Serikat dan Kanada, pelaku bisnis berusaha mencapai
keputusan secepat dan seefisien mungkin. Manajer puncak cukup memikirkan hal
pokok saja, sedangkan rincian diserahkan kepada bawahan. Tidak demikian
halnya di Yunani. Mengabaikan rincian dianggap sebagai sikap menghindar dan
tidak dapat dipercaya.
Di Pakistan, pengambilan keputusan cukup dilakukan oleh eksekutif
tinggi. Di Cina dan Jepang, pengambilan keputusan dilakukan secara konsensus
melalui proses yang rumit dan waktu yang panjang. Persetujuan harus lengkap
dan tidak ada aturan mayoritas.
4. Konsep Mengenai Waktu
Perbedaan konsep mengenai waktu dapat menimnbulkan salah
pengertian. Bagi eksekutif Amerika Serikat dan Jerman, waktu menjadi penentu
rencana kerja agar bisa efisien dan fokus pada satu kegiatan pada periode tertentu.
Pengaturan berbagai aktivitas dibatasi oleh waktu. Bagi eksekutif Asia,
membangun fondasi hubungan bisnis jauh lebih penting daripada menepati batas
waktu atau jadwal yang ketat. Waktu yang diperlukan untuk saling mengenal dan
menjajagi latar belakang relasi bisnis cukup fleksibel.
5. Konsep Ruang Pribadi
Ruang memiliki arti yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Orang
Kanada dan Amerika Serikat biasanya berdiri terpisah sekitar 5 kaki ketika
berbicara mengenai bisnis. Jarak tersebut terlalu dekat bagi orang Jerman dan
Jepang. Akan tetapi, bagi orang Arab dan Amerika Latin, jarak tersebut tidak
nyaman karena terlalu jauh. Akan tetapi terjadi dansa budaya, dimana orang
Jerman selalu bergerak menjauh dan orang Arab selalu bergerak mendekat.
Akibatnya, orang Jerman merasa tidak nyaman karena selalu didekati dan orang
Arab merasa tersinggung karena selalu dijauhi.
6. Konteks Budaya
Salah satu cara yang digunakan seseorang untuk memberikan arti pada
sebuah pesan adalah menuruti konteks budayanya. Konteks budaya merupakan

5
petunjuk fisik dan pemahaman implisit yang menyertai makna di antara mereka
yang berkomunikasi. Antropolog Edward T. Hall (dalam Quible, 1996:409)
membagi konteks budaya menjadi dua tingkat, yaitu budaya konteks tinggi (high
context culture) dan budaya konteks rendah (low context culture). Budaya konteks
tinggi (misalnya Korea dan Taiwan) cenderung lebih memperhatikan petunjuk
yang bersifat nonverbal (ekspresi muka, bahasa tubuh) daripada verbal.
Sebaliknya, budaya konteks rendah (misalnya Amerika dan Eropa) lebih
memperhatikan pesan yang diungkapkan secara verbal. Oleh karena itu, bagi
budaya konteks rendah, persetujuan tertulis dianggap lebih mengikat karena
memiliki dasar hukum yang kuat. Sebaliknya, bagi budaya konteks tinggi,
jaminan dan kepercayaan pribadi lebih penting daripada kontrak dan pandangan
terhadap hukum yang lebih fleksibel. Komunikasi yang terjadi antara orang-orang
yang berasal dari kelompok budaya yang sama akan berlangsung lebih lancar dan
mudah.
7. Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh bisa dipergunakan untuk membantu menjelaskan pesan
yang membingungkan. Namun bahasa tubuh juga bisa menjadi penyebab adanya
salah pengertian antarbudaya. Menguasai bahasa suatu budaya tidak berrati juga
menguasai bahasa tubuhnya. Orang-orang dari budaya berbeda kadang-kadang
salah membaca tanda yang dikirimkan oleh bahasa tubuh. Misalnya, untuk
menyatakan ‘tidak’, orang Amerika Serikat dan Kanada akan menggeleng, orang
Bulgaria mengangguk, orang Jepang mengangkat tangan kanan, dan orang Sisilia
mengangkat dagunya.
Ucapan selamat ualng tahun disampaikan oleh orang Indonesia dengan
cara bersalaman. Sementara suku Indian mengucapkan selamat datang dengan
menjulurkan lidah. Bagi orang Amerika Serikat, menjulurkan lidah merupakan
suatu ejekan.
8. Tingkah Laku Sosial dan Sopan Santun
Sesuatu yang dianggap sopan oleh suatu budaya mungkin dianggap
kasar oleh budaya lain. Aturan mengenai tingkah laku sopan bervariasi antara satu
negara dengan negara lain. Memberi hadiah kepada istri orang lain dianggap tidak
sopan oleh orang Arab. Menaikkan kaki ke atas meja dan memberikan sesuatu

6
dengan tangan kiri dianggap biasa oleh orang Amerika Serikat, tetapi dianggap
sebagai penghinaan oleh orang Mesir. Di Spanyol, jabatan tangan berlangsung
lima sampai tujuh kali ayunan, dan menarik tangan terlalu cepat bisa diartikan
sebagai penolakan. Sementara di Prancis, orang lebih suka berjabatan tangan
hanya dengan sekali ayunan. Tuan rumah di negara-negara Arab akan merasa
dipermalukan apabila tamunya menolak makanan, minuman, dan
keramahtamahan dalam bentuk apapun.
9. Tingkah Laku Legal dan Etis
Di beberapa negara, perusahaan sering memberi bayaran ekstra kepada
pejabat pemerintah untuk mendapatkan kontrak pemerintah. Hal itu sudah
menjadi kebiasaan yang rutin dan tidak dianggap ilegal. Namun, di Amerika
Serikat hal ini dipandang sebagai suap, ilegal dan tidak etis. Perusahaan yang
berdiri di Amerika Serikat dilarang membayar ekstra kepada pegawai negeri
dimana pun. Di Inggris dan Amerika Serikat, seseorang dianggap tidak bersalah
hingga terbukti memang bersalah. Di Meksiko dan Turki, seseorang dianggap
bersalah hingga bisa membuktikan tidak bersalah. Perbedaan itu sangat penting
bagi perusahaan yang terlibat perselisihan legal di negara lain.
10. Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan adalah cara perusahaan melakukan sesuatu.
Budaya membentuk perasaan orang mengenai perusahaan dan pekerjaan yang
dilakukan, cara menginterpretasikan dan mengartikan tindakan yang dilakukan
orang lain, harapan yang menyangkut perubahan dalam bisnis, dan bagaimana
cara pandang terhadap perubahan tersebut. Lebih dari separuh kemitraan
perusahaan gagal karena adanya benturan budaya perusahaan.

b) Menghadapi Hambatan Bahasa


Bahasa inggris adalah bahasa yang paling lazim dipergunakan dalam
bisnis internasional. Namun begitu, merupakan kesalahan bila menganggap
semuaorang memahaminya. Setelah bahasa Inggris, Spanyol secara mencolok
merupakan bahasa yang paling banyak digunakan, menyusul bahasa Perancis,
Jerman, Italia dan Cina. Proses perpindahan penduduk bisa menyebabkan suatu
bahasa digunakan di negara lain. Misalnya, penduduk New Mexico lebih banyak

7
menggunakan bahasa Spanyol. Di Michigan (AS) banyak penduduk berbahasa
Arab, dan penduduk Singapura banyak menggunakan bahasa Mandarin. Dalam
berkomunikasi lintas bahasa, pesan yang disampaikan banyak dikacaukan oleh
bahasa idiom (ungkapan), gaul (slang), dan aksen setempat.
Bahasa tidak diterjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain atas dasar kata-
kata. Bahasa bersifat idomatik, yang artinya disusun dengan ungkapan dan
pengelompokkan kata yang dapat bertentangan dengan pola umum dari kerangka
bahasa itu dan dapat memiliki arti yang jauh berbada dari komponen individual
apabila diterjemahkan secara harfiah (Bovee dan Thill 2003:76). Misalnya, slogan
pepsi yang berbunyi “Come alive with Pepsi” (hidup ceria dengan pepsi)
diterjemahkan oleh orang Jerman dengan ”Come out of the grave” (keluar dari
kuburan) dan oleh orang Thailand sebagai “Bring your ancestor back from the
dead” (membangkitkan kembali nenek moyang).
Orang dari Timur Tengah cenderung berbicara lebih keras dibandingkan
dengan orang Barat dan karenanya secara keliru dianggap emosional. Sebaliknya,
orang Jepang berbicara lembut, karakteristik yang mencerminkan kesopanan atau
rendah hati bagi pendengar orang Barat.
Apabila berhubungan dengan orang yang sama sekali tidak mengerti
bahasa kita, ada tiga pilihan yang dapat dilakukan, yaitu memperlajari bahasa
orang itu, menggunakan perantara atau penerjemah, atau mengajarkan kepada
mereka bahasa kita. Jika memiliki hubungan bisnis jangka panjang dengan orang
dari budaya lain, mempelajari budaya dan bahasa mereka akan lebih bermanfaat.
Namun, perlu diingat bahwa untuk mempelajari bahasa asing diperlukan
komitmen yang kuat.

c) Menghadapi Reaksi Etnosentris


Perbedaan budaya dan bahasa merupakan faktor penghambat yang cukup
kuat dalam berkomunikasi. Namun, perbedaan tersebut masih dapat diatasi
dengan menjaga pikiran agar tetap terbuka. Sayangnya, banyak orang yang jatuh
dalam perangkap etnosentrisme. Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk
menilai semua kelompok lain menurut standar, tingkah laku, dan tradisi kelompok
sendiri serta memandang kelompok lain lebih rendah (Bovee dan Thill, 2003:78).

8
Semakin besar kesamaan kelompok lain dengan kelompoknya, semakin dekat
mereka dengan kelompok tersebut. Orang yang etnosentrisme sering
berpandangan stereotip, yaitu berusaha memperkirakan tingkah laku atau karakter
individu atas dasar keanggotaan mereka dalam kelompok atau kelas tertentu.
Dalam komunikasi lintas budaya, etnosentris bisa menjadi akar
permasalahan rasialisme. Apabila seseorang memberikan reaksi etnosentris dalam
berkomunikasi, berarti orang tersebut tidak memahami dan tidak menerima
adanya perbedaan budaya. Komunikasi akan terancam gagal karena adanya
ketersinggungan.
Untuk menghindari reaksi etnosentris, dapat dipergunakan beberapa cara
berikut (Haryani, 2001:69) :
1. Menerapkan asas kesamaan
Tidak ada budaya inferior dan tidak ada budaya superior. Selain itu,
tidak ada budaya yang salah dan tidak ada budaya yang paling benar. Pelaku
komunikasi harus menghargai budaya pihak lain dan menerapkan budaya sendiri
untuk kelompok sendiri.
2. Menerapkan kaidah emas
Kaidah emas adalah memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin
diperlakukan. Cara itu relative mudah karena tidak perlu melakukan pemahaman
terhadap nilai-nilai yang dianut orang lain.
3. Menerapkan kaidah timah
Kaidah timah adalah memperlakukan orang lain sebagaimana mereka
memperlakukan diri mereka sendiri. Cara itu relatif lebih sulit dari kaidah emas
karena harus memahami nilai-nilai yang dianut orang lain.

2.3 MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI ANTAR


BUDAYA
Di era gloobalisasi ini , komunikasi antar budaya merupakan hal yang
penting bagi semua penduduk dunia. Kemunculan komunikasi antar budaya di
desak oleh adanya interdependensi antar bangsa yang semakin nyata, baik itu di
bidang ekonomi, iptek, politik, dan lain-lain. Mobilitas penduduk dunia yang
semakin tinggi dan kemajuan teknologi komunikasi yang berkembang pesat juga

9
semakin memungkinkan terjadinya komunikasi antar budaya. Perbedaan kultur
dari orang- orang yang berkomunikasi yang menyangkut kepercayaan, nilai, serta
cara berperilaku serta latar belakang budaya yang berbeda inilah yang menjadi
ciri terpenting yang menandai komunikasi antar budaya. Tak dapat dipungkiri
semakin pentingnya arti komunikasi antar budaya yang menempati posisi sentral
dalam dinamika sosial ini,
Komunikasi antar budaya yang efektif terjadi apabila muncul mutual
understanding atau komunikasi yang saling memahami. Saling memahami
artinya keadaan di mana seseorang dapat memperkirakan bagaimana orang lain
memberi makna atas pesan yang dikirim dan menyandi balik pesan yang
diterima. Berbagai cara untuk mengatasi hambatan dalam komunikasi lintas
budaya dalam bisnis antara lain memelihara iklim komunikasi terbuka,
memegang teguh etika berkomunikasi, menggunakan pendekatan berkomunikasi
yang berpusat pada penerima, memelih saluran atau media yang tepat serta
meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Mempelajari apa yang dapat
dilakukan oleh seorang tentang budaya tertentu sebenarnya merupakan cara yang
baik untuk menemukan bagaiman mengirim dan menerima pesan-pesan lintas
budaya secara efektif. Mempelajari ketrampilan komunikasi lintas budaya pada
umumnya akan membantu seseorang beradaptasi dalam setiap budaya,
khususnya jika seseorang berhubungan dengan orang lain yang memiliki budaya
berbeda.
a) Komunikasi Tertulis
Komunikasi bisnis dalam bentuk tertulis dapat terjadi dalam
korespondensi bisnis, yaitu ketika perusahaan mengirim dan menerima surat
bisnis. Dalam menerima pesan, pahami isi atau inti pesan, sehingga perbedaan
dalam gaya dan pendekatan dalam penulisan surat bisnis tidak menjadi fokus
dalam komunikasi bisnis. Sementara itu dalam mengirimkan surat bisnis, pahami
bagaimana budaya mereka atau kebiasaan mereka dalam mengirimkan surat
bisnis, kemudain sesuaikan surat yang akan dikirim tanpa mengubah esensi pesan
yang akan disampaikan.

10
Namun demikian untuk meningkatkan keterampilan komunikasi tertulis
dengan audience yang berbeda budayanya dapat menggunakan pedoman berikut
(Bovee & Thill: 70).
 Gunakan bahasa Inggris. Tujuan dari penggunaan bahasa Inggris adalah
menggunakan bahasa Internasional, sehingga masing-masing pihak
tidak ada yang merasa ”terpaksa ” harus menggunakan bahasa dari
pihak lain.
 Buatlah pesan bisnis secara jelas. Untuk menyampaikan suatu pesan,
gunakan istilah yang spesifik dan berikan contohnya secara nyata.
 Tuliskan alamat yang dituju secara jelas dan gunakan cara penulisan
alamat yang lazim di negara tersebut. Hal ini dapat dolakukan dengan
melihat penulisan alamat yang dilakukan oleh mereka dalam
berkorespondensi.
 Menyebut angka secara jelas. Jika dalam pesan bisnis mengandung
angka, maka angka tersebut selain dituliskan dalam lambang (misal 100
000) juga disebut atau dituliskan (misal seratus ribu).
 Hindari penggunaan kata-kata yang tidak biasa digunakan, istilah
khusus yang hanya dipahami kelompok atau kalangan tertentu. Untuk
penggunaan singkatan hendaknya dilengkapi dengan kepanjangan dari
singkatan tersebut.
 Buatlah kalimat yang singkat dan sederhana, sehingga dapat dipahami
oleh orang yang berbeda bahasanya maupun berbeda budayanya.
 Susunlah paragraf yang pendek, di mana pada satu paragraf tersebut
hanya mengandung satu topik atau satu pokok bahasan. Pada umumnya
paragraf yang pendek ini terdari dari kira-kira 8 sampai sepuluh baris.
 Gunakan elemen transisi (penghubung), sehingga audience lebih
mudah dalam menerima keseluruhan pesan. Kata penghubung yang
biasa digunakan adalah sebaqgai tambahan, pertama, kedua, terakhiur
dan sebagainya.

11
b) Komunikasi Lisan
Masalah selanjutnya adalah bagaimana komunikasi lisan yang berbeda
bahasanya. Berikut ini beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk
berkomunikasi antara orang-orang yang berbeda bahasanya (Bovee & Thill: 67).

o Hilangkan gangguan
Cara menghilangkan gangguan dapat dilakukan dengan mengucapkan
kata-kata secara jelas. Usahakan dalam satu kalimat hanya terdapat satu
pokok pikiran saja. Sehingga mudah dipahami oleh penerima.
o Cari umpan balik
Perhatikan dengan seksama tanda-tanda bahwa audience sebetulnya
tidak memahami dengan baik apa yang disampaikan. Selain itu perhatikan
umpan balik yang diberikan secara implisit.
o Ubah bentuk kalimat
Apabila audience nampak tidak memahami apa yang disampaikan,
yang dapat dilakukan antara lain dengan mengubah bentuk kalimat. Untuk
memperjelas pemahaman audience, jangan mengulangi kalimat yang sama
tetapi nadanya dipertinggi atau volume suaranya diperkeras. Selain itu
gunakan kata-kata yang sesederhana mungkin.
o Bicaralah pelan dan ubah bentuk kalimat apabila perlu
Bicara pelan membantu audience dalam memahami pesan yang
diterimanya. Apabila sudah diupayakan berbicara pelan, namun nampaknya
audience belum memahami juga, coba ubah bentuk kalimat, misalnya dari
pasif menjadi aktif atau berikan contohnya. Hendaknya sender tidak
mengulang kalimat dengan suara yang lebih keras.
o Gunakan kata-kata yang akurat dan obyektif
Pemilihan kata harus akurat dan tidak berlebih-lebihan. Selain itu kata-
kata yang digunakan bersifat obyektif, bukan berdasar impresi tertentu.
Sedapat mungkin menghindari penggunaan kata-kata seperti: fantastik,
menakjubkan, dan sejenisnya karena kata-kata itu berlebihan.

12
o Membiarkan orang lain berbicara
Pada saat orang lain berbicara, biarkan orang tersebut
menyelesaikan pembicaraannya, setelah ia selesai baru memberikan umpan
balik. Memotong pembicaraan memungkinkan seseorang kehilangan
kesempatan untuk mendapatkan pokok pikiran yang penting, karena belum
sempat disampaikan sudah dipotong. Selain itu, memotong pembicaraan
orang termasuk tindakan yang tidak sopan. Dalam kasus khusus, di mana
seseorang berbicara panjang lebar dan isi pembicaraannya tidak konseptual,
dimungkinkan untuk memotong pembicaraan orang tersebut. Meskipun
begitu, pemotongan harus disampaikan secara baik dan tidak emosional.

c) Negosiasi Lintas Budaya


Membedakan budaya dalam dua kelompok yaitu budaya permukaan
(surface culture) seperti makanan, liburan, gaya hidup, dan buday tinggi (deep
culture), yang terdiri atas sikap nilai-nilai yang menjadi dasar budaya tersebut.
Orang yang berasal dari budaya yang berbeda seringkali mempunyai pendekatan
negosiasi yang berbeda. Tingkat toleransi untuk suatu ketidaksetujuan pun
bervariasi. Seseorang harus dapat menumbuhkan hubungan personal sebagai
dasar membangun kepercayaan dalam proses negosiasi.
Negosiator dari budaya yang berbeda mungkin menggunakan teknik
pemecahan masalah dan metode pengambilan keputusan yang berbeda. Jika
mempelajari budaya partner sebelum bernegosiasi, akan lebih mudah untuk dapat
memahami pandangan mereka. Menunjukkan sikap yang luwes, hormat, sabar
dan sikap bersahabat akan membawa pengaruh yang baik bagi proses negosiasi
yang sedang berjalan, yang pada akhirnya dapat ditemukan solusi yang
menguntungkan kedua belah pihak.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Komunikasi bisnis lintas budaya adalah proses mengirim dan menerima
pesan bisnis antar individu yang berbeda budaya. Perbedaan budaya merupakan
salah satu hambatan komunikasi yang paling sulit diatasai. Dengan demikian
meningkatnya kerja sama perdagangan dan berkurangnya halangan untuk
memasuki pasar akan memperluas arena perdagangan internasional.
Hambatan utama dalam melakukan komunikasi bisnis antar budaya
berupa hambatan bahasa dan reaksi menghadapi Etnosentrisme. Etnosentrisme
adalah kecenderungan untuk menilai semua kelompok lain menurut standar,
tingkah laku, dan tradisi kelompok sendiri serta memandang kelompok lain lebih
rendah Mempelajari ketrampilan komunikasi lintas budaya pada umumnya akan
membantu seseorang beradaptasi dalam setiap budaya, khususnya jika seseorang
berhubungan dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sutrisna . 2007. Komunikasi Bisnis. Denpasar : Penerbit Andi

Purwanto, Djoko. 2011. Komunikasi Bisnis. Jakarta : Penerbit Erlangga

Eway Amiko. 2013. Komunikasi Bisnis Lintas Budaya. Tersedia pada

Kombis dan budaya. 2013. KomunikasiBisnis Lintas Bidaya.


http://kombisdanbudaya.blogspot.co.id/2013/01/komunikasi-bisnis-lintas-
budaya.html?m=1. Diakses pada tanggal 10 Februari 2018.

15

Anda mungkin juga menyukai