Obyektif presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka
□ Tujuan: Melakukan penegakkan diagnosis serta penatalaksanaan awal pada pasien dengan
hipoglikemia ec diabetes melitus tipe 2
Lemas sejak tadi pagi dan memberat sore hari, penurunan kesadaran saat di UGD. Pada
pemeriksaan fisik, sensorium somnolen, GCS E2 V2 M5, TD 100/70. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan GDS 27 mg/dl
4. Riwayat keluarga/masyarakat: Riwayat keluhan serupa dan penyakit lain pada anggota
keluarga disangkal
Daftar Pustaka:
1. Manaf A. Hipoglikemia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi VII. Jakarta. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2014.
2. Perkeni. Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia
2015. Jakarta. PB Perkeni, 2015
Hasil pembelajaran:
1. Definisi Hipoglikemia
2. Etiologi, faktor risiko, dan patogenesis Hipoglikemia
3. Manifestasi klinis Hipoglikemia
4. Penegakkan diagnosis Hipoglikemia
5. Penatalaksanaan Hipoglikemia
6. Edukasi Hipoglikemia
Subjektif
Pasien datang ke UGD RS Bhayangkara diantar oleh keluarganya dengan keluhan penurunan
kesadaran. Menurut keluarganya, pasien sudah merasa lemas sejak tadi siang dan memberat
pada sore ini sekitar 15 menit sebelum ke rumah sakit.
Objektif
Pemeriksaan fisik
Tanda Vital:
Suhu : 36,6 oC
Pernafasan : 28 kali/menit
Status Generalis
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Refleks Cahaya Langsung dan
Tidak Langsung (+/+), pupil bulat, isokor, perdarahan subkonjungtiva (-/-)
- Hidung : Septum ditengah, sekret (-/-)
- Telinga : Normotia, sekret (-/-)
- Mulut : Lidah kotor (-), mukosa bibir kering (-)
- Leher : KGB tidak teraba membesar
- Paru :
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, retraksi sela iga (-)
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, wheezing -/- , rhonki -/-
- Jantung :
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS ICS V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), pulsus deficit (-)
- Abdomen : Supel, bising usus (+), hepatomegali (-), splenomegali (-)
- Ekstremitas : Akral dingin (+), oedem (-), CRT < 2 detik
Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin : 10,3 g/dl
Leukosit : 9.800/mm3
Trombosit 235.000 /mm3
Hematokrit :42%
Eritrosit : 4,6 x 106/mm3
GDS : 27 mg/dl
Assessment
Definisi
Hipoglikemia secara harfiah berarti kadar glukosa darah <70 mg/dl. Pada diabetes,
hipoglikemia juga sering didefinisikan sesuai dengan gambaran klinisnya. Hipoglikemia akut
menunjukkan gejala dan Triad Whipple merupakan panduan klasifikasi klinis hipoglikemia
yang bermanfaat. Triad tersebut meliputi:
a. terdapat gejala-gejala hipoglikemia
b. kadar glukosa darah yang rendah
c. gejala berkurang dengan pengobatan
Klasifikasi Hipoglikemia
Hipoglikemia dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian terkait dengan derajat
keparahannya, yaitu :
1. Hipoglikemia berat : pasien membutuhkan bantuan orang lain untuk pemberian
karbohidrat, glukagon, atau resusitasi lainnya
2. Hipoglikemia simtomatik, apabila GDS < 70mg/dl disertai gejala hipoglikemia
3. Hipoglikemia asimtomatik, apabila GDS < 70mg/dl tanpa gejala hipoglikemia
4. Hipoglikemia relatif, apabila GDS > 70mg/dl dengan gejala hipoglikemia
5. Probable hipoglikemia, apabila gejala hipoglikemia tanpa pemeriksaan GDS
Etiologi
Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien diabetes melitus maupun bukan. Adapun etiologi
hipoglikemia pada pasien diabetes melitus, antara lain :
1. Hipoglikemia pada DM stadium dini
2. Hipoglikemia dalam rangka pengobatan DM
a. Penggunanaan insulin
b. Penggunanaan sulfonylurea
c. Bayi yang lahir dari ibu pasien DM
3. Hipoglikemia yang tidak berkaitan dengan DM
a. Hiperinsulinisme alimenter post gastrektomi
b. Insulinoma
c. Penyakit hati yang berat
d. Tumor ekstra pankreatik : fibrosarkoma, karsinoma ginjal
e. Hipopituitarisme
DIAGNOSIS
Pada pasien DM yang mendapat insulin atau sulfonilurea diagnosis hipoglikemia
ditegakkan bila didapatkan gejala-gejala tersebut di atas. Keadaan tersebut dapat dikonfirmasi
dengan pemeriksaan glukosa darah. Bila gejalanya meragukan sebaiknya diambil dulu darah
untuk pemeriksaan kadar glukosanya. Bila dengan pemberian suntikan bolus dekstrosa pasien
yang semula tidak sadar kemudian menjadi sadar, maka dapat dipastikan koma hipoglikemia.
Sebagai dasar diagnosis dapat digunakan Triad Whipple.
TERAPI
Bila hipoglikemia telah terjadi maka pengobatan harus segera dilaksanakan terutama
gangguan terhadap otak yang paling sensitive terhadap penurunan glukosa darah. Berdasarkan
stadium terapi hipoglikemi:
1. Hipoglikemia ringan
a. Pemberian makanan konsumsi tinggi glukosa
b. Berikan glukosa 15-20 gr (2-3 sendok makan) yang dilarutkan dalam air adalah
terapi pilihan pada pasien dengan hipoglikemia yang masih sadar
c. Makanan yang mengandung lemak dapat memperlambat respon kenaikan glukosa
d. Pemeriksaan glukosa darah dengan glucometer harus dilakukan setelah 15 menit
pemberian upaya terapi. Jika hipoglikemia masih ada, pengobatan dapat diulang
kembali
e. Jika hasil pemeriksaan glukosa darah sudah normal, pasien diminta untuk makan
atau mengkonsumsi snack untuk mencegah berulangnya hipoglikemia
2. Hipoglikemia berat
a. Jika didapati gejala neuroglikopenia, terapi parenteral diperlukan berupa pemberian
dekstrose 20% sebanyak 50cc (bila terpaksa bisa diberikan dekstrose 40% sebanyak
25cc), diikuti dengan infus D5% atau D10%
b. Periksa glukosa darah 15 menit setelah pemberian i.v tersebut. Bila kadar glukosa
darah belum mencapai target, dapat diberikan ulang pemberian dekstrose 20%
c. Selanjutnya lakukan monitoring glukosa darah setiap 1-2 jam, kalau masih terjadi
hipoglikemia berulang pemberian dekstrose 20% dapat diulang
d. Lakukan evaluasi terhadapa pemicu hipoglikemia
Plan
Diagnosis : Hipoglikemia ec diabetes melitus tipe 2
Pengobatan :
Non-Farmakologi :
1. Periksa ulang keadaan pasien dan KGDS 15 menit setelah pemberian terapi
pertama
2. Hasil pemeriksaan ulang setelah 15 menit diberikan terapi :
Kesadaran pasien membaik dengan nilai E3 V5 M5
Didapatkan hasil KGDS 87 mg/dl
Pernafasan 24 kali per menit
Denyut nadi kuat angkat 100 kali per menit
Akral masih teraba dingin
3. Inform consent kepada keluarga pasien bahwa pasien memerlukan rawat inap
dan akan ditangani lebih lanjut oleh dokter spesialis penyakit dalam.
Farmakologi :
1. O2 4 liter/menit
2. IVFD Dekstrose 10% 6 jam per kolf
3. Bolus IV Dekstrose 40% 25cc
Edukasi :