Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. G.K
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Manado 15 September 1984
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : SMP (sampai tamat)
Pekerjaan :-
Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
Agama : Kristen Pantekosta
Alamat Sekarang : Puri Manado Permai Bengkol
Tanggal MRS : 27 Juli 2017
Cara MRS : Pasien diantar oleh keluarga
Tanggal Pemeriksaan :- Tanggal 28 Juli 2017
- Tanggal 2 agustus 2017
- Tanggal 4 agustus 2017
- Tanggal 5 agustus 2017

Tempat Pemeriksaan : RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang


No. Telepon : 08539419xxxx

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Riwayat psikiatri diperoleh melalui :
1. Autoanamnesis dengan pasien GK di RSJ. Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang pada tanggal 28 juli 2017 pukul 19.20
2. Dirumah orangtua pasien pada tanggal 2 Agustus 2017 pukul 20.45
WITA
3. Dirumah orangtua pasien pada tanggal 4 Agustus 2017 pukul
19.55 WITA

1
4. Autoanamnesis dengan pasien GK di RSJ. Prov. Dr. V. L.
Ratumbuysang pada tanggal 5 agustus 2017 pukul 12.35
5. Catatan rekam medis pasien

A. Keluhan Utama
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan marah sampai mengamuk

B. Riwayat Gangguan Sekarang


1. Autoanamnesis
Pasien mengaku dibawa ke RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
melalui Instalasi Gawat darurat diantar oleh keluarga dari Bengkol
pada hari kamis tanggal 27 Agustus 2017. Pasien masuk ke RSJ. Prof.
Dr. V. L. Ratumbuysang dengan keluhan marah-marah, pasien
mengatakan dia marah karena ayahnya mau mengusir dia dari rumah
karena marah maka pasien mengamuk sampai melukai orang lain.
pasien banyak bicara dan juga mempunyai keluhan kurang tidur.
Sebelumnya pasien pernah masuk ke RSJ. Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang sebanyak 6 kali pertama kali masuk rumah sakit jiwa
tahun 1997.
Pasien mengatakan saat marah pasien tidak dapat menahan
amarahnya dan mulai melakukan kekerasan seperti pasien mengaku
dia sempat melemparkan pot bunga ke ayahnya. Pasien agak
menyadari dirinya sakit tapi disaat bersamaan pasien juga merasa
dirinya tidak sakit, hanya sering kurang tidur. Pada saat dianamnesis
pasien dalam keadaan tenang.
Pasien sering susah tidur saat malam hari, pasien susah tidur
hampir setiap hari, pasien hanya dapat tidur paling lama 3-4 jam,
pasien mengaku sering mendengar adanya bisikan-bisikan dan melihat
hal yang aneh seperti bayangan hitam dan setan, bisikan yang didengar
pasien sering menyuruh pasien untuk melakukan sesuatu, pasien
mengatakan suara bisikan bisa datang kapan saja dan saat di
wawancara anamnesis pasien mengatakan masih mendengar bisikan

2
yang menyuruhnya untuk pulang dan pergi dari RSJ. Pasien mengaku
bahwa dia merasa ada temanya yang ingin membalas dendam padanya
sehingga pasien terganggu dengan hal itu. Saat dilakukan anamnesis
pasien dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan pertanyaan yang
diberikan, Pasien mengatakan bahwa dia ditipu datang ke RSJ, pasien
tidak tau akan di bawah ke RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
sehingga pasien terkejut karena sudah ada di RSJ, karena awalnya
pasien mengatakan bahwa dia diajak orangtuanya untuk pergi ke
manado bukan ke RSJ.

2. Alloanamnesis
Pasien dibawa ke RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang melalui Instalasi
Gawat darurat diantar oleh keluarga dari Bengkol pada hari kamis
tanggal 27 Agustus 2017 jam 01.00. Menurut ayah dan ibu pasien,
pasien dibawa ke RSJ karena tiba- tiba pasien marah-marah di rumah,
pasien marah dan menendang kursi, saat ibu itiri pasien menanyakan
alasan pasien marah- marah pasien malah mengatakan bahwa
sebaiknya ibunya diam saja karena dia hanya ibu tiri pasien, hal ini
tidak biasa menurut ibu tirinya karena selama ibu tirinya menikah
dengan ayah kandung pasien, baru kali ini pasien mengatakan hal
seperti itu terhadap dirinya karena pasien sangat menyayangi ibu
tirinya, hal itu juga dikonfirmasi oleh ayah pasien, pasien akhirnya
ditegur oleh ayahnya namun pasien mengira ayahnya akan memukul
pasien sehingga pasien melemparkan pot bunga ke arah ayahnya.
Menurut ayah pasien, pasien sering mendengar bisik-bisikan dan
melihat bayangan maupun orang yang sebenarnya tidak ada. Ayah
pasien mengatakan awal pasien keadaan pasien menjadi seperti ini
karena kejadian yang dialami pasien saat berusia 17 tahun dimana
pasien sempat berkelahi hebat dengan temanya, saat berkelahi pasien
kalah dan pasin sambal menangis meminta bantuan ayahnya untuk
menolong pasien, namun ayah pasien menolak karena tidak suka
pasien berkelahi dan karena pasien kecewa dengan ayahnya pasien

3
pun berdiam diri, lama kelamaan tingkah laku pasien makin aneh
pasien sudah tidak mau berbicara dan tatapan mata pasien sudah
kosong diajak bicarapun sudah tidak ada respon, sampai akhirnya ayah
pasien memasukan pasien ke rumah sakit malalayang sampai 3 minggu
akhirnya pasien dirujuk ke RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang dan
mendapatkan pengobatan. Pasien sudah sering masuk ke RSJ. Prof. Dr.
V. L. Ratumbuysang Manado, 6 kali semenjak tahun 1997.
Menurut anamnesis dengan ibu tiri pasien awalnya dia tidak tau pasien
sedang sakit sampai saat ibu tiri pasien melihat pasien sering minum
obat dan mengatakan hal aneh seperti bahwa pasien sering mengatakan
bahwa dia melihat ada bayangan hitam didalam rumah dan
mengatakan kalau ia mendengar adanya bisikian-bisikan. Ibu tiri
pasien juga mengatakan pasien dulu sempat di bawah lagi ke rumah
sakit karena pasien tidak minum obat, sehingga pasien mngamuk dan
dibawah ke rumah sakit

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien sudah sering masuk ke RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
Manado, ± 6 kali semenjak tahun 1997 awalnya pasien di bawah ke RSJ
karena pasien sudah tidak mau berbicara dan berdiam diri, setelah itu
menurut ayah pasien, pasien dibawah ke RSJ dengan keluhan marah-
marah dan sering berontak. Pasien juga pernah di bawa ke RSJ karena
pasien putus obat sehingga pasien jadi suka merngamuk dirumah.

2. Riwayat Gangguan Medis


- Trauma kepala
Pasien pernah mengalami kecelakaan jatuh dari pohon langsat
setinggi 8 meter pada saat pasien masih SMP, pasien mengalami
luka tusukan di dekat dada dan dijahit 13 jahitan
- Riwayat kejang
Pasien tidak pernah mengalami riwayat kejang sebelumnya

4
- Riwayat digigit anjing
Pasien tidak pernah mengalamii riwayat digigit anjing sebelumnya
- Riwayat malaria
Pasien tidak pernah mengalami riwayat terjangkit malaria
sebelumnya

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


- Riwayat Alkohol
Pasien mengatakan bahwa dia tidak suka minum alcohol, saat
ditanyakan apakah pernah mencoba minum alcohol pasien
mengatakan dia pernah minum alcohol tapi tidak sering hal itu juga
didukung dengan pendapat keluarga pasien yang mengatakan
bahwa passien tidak mengkonsumsi alcohol
- Riwayat merokok
Pasien sudah merokok sebelum sakit, pasien biasanya menrokok
dalam sehari bisa menghabiskan 3 bungkus rokok.
- Riwayat konsmsi kopi
Pasien diketahui sering mengkonsumsi kopi, tiap hari hammpir
lebih dari 2-3 cangkir kopi diminum oleh pasien
- Dari anamnesis pasien beserta keluarganya diketahui bahwa pasien
tidak pernah mennggunakan ehabon, memakai zat narkotika serta
zat psikoaktif lainya.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A. Riwayat prenatal dan perinatal
Ibu pasien ketika sedang mengandung pasien dalam keadaan
sehat. Pasien lahir di rumah dengan persalinan normal dan berat badan
lahir normal.
B. Riwayat masa kanak awal (usia 0-3 tahun)
Pasien dibesarkan oleh kedua orang tuanya sendiri. Pasien
mendapatkan ASI (air susu ibu) sejak lahir sampai usia pasien 12 bulan.
Selanjutnya pasien diberikan makanan lembek dan pisang.
C. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)

5
Pasien senang bermain bersama teman sebayanya disekitar rumah.
Pasien tidak pernah membuat masalah. Pasien mengikuti pelajaran
dengan baik disekolah. Tidak ada larangan khusus untuk pasien ketika
masih kecil. Pasien sayang kepada keluarganya, banyak teman, segera
mengerjakan perintah jika disuruh oleh orang tuanya dan tidak pernah
terdengar masalah di sekolah dan sekitar rumah.
D. Riwayat masa kanak akhir remaja
Pasien termasuk anak yang rajin di rumah, dan mematuhi segala
perintah orang tuannya namun pasien juga termasuk pasien yang cukup
nakal dan sering berkelahi di sekolah. Hubungan dengan anggota
keluargannya cukup harmonis, namun saat pasien berusia 17 tahun
orangtua pasien bercerai dan saat pasien berusia 18 tahun ibu pasien
meninggal dunia karena sakit, sehingga pasien tinggal dengan ayahnya
sampai tahun 2015 ayah pasien menikah lagi dan akhirnya sekarang
pasien tinggal bersama ayah dan ibu tirinya sampai saat ini. Pasien mulai
merokok saat SMP.
E. Riwayat masa dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Pasien saat sd merupakan anak yang rajin belajar dan merupakan
kebanggan orangtua, walaupun tidak pernah peringkat 1 namun
selalu masuk peringkat 10 besar, biarpun begitu pasien juga
merupakan anak yang agak nakal namun dengar-dengaran kepada
orangtuanya. Saat masuk SMP pasien adalah anak yang rajin dan
mempunyai banyak teman namun pasien juga adalah salah satu anak
yang nakal, suka berkelahi namun tidak sampai berkelahi yang
kelewatan sampai saaat pasien sudah tamat SMP dan sudah mau
masuk SMA pasien berkelahi hebat dengn temanya dan pasien kalah
dan perkelahian pasien tersebut sampai melibatkan kepolisian, pasien
meminta bantuan ayahnya untuk menolonygnya melawan temanya
tersebut namun ayah pasien menolak karena ayah pasien tidak suka
pasien berkelahi, setelah ditolak ayahnya pasien jadi berdim diri dan
kelakuan pasien menjadi aneh, pasien tidak menunjukan emosi dan
tidak mau berbicara sehingga pasien diantar ayahnya ke rumah sakit
samapai diketahui pasien sakit sehingga pasien sudah tidak
melanjutkan sekolah di jenjang SMA.

6
2. Riwayat Pekerjaan
Pasien sempat bekerja swasta sebagai buruh bangunan namun
sekarang pasien sudah tidak memiliki pekerjaan.
3. Riwayat Psikoseksual
Pasien belum pernah pacaran.
4. Riwayat Pernikahan
Pasien belum pernah menikah.
5. Riwayat Beragama
Pasien beragama Kristen. saat masih muda dan masih sekolah
pasien mengaku jarang ke Gereja, namun setelah dengan
bertambahnya usia pasien mulai rajin ke Gereja.
6. Aktivitas sosial
Hubungan pasien dengan keluarga cukup baik sebelum maupun
semenjak orangtuanya bercerai, hubngan denga ibu tirinya sangat
baik bahkan pasien sangat menyayangi ibu tirinya, hubungan dengan
tetangga cukup baik.
7. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah melanggar hukum sebelumnya.
8. Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal dengan ayah kandung dan ibu tirinya di bengkol.
Bentuk rumah sederhana, terdapat 2 kamar 2 buah wc rumah pasien
berlantai tehel dan beratap seng, di ruang tamu terpajang TV led,
dapur sekaligus menjadi tempat makan.
Sehari- hari ayah pasien bekerja dan pulang sore hari sehingga
pasien tinggal bersama ibunya di rumah, sringkali pasien membantu
ibunya merapikan rumah.
F. Riwayat Psikoseksual
Sebelum sakit, pasien belum pernah berpacaran dan menikah.

G. Riwayat Keluarga
Berdasarkan keterangan ayah pasien, tidak terdapat riwayat
gangguan psikiatri dalam keluarga pasien, Pasien adalah anak kedua
dari tiga bersaudara, seorang kakak laki-laki, dan seorang adik
perempuan, adik perempuan pasien meninggal karena sakit. Hubungan

7
antar anggota keluarga harmonis. Ibu dan ayah pasien menyanyangi
tiga orang anaknya dan memperlakukan mereka semua secara adil.
Pasien dekat dengan ayah dan ibunya. Sejak kecil pasien beserta kakak
dan adik-adiknya dididik untuk dapat hidup secara mandiri. Ibu pasien
meninggal saat pasien berusia 18 tahun sebelum meninggal ibu pasien
telah bercerai dengan ayah kandung pasien semenjak pasien berusia 17
tahun dan sekarang ayah pasien sudah menikah lagi sehingga pasien
memiliki ibu tiri dan 3 adik tiri. Ibu tiri pasien sangat menyayangi
pasien seperti anaknya sendiri demikian juga pasien sangat menyayangi
ibu tirinya. Ayah pasien orangnya agak keras dalam mendidik pasien
beserta kakaknya agar mandiri.
Biasanya ibu tiri maupun ayah pasien bergantian mengantar pasien
untuk berobat ke RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang.

Silsilah Keluarga/Genogram

Keterangan :

: Laki-laki : Perempuan

: Meninggal : Pasien

8
H. Mimpi, Khayalan, Nilai Hidup
Pasien bercita-cita ingin memiliki hidup yang bahagia bersama
keluarganya.

I. Persepsi Pasien Terhadap Diri dan Lingkungannya


Pasien mengatakan bahwa dirinya agak sadar bahwa dia sakit
namun di saat bersamaan dia juga mengakui bahwa dia sehat.

J. Persepsi Pasien Terhadap Keluarga


Pasien mengatakan bahwa dia sangat menyayangi keluarganya.

K. Persepsi Keluarga Terhadap Pasien


Keluarga pasien sangat peduli terhadap pasien. Keluarga pasien
berinisiatif membawa ke RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang karena
perilaku pasien yang tidak wajar sudah mengganggu aktivitas keluarga.
Keluarga merasa pasien harus segera mendapat pengobatan di rumah
sakit.
Menurut orangtua pasien, sebelum sakit pasien adalah orang yang
suka bergaul dan punya banyak teman, namun pasien juga adalah anak
yang nakal. Sewaktu sekolah pasien sering berkelahi dengan teman-
temannya. Selain itu, menurut keluarga pasien, pasien adalah orang
yang tertutup,dan jarang menceritakan masalahnya pada orang lain,
namun pernah sekali pasien menceritakan masalahnya pada ayahnya.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Gambaran Umum
1. Penampilan
Pasien seorang Laki-laki berusia 34 tahun, tampak sesuai usia.
Berkulit kecoklatan, rambut pendek berwarna hitam. Berpakaian bersih,
memakai kaos berwarna hitam dan celana panjang jeans warna biru.

9
2. Kesadaran
Compos mentis.
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara, pasien dalam posisi duduk dan kedua tangan
sering digerakkan. Pasien dapat merespon saat diucapkan salam. Pasien
memiliki kontak mata yang baik. Pasien selalu menjawab pertanyaan
yang diberikan dengan baik, namun banyak jawaban yang tidak
nyambung serta ada juga pertanyaan yang jawabanya disambung pasien
dengan cerita yang lain sehingga pembicaraan menjadi lebih panjang.

B. Mood dan Afek


1. Mood : Alekstimia
2. Afek : Luas
3. Kesesuaian : Sesuai

C. Pembicaraan
1. Kualitas : Volume suara sedang, suara jelas artikulasi baik.
2. Kuantitas : Menjawab sesuai pertanyaan.

D. Gangguan Persepsi
1. Depersonalisasi (-) : Pasien menyadari bahwa dirinya nyata.
2. Derealisasi (-) : Pasien mengetahui dan menyadari lingkungan
sekitar pasien.
3. Ilusi (-) : Tidak terdapat penyimpangan dalam
menginterpretasi objek-objek disekitar pasien.
4. Halusinasi :
a. Halusinasi visual (+) : Pasien mengatakan bahwa dia
melihat adanya bayangan hitam yang sering muncul di
dekatnya.
b. Halusinasi auditorik (+) : Pasien mendengar ada suara bisikan
yang sering menyuruhnya untuk melakukan sesuatu

10
E. Pikiran
1. Proses berpikir : Koheren
2. Isi pikiran : Waham kejaran (+)  Pasien merasa curiga dan
merasa ada orang yang ingin berbuat jahat pada dirinya.

F. Sensorium dan Kognisi


1. Kewaspadaan dan Tingkat Kesadaran
Keadaan pasien compos mentis. Pasien dapat mengarahkan,
mengalihkan dan memusatkan perhatiannya.
2. Orientasi
 Orientasi waktu : Baik. Pasien dapat membedakan pagi, sore dan
malam. Pemeriksaan dilakukan pada malam hari, pasien
mengucapkan “Selamat malam”.
 Orientasi tempat : Baik. Pasien mengetahui di mana dia saat ini,
yaitu di rumah sakit ratumbuysang.
 Orientasi orang : Baik. Pasien dapat mengenali orang di
sekitarnya.
3. Daya ingat
- Jangka panjang : Baik. Pasien dapat menyebutkan nama SD, SMP
di mana pasien pernah bersekolah.
- Jangka sedang : Baik. Pasien dapat mengingat kapan dia masuk
rumah sakit.
- Jangka pendek : Baik. Pasien mengingat apa yang dia kerjakan
pada pagi hari.
- Segera : Baik. Pasien dapat mengingat dan mengulang
kata-kata yang diucapkan pemeriksa.
4. Konsentrasi dan perhatian
Pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik.
5. Kemampuan visuospasial
Pasien dapat menggambar lingkaran dan segitiga.
6. Berpikir abstrak

11
Saat ditanya apa kemiripan buah apel dan pir, pasien tidak
menjawab.

G. Pengendalian impuls
Pasien saat mengikuti wawancara, selalu menjawab pertanyaan,
tapi kadang jawaban pasien tidak nyambung dengan apa yang ditanyakan
dan serinng setelah mejawab pertanyaan pasien menambahkan cerita yang
lain.

H. Pertimbangan dan Tilikan


1. Daya Nilai Sosial
Daya nilai sosial pasien terganggu karena pasien tidak dapat
menilai situasi secara benar dan tidak bertindak sesuai dengan kaidah
sosial yang berlaku dalam sosial budaya.
2. Tilikan
Derajat tilikan 2, pasien agak menyadari dirinya sakit dan
membutuhkan bantuan, tapi disaat bersamaan penderita menyangkal
bahwa dirinya sakit.

I. Reliabilitas
Penjelasan sulit dipercaya, dan terkadang tidak koheren sehingga
perlu ditanyakan kembali kepada keluarga agar lebih jelas.

V. PEMERIKSAAN STATUS GENERALIS


A. Status Interna
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : T : 120/80 mmHg, N : 804 x/m, R : 18 x/m
S : 36,6ºC
Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-
Thoraks : Simetris kiri = kanan
Jantung : SI-SII regular normal, bising (-)

12
Paru : Suara pernapasan vesikuler, ronki -/-,
Wheezing -/-
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik (+) normal, hepar
dan lien : Tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat Edema (-), turgor kembali cepat
< 2 detik

B. Status Neurologi
1. GCS : E4M6V5
2. Mata : Gerakan normal, searah, pupil bulat, isokor, refleks
cahaya (+/+).
3. Pemeriksaan nervus kranialis
a. N. olfaktorius (N.I)
Tidak dievaluasi.
b. N. optikus (N.II)
Tidak dievaluasi.
c. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)
Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memliki gerakan
bola mata yang normal.
d. N. trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
e. N. facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
f. N. vestibulocochlearis (N.VIII)
Selama wawancara pasien dapat menjawab pertanyaan. Hal ini
memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal. Saat berjalan
pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh.
g. N. glosssopharyngeus (N.IX)
Tidak dilakukan evaluasi
h. N. vagus (N.X)
Tidak dilakukan evaluasi
i. N. aksesorius (N.XI)

13
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat
menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan
bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal.
j. N. hypoglossus (N.XII)
Tidak dilakukan evaluasi.
Ekstrapiramidal sindrom: Tidak ditemukan ada gejala
ekstrapiramidal (tremor, bradikinesia, rigiditas).

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Tn. GK, 34 tahun, lahir di Manado, 15 September 1984, suku
Minahasa, agama Kristen, belum menikah, pendidikan terakhir di Sekolah
SMP Kristen 55 bengkol, bertempat tinggal di Puri Manado Permai
Bengkol. Pasien masuk ke RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado
dengan keluhan bicara kacau, serta marah- marah dan melukai orang lain.
Selain itu menurut ayah pasien, pasien sudah tidak mau minum obat
karena sudah merasa sehat akhirnya pasien sulit tidur dan hanya jalan-
jalan kesana kemari. Sebelumnya, pasien tidak mau dibawa ke rumah sakit
karena merasa dirinya tidak sakit. Pada saat dilakukan wawancara, pasien
sudah mengkonsumsi obat antipsikotik sejak tahun 1997.
Selain itu pasien juga terlihat sering melamun, pasien juga
mengatakan bahwa dia ssering mendengar bisikan-bisikan yang sering
menyuruhnya melakukan sesuatu saat di tanya pasien juga mengaku suka
melihat bayangan-bayangan hitam, saat ditanya apakah ada yang
menggangunya pasien menjawab bahwa dia merasa ada musuhnya yang
akan datang mau membalas dendam padanya. ayah dan ibu tiri pasien
merasa takut apabila pasien hanya berdiam diri. Saat di rumah, aktivitas
pasien yang paling sering hanyalah duduk, menghisap rokok dan minum
kopi sambil menonton televisi.
Saat wawancara, pasien banyak bercerita. Saat ditanya mengenai
keluhan dan keadaan pasien saat ini, pasien menjawab bahwa dia sudah
merasa bahwa dirinya agak sakit stress namun tidak lama kemudian saat

14
ditanya lagi pasien mengatakan bahwa dia tidak sakit dan bingung kenapa
dia dibawake rumah sakit ratumbuysang.
Pasien dibesarkan oleh ayah dan ibunya ayah pasien mengatakan
bahwa pasien beserta dengan kakak dan adiknya dididik secara tegas dan
disiplin olehayahnya. Ayah dan ibu kandung pasien bercerai sebelum
pasien berusia 17 tahun dan saat pasien berusia 18 tahun ibu pasien
meninggal dunia karena sakit. Menurut ayah pasien, kelainan yang dialami
oleh pasien muncul semenjak pasien berusia 17 tahun, ayah pasien
bercerita bahwa pasien sempat berkelahi hebat dengan temanya dan pasien
kalah sehingga pasien meminta bantuan ayahnya untuk membantu pasien
sambil menangis untuk melawan temanya itu, tapi ayah pasien menolak
karena tidak suka pasien berkelahi tapi ayah pasien baru tau pada akhirnya
bahwa perkelahian tersebut melibatkan polisi, setelah ditolak ayahnya
disaat itu pasien jadi menyendiri dan tidak pernah bicara dan terlihat tidak
normal sampai ayahnya membawa pasien berobat ke RSUD Prof kandou
malalayang setelah 3 minggu pasien pasien diusulkan untuk berobat ke
RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.
Pasien bercita-cita ingin memiliki hidup yang bahagia bersama
dengan keluarganya.
Dalam pemeriksaan status mental pasien tenang dan selalu
menjawab saat diwawancara. Pasien berbicara jelas, dengan volume suara
kuat, artikulasi baik. Pasien memiliki gangguan persepsi halusinasi
audiotrik dan halusinasi visual. Pasien juga memiliki isi pikir waham
kejaran. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien dalam kondisi fisik
yang normal.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


Kriteria dari gangguan jiwa dimana terdapat suatu kelompok gejala
atau perilaku yang secara klinis ditemukan bermakna dan yang disertai
dengan penderitaan (distress), dan yang berkaitan dengan terganggunya
fungsi sosial atau pekerjaan seseorang (disfungsi/hendaya). Pasien ini
memenuhi seluruh kriteria gangguan jiwa.

15
Pada aksis I, ditemukan adanya gejala psikotik seperti halusinasi
auditorik, halusinasi visual, waham kejar dan waham kebesaran. Pasien
sudah pernah sakit seperti ini dan melakukan pengobatan. Diagnosis
pasien ini adalah Skizofrenia Paranoid.
Pada aksis II, pasien memiliki ciri kepribadian skizoid, dimana
pasien jarang keluar rumah, lebih banyak di rumah. Pasien bergaul dengan
lingkungannya, memiliki teman, namun hanya sedikit teman dekat. Pasien
terlihat lebih nyaman melakukan aktivitasnya sendiri. Pasien kurang mampu
untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan terhadap orang lain.
Pada aksis III, pasien tidak memiliki penyakit medis lain.
Pada aksis IV, masalah berkaitan dengan kehidupan pribadi pasien. Pada
pasien ini, didapatkan stressor berupa saat pasien berusia ±17an, pasien
sempat berkelahi hebat dengan temanya dan pasien kalah sehingga pasien
meminta bantuan ayahnya untuk membantu pasien sambil menangis untuk
melawan temanya itu, tapi ayah pasien menolak karena tidak suka pasien
berkelahi tapi ayah pasien baru tau pada akhirnya bahwa perkelahian
tersebut melibatkan polisi, setelah ditolak ayahnya disaat itu pasien jadi
menyendiri dan tidak pernah bicara dan terlihat tidak normal sampai
ayahnya membawa pasien berobat ke RSUD Prof kandou malalayang
setelah 3 minggu pasien diusulkan untuk berobat ke RSJ. Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang Manado. Pasien dan saudara-saudaranya dididik secara
tegas dan disiplin oleh ayahnya sejak masih kecil.
Pada aksis V, yaitu GAF current : 60-51, gejala sedang (moderate),
disabilitas sedang. GAF HLPY (High Level Past Year) : 70-61, beberapa
gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum
masih baik.

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


- Aksis I : Skizofrenia Paranoid ( F 20.0)
- Aksis II : Ciri Kepribadian skizoid
- Aksis III : Tidak ada diagnosis
- Aksis IV : Masalah dengan “primary support group” (keluarga),

16
masalah sosial.
- Aksis V : GAF-Current : 60-51, gejala sedang (moderate),
disabilitas sedang.
GAF-HLPY (High Level Past Year) : 70-61, beberapa
gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik.

IX. DAFTAR MASALAH


A. Organobiologik
Tidak terdapat keluarga pasien yang memiliki gangguan jiwa yang sama
dengan pasien.

B. Psikologi
Pasien mengalami halusinasi auditorik, halusinasi visual, dan waham
kejaran.

C. Lingkungan dan sosial ekonomi


Pasien tinggal Puri Manado Permai Bengkol. Berdasarkan keterangan
ayah pasien keluarganya berkecukupan.

X. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmakologi
Haloperidol tab 5 mg 2 x 1
Trihexypenidil tab 2 mg 2 x 1

B. Edukasi
 Dokter memberikan informasi kepada keluarga mengenai berbagai
kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan
sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien
untuk minum obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-
gejala kekambuhan.

17
 Memberikan penjelasan pada keluarga pasien bahwa pasien harus
meminum obat antipsikotik seumur hidup karena gejala pasien sudah
bertahun-tahun.
 Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran
keluarga pada perjalanan penyakit, dan memastikan pasien selalu
dalam pengawasan keluarga.
 Memberikan psiko-edukasi pada keluarga dengan menyampaikan
informasi kepada keluarga mengenai kondisi pasien dan menyarankan
untuk selalu memberikan dukungan selama masa pengobatan.

XI. PROGNOSIS
1. Ad vitam : bonam
2. Ad fungsionam : dubia ad bonam
3. Ad sanationam : dubia ad bonam

XII. DISKUSI
A. Diagnosis
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan
gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku, pikiran yang
terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak salaing berhubungan secara
logis, persepsi dan perhatian yang keliru afek yang datar atau tidak sesuai,
dan berbagai gangguan aktifitas motorik yang bizzare (perilaku aneh),
pasien skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali
masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi.1
Skizofrenia merupakan salah satu dari kelompok gangguan
psikotik, yang dikarakterisitkan dengan simptom positif atau negatif dan
sering dihubungkan dengan kemunduran penderita dalam menjalankan
fungsinya sehari-hari.2 Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang
paling sering.3 Gangguan skizofrenia adalah gangguan jiwa yang ditandai
dengan adanya distorsi realita, disorganisasi, dan kemiskinan psikomotor.4
Gejala psikotik ditandai oleh abnormalitas dalam bentuk dan isi
pikiran, persepsi, emosi, motivasi, neurokognitif, serta aktivitas motorik.

18
Gejala pada skizofrenia sering kali dapat dikenal sebagai gejala positif dan
gejala negatif. Gejala positif meliputi waham, halusinasi, dan gangguan
pikiran formal. Gejala negatif merefleksikan tidak adanya fungsi yang
pada kebanyakan orang ada. Tampil dalam bentuk kemiskinan
pembicaraan, penumpulan dan pendataran afek, anhedonia, penarikan diri
secara sosial, kurangnya inisiatif atau motivasi, dan berkurangnya atensi.4
Berikut adalah gejala-gejala yang dapat diamati pada skizofrenia :4
a. Gangguan Pikiran
a. 1. Gangguan Proses pikir
Gejala-gejala yang menunjukkan adanya gangguan proses pikir di
antaranya :
1. Asosiasi longgar
2. Inkoherensi
3. Tangensial
4. Stereotipik verbal
5. Neologisme
6. Terhambat (Blocking)
7. Mutisme
8. Asosiasi bunyi (clang association)
9. Ekolalia
10. Konkretisasi
11. Alogia
a.2. Gangguan Isi Pikir
Gejala-gejala yang termasuk dalam gangguan isi pikir pada
skizofrenia adalah adanya waham. Semakin akut skizofrenia,
semakin sering ditemui waham disorganisasi atau waham tidak
sistematis seperti waham kejar, waham kebesaran, waham
dikendalikan, waham nihilistik, waham cemburu, erotomania,
waham somatik, waham rujukan, waham penyiaran pikiran, waham
penyisipan pikiran. Pada kelompok dengan predominan gejala
negatif akan tampak gejala-gejala seperti alogia, miskin ide.

19
b. Gangguan Persepsi
Gangguan persepsi ditandai dengan gejala:
1. Halusinasi
2. Ilusi dan depersonalisasi

c. Gangguan Emosi
Ada tiga afek dasar yang sering:
1. Afek tumpul atau datar
2. Afek tak serasi
3. Afek labil
4. Kedangkalan respons emosi sampai anhedonia

d. Gangguan Penampilan dan Perilaku Umum


Tidak ada penampilan atau perilaku yang khas untuk skizofrenia.
Beberapa bahkan dapat tampil dan berperilaku sama dengan kebanyakan
orang. Gejala-gejala yang mungkin ditemui dalam kelompok gangguan
perilaku di antaranya:
1. Penelantaran penampilan
2. Menarik diri secara sosial
3. Gerakan tubuh yang aneh dan wajah yang menyeringai
4. Perilaku ritual
5. Sangat ketolol-tololan
6. Agresif
7. Perilaku seksual yang tidak pantas
8. Gejala katatonik (stupor atau gaduh gelisah)
9. Fleksibilitas serea
10. Katalepsi
11. Stereotipi dan mannerism
12. Negativisme
13. Automatisme komando
14. Echolalia
15. Ekhopraxia

20
e. Gangguan Motivasi
Aktivitas yang disadari sering kali menurun atau hilang pada orang dengan
skizofrenia.
Gejala-gejala gangguan motivasi di antaranya:
1. Kehilangan kehendak
2. Disorganisasi
3. Tidak berkegiatan

f. Gangguan Neurokognitif
Defisit neurokognitif atau intelektual merupakan gambaran inti dari
gangguan skizofrenia. Gejala-gejala yang menyertai:
1. Defisit dalam atensi dan performa
2. Menurunnya kemampuan untuk menyelesaikan masalah
3. Gangguan dalam memori 9termasuk spasial dan verbal), serta
4. Fungsi eksekutif

Kriteria Diagnosis Skizofrenia menurut DSM IV-TR:1


A. Terdapat 2 atau lebih gejala di bawah ini selama 1 bulan atau kurang dari
sebulan jika pengobatan berhasil.
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara disorganisasi
4. Perilaku disorganisasi atau katatonik yang jelas
5. Simpton negatif contohnya afek datar, alogia atau avolition
Dapat hanya 1 gejala bila dijumpai waham bizzare atau halusinasi dengar
berupa mengkomentari perilaku pasien (commentary) atau dua atau lebih
suara yang berbicara (voices conversing).
B. Disfungsi sosial atau pekerjaan
C. Durasi : gangguan terus menerus selama 6 bulan
D. Disingkirkan gangguan skizoafektif dan gangguan mood
E. Disingkirkan gangguan penggunaan zat atau kondisi medis umum

21
F. Jika terdapat gangguan perkembangan pervasive, diagnosis tambahan
skizofrenia dibuat bila waham dan halusinasi menonjol.
Berdasarkan kasus, pada pasien ditemukan gejala gangguan pikiran,
tilikan, gangguan persepsi, gangguan emosi dan gangguan perilaku. Gangguan
pikiran pada pasien yaitu isi pikir yang terdapat waham kejaran. Pasien
memiliki tilikan 2 karena pasien agak menyadari dirinya sakit namun di saat
bersamaan menyangkal bahwa dia sakit. Gangguan persepsi pada pasien yaitu
halusinasi auditorik dan halusinasi visual.
Skizofrenia terbagi dalam beberapa subtipe antara lain skizofrenia,
paranoid, hebrefenik, katatonik, tak terinci, residual dan simpleks.2,5 Pada kasus
yang didapat pasien Tn. GK 34 tahun masuk di dalam kategori Skizofrenia
Paranoid karena memenuhi kriteria diagnosis:1
 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
 Sebagai tambahan :
 Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa
bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling,
mendengung (humming), atau bunyi tawa laughing);
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau
bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh;
halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi
(delusion of influence), atau “passivity” (delusion of
passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka
ragam, adalah yang paling khas;
 Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan,
serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak
menonjol.
Pada kasus ini pasien mengeluh mendengar ada suara bisikan yang
menginstruksikannya untuk melakukan sesuatu, seperti menyuruhnya untuk

22
makan banyak sehingga pasien sering makan terlalu banyak dan tidak normal
akhirnya pasien sakit perut, dan saat awal wawancara psien masih mendengar
bisikan yang mengatakan padanya untuk pulang dan lari edari rumah sakit
pasien juga mengatakan sering melihat bayangan gelap.
Pasien juga memiliki waham kejaran (+) dimana pasien merasa curiga dan
merasa ada orang yang ingin berbuat jahat pada dirinya.
Skizofrenia mempunyai prevalensi sebesar 1% dari populasi di dunia
(rata-rata 0,85%). Onset skizofrenia pada laki-laki terjadi lebih awal
dibandingkan pada wanita. Onset puncak pada laki-laki terjadi pada usia 15-25
tahun sedangkan pada wanita terjadi pada usia 25-35 tahun. Skizofrenia jarang
terjadi pada penderita berusia kurang dari 10 tahun atau lebih dari 50 tahun.
Individu yang didiagnosis dengan skizofrenia 60-70% tidak pernah menikah.
Umumnya penderita skizofrenia akan menggunakan zat untuk menurunkan
depresi dan kecemasan serta untuk mendapatkan kesenangan. Penderita
skizofrenia sekitar 88% ketergantungan dengan nikotin.1,2 Pada laporan kasus
ini, didapatkan pasien memiliki jenis kelamin laki-laki. Diagnosis pertama kali
pada tahun 1997 yaitu umur 17 tahun. Sebelum sakit pasien merokok. Setelah
sakit, menurut ayah pasien, pasien menjadi perokok berat dan menghabiskan
sekitar 3 bungkus rokok dalam sehari. Sebelum sakit, pasien mengkonsumsi
kopi. Setelah sakit, pasien suka mengonsumsi kopi berlebihan, ± 2-3 gelas
selama satu hari. Berdasarkan keterangan dari kakak pasien, pasien tidak
menggunakan putau, ganja, ekstasi dan ehabon.
Pasien skizofrenia paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari
kemampuan mentalnya, respons emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe
lain pasien skizofrenik. Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang,
pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersikap
bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat
menempatkan diri mereka sendiri secara adekuat di dalam situasi sosial.
Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka
dan tetap intak.2 Pada kasus ini, pasien jarang bersosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya. Pasien juga marah- marah tanpa sebab yang jelas.

23
Pada pemeriksaan status mental didapatkan mood Aleksitimia yaitu
dimana psaien tidak mampu untuk menghayati suasana perasaan dan
didapatkan afek luas dimana respon emosional pasien dalam rentang normal..3,4

G. Ciri dan Gangguan Kepribadian


Dahulu, gangguan kepribadian dianggap bersumber dari faktor
yang dibawa waktu kelahiran. Pandangan sekarang cenderung melihat
gangguan kepribadian sebagai: “terhentinya” atau “penyimpangan” proses
perkembangan kepribadian yang berakibat tak dapat dicapainya
“maturasi” (kematangan). Jadi gangguan kepribadian merupakan kelainan
mental yang “psikogenik”.6
Gangguan proses perkembangan dapat terjadi pada setiap periode
perkembangan, masa bayi, anak, atau remaja yang masing-masing
mempunyai tuntutan dan kebutuhan sendiri-sendiri.6
Ciri kepribadian (personality traits) adalah pola persepsi, cara
berpikir atau cara melakukan hubungan sosial atau pribadi dari seseorang.6
Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang tidak fleksibel
dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya, sehingga
menyebabkan hendaya dalam fungsi sosial atas pekerjaan, atau
menimbulkan penderitaan bagi individu yang bersangkutan. Manifestasi
gangguan kepribadian biasanya sudah tampak sejak remaja atau
sebelumnya yang berkelanjutan sampai dewasa, walaupun seringkali
menjadi kurang nyata pada usia pertengahan atau usia lanjut.6
Berikut ini adalah kriteria gangguan kepribadian skizoid menurut DSM
IV:7
A. Pola pervasif pelepasan dari hubungan sosial dan rentang pengalaman
emosi yang terbatas dalam lingkungan interpersonal, dimulai pada
masa dewasa awal dan ditemukan dalam berbagai konteks, seperti
yang dinyatakan oleh empat (atau lebih) berikut :

24
1) Tidak memiliki minat ataupun menikmati hubungan dekat,
termasuk menjadi bagian dari keluarga
2) Hampir sealumemilih aktivitas seorang diri
3) Memiliki sedikit, jika ada, minat mengalami pengalaman
seksual dengan orang lain
4) Merasakan kesenangan dalam sedikit, jika ada, aktivitas
5) Tidak memiliki teman dekat atau orang yang dipercaya selain
sanak saudara derajat pertama
6) Tampak tidak acuh terhadap pujian atau kritik orang lain
7) Menunjukkan kedinginan emosi, pelepasan, atau pendataran
afektivitas
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu
gangguan mood dengan ciri psikotik, gangguan psikotik lain, atau
suatu gangguan perkembangan pervasif, dan bukan karena efek
fisiologis langsung dari kondisi medis umum.
*Catatan: jika kriteria terpenuhi sebelum onset skizofrenia, tambahkan
“pramorbid”, misalnya, “gangguan kepribadian skizoid (pramorbid).”
Pada pasien didapatkan kesan bahwa pasien memiliki ciri kepribadian
skizoid. Ini didapatkan dari masa kanak akhir, remaja dan riwayat
masa dewasa pasien, dimana pasien adalah orang yang cukup tertutup
mengenai masalah pribadinya atau perasaannya, pasien jarang
mengatakan tentang masalah pribadi pasien, jarang mengeluh atau
menangis, pasien juga jarang menunjukkan pada keluarganya saat dia
sedih. Kepribadian pasien ini masih merupakan ciri kepribadian karena
masih merupakan sifat emosional dan perilaku dari hari ke hari yang
seperti biasanya dan tidak menyebabkan gangguan fungsi.

C. Rencana Terapi
Pengobatan antipsikotik pada skizofrenia harus mengikuti lima prinsip
utama:5
(1) Cermat menentukan gejala sasaran yang akan diobati

25
(2) Obat antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu pada
pasien harus digunakan lagi. Jika tidak ada informasi tersebut,
pemilihan antipsikotik biasanya didasarkan pada sifat efek samping.
(3) Lama minimal percobaan antipsikotik adalah empat sampai enam
minggu pada dosis yang adekuat. Jika percobaan tidak berhasil,
maka dapat dicoba dengan obat antipsikotik dari kelas lain;
(4) Penggunaan lebih dari satu medikasi antipsikotik pada satu waktu
adalah jarang diindikasikan, walaupun beberapa dokter psikiatrik
menggunakan thioridazine (tegretol) mungkin diindikasikan;
(5) Harus dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin yang
diperlukan untuk mencapai pengendalian gejala selama episode
psikotik.

1. Terapi Somatik
Terapi somatik pada skizofrenia meliputi tiga fase yaitu fase akut,
stabilisasi dan stabil atau rumatan. Fase akut, ditandai dengan gejala
psikotik yang membutuhkan penatalaksanaan segera. Gejalanya dapat
terlihat pada episode pertama atau ketika terjadinya kekambuhan
skizofrenia. Fokus terapi pada fase akut yaitu untuk menghilangkan
gejala psikotik. Fase akut biasanya berlangsung selama 4-8 minggu.
Setelah fase akut terkontrol, ODS memasuki fase stabilisasi. Risiko
kekambuhan sangat tinggi pada fase ini terutama bila obat dihentikan
atau ODS terpapar dengan stresor. Selama fase stabilisasi, fokus terapi
adalah konsolidasi pencapaian terapeutik. Dosis obat pada fase
stabilisasi sama dengan pada fase akut. Fase ini berlangsung paling
sedikit enam bulan setelah pulihnyai gejala akut. Fase selanjutnya
adalah fase stabil atau rumatan. Penyakit pada fase ini dalam keadaan
remisi. Target terapi pada fase ini adalah untuk mencegah kekambuhan
dan memperbaiki derajat fungsi.4,5
Skizofrenia diobati dengan antipsikotika (AP). Obat ini dibagi dalam
dua kelompok, berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu Dopamine
Receptor Antagonist (DRA) atau antipsikotika generasi I (APG-1) dan

26
serotonin-dopamine antagonist (SDA) atau antipsikotika generasi II
(APG-II). Obat APG-I disebut juga antipsikotika konvensional atau
tipikal sedangkan APG-II disbut juga antipsikotika baru atau atipikal.4

Antipsychotic medication.8

Penggolngan obat antipsikotik tipikal dan atipikal.9

27
Pada pasien ini diberikan obat antipsikosis haloperidol. Haloperidol
merupakan suatu obat antipsikosis tipikal golongan Butirofenon.
Butirofenon mempunyai cincin piperidine yang melekat pada kelompok
amino tertier. Haloperidol merupakan antipsikotik yang termasuk
kelompok ini. Haloperidol dan butirofenon lain bersifat D2 antagonis yang
sangat poten. Efek terhadap sistem otonom dan efek antikolinergiknya
sangat minimal. Haloperidol merupakan piperidine yang paling sering
digunakan.3
Pada pasien ini juga diberikan trihexypenidil (THP) dengan dosis 2
mg 2x1 tablet perhari untuk mencegah terjadinya efek samping sindroma
ekstrapiramidal, misalnya dystonia akut, akathisia, atau parkinsonisme.4

2. Metode Psikososial
Tatalaksana skizofrenia yang optimal seyogyanya merupakan
keterpaduan antara intervensi medis dengan intervensi psikososial.
Berbagai studi membuktikan bahwa intervensi psikososial bermanfaat
dalam menurunkan frekuensi kekambuhan, mengurangi kebutuhan rawat
kembali di rumah sakit, mengurangi penderitaan akibat gejala-gejala
penyakitnya, meningkatkan kapasitas fungsional, memperbaiki kualitas hidup dan
kehidupan berkeluarga. Metode terapi psikososial berorientasi suportif sangat
bermanfaat terutama pada terapi jangka panjang skizofrenia. Pasien

28
skizofrenia harus didekati secara baik dengan penuh empati. Bangunlah
hubungan yang nyaman dengan pasien. Komunikasi yang baik dengan
pasien sangat diperlukan.3,4
Pendekatan psikososial diterapkan secara individual sesuai dengan
kebutuhan spesifik dari masing masing orang. Intervensi psikososial juga
harus berbasis bukti dan dilaksanakan oleh petugas yang terlatih.
Intervensi psikososial berbasis bukti yang dianggap efektif untuk
skizofrenia adalah:4
1. Psikoedukasi
2. Intervensi keluarga
3. Terapi kognitif perilaku (CBT)
4. Pelatihan Keterampilan Sosial
5. Terapi vokasional
6. Remediasi kognitif
7. Dukungan kelompok sebaya

Psikoedukasi
Psikoedukasi bertujuan untuk meningkatkan pemahaman orang dengan
skizofrenia dan keluarga tentang perjalanan penyakit, pengenalan gejala,
pengelolaan gejala, pengobatan (tujuan pengobatan, manfaat dan efek samping),
peran orang dengan skizofrenia dan keluarga dalam pengobatan. Psikoedukasi
juga bertujuan untuk memperkenalkan orang dengan skizofrenia dan keluarga
terhadap perencanaan hidup yang lebih realistik dan mampu laksana.
Psikoedukasi merupakan suatu rangkaian pembelajaran berkesinambungan
mampu memberikan pengetahuan yang memadai bagi orang dengan skizofrenia
dan keluarganya dalam menghadapi setiap tahap dari perjalanan penyakitnya.

Intervensi Keluarga
Melibatkan keluarga dan pelaku rawat dari sejak awal perencanaan terapi sangat
dianjurkan. Intervensi keluarga hendaknya dimulai dengan penilaian terhadap
relasi dan fungsi keluarga. Telah dibuktikan oleh banyak penelitian bahwa
keluarga dengan eskpresi emosi yang tinggi berisiko meningkatkan angka

29
kekambuhan orang dengan skizofrenia skizofrenia. Intervensi keluarga meliputi
edukasi keluarga, meningkatkan keterampilan koping dan penyelesaian masalah,
memperbaiki komunikasi antar anggota keluarga, reduksi stress dan membangun
dukungan.

Intervensi Kognitif Perilaku


Intervensi kognitif perilaku terbukti efektif untuk mengurangi penderitaan orang
dengan skizofrenia akibat gejala gejala skizofrenia. Terapi kognitif perilaku pada
orang dengan skizofrenia skizofrenia lebih ditujukan untuk mengembangkan
pemahaman orang dengan skizofrenia tentang gejala gejala penyakit dan
mengajak orang dengan skizofrenia terlibat secara aktif untuk mengelolanya.
Pendekatan ini mengajarkan pada orang dengan skizofrenia untuk mengenali
factor factor yang dapat mencetuskan gejala, melatih dan memperkuat
keterampilan orang dengan skizofrenia dalam mengelola gejala, melatihkan
keterampilan meredakan ketegangan. Mengembangkan strategi penyelesaian
masalah (problem solving strategy).

Rehabilitasi
Meliputi terapi vokasional, pelatihan keterampilan sosial, dan remediasi kognitif.
Modalitas ini dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan orang dengan
skizofrenia dalam keterampilan bersosialisasi, menjalin relasi interpersonal,
integrasi ke komunitas dan memperoleh keterampilan kerja.

XIII. PROGNOSA
Pada umumnya sekarang prognosa Skizofrenia dibagi dalam tiga
kategori:7
- 1/3 dapat mengalami penyembuhan sempurna
- 1/3 dapat menghilangkan beberapa gejalanya, namun dengan gejala-gejala
sisa, tetapi masih dapat kembali ke masyarakat
- 1/3 yang tersisa tidak dapat ditolong, baik psikopatologik maupun sosial,
sehingga mereka harus menjadi penghuni Rumah Sakit untuk selamanya.
Berbagai faktor yang mempengaruhi baik buruknya prognosa Skizofrenia
antara lain:7

30
1. Kepribadian Prepsikotik
Kepribadian dengan ciri Skizoid atau Paranoid, memperburuk prognosa.
2. Cara Timbulnya
Bila akut prognosanya lebih baik dibanding dengan yang timbulnya
perlahan-lahan.
3. Tipe Skizofrenia
Tipe katatonik dan paranoid merupakan tipe dengan prognosa yang cukup
baik, sedang hebefrenik dan simpleks dengan prognosa yang kurang baik.
4. Usia Timbul
Skizofrenia yang timbul pada usia muda memiliki prognosa yang lebih
buruk dibanding yang timbul pada usia dewasa.
5. Faktor Presipitasi
Adanya faktor pencetus menunjuk kearah prognosa yang lebih baik
dibanding yang tanpa faktor pencetus.
6. Faktor Konstitusi-Herediter
Faktor herediter sangat memperburuk prognosa Skizofrenia.
7. Gejala Afektif
Adanya gejala gangguan afektif, baik yang manik atau depresi menunjuk
kearah prognosa yang lebih baik.
8. Kesadaran
Bila kesadaran penderita berkabut biasanya prognosanya lebih baik
dibanding dengan yang sensoriumnya baik.
9. Pengobatan
Pengobatan dini dan baik serta teratur tentunya memungkinkan prognosa
lebih baik.

XIV. KESIMPULAN
1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan, pasien
didiagnosis dengan Skizofrenia Paranoid
2. Dibutuhkan peran dari semua pihak, terutama dari pihak keluarga untuk
memotivasi, membimbing, dan mengawasi pasien dalam proses
penyembuhannya.

31
3. Perlu dilakukanya edukasi kepada keluarga agar pasien dapat berintegrasi
dan menjalankan fungsinya dalam keluarga serta partipasi keluarga dalam
mengontrol proses pengobatan sehingga pasien meminum obat dengan
rutin, sehingga pengobatan dapat terlaksana dengan baik dan tidak terjadi
putus obat.

XIV. WAWANCARA PSIKIATRI


Wawancara dilakukan 4 kali:
1. Di RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang pada tanggal 28 juli 2017
pukul 19.20
2. Dirumah orangtua pasien pada tanggal 2 Agustus 2017 pukul 20.45
WITA
3. Dirumah orangtua pasien pada tanggal 4 Agustus 2017 pukul
19.55 WITA
4. Di RSJ. Prov. Dr. V. L. Ratumbuysang pada tanggal 5 agustus
2017 pukul 12.35

Autoanamnesis dengan pasien


Keterangan:
P : Pemeriksa (dokter muda Mokolensang Gabriella Olivia)
A : Pasien (Glandy)
Transkrip wawancara 28 Juli 2017
P : hallo bapak malam maaf mengganggu so tidor kote hehehe
A : malam
P : ini mo tanya ka glandy pe nama lengkap dang
A : gelendy
P : gelendy apa kang?
A : gelendy
P : umur berapa dang ka kalo boleh tau?
A : 34 tahun
P : ih dapalia masih muda kang hahah, tinggal d mana dang ka?
A : di bengkol

32
P : bengkol kang, ehh ka so kaweng ato belum?so menikah ato belum ka?
A : nanti tahun 2018 ini mo menikah
P : oh sekarang belum menikah kang, kalo boleh tau ka terakhir skolah
sampe sma ato?
A : SMP lulus SMP
P : ka sekarang kerja apa dang?
A : jaga angka hollowbrick dang
P : oh swasta kang berarti
A : iyo
P : ka agama apa dang?
A : Pantekosta
P : terus oh iyo ka datang kemari ada rasa-rasa apa dang?
A : ee pusing sakit kepala,kumat-kumat kepala dang ba nyut-nyut sabla sabla
dang kurang tidor le kong rupa ada benjol – benjol dang di kepala.
P : oh baru ka datang kemari ada deng sapa datang pertama?datang deng
mama?
A : Nda deng papa deng papa pe anak bua ba jaga pa kita
P : oh iyo ka datang kemari datang kiapa dang tiba- tiba? Karena ka pe
keluhan yang sakit kepala kong da ba marah ato?
A : oh ada masalah kua,mar kita nintau kua mo dapa bawah kamari, cuman
dapa bekeng bodok bilang mo ka manado kong dorang bawah kamari, kita le kage
no kapa so di bawa kamari
P : oh ka tinggal di mana so?
A : dibengkol
P : mar ka au di mana ini?
A : tau, di rumah sakit
P : Kong ka ada keluhan apa le dang?susah tidor?
A : susah tidor dari 2 hari yang lalu kua
P : terus ada rasa nda enak nda?rupa ada orang-orang jaga ganggu?
A : oh ada
P : oh ada dang ka? Sapa dang yang jaga ganggu?

33
A : rupa kaya dang pernah masalah deng teman kong dia mo sok-sok mo
ganggu ulang dang bagitu
P : teman sapa dang ka?
A : Ada teman sekolah kua waktu smp
P : oh ka pe teman sekolah jaga datang dang ka rumah?
A : nda cuman rupa dang jaga pikir dia mo balas dendam ulang dang bagitu
P : oh ka da bekeng apa so pa dia?
A : ada bakalae kua pas smp
P : oh nakal kang ka berarti dulu
A : iya selama 3 tahun kua da bakalae
P : kong ka pernah dengar-dengar nda orang jaga bisik-bisik?
A : ada
P : sapa itu ka?
A : nintau apa stow kaya rupa hantu
P : oh iyo?bagimana itu?
A :adoh rupa bekeng tako kalo dia jaga bise
P : iyo?dia jaga bise-bise apa?
A : kalo disini pulanglah begitu jangan disini pulanglah
P : skarang dia jaga bise?
A : iyo dia bilang pulanglah jangan disni ke rumah dang bagitu
P : kalo di rumah dang dai jaga bise-bise apa?
A : ee jaga bise-bise musti makan minum kuat makan minum, kita jaga
bangun no jaga minum makan kong kaka jaga marah no
P : kong kaka tau itu laki-laki atau perempuan depe suara?
A : itu kua rupa apa eh depe nama kaya rupa hantu setan dalam telinga mar
gelap kua kalo mo lia
P : jadi ka jaga liat dang?
A : mo liat tu apa?
P : yang jaga bise-bise?
A : jaga dapalia dia rupa ada disitu yang dipohon
P : ada dia di sini skarang? Jaga bise?
A : ada masih dia bilang pangge jo pa mami kong pulang dari sini skarang

34
P : kapernah nda membantah pa dia?
A : pernah, rupa tu cliff kaunang perawat sini jaga bilang jangan ganggu
jauhkan
P : kong dia ilang?
A : ilang kong muncul ulang
P : ka jaga dengar-dengar dari kapan dang itu bise-bise?
A : kitape kapala kua pernah rasa kena benturan kua da tatoki
P : kong sering jaga dengar bise-bise abis itu?
A : iyoo
P : kong serta dari itu jaga aba marah-marah dang?
A : iyo ini kua semua karna stress hehhehe pikiran kua
P : ka da strees dang ini?
A : kita kua da stress papa deng mama da bapisah
P : ka tu bise-bise jaga suruh ka makan banyak to jadi ka pe makan nda
teratur dang?
A : iyoo mar paling sering kua minum kopi le jadi jaga saki puru
P : ka kan skarang dapa bekeng badusta akang kong to maso sini?mar dulu
ka pernah nda maso sini?ato belum pernah maso sini?
A : oh pernah, so pasien lama kita disini, dulu kita pernah dorang da ika
disebelah situ deng ban karate karena dorang kira kita gila ka apa kong dorang ika
kong kit aba cigi ba cakar
P : Kapa dang ka bacakar?
A : karena kita nda suka mo dapa ika
p : karna dorang kira ka gila dang?padahal ka nda gila dang?
A : nda nda gila kita mar kita barasa rupa mo jadi orang gila karna bakalae
deng kaka bakalae deng papa kong mama papa so pisah jadi kita so mulai barasa
kita gila no
P : jadi ka rasa skarang ka gila dang?
A : nda mar somo gila mar kita nda gila
P : sebelum maso kamari sering jaga marah-marah dang?
A : kita pang sabar mar kalo so abis sabar rasa-rasa mo potong tu orang-
orang kong makan depe daging

35
P : Mar ka tau kapa dorang bawa ka kamari dang?karna kiapa?
A : Oh kita da bakalae deng papa, papa mo tampeleng kua deng kia karena
papa mo user kua pa kita dari rumah kong karna kita marah kita ambe tu pot
bunga kong kita lempar mar papa da tangkis
P : Oh iyo dang yang penting so tau no kapa ka so dapa bawa kasini
sebenarnya
A : mar kita rasa kita skarang so jadi orang gila dang, so barasa kaya orang
gila no cuman barasa no lantaran so talalu rebut kua ni dunia somo gila kita. Riki
so gila kita ini jaga ba dengar- dengar dari dulu sampe skarang.
P : yang penting so dapa obat to skarang?
A : mar kua dok kita so bae
P : oh dulu pernah dapa obat dang?
A : Iyo kita so bae kua dok, kita minum obat biar so bae, kita bling pa papa
kita so bae kong papa bilang minum obat biar so bae, kong kita tanya so bae
minum obat le? Kong papa bilang minum no obat kong kita minum no. so
nayanda saki kita, dorang bawa ini so salah dorang so bae kita, dorang nintau gila
stow dorang tu dia
P : sudah disini jo dulu enak to dapa obat hehehheh, oh iyo makasih ne ka
sorry baganggu
A : iya makasih.

Alloanamnesis
Keterangan:
A : Pemeriksa (dokter muda Mokolensang Gabriella Olivia)
p : ayah pasien
Transkrip wawancara 2 Agustus 2017
A : malam bapak
P :malam dokter
A : bapak saya mau tanya-tanye tentang ka glendy pe riwayat boleh?
P : boleh skali
A : bapak kalo boleh tau awal ka glendy jadi bagini bagaiaman kang?

36
P : nah itu depe awal kua pas dia kelar smp dia cari kerja kong dia da bakale
deng depe teman kerja, dia pulang ka rumah so manangis-manangis dia pulang
kamari dia bapangge pa kita depe mau kita musti bage ni laki-laki yang dia nda
mampo
A :ohh
P : kita nyanda ikuti, kalo kua kita ikuti kong kita ada ator, kong bilang
bagini pa depe lawan: “ngana qta m pukul mar kase bagini jo ngana pe tangan
(menunjukan gerak-gerik tubuh)”, Mar sapa mo pitau ni anak mo bagini, kita kan
nda tau, dia ada bagus-bagus kua iyo to?, tiba-tiba kita nimau kira-kira dia da
pangge itu jam 11
A : malam?
P : nyanda, diam dia dabakalae itu siang eh pagi, dorang kan maso kerja jam
7 jam 8 bagitu, dia bilang pa kita nda mampu, sampe dia manangis kong dia
bilang , iyo papa ehsampe hati nimau tolong pa kita, begitu iyoto/ darisini mo ka
tuminting pasar tuminting tadi depe jao stow 4 kilo darisini, jadi kita nyanda ikuti
malahan kita bilang selalu kua mo karja nyanda bae-bae nn cuman hidup bakalae-
bakalae nah padahal katu dia aru ini da bakalae, kita nyanda layani mar kita so
nda marah pa dia di huk situ dang iyo to, kage dia di huk makin hari kan makin
sore dari jam 11 kage dia so tasono kong so tabagini (menunjukan gejala seperti
terhentak) kong so babadiam terus so nimau bicara kong riki so malele gidi-gidi
kong so nyanda bicara
A : itu dia manangis?
P : itu dia manangis karna kita nimau iko akang
A :ooohh
P : kong dia so babadiam-babadiam
A :so bakurung kang?
P :nyanda, dia cuman di teras, serta so di teras bagitu kong kit alia ihh kapa
so bagitu ini anak, iyo to? Dia pe esok kita pi bawa kita nyanda bawa situ kita kan
ni anak kan nyanda ada depe itu, laeng kua kejadian bawa kesitu kit alia dai
kemarin ada bawa situ kita nyanda kita bawah ka rumah sakit umum, dirumah
sakit umum 3 mingu baru dorang tentukan, bawa di rumah sakit ratumbuysang
sebab dia musti dirawat karena ni anak so bagini-bagini

37
A :ohh
P : bagitu depe pokok
A :jadi karena da bakalae dang?
P :iyo kita kalo anak belum kesitu kapa kita mo bawa kesitu, disitu kan kita
tau ada oba penenang apa samua ada to, ini anak nyanda bagitu kapa kita mo
bawa situ
A :mar 3 minggu itu dia bagiaman d irs malalayang?
P : Iyo, dia badiam terus kua so nimau bicara,makan cuman sadiki, muka
nyanda pernah tatawa dang kong so nimaubicara deng kita, dia mulai dari situ
dokter dari rumah sakit umum mulai ambil keputusan, musti dirawat di sana dia
(ratumbuysang), ini depe cerita ni anak saraf ka apa, terus dia pe masuk situ dia
dapa tu obat oranye besar dang bagitu baru abis itu kaluar tu obat haloperidol
trihexypenidil, mulai darisitu dia ertahan deng obat yah cuan bagitu no depe
riwayat, kita cuman manyasal kita nyanda pangge pa dia marijodang mana tu
orang?iyo to?itu no kita pe bodok, kita kan da pikir-pikir kali kita mo pikir ini kan
somo maso urusan polisi karena ini mo bakalae waktu itu kita pedalam hati dang
kapa mo pukul pa dia nimbole bagitu, iyo to?
A : iya, kong depe kejadian bamarah waktu lalu?
P : nah dia pe kejadia bamarah waktu lalu kua dia awalnya dia di rumah ada
bakusedu deng depe mami da bae- bae dang kong nda lama dia kaluar nah pas dia
pi bababledianba marah kong ba skop kadera, kong depe mami tanya kapa ngana
so skop tu kadera?dia nda jawab dia so babannting piring kong kita tanya kapa
ngana so ba marah-marah dang dia cuman badiam kong karna kita arah le padia
kong dia ambe tu pot bunga kong dia lempar pa kita bagitu dia kira stow kita mo
pukul makanya dia lempar pa kita tu pot. Mar kita nda suka kua dia jag aba
marah-marah nda tau kiapa mungkin karena depe bisikan ato apa kan dia selal
dengar bisikan to laengkali le depepenglihatan rupaitam-itam bagitu dia bilang
dang bagitu
A : Ka glendy pernah di bawah ke rumah sakit karena putus obat le kang?
P ; iya waktu dulu pernah
A : Kong ka glendykata jaga ba dengar bisikan deng jag aba liat aneh-aneh
kang?

38
P : Nah iyo dia jaga dap alia orang padahal nda ada orang ato jaga lia
bayangan-bayang kata, diale jaga ada tu bisikan-bisiskan mar kita selalu jaga
bilang bagini pa dia dok, kalo ada bisikan bilang kalo ngoni ba dusta bilang
nyanda, karena kua dok tu bisikan jaga suruh pa dia, tapi kita bilang lawan kita
bilang ngana manyao ah nyanda badusta ngoni, boleh to mo didik bagitu?
A : Iyo boleh jangan iko tu bisikan
P : iyo tu bisikan kan baramg nda butul nda bagus
A :kong bapak mo tanya ka glendy ada riwayat trauma kepala ato?
P : Nah tunggu dia waktu belum dapa itu dia pernah jatuh dari langsa 8
meter, dia nae langsa kua, kong dia nae jatuh di pagar,pagar kan ada patok-patok
pagar, tacucu depe ini (memperlihatkan dada ) coba ngoni priksa
A : Umur berapa itu?
P ; dia sekitar waktu SMP no tapi dia belum dapa itu dang belum dapa ini
dia belum, iyo aduh masih bagus-bagus dia
A : oh oke dang bapak makasih sudah luangkan waktunya
P : iya sama-sama

Alloanamnesis
Keterangan:
P : Pemeriksa (dokter muda Mokolensang Gabriella Olivia)
A : Ibu pasien
Transkrip wawancara 4 Agustus 2017
P : hallo ibu malam
A :malam dok
P ibu kita mo tanya- tanya tentang ka glandy boleh?
A : boleh
P :jadi ibu pas so sama-sama deng bapak ibu liat bagimana dang ka glandy?
A : qta kan awalnya nintau to dia, qta jadi deng bapak taun 2015, awalnya
kita nintau sih dia, kita taru kira dia cuman babadiam-badiam, dia nyanda macam
sekarang ini, dia cuman badiam-badiam kong qta pikir kapa ni anak cuman
babadiam, kong kit alia dia minum obat, karena katu kita nintau ini obat apa dia
da minum kita penasaran dang makanya kita tanya dulu pa dia pe sodara eh kapa

39
dia cuman jaga babadiam kong jaga minum obat kang?, kong depe sodara bilang :
eh ngana kalo mo tidor kunci ne tu pintu karena dia ada depe gila, kita katu karena
kita so kaweng deng depe papa jadi kita pikir nda mungkin kalo kita nda urus pa
dia, dia bapake juga nda talalu bagimana nda rupa skarang kong depe orang
cuman badiam terus, nyanda ada komunikasi, itu awalnya kita bakudapa deng dia,
daikalo bajalan maruku terus, nah nanti pas so beberepa bulan kita pindah kasini,
depe apa-apa samua tu dia kita buang, kita bawa dia ka tampa bagunting kong kita
rawat bae-bae,eh pas jaga rawat pa dia makin lama dia so dapalia lmayan normal
kong depe 2bualn kemudian dia so ada senyum pa orang-orang jadi kita dang
bersyukur dang dia so erubah nda sama ddeng dulu cuman babadiam kong
baroko, kita pangge maso gereja dia maso gereja, kita pangge pigi acara dia iko,
pokonya selam 2 tahun lebih nyanda ada kejadian-kejadian yan dia alami sama
deng kemaren baru-baru ini
P :oh jadi ka glandy mulai berubah kang karena ibu so urus-urus
A : iyo soalnya sejak depe mama nda ada dia so nda tau jaga ba urus diri,
jadi kita rasa ni glandy kua jadi bagini mungkin karena kekurangan kasih sayang
dang
P :oh bagitu dang bu
A :nah dok pas so disini kita mo cerita yang kemaren itu, pas kua subuh jam
4 dia datang ka rumah lewat pintu belakang kong dia tending tu kursi nah kita
kage kita pi lia dang kabalakang kong kita tanya kapa do ba tendang-tendang
kursi? Kong dia bale jawab kapa ngana kua cuman mama tiri, baru kali itu dia
bilang bagitu pa kita dok, nah dari situ kita pikir dia jadi emosi karena ada orang
bicara akang yang jaga kase-kase panas pa dia, padahal dok pas kita da ambe pa
dia dulu dia nda bagini makanya kita sampe pikir kapa kit ape kasih saying pa dia
kong jadi bagini
P : kong ibu tau kapa ka glandy ba marah-marah kemaren?
A : nah itu le kita nda tau, mar dia sempat mangaku pa dokter kemaren mar
bukan dokter linny ada yang satu le
P : dokter Frida?
A : bukan yan satu le
P : dr anita?

40
A :nah iyo stow, dia da mangaku kata dia jaga dengar bisikan jaga bilang
bage jo ato marijo,
P : oh depebisikan jaga suruh-suruh pa dia kang?
A : iyo, kong ada bayanagan itam-itam kong dai jaga bilang jaga muncul-
muncul ilang kata tu bayangan, kong ni glandy pernah putus obat dok diatu
beberapa bulan lalu da sempat putus kong kita bilang pa depe papa lia ne ni
glandy so nda minum obat kong butul no jadi rupa kemaren dia, mar dok dia da
mara pa kita kemare itu dia da minta maaf dia menyesal kata padahal pa depe
papa dia nda bagitu dok padahal kita le dia da bage heheh, dia ada penyesalan
katu dia da minta maaf pa kita dok
P : oh berate ka glandy bagus kang bu
A : Iyo bagus dia
P : bu sudah dulu ne sampe sini dulu makasih ne so luangkan waktu
A : Iya dok sama-sama

Autoanamnesis dengan pasien


Keterangan:
P : Pemeriksa (dokter muda Mokolensang Gabriella Olivia)
A : Pasien (Glandy)
Transkrip wawancara 5 Agustus 2017
P : hallo ka glandy
A : eh hai
P : bagimana dang ka pe keadaan skarang?
A : so bae-bae skarang
P :kong ka glandy da tidor enak jo tadi malam?
A : ada
P : kong massih denga bisik-bisik?
A : oh so nyanda sih skarang
P : ouh, ka glandy mo tanya-tanya dang ulangbboleh to?
A : boleh
P : ka glandy dulu sekolah doi mana- mana kote?
A : ohh qta SD di inpres kong smp di SMp Kristen 55 di bengkol

41
P : kong ka glandy dulu pernah ada
A : ka glandy coba dang iko qta batulis deng bagambar ini ne
P : oh iyo ( meniru gambar lingkaran dan segitiga)
A : ka glandy tadi pagi da makan apa dang?
P : nasi deng ikan ayam
A : Oh okedeh ka makasih ne qta somo balik dulu
P : Iyoo

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Davidson, G.C, 2010, psikologi abnormal. Jakarta : PT Rajagrafindo permai.


2. Sinaga BR. Skizofrenia & Diagnosis Banding. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2007.
3. Amir Nurmiati. Dalam: Elvira D. Sylvia, Hadisukanto Gitayanti, editor. Buku
Ajar Psikiatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. Konsensus
Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia. Jakarta: 2011.
5. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis Jilid I. Tangeran g: Binarupa Aksara Publisher, 2010.
6. Elim CH. Bahan Ajar: Ilmu Kedokteran Jiwa (Psikiatri). Edisi III. Manado:
Bagian Psikiatri FK UNSRAT; 2004. h. 43-58.
7. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis Jilid I. Tangeran g: Binarupa Aksara Publisher, 2010.
8. Elim CH. Bahan Ajar: Ilmu Kedokteran Jiwa (Psikiatri). Edisi IV. Manado:
Bagian Psikiatri FK UNSRAT; 2006. h. 16-17.
9. John preston,psy.D. James Johnson, M.D. Clinical psychopharmacology Edisi
delapan. Hal 44.
10. dr. Maslim Rusdi, Sp. KJ. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik Edisi Keempat 2014. Hal 18.

43
Lampiran

Foto bersama wawancara bersama Ibu tiri pasien tanggal 2 Agustus 2017

Foto bersama Ayah Kandung Pasien tanggal 4 Agustus 2017

44
Foto bersama wawancara bersama pasien tanggal 28 Juli 2017

Foto bersama pasien tanggal 5 Agustus 2017

45
Denah rumah pasien

Dapur
Toilet

Kamar
1

Ruang tamu
wc Kamar 2

Denah jalan rumah pasien di Puri Manado Permai Bengkol

46
47

Anda mungkin juga menyukai