Anda di halaman 1dari 12

1.

PSAK 10: Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 10: Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing
terdiri dari paragraph 01-62. Seluruh paragraph dalam Pernyataan ini memiliki kekuatan
mengatur yang sama. PSAK 10 harus dibaca dalam konteks tujuan pengaturan dan Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.
1.1 Pendahuluan
a) Tujuan
Paragraf 01 - Entitas dapat melakukan aktivitas luar negeri dengan 2 cara. Entitas
mungkin memiliki interaksi dalam valuta asing atau memiliki kegiatan usaha luar negeri.
Sebagai tambahan entitas dapat menyajikan laporan keuangan dalam valuta asing (valas).
Tujuan dari pernyataan ini menjelaskan bagaimana memasukkan transaksi dalam valas dan
kegiatan usaha luar negeri ke dalam laporan keuangan entitas dan bagaimana menjabarkan
laporan keuangan ke dalam mata uang penyajian.
Paragraf 02 - Permasalahan utama adalah kurs mana yang digunakan dan bagaimana
melaporkan pengaruh dari perubahan kurs dalam laporan keuangan.
b) Ruang Lingkup
Paragraf 03 - Pernyataan ini diterapkan pada:
 akuntansi transaksi dan saldo dalam valuta asing, kecuali transaksi dan saldo derivatif
yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran;
 penjabaran hasil dan posisi keuangan dari kegiatan usaha luar negeri yang termasuk
dalam laporan keuangan konsolidasi entitas, konsolidasi secara proporsional atau metode
ekuitas; dan
 penjabarkan hasil dan posisi keuangan entitas kedalam suatu mata uang pelaporan.
Paragraf 04 - PSAK 55 : Instrument Keuangan : pengakuan dan pengukuran diterapkan
beberapa derivatif valas dan sejalan dengan hal tersebut, hal itu tidak termasuk dalam ruang
lingkup pernyataan ini. Pernyataan ini juga diterapkan ketika suatu entitas menjabarkan
jumlah yang terkait dengan derivatif dari mata uang fungsional ke mata uang pelaporannya.
Paragraf 05 - Pernyataan ini tidak diterapkan pada akuntansi lindung nilai untuk mata
uang asing, termasuk lindung nilai dari investasi neto dalam kegiatan usaha luar negeri.
PSAK 55 diterapkan untuk akuntansi lindung nilai.

1
Paragraf 07 - Pernyataan ini tidak diterapkan pada penyajian laporan arus kas untuk arus
kas yang timbul dari transaksitransaksi dalam mata uang asing, atau pada penjabaran arus kas
dari suatu kegiatan usaha luar negeri (lihat PSAK 2: Laporan Arus Kas).
1.2 Ringkasan Pendekatan yang Diisyaratkan Pernyataan ini
Paragraf 17 - Dalam menyiapkan laporan keuangan, setiap entitas, baik entitas yang berdiri
sendiri, entitas dengan kegiatan usaha luar negeri (seperti sebuah entitas induk) ataupun suatu
kegiatan usaha luar negeri (seperti sebuah entitas anak atau cabang) menentukan mata uang
fungsionalnya sesuai dengan paragraf 09-14. Entitas menjabarkan pos valuta asing ke dalam
mata uang fungsionalnya dan melaporkan pengaruh dari penjabaran tersebut sesuai dengan
paragraf 20-37 dan 50.
Paragraf 18 – Beberapa entitas pelapor terdiri dari sejumlah entitas individual (contohnya
kelompok usaha terdiri dari satu entitas induk dan satu atau lebih entitas anak). Berbagai jenis
entitas terlepas dari entitas tersebut adalah anggota dari suatu kelempok usaha atau bukan,
mungkin memiliki investasi dalam entitas asosiasi atau pengaturan bersama. Entitas juga
mungkin dapat memiliki cabang.
Paragraf 19 – Pernytaan ini juga memperkenalkan entitas berdiri sendiri yang menyiapkan
laporan keuangannya, atau entitas yang menyiapkan laporan keuangan tersendiri sebagai
lampiran dari laporan konsolisasian sesuai dengan PSAK 4: Laporan Keuangan Tersendiri,
untuk menyiakan laporan keuangannya dalam matauang selain mata uang fungsionalnya. Jika
mata uang penyajian entitas berbeda dari mata uang fungsionl, maka hasil dan posisi
keuangannya juga dijabarkan ke dalam mata uang penyajian sesuai dengan paragraph 38-50.
1.3 Pelaporan Transaksi Mata Uang Asing ke dalam Mata Uang Fungsional
a) Pengakuan awal
Transaksi mata uang asing dicatat dalam mata uang fungsional. Translasi mata uang
asing ke dalam mata uang fungsional menggunakan kurs spot pada tanggal transaksi. Kurs
spot yang sering digunakan adalah yang mendekati kurs aktual pada tanggal transaksi,
contoh: kurs rata-rata untuk seminggu (jika kurs tidak berfluktuasi secara signifikan).
b) Pengakuan selisih kurs
Selisih kurs yang timbul pada penyelesaian atau penjabaran pos moneter dari saat
pengakuan awal hingga penjabaran dilakukan, diakui dalam laba rugi pada periode saat
terjadinya. Jika terdapat transaksi (misal, pos moneter) yang timbul dan diselesaikan dalam
periode akuntansi yang sama di mana terdapat selisih kurs sejak timbul dan selesainya
transaksi tersebut, maka selisih kurs diakui dalam periode akuntansi itu. Namun jika transaksi

2
diselesaikan pada periode berikutnya, maka selisih kurs diakui dalam setiap periode sampai
tanggal penyelesaian ditentukan dengan perubahan kurs selama masing-masing periode.
Dikecualikan:
- Selisih kurs yang timbul dari pos moneter yang merupakan bagian dari investasi neto
entitas pelapor dalam kegiatan usaha luar negeri (contoh: piutang dan utang jangka
panjang) diakui dalam salah salah satu yang tepat antara laba rugi pada laporan keuangan
terendiri entitas pelapor dan laporan keuangan individual kegiatan usaha luar negeri.
- Dalam laporan keuangan yang mencakup kegiatan usaha luar negeri dan entitas pelapor
(misal laporan keuangan konsolidasian), selisih kurs diakui awalnya pada laporan
komprehensif lain dan direklasifikasi dari ekuitas ke laba rugi pada saat pelepasan
investasi neto.
Lokasi di mana laba (rugi) selisih kurs akan diakui adalah mengikuti lokasi di mana laba
rugi pos nonmoneter juga diakui. Contoh PSAK 16 (revisi 2007): Aset Tetap mensyaratkan
beberapa keuntungan atau kerugian yang timbul dari revaluasi aset tetap diakui dalam
pendapatan komprehensif lain. Maka ketika aset tersebut diukur dalam mata uang asing,
selisih kurs juga diakui dalam pendapatan komprehensif lain.
c) Pengukuran
Jumlah tercatat suatu pos mengacu pada PSAK yang mengaturnya. Misal, untuk
menentukan pengukuran aset tetap apakah menggunakan nilai historis atau nilai wajar
mengacu pada PSAK 16: Aset Tetap. Jika jumlahnya ditentukan dalam mata uang asing,
maka selanjutnya harus dijabarkan ke dalam mata uang fungsional.
d) Penyajian
Jika mata uang penyajian berbeda dari mata uang fungsional entitas, maka entitas
menjabarkan hasil dan posisi keuangannya ke dalam mata uang penyajian. Untuk
kepentingan konsolidasi tetap mengikuti prosedur konsolidasi normal kecuali untuk aset
moneter intra kelompok. Hal ini disebabkan pos moneter memiliki komitmen untuk
mengkonversi suatu mata uang ke dalam mata uang lain dan memungkinkan entitas pelapor
memiliki risiko laba (rugi) selisih kurs. Selisih kurs disajikan dalam laba rugi atau mengikuti
lokasi di mana laba rugi suatu pos juga diakui.
1.4 Penggunaan Mata Uang Pelaporan Selain Mata Uang Fungsional
Penjabaran dalam Mata Uang Penyajian
Paragraf 38 – Pada umumnya mata uang penyajian di Indonesia adalah rupiah. Entitas
dapat menyajikan laporan keuangan dalam mata uang (atau beberapa mata uang) selain mata

3
uang fungsionalnya. Jika mata uang penyajian berbeda dengan mata uang fungsional entitas,
maka entitas menjabarkan hasil dan posisi keuangannya ke dalam mata uang penyajian.
Paragraf 39 - Hasil dan posisi keuangan entitas yang mata uang fungsionalnya bukan
mata uang dari suatu ekonomi hiperinflasi harus dijabarkan ke dalam mata uang penyajian
yang berbeda.
Penjabaran Kegiatan Usaha Luar Negeri
Paragraf 44 - Paragraf 45-47, sebagai tambahan paragraf 38-43, diterapkan ketika hasil
dan posisi keuangan kegiatan usaha luar negeri dijabarkan ke dalam mata uang penyajian
sehingga kegiatan usaha luar negeri dapat digabungkan ke dalam laporan keuangan entitas
pelapor dengan cara konsolidasi atau metode ekuitas.
Paragraf 45 - Penggabungan dari hasil dan posisi keuangan kegiatan usaha luar negeri
dengan entitas pelapor mengikuti prosedur konsolidasi normal, seperti eliminasi saldo dan
transaksi intra kelompok usaha dari entitas anak (lihat PSAK 65: Laporan Keuangan
Konsolidasian). Akan tetapi, aset atau liabilitas moneter intrakelompok usaha, baik jangka
pendek atau jangka panjang tidak dapat dieliminasi dengan liabilitas atau aset intrakelompok
usaha tanpa menunjukkan hasil fluktuasi mata uang dalam laporan keuangan konsolidasian.
Pelepasan atau Pelepasan Sebagian Kegiatan Usaha Luar Negeri
Paragraf 48 - Dalam pelepasan kegiatan usaha luar negeri, jumlah kumulatif selisih kurs
yang terkait dengan kegiatan usaha luar negeri tersebut, yang diakui dalam penghasilan
komprehensif lain dan diakumulasi dalam komponen ekuitas yang terpisah, direklasifikasikan
dari ekuitas ke laba rugi (sebagai penyesuaian reklasifikasi) ketika keuntungan atau kerugian
dari pelepasan kegiatan usaha luar negeri diakui (lihat PSAK 1: Penyajian Laporan
Keuangan).
1.5 Pengaruh Pajak atas Semua Selisih Nilai Tukar
Paragraf 50 - Keuntungan atau kerugian transaksi valuta asing dan selisih kurs yang timbul
dalam penjabaran hasil dan posisi keuangan entitas (termasuk suatu kegiatan usaha luar
negeri) ke dalam mata uang yang berbeda mungkin memiliki pengaruh pajak. PSAK 46:
Pajak Penghasilan diterapkan ke pengaruh pajak tersebut.
1.6 Pengungkapan
Entitas mengungkapkan antara lain:
a. Jumlah selisih kurs yang diakui dalam laba rugi, kecuali yang timbul pada pos yang
diukur pada nilai wajar sesuai PSAK 55 (revisi 2006).
b. Selisih kurs neto yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain termasuk
rekonsiliasi selisih kurs awal dan akhir periode.
4
c. Alasan penggunaan mata uang penyajian yang berbeda dengan mata uang fungsional.
d. Alasan perubahan mata uang fungsional entitas pelapor maupun kegiatan usaha luar
negeri yang signifikan.
e. Penjelasan bahwa laporan keuangan tunduk kepada SAK jika mata uang penyajian
berbeda dengan mata uang fungsional.
f. Jika entitas menyajikan informasi laporan keuangan dalam mata uang yang berbeda
namun tidak memenuhi persyaratan pada poin e, maka entitas:
i. Mengidentifikasi secara jelas informasi tersebut sebagai informasi tambahan
untuk membedakannya dengan informasi yang tunduk pada SAK.
ii. Mengungkapkan mata uang yang mana informasi tambahan tersebut disajikan.
iii. Mengungkapkan mata uang fungsional entitas dan metode penjabaran yang
digunakan untuk menentukan informasi tambahan tersebut.
1.7 Penarikan
Paragraf 61 – Pernyataan ini menggantikan :
(a) PSAK 10: Transaksi dalam Mata Uang Asig;
(b) PSAK 11: Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing;
(c) PSAK 52: Mata Uang Pelaporan;
(d) ISAK 4: Interpretasi atas Paragraf 20 PSAK 10 tentang Alternatif Perlakuan yng
Diizinkan atas Selisih Kurs.

2. PSAK 55: Instrumen Keuangan


2.1 Tujuan PSAK 55
Tujuan pernyataan ini adalah untuk mengatur prinsip-prinsip dasar pengakuan dan
pengukuran aset keuangan, liabilitas keuangan, dan kontrak pembelian atau
penjualan item nonkeuangan.
2.2 Ruang Lingkup PSAK 55
Pernyataan ini diterapkan oleh semua entitas untuk seluruh jenis instrumen keuangan,
kecuali untuk:
a. Penyertaan pada entitas anak, entitas asosiasi, dan ventura bersama
b. Hak dan kewajiban dalam sewa
c. Hak dan kewajiban pemberi kerja
d. Instrumen keuangan terbitan entitas
e. Hak dan kewajiban yang timbul dalam kontrak asuransi
f. Kontrak antara pengakuisisi dan penjual dalam kombinasi bisnis
5
g. Komitmen pinjaman yang diberikan selain dari yang dijabarkan
2.3 Klasifikasi Instrumen Keuangan
a. Aset Keuangan
1) Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi
Aset keuangan baik yang dimiliki untuk diperdagangkan (misalnya untuk dijual
dalam waktu dekat pada masa mendatang) atau pada saat pengakuan awal telah ditetapkan
oleh entitas untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Contoh: Aset derivatif dan
investasi dalam instrumen utang dan ekuitas yang dimiliki dalam portofolio diperdagangkan.
2) Investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo
Aset keuangan dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh
temponya telah ditetapkan serta entitas mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk
memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Contoh: Investasi dalam instrumen
utang yang mempunyai kuotasi harga di mana entitas memiliki niat dan mampu memiliki
hingga jatuh tempo.
3) Pinjaman yang diberikan dan piutang
Aset keuangan dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak
mempunyai kuotasi harga di pasar aktif. Contoh: Piutang usaha, pinjaman yang diberikan,
dan piutang wesel.
4) Aset keuangan tersedia untuk dijual
Aset keuangan yang dirancang sebagai tersedia untuk dijual atau yang tidak
diklasifikasikan dalam ketiga kategori di atas. Contoh: Investasi dalam instrumen utang dan
ekuitas yang tidak termasuk dalam kategori lain.
b. Liabilitas Keuangan
1) Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi
Liabilitas keuangan baik yang dimiliki untuk diperdagangkan (misalnya dibeli
kembali dalam waktu dekat pada masa mendatang) atau ditetapkan pada saat pengakuan
awal telah ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Contoh:
Liabilitas derivatif dan liabilitas diperdagangkan lainnya
2) Liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi
Semua liabilitas lainnya selain daripada liabilitas yang dinillai pada nilai wajar
melalui laba rugi.Contoh: Utang usaha, utang wesel, dan efek utang yang diterbitkan.
3) Tainting
Entitas tidak boleh mengklasifikasikan aset keuangan sebagai investasi yang
dimiliki hingga jatuh tempo, jika dalam tahun berjalan atau dalam kurun waktu dua tahun
6
sebelumnya, telah menjual atau mereklasifikasi investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo
dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan (more than insignificant) sebelum
jatuh tempo.
Terdapat pengecualian atas TaintingRule tersebut jika penjualan atau reklasifikasi tersebut:
 Dilakukan ketika aset keuangan sudah mendekati jatuh tempo atau tanggal pembelian
kembali (contohnya, kurang dari tiga bulan sebelum jatuh tempo).
 Terjadi setelah entitas telah memperoleh secara substansial seluruh jumlah pokok aset
keuangan tersebut sesuai jadwal pembayaran atau entitas telah memperoleh pelunasan
dipercepat.
 Terkait dengan kejadian tertentu yang berada di luar kendali entitas, tidak berulang, dan
tidak dapat diantisipasi secara wajar oleh entitas
2.4 Pengukuran Instrumen Keuangan
a. Pengukuran Awal
Pada saat pengakuan awal, entitas pada umumnya mengukur aset keuangan
menggunakan akuntansi tanggal transaksi pada nilai wajar ditambah biaya transaksi (fair
value plus transaction costs), kecuali aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba
rugi. Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi pada awalnya
hanya diakui pada nilai wajar (fair value).
Biaya transaksi (transaction costs) adalah biaya-biaya tambahan, seperti biaya
pendaftaran dan komisi lain yang ditetapkan, biaya yang dibayarkan kepada penasehat
hukum, akuntan, dan penasehat profesional lain, biaya percetakan dan meterai.
Biaya transaksi meliputi fee dan komisi yang dibayarkan pada para agen (termasuk
karyawan yang berperan sebagai agen penjual/selling agent), konsultan, perantara efek dan
pedagang efek; pungutan wajib yang dilakukan oleh pihak regulator dan bursa efek, serta
pajak dan bea yang dikenakan atas transfer yang dilakukan. Biaya-biaya transaksi tidak
termasuk premium atau diskonto utang, biaya pendanaan (financing costs), biaya administrasi
internal, atau biaya penyimpanan (holding costs).
Jurnal untuk mencatat biaya transaksi yang dibayar tunai dan berkaitan dengan
instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar (fair value) adalah:
Biaya Transaksi xxx
Kas xxx

7
b. Pengukuran Berikutnya
Setelah pengakuan awal, aset keuangan dan liabilitas keuangan diukur pada nilai
wajar, biaya perolehan diamortisasi atau biaya perolehan tergantung klasifikasi apakah nilai
wajar dapat ditentukan dengan andal. Setelah pengakuan awal, entitas mengukur seluruh
liabilitas keuangan pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku
bunga efektif, kecuali untuk liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba
rugi. Liabilitas tersebut, termasuk derivatif yang diakui sebagai liabilitas, diukur pada nilai
wajarnya, kecuali untuk liabilitas derivatif yang terkait dengan dan diselesaikan melalui
penyerahan instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif atas instrumen
sejenis dan nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal, diukur pada biaya perolehan
3. Biaya perolehan
Biaya perolehan adalah jumlah aset yang diperoleh atau liabilitas yang diselesaikan,
termasuk biaya transaksi (misalnya komisi atau fee yang dibayar).Setelah perolehan awal,
hanya satu tipe instrumen keuangan yang diukur pada biaya perolehan yaitu investasi dalam
instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan nilai wajarnya tidak
dapat diukur secara andal, serta derivatif yang terkait dengan dan diselesaikan melalui
penyerahan instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif tersebut,
diukur pada biaya perolehan.
4. Biaya Perolehan Diamortisasi
Setelah pengukuran awal, kategori aset keuangan dan liabilitas keuangan ini diukur
pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif di
laporan posisi keuangan:
- Investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo;
- Pinjaman yang diberikan dan piutang; dan
- Liabilitas keuangan lainnya.
Biaya perolehan diamortisasi (amortized cost) adalah biaya perolehan dari aset atau
liabilitas setelah disesuaikan, jika layak, untuk mencapai suatu suku bunga efektif yang
konstan selama umur aset atau liabilitas (misalnya, pendapatan bunga yang konstan atau
beban bunga yang konstan sebagai suatu persentase jumlah tercatat dari aset keuangan atau
liabilitas keuangan). Dengan kata lain, biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau
liabilitas keuangan adalah jumlah pada pengakuan awal aset keuangan atau liabilitas
keuangan dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan akumulasi
amortisasi berdasarkan metode suku bunga efektif dan dikurangi penurunan nilai atau nilai
yang tidak dapat ditagih.
8
5. Nilai wajar
Nilai wajar (fair value) adalah nilai di mana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu
liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan
transaksi wajar. Kategori aset keuangan dan liabilitas keuangan pada umumnya diukur pada
nilai wajar di laporan posisi keuangan:
- Aset keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi;
- Aset keuangan tersedia untuk dijual; dan
- Liabilitas keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi.
2.5 Penghentian Pengakuan (Derecognition)
a. Penghentian Pengakuan Aset Keuangan
Entitas menghentikan pengakuan aset keuangan, jika dan hanya jika:
- Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir
- Entitas mentransfer aset keuangan yang memenuhi kriteria penghentian pengakuan.
b. Penghentian Pengakuan Kewajiban Keuangan
Entitas mengeluarkan kewajiban keuangan (atau bagian dari kewjaiban keuangan) dari
neracanya, jika dan hanya jika kewajiban keuangan tersebut berakhir, yaitu ketika kewajiban
yang ditetapkan dalam kontrak dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluarsa.
2.6 Lindung Nilai
Akuntansi lindung nilai menurut Epstein & Jermakowicz (2008) adalah penggunaan
instrumen derivatif atau instrumen keuangan lainnya untuk melindungi perusahaan dari risiko
terkait perubahan nilai wajar (fair value).
Lindung nilai atas risiko perubahan nilai tukar dari komitmen pasti dapat dicatat
sebagai lindung nilai atas nilai wajar atau sebagai lindung nilai atas arus kas.Suatu hubungan
lindung nilai memenuhi kualifikasi akuntansi lindung nilai sesuai dengan paragraf 89-102,
jika dan hanya jika, seluruh kondisi berikut ini terpenuhi.
a) Pada saat dimulainya lindung nilai terdapat penetapan dan pendokumentasian formal
atas hubungan lindung nilai dan tujuan manajemen risiko entitas serta strategi
pelaksanaan lindung nilai.
b) Lindung nilai diperkirakan akan sangat efektif dalam rangka saling hapus atau
perubahan nilai wajar atau perubahan arus kas yang dapat diatribusikan pada risiko
yang dilindung nilai, konsisten dengan strategi manajemen risiko yang telah
didokumentasikan di awal untuk hubungan lindung nilai tersebut.

9
c) Untuk lindung nilai atas arus kas, suatu perkiraan transaksi yang merupakan subjek dari
suatu lindung nilai harus bersifat kemungkinan besar terjadi dan terdapat eksposur
perubahan arus kas yang dapat mempengaruhi laba rugi.
d) Efektivitas lindung nilai diukur secara andal, yaitu nilai wajar atau arus kas dari item
yang dilindung nilai yang dapat diatribusikan pada risiko yang dilindung nilai, dan nilai
wajar lindung nilai tersebut dapat diukur secara andal.
e) Lindung nilai dinilai secara berkesinambungan dan ditentukan bahwa efektivitasnya
sangat tinggi sepanjang periode pelaporan keuangan yang mana lindung nilai tersebut
ditetapkan.
Terdapat 3 Jenis Lindung Nilai:
a. Lindung Nilai Atas Nilai Wajar
Suatu lindung nilai terhadap eksposur perubahan nilai wajar atas aset atau
kewajiban yang telah diakui, atau komitmen pasti yang belum diakui, atau bagian
yang telah diidentifikasi dari aset, kewajiban, atau komitmen pasti tersebut, yang
dapat diatribusikan pada resiko tertentu dan dapat mempengaruhi laporan laba rugi.
b. Lindung Nilai Atas Arus Kas
Suatu lindung nilai terhadap eksposur variabilitas arus kas yang dapat
diatribusikan pada resiko tertentu yang terkait dengan aset atau kewajiban yang telah
diakui (misalnya seluruh atau sebagian pembayaran bunga masa depan atas utang
dengan suku bunga variabel) atau yang dapat diatribusikan pada resiko tertentu yang
terkait dengan prakiraan transaksi yang kemungkinan besar terjadi.dan dapat
mempengaruhi laporan laba rugi.
c. Lindung Nilai atas investasi neto pada operasi di luar negeri
Lindung nilai atas investasi neto pada kegiatan usaha luar negeri, termasuk
lindung nilai atas item moneter yang dicatat sebagai bagian dari investasi neto (lihat
PSAK 10: Pengaruh Kurs Valuta Asing), dicatat dengan cara yang serupa seperti
lindung nilai atas arus kas. Keuntungan atau kerugian atas instrumen lindung nilai
terkait dengan bagian lindung nilai yang efektif yang sebelumnya telah diakui dalam
penghasilan komprehensif lain direklasifikasi dari ekuitas ke laba rugi sebagai
penyesuaian reklasifikasi (lihat PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan) sesuai
dengan PSAK 10 paragraf 48-49 pada saat pelepasan atau pelepasan sebagian
kegiatan usaha luar negeri.

10
SIMPULAN

PSAK 10 membahas tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing. Pernyataan ini
bertujuan untuk menjelaskan bagaimana memasukkan transaksi dalam valas dan kegiatan
usaha luar negeri ke dalam laporan keuangan entitas dan bagaimana menjabarkan laporan
keuangan ke dalam mata uang penyajian. PSAK 10 terdiri atas beberapa bagian yaitu:
Pendahuluan Ringkasan Pendekatan yang Diisyaratkan Pernyataan ini; Pelaporan Transaksi
Mata Uang Asing ke dalam Mata Uang Fungsional; Penggunaan Mata Uang Pelaporan Selain
Mata Uang Fungsional; Pengaruh Pajak atas Semua Selisih Nilai Tukar; Pengungkapan; dan
Penarikan. Transaksi mata uang asing dicatat dalam mata uang fungsional. Translasi mata
uang asing ke dalam mata uang fungsional menggunakan kurs spot pada tanggal transaksi.
Selisih kurs yang timbul pada penyelesaian atau penjabaran pos moneter dari saat pengakuan
awal hingga penjabaran dilakukan, diakui dalam laba rugi pada periode saat terjadinya.
Jumlah tercatat suatu pos mengacu pada PSAK yang mengaturnya. Jika mata uang penyajian
berbeda dari mata uang fungsional entitas, maka entitas menjabarkan hasil dan posisi
keuangannya ke dalam mata uang penyajian.Selisih kurs disajikan dalam laba rugi atau
mengikuti lokasi di mana laba rugi suatu pos juga diakui.
PSAK 55 membahas mengenai Instrumen Keuangan. Tujuan pernyataan ini adalah untuk
mengatur prinsip-prinsip dasar pengakuan dan pengukuran aset keuangan, liabilitas
keuangan, dan kontrak pembelian atau penjualan item nonkeuangan. Dalam PSAK 55,
Instrumen Keuangan diklasifikasikan menjadi Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan.
Pengukuran Instrumen Keuangan terdiri atas pengukuran awal, pengukuran berikutnya, biaya
perolehan, biaya perolehan yang diamortisasi, dan nilai wajar. Dalam PSAK 55 juga
dijelaskan tentang Penghentian Pengakuan (Derecognition) atas asset keuangan dan
kewajiban keuangan. Lindung Nilai Lindung Nilai : adalah penggunaan instrumen derivatif
atau instrumen keuangan lainnya untuk melindungi perusahaan dari risiko terkait perubahan
nilai wajar (fair value). Jenis lindung nilai yaitu; Lindung Nilai Atas Nilai Wajar, Lindung
Nilai Atas Arus Kas, dan Lindung Nilai atas investasi neto pada operasi di luar negeri

11
DAFTAR REFERENSI

Ikatan Akuntan Indonesia. 2014. Standar Akuntansi Keuangan Per Efektif 1 Januari 2015.
Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia
Yayank. 2016. https://www.scribd.com/doc/312254721/Teori-Akuntansi-Psak-10-Tentang-
Pengaruh-Perubahan-Kurs-Valuta-Asing. Diakses pada tanggal 10 Novemebr 2017
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/ED-PSAK-55-2013.pdf (diakses pada tanggal
10 November 2017)

12

Anda mungkin juga menyukai