TEMU 12
KELOMPOK 5
Anggota Kelompok :
1. I Kadek Rian Mahendra (01)
2. Ni Wayan Dhevi Sukma Dewi (09)
3. Made Linda Lestari (15)
4. Ni Kadek Dwi Nana Ulan Noviani (23)
PROGRAM REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2017
i
DAFTAR ISI
Cover ............................................................................................................................................ i
Daftar Isi ......................................................................................................................................ii
Peta Konsep ................................................................................................................................ iii
Pembahasan
1. Pengertian Teori Agensi (Agency Theory) ............................................................................ 1
2. Konsep Teori Keagenan (Agency Theory) ............................................................................ 2
3. Hubungan Agency Theory dengan Teori Akuntansi Positif dalam Praktik
Akuntansi dan Aplikasinya pada Pengelolaan Perusahaan................................................... 2
4. Masalah Keagenan ................................................................................................................ 5
4.1 Konflik Kepentingan ..................................................................................................... 5
4.2 Biaya keagenan (agency cost) ....................................................................................... 6
5. Cara Menghadapi Masalah Keagenan .................................................................................. 7
6. Hubungan Teori Signal (Signaling Theory) terhadap Asimmetric
Information pada Teori Keagenan ........................................................................................ 9
Simpulan ..................................................................................................................................... 10
Daftar Rujukan ............................................................................................................................ 11
ii
PETA KONSEP
TEORI KEAGENAN
Cara Menghadapi
Masalah Keagenan Masalah Keagenan
Pengertian Teori Konsep Teori Keagenan Hubungan Agency Theory dengan
Teori Akuntansi Positif dalam
Keagenan
Praktik Akuntansi dan Aplikasinya
1
2. Konsep Teori Keagenan (Agency Theory)
Konsep agency theory sendiri merupakan suatu hubungan antara principal sebagai
pemilik atau pemegang saham dengan manajemen yang bertindak sebagai agen. Principal
merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama
principal, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh principal untuk
menjalankan perusahaan. Pengaplikasian agency theory dapat terwujud dalam sebuah
kontrak kerja yang mengatur proporsi hak dan kewajiban dari masing-masing pihak dengan
tetap memperhitungkan manfaat secara keseluruhan. Kontrak kerja menjadi optimal apabila
dalam pelaksanaan kontrak terdapat fairness (mencapai keadilan) antara principal dan agen
yang memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian insentif
imbalan khusus yang memuaskan dari principal ke agen. Eisenhard (1989) menyatakan
bahwa teori keagenan dilandasi oleh 3 asumsi yaitu:
a. Asumsi Tentang Sifat Manusia. Asumsi tentang manusia yang memiliki sifat
mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded
rationality), dan tidak menyukai resiko (risk aversion).
b. Asumsi Tentang Keorganisasian. Asumsi tentang adanya konflik antar anggota
organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, serta adanya Asymmetric Information
(AI) antara prinsipal dengan agen.
c. Asumsi Tentang Informasi. Asumsi tentang informasi yang dipandang sebagai barang
komoditi yang dapat diperjualbelikan.
Principal sebagai pemilik modal memiliki hak atas akses terhadap informasi internal
perusahaan, sedangkan agen yang bertugas menjalankan operasional perusahaan memiliki
informasi terhadap kegiatan operasi dan kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh,
namun agen tidak memiliki wewenang mutlak dalam pengambilan keputusan dikarenakan
pengambilan keputusan merupakan wewenang dari principal selaku pemilik perusahaan.
2
menjelaskan bahwa informasi juga mempunyai peran penting dalam menguatkan atau
mengoreksi harapan-harapan sebelumnya. Informasi mengenai hasil dari suatu keputusan
seringkali merupakan masukan kunci dalam pengambilan keputusan berikutnya. Akuntansi
idealnya menyediakan jasa yang sama bagi investor, dengan memungkinkan mereka untuk
menyesuaikan strategi investasi mereka sepanjang waktu.
Menurut Watt & Zimmerman (1986) tujuan teori akuntansi adalah untuk menjelaskan
dan memprediksi praktek akuntansi. Penjelasan (explanation) menguraikan alasan mengapa
suatu praktik dilakukan. Misalnya teori harus menjelaskan mengapa suatu praktek dilakukan,
sebagai contoh teori harus menjelaskan mengapa banyak perusahaan lebih menyukai
menggunakan metode FIFO dibanding LIFO, sedangkan prediksi (prediction) berarti teori
harus mampu memprediksi berbagai phenomena praktik akuntansi yang belum dijalankan.
Phenomena yang belum dijalankan tidak selalu phenomena yang akan datang, bisa
phenomena yang telah terjadi tetapi belum ada bukti secara empiris untuk menjustifikasi
phenomena tersebut. Sebagai contoh teori akuntansi dapat menyediakan hipotesis tentang
atribut perusahaan yang menggunakan metode FIFO dengan yang menggunakan metode
LIFO, sehingga dapat diuji penggunaan data historis pada perusahaan yang menggunakan
dua metode tersebut. Jadi teori merupakan pernyataan-pernyataan tentang hubungan logis
(logical relationship) antara variabel atau perilaku variabel-variabel alam atau sosial yang
dapat digunakan untuk menjelaskan (explanation) dan memprediksi (prediction ) berbagai
phenomena tersebut.
Teori berisi seperangkat hipotesis yang disusun melalui pemikiran logis dan metodologi
ilmiah baik secara deduktif maupun induktif dan diuji melalui penelitian ilmiah dan empiris.
Bila penelitian empiris dapat membuktikan validitas suatu teori, maka dikatakan bahwa teori
tersebut telah diverifikasi. Teori diperlukan karena teori tersebut dapat digunakan untuk
memprediksi (to predict) berbagai fenomena sosial tertentu yang diharapkan akan terjadi.
Artinya persyaratan-persyaratan atau asumsi-asumsi yang mendukung suatu teori dapat
dipenuhi, maka besar harapan (kemungkinan) bahwa gejala sosial tertentu akan terjadi, tetapi
ini tidak berarti bahwa teori tersebut menyebabkan phenomena yang diprediksi tersebut
terjadi. Dengan mendasarkan pada pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa teori terdiri
dari hipotesis-hipotesis yang bersifat deskriptif sebagai hasil penelitan dengan menggunakan
metode ilmiah tertentu. Hipotesis tersebut akan menjadi sumber acuan untuk menjelaskan
dan memprediksi gejala-gejala atau peristiwa dalam akuntansi.
Hipotesis dalam teori akuntansi positif yang dirumuskan oleh Watt & Zimmerman
(1986) dalam bentuk "oportunistik" yang sering diinterpretasikan, yaitu :
3
1. Hipotesis rencana bonus (The bonus plan hypothesis)
Manajer perusahaan akan memilih prosedur akuntansi yang melaporkan
pendapatan dari masa yang akan datang ke periode berjalan. Manajer menginginkan bonus
yang tinggi, jika bonus bergantung pada laba yang dilaporkan, maka manajer akan
memaksimalkan bonus mereka dengan melaporkan pendapatan setinggi mungkin. Konsep
ini membahas bahwa bonus yang dijanjikan pemilik kepada manajer perusahaan tidak
hanya memotivasi manajer untuk bekerja dengan lebih baik tetapi juga memotivasi
manajer untuk melakukan kecurangan manajerial. Agar dapat mencapai tingkat kinerja
yang memberikan bonus, manajer mempermainkan besar kecilnya angka-angka dalam
laporan keuangan sehingga bonus itu selalu didapat setiap tahun. Hai ini yang kemudian
mengakibatkan pemilik mengalami kerugian ganda, yaitu memperoleh informasi palsu dan
mengeluarkan sejumlah bonus.
2. Hipotesis persyaratan perjanjian pinjaman (The Debt Covenants Hypothesis)
Hipotesis ini berkaitan dengan syarat yang harus dipenuhi perusahaan dalam
perjanjian hutang. Perusahaan memiliki rasio antara utang dan ekuitas lebih besar,
cenderung memilih dan menggunakan metode-metode akuntansi dengan laporan laba yang
lebih tinggi serta cenderung melanggar perjanjian utang apabila ada manfaat dan
keuntungan tertentu yang dapat diperolehnya. Keuntungan tersebut berupa permainan laba
agar kewajiban utang-piutang dapat ditunda untuk periode berikutnya sehingga semua
pihak yang ingin mengetahui kondisi perusahaan yang sesungguhnya memperoleh
informasi dan keputusan bisnis yang keliru, akibatnya terjadi kesalahan dalam
mengalokasikan sumber daya.
3. Hipotesis biaya politik (The Political Cost Hypothesis)
Perusahaan yang besar dengan tingkat laba yang tinggi lebih banyak dijadikan obyek
implementasi peraturan maupun kebijakan pemerintah, seperti pengenaan pajak
penghasilan tinggi, diwajibkan untuk memenuhi standar kinerja yang lebih tinggi seperti
tanggung jawabnya terhadap lingkungan dan sebagainya.
Tiga hipotesis tersebut menunjukkan bahwa akuntansi teori positif mengakui adanya 3
hubungan keagenan (1) antara manajemen dengan pemilik, (2) antara manajemen dengan
kreditur, (3) antara manajemen dengan pemerintah (Anis dan Imam, 2003). Masalah agency
muncul disebabkan karena adanya asimetri informasi antara agent dan principal, dimana
agent lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan principal. sehingga menyebabkan
adanya moral hazard (Ahmed R.B.,2000)
4
4. Masalah Keagenan
Teori keagenan yang mulai berkembang mengacu kepada pemenuhan tujuan utama dari
manajemen keuangan yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Maksimalisasi
kekayaan ini dilakukan oleh manajemen yang disebut agen. Ketidakmampuan atau
keengganan manajer untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham menimbulkan apa yang
disebut masalah keagenan.
Perbedaan kepentingan antara principal dan agen atau yang disebut Agency Problem ini,
salah satunya disebabkan oleh adanya Asimmetric Information. Asimmetric Information (AI),
yaitu informasi yang tidak seimbang yang disebabkan karena adanya distribusi informasi
yang tidak sama antara principal dan agen.
Akibatnya adanya informasi yang tidak seimbang (asimetri) ini, dapat menimbulkan 2
(dua) permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan principal untuk memonitor dan
melakukan kontrol terhadap tindakan-tindakan agen. Ditambahkan oleh Scott (2005) dalam
bukunya Financial Accouting Theory mengemukakan bahwa :
a) Adverse Selection adalah jenis asimetri informasi dimana satu atau lebih pihak untuk
transaksi bisnis, atau transaksi potensial lainnya, memiliki keuntungan informasi lebih di
pihak lain.
b) Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dimana satu atau lebih pihak untuk
transaksi bisnis, atau transaksi potensial lainnya, dapat mengamati tindakan mereka
dalam pemenuhan transaksi tetapi pihak lain tidak bisa.
5
perusahaan, sebuah potensi konflik kepentingan muncul antara dua kelompok. Tindakan
manajer yang opostunistik akan mempertinggi biaya perusahaan dan mengurangi
kemakmuran pemegang saham.
Agency Theory menunjukkan bahwa manajer akan berusaha untuk memaksimalkan
utilitas mereka sendiri dengan mengorbankan para pemegang saham perusahaan. Agen
memiliki kemampuan untuk beroperasi sendiri dan mementingkan kepentingan pribadi
daripada kepentingan perusahaan. Hal ini disebabkan oleh informasi yang bersifat
asimetris (misalnya, manajer tahu lebih baik dari pemegang saham apakah mereka mampu
memenuhi tujuan pemegang saham) dan ketidakpastian.
Potensi konflik keagenan muncul setiap kali manajer perusahaan memiliki kurang
dari 100 persen dari saham biasa perusahaan. Jika suatu perusahaan merupakan
kepemilikan tunggal yang dikelola oleh pemilik, manajer-pemilik akan melakukan
tindakan untuk memaksimalkan kesejahteraan sendiri. Manajer-pemilik mungkin akan
mengukur utilitas oleh kekayaan pribadi, tetapi mungkin memikirkan pertimbangan
lainnya terhadap kekayaan pribadi. Jika pemilik-manajer meninggalkan sebagian
kepemilikan-nya dengan menjual sebagian saham perusahaan kepada investor luar, maka
akan muncul potensi konflik kepentingan atau konflik keagenan.
Pada sebagian besar perusahaan publik berskala besar, konflik kepentingan berpotensi
cukup signifikan karena para manajer perusahaan sendiri umumnya hanya sebagian kecil
dari saham biasa. Manajer dapat didorong untuk melakukan tindakan terbaik demi
kepentingan pemegang saham melalui insentif, hambatan, dan hukuman. Bagaimanapun
juga metode ini efektif hanya jika pemegang saham dapat mengamati semua tindakan
yang diambil oleh manajer. Untuk mengurangi masalah moral, seperti mengambil untung
semata, dimana agen mengambil tindakan untuk kepentingan pribadi, pemegang saham
harus menanggung biaya agen.
4.2. Biaya keagenan (agency cost)
Biaya keagenan didefinisikan sebagai biaya yang ditanggung oleh pemegang saham
untuk mendorong manajer dalam memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham
daripada berperilaku mementingkan diri sendiri. Ada tiga jenis utama dari biaya keagenan,
yaitu:
a) Pengeluaran untuk memantau kegiatan manajerial, seperti biaya audit.
b) Pengeluaran untuk struktur organisasi dengan cara membatasi perilaku manajerial
yang tidak diinginkan.
6
c) Biaya kesempatan yang dapat terjadi ketika pemegang saham dikenakan
pembatasan, seperti persyaratan untuk suara pemegang saham pada permasalahan
tertentu, membatasi kemampuan manajer untuk mengambil tindakan yang
meningkatkan kekayaan pemegang saham.
Menurut Jensen dan Meckling (1976) biaya keagenan terdiri dari:
a. The monitoring expenditures by the principle
Biaya monitoring dikeluarkan oleh prinsipal untuk memonitor prilaku agen,
termasuk juga usaha untuk mengendalikan perilaku agen melalui budget restriction,
compensation policies.
b. The bonding expenditures by the agent
The bonding cost dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak akan
menggunakan tindakan tertentu yang akan merugikan prinsipal atau untuk menjamin
bahwa prinsipal akan diberi kompensasi jika ia tidak mengambil banyak tindakan.
c. The residual loss
Merupakan penurunan tingkat kesjahteraan prinsipal maupun agen setelah adanya
agency relationship.
9
SIMPULAN
Teori Keagenan (Agency Theory) didefinisikan sebagai hubungan antara agen
(manajemen suatu usaha) dan principal (pemilik usaha). Pengaplikasian agency theory dapat
terwujud dalam sebuah kontrak kerja yang mengatur proporsi hak dan kewajiban dari
masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan manfaat secara keseluruhan. Agency
theory (teori keagenan) mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk
kepentingannya sendiri. Pemegang saham diasumsikan hanya bertindak terhadap hasil
keuangan perusahaan sebagai peningkat investasi, sedangkan agen diasumsikan sebagai
penerima kepuasan yang berupa kompensasi keuangan beserta syarat-syaratnya.
Adapun tujuan dari teori agensi adalah meningkatkan kemampuan individu dalam
mengevaluasi lingkungan dimana keputusan harus diambil (The belief revision role) dan
mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna mempermudah pengalokasian
hasil antara prinsipal dan agen sesuai dengan kontrak kerja (The performance
evaluation role). Secara garis besar teori agensi dikelompokkan menjadi dua (Eisenhardt,
1989), yaitu: Positve Agent Research, dan Principal Agent Research. Teori keagenan
dilandasi oleh 3 asumsi yaitu asumsi tentang sifat manusia, asumsi tentang keorganisasian,
dan asumsi tentang informasi.
Terdapat hubungan agency theory dengan teori akuntansi positif dalam praktik akuntansi
dan aplikasinya pada pengelolaan perusahaan, yang mana tiga hipotesis dalam teori akuntansi
positif menunjukkan bahwa akuntansi teori positif mengakui adanya 3 hubungan keagenan
(1) antara manajemen dengan pemilik, (2) antara manajemen dengan kreditur, (3) antara
manajemen dengan pemerintah Selanjutnya, masalah agency muncul disebabkan karena
adanya asimetri informasi antara agent dan principal, dimana agent lebih banyak mempunyai
informasi dibandingkan principal. sehingga menyebabkan adanya moral hazard. Adanya
agency problem, menimbulkan permasalahan yaitu berupa konflik kepentingan dan biaya
keagenan. Pada Teori Keagenan, Teori Signal (Signaling Theory) berhubungan pula terhadap
Asimmetric Information, yang mana Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan
mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal.
Dorongan untuk mengemukakan informasi akuntansi tersebut adalah karena terdapat asimetri
informasi antara manajemen (agent) dan stakeholder (principal).
10
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, Putu Sukma. 2013. Konsekuensi Ekonomi Dan Teori Akuntansi Positif.
http://putusukmakurniawan.blogspot.co.id/2013/11/konsekuensi-ekonomi-dan-teori-
akuntansi_16.html (Diakses pada tanggal 26 November 2017)
Rani, Anisa. 2014. Teori Keagenan (Agency Theory). http://fia-
ub.blogspot.co.id/2015/11/teori-keagenan-agency-theory.html (Diakses pada 26
November 2017)
11