Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
topik Infeksi Tetanus.
Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan
dalam penyusunan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesiakan tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum mumpuni
baik dari segi isi maupun tata bahasa yang digunakan. Makalah ini diharapkan
bermanfaat bagi yang membaca dan dapat menjadi referensi dalam pengembangan
wawasan di bidang medis.
Penulis,
DAFTAR ISI
1.2.Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami aspek teori dari
infeksi tetanus yang juga merupakan pemenuhan persyaratan kegiatan Program
Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Tetanus berasal dari bahasa Yunani yaitu “tetanos” yang berarti
berkontraksi.1 Tetanus adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh eksotoksin
yang dihasilkan oleh Clostridium tetani yang ditandai dengan adanya peningkatan
kekauan umum dan kejang – kejang otot rangka.2
2.2. Patofisiologi
Clostridium tetani adalah bakteri berbentuk basil gram positif yang bersifat
anaerob dan memiliki spora di ujungnya sehingga berbentuk seperti stik drum.
Spora bakteri ini tahan terhadap panas, antiseptik biasa, dan beberapa bahan kimia.
Spora bakteri ini mati dengan pemanasan menggunakan autoklaf pada suhu 121º C
selama 15 – 20 menit. Clostridium tetani membutuhkan kadar oksigen yang rendah
untuk dapat bermultiplikasi dan berkembang biak. Spora dari tetani tersebar luas di
tanah dan intestinal serta feses dari hewan – hewan ternak.5
Clostridium tetani menghasilkan 2 jenis toksin yaitu tetanolisin dan
tetanospasmin. Efek tetanolisin masih belum diketahui pasti. Sementara
tetanospasmin merupakan neurotoksin penyebab manifestasi klinis infeksi tetanus.
Dosis letal tetanospasmin pada manusia adalah 2,5 ng/kgBB.3
Transmisi dari Clostridium tetani ke dalam tubuh manusia biasanya melalui
luka, dimana spora biasanya berkembang dalam keadaan anaerobik. Toksin yang
dihasilkan dapat menyebar melalui pembuluh darah dan saluran limfatik. Toksin
tetanus memiliki kesamaan dengan toksin botulinum yaitu merupakan
metaloproteinase zinc-dependent yang menarget protein (sinaptobrevin/ vesicle-
associated membrane protein – VAMP) untuk melepaskan neurotransmitter dari
ujung saraf melalui fusi vesikel sinaps dengan membran plasma saraf. Gejala awal
infeksi lokal tetanus ialah paralisis flaksid akibat gangguan pelepasan asetilkolin
pada tautan saraf otot. Toksin tetanus menyebar dapat menyebar secara retrograd di
akson lower motor neuron (LMN) dan akhirnya mencapai medula spinalis dan
berlanjut ke batang otak. Di tempat ini toksin ditransportasikan untuk menyeberangi
sinaps dan diambil oleh ujung saraf inhibitor GABA (Gamma-Aminobutyric Acid).
Sesampainya toksin pada terminal saraf inhibitor, toksin tetanus akan memecah
VAMP, sehingga menghambat pelepasan GABA dan glisin. Hal ini akan
mengakibatkan hiperaktivitas dan peningkatan aktivitas otot dalam bentuk rigiditas
dan spasme.6
2.4. Penatalaksanaan
Tatalaksana bertujuan untuk mencegah komplikasi sekaligus menetralisir
peredaran toksin tetani. Setiap pasien tetanus sebaiknya dinilai skor Phillip-nya
untuk menentukan jenis rawatan yang akan diberikan.8
Interpretasi dari skor Phillip, jika skor < 9 pasien dapat melakukan
pengobatan rawat jalan, skor 10 – 16 dirawat dalam ruangan biasa, skor 17 atau
lebih dirawat di ruang rawat intensif
A. Tatalaksana Nonfarmakologi8
Patensi dan mempertahankan jalan nafas. Pemberian oksigen jika
diperlukan.
Perawatan dan pembersihan (debridement) luka yang kotor
Diet tinggi kalori dan protein. Jika dijumpai trismus, maka makanan dapat
diberikan melalui selang nasogastrik
Ruang rawat yang redup (minim cahaya) dimaksudkan untuk menghindari
tercetusnya spasme dan kejang
Pencegahan ulkus dekubitus
B. Tatalaksana Farmakologi8
Human Tetanus immunoglobulin (HTIG) 3000 – 6000 U secara intra
muskular
Penicilin prokain 1 – 2 juta unit atau jika alergi dapat diberikan tetrasiklin
2 g/hari setiap hari diberikan selama 10 hari
Metronidazole 4 x 500 mg selama 10 hari
Antikonvulsan untuk mencegah spasme otot, dapat diberikan berupa
diazepam 120mg/hari ataupun golongan benzodiazepin lainnya.
Pemberian antikonvulsan sebaiknya dilakukan dengan pemasangan
ventilator untuk mencegah terjadinya depresi pernafasan.
2.5. Komplikasi
Komplikasi tetanus umumnya fatal dan dapat menyebabkan kematian yang
kebanyakan disebabkan oleh gangguan pada jalan nafas seperti aspirasi,
laringospasme (kekakuan otot – otot pernafasan), kompressi fraktur vertebra,
laserasi lidah akibat kejang, serta rhabdomyolisis yang sering diikuti gagal ginjal
akut.9
2.6. Prognosis
Beberapa faktor turut menentukan prognosa dari perjalanan penyakit.
Beberapa faktor tersebut terangkum dalam tabel berikut.1
1. Ismanoe G. Tetanus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III.
Jakarta: Interna Publishing; 2009.
2. Laksmi NKS. Penatalaksanaan Tetanus. Cermin Dunia Kedokteran.
2014;41(11):823-7.
3. Surya R. Skoring Prognosis Tetanus Generalisata pada Pasien Dewasa.
Cermin Dunia Kedokteran. 2016;43(3):199-203.
4. Taylor AM. Tetanus.Continuing Education in Anesthesia, Critical Care and
Pain. Vol. 6 No. 3. [internet]. 2006. [disitasi 19 juli 2017]. Dinduh dari:
http://www.ceaccp.oxfordjournals.org/content/6/4/164.3.full.pdf.
5. Tetanus. Center for Disease Control and Prevention. [internet]. [disitasi 19
juli 2017]. Diunduh dari
http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/tetanus.pdf
6. Hassel B. Tetanus: Pathophysiology, Treatment, and the Possibility the Using
of Botulinum Toxin Against Tetanus-Induced Rigidity and Spasms.
Toxins(Basel). 2013;5(1):73-83
7. Jones HR, Srinivasan J, Allam GJ, Baker RA. Netter’s Neurology Second
Edition. Philadelpia: Elsevier Saunders; 2012.
8. Tanto C, Estiasari R. Tetanus. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Jilid II.
Jakarta: Media Aeskulapius FK UI; 2016.
9. Ritarwan K. Tetanus [jurnal]. Bagian Neurologi FK USU/RSUP Haji Adam
Malik. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/3456/1/penysaraf-kiking2.pdf.