Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
topik Infeksi Tetanus.
Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan
dalam penyusunan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesiakan tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum mumpuni
baik dari segi isi maupun tata bahasa yang digunakan. Makalah ini diharapkan
bermanfaat bagi yang membaca dan dapat menjadi referensi dalam pengembangan
wawasan di bidang medis.

Medan, 20 Juli 2017

Penulis,
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................ i


Daftar Isi ........................................................................................... ii
Bab 1 Pendahuluan .......................................................................... 1
1.1.Latar Belakang................................................................... 1
1.2.Tujuan ................................................................................ 1
Bab 2 Tinjauan Pustaka .................................................................. 2
2.1.Definisi .............................................................................. 2
2.2.Patofisiologi ....................................................................... 2
2.3.Manifestasi Klinis .............................................................. 3
2.4.Penatalaksanaan ................................................................. 5
2.5.Komplikasi ........................................................................ 7
2.6.Prognosis ........................................................................... 7
2.7.Pencegahan ........................................................................ 8
Bab 3 Kesimpulan ............................................................................ 9
Daftar Pustaka .................................................................................. 10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tetanus adalah penyakit akut yang ditandai oleh kekakuan otot dan spasme
yang diakibatkan oleh toksin dari Clostridium tetani.1 Sampai saat ini, tetanus
masih merupakan masalah kesehatan yang cukup signifikan terutama di negara
berkembang oleh karena akses program imunisasi yang buruk, serta keterlambatan
pengenalan secara dini gejala tetanus oleh masyarakat. Di negara berkembang,
mortalitas tetanus melebihi 50% dengan perkiraan jumlah kematian 800.000 –
1.000.000 orang per tahun, dengan sebagian besar neonatus.2 Insidens tetanus di
dunia berkisar 1 juta kasus setiap tahun dengan kematian yang bervariasi pada
setiap negara. Di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT),
jumlah kasus tetanus neonatorum sebanyak 141 kasus pada tahun 2007, turun
menjadi 114 kasus pada tahun 2011 dengan case fatality rate (CFR) 60,5%. Profil
Kesehatan Indonesia 2012 memperlihatkan kenaikan kasus tetanus neonatorum
menjadi 119 kasus, namun jumlah pasien meninggal berkurang menjadi 59 kasus
dengan CFR 49,6%.3 Tetanus adalah penyakit yang dapat dicegah dan WHO telah
mencanangkan sejak tahun 1974 untuk adanya implementasi imunisasi tetanus
secara global. Akses untuk program imunisasi yang buruk menjadi salah satu
penyebab tingginya prevalensi infeksi tetanus di negara berkembang.4

1.2.Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami aspek teori dari
infeksi tetanus yang juga merupakan pemenuhan persyaratan kegiatan Program
Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Tetanus berasal dari bahasa Yunani yaitu “tetanos” yang berarti
berkontraksi.1 Tetanus adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh eksotoksin
yang dihasilkan oleh Clostridium tetani yang ditandai dengan adanya peningkatan
kekauan umum dan kejang – kejang otot rangka.2

2.2. Patofisiologi
Clostridium tetani adalah bakteri berbentuk basil gram positif yang bersifat
anaerob dan memiliki spora di ujungnya sehingga berbentuk seperti stik drum.
Spora bakteri ini tahan terhadap panas, antiseptik biasa, dan beberapa bahan kimia.
Spora bakteri ini mati dengan pemanasan menggunakan autoklaf pada suhu 121º C
selama 15 – 20 menit. Clostridium tetani membutuhkan kadar oksigen yang rendah
untuk dapat bermultiplikasi dan berkembang biak. Spora dari tetani tersebar luas di
tanah dan intestinal serta feses dari hewan – hewan ternak.5
Clostridium tetani menghasilkan 2 jenis toksin yaitu tetanolisin dan
tetanospasmin. Efek tetanolisin masih belum diketahui pasti. Sementara
tetanospasmin merupakan neurotoksin penyebab manifestasi klinis infeksi tetanus.
Dosis letal tetanospasmin pada manusia adalah 2,5 ng/kgBB.3
Transmisi dari Clostridium tetani ke dalam tubuh manusia biasanya melalui
luka, dimana spora biasanya berkembang dalam keadaan anaerobik. Toksin yang
dihasilkan dapat menyebar melalui pembuluh darah dan saluran limfatik. Toksin
tetanus memiliki kesamaan dengan toksin botulinum yaitu merupakan
metaloproteinase zinc-dependent yang menarget protein (sinaptobrevin/ vesicle-
associated membrane protein – VAMP) untuk melepaskan neurotransmitter dari
ujung saraf melalui fusi vesikel sinaps dengan membran plasma saraf. Gejala awal
infeksi lokal tetanus ialah paralisis flaksid akibat gangguan pelepasan asetilkolin
pada tautan saraf otot. Toksin tetanus menyebar dapat menyebar secara retrograd di
akson lower motor neuron (LMN) dan akhirnya mencapai medula spinalis dan
berlanjut ke batang otak. Di tempat ini toksin ditransportasikan untuk menyeberangi
sinaps dan diambil oleh ujung saraf inhibitor GABA (Gamma-Aminobutyric Acid).
Sesampainya toksin pada terminal saraf inhibitor, toksin tetanus akan memecah
VAMP, sehingga menghambat pelepasan GABA dan glisin. Hal ini akan
mengakibatkan hiperaktivitas dan peningkatan aktivitas otot dalam bentuk rigiditas
dan spasme.6

Gambar 2.1. Patogenesis Infeksi Tetanus7

2.3. Manifestasi Klinis


Masa inkubasi setelah terjadinya pajanan terhadap Clostridium tetani adalah
2 – 14 hari. Gejala tetanus yang muncul dapat dibagi menjadi empat yaitu:
 Tetanus generalisata, merupakan tetanus yang paling sering dijumpai yang
ditandai dengan adanya hipertonus otot, spasme, trismus (kaku pada rahang
dan leher), abdomen papan, risus sardonicus (kontraksi pada otot wajah),
opistotonus (kontraksi pada otot punggung sehingga menyebabkan badan
menjadi melengkung), dan spasme pada otot – otot pernapasan.
 Tetanus lokal, merupakan manifestasi yang jarang dan paling ringan serta
biasanya hanya melibatkan area sekitar luka. Biasanya gejala yang muncul
berupa rasa kaku, kencang, dan nyeri pada otot sekitar luka. Dapat juga
muncul spasme dan twitching pada otot yang terkena.
 Tetanus sefalik, biasa terjadi setelah adanya luka pada kepala atau wajah
dengan periode inkubasi 1 – 2 hari. Gejala utama mengakibatkan kelemahan
dan paralisis otot – otot wajah. Spasme dapat melibatkan lidah dan
tenggorokan sehingga menyebabkan disartria, disfonia, dan disfagia.
 Tetanus neonatorum, sering terjadi pada minggu kedua setelah persalinan
oleh karena penggunaan alat yang tidak steril pada saat proses persalinan.
Tetanus ini ditandai dengan gejala bayi tidak mau menyusu disertai adanya
opistotonus.8
Umumnya pasien tetanus berada dalam kesadaran penuh karena toksin
tetanus tidak mempengaruhi fungsi kortikal atau saraf sensoris. Rangsangan
berlebihan terhadap saraf simpatis menyebabkan munculnya gejala berupa
takikardi, hipertensi labil, dan aritmia.7
Berdasarkan derajat keparahannya, tetanus dibagi menjadi 4 (Klasifikasi
Ablet), yaitu ringan, sedang, berat, dan sangat berat.1

Tabel 2.1. Derajat Keparahan Tetanus (Klasifikasi Ablet)


Derajat Tingkat Keparahan Gejala
1 Ringan Trismus ringan, kekakuan general,
tanpa gangguan respirasi, tanpa
disfagia maupun spasme
2 Sedang Trismus sedang, kekakuan disertai
spasme namun hanya sebentar,
disfagia ringan, gangguan respirasi
sedang, frekuensi nafas > 30x/menit
3 Berat Trismus berat, kekakuan disertai
spasme yang berlangsung terus
menerus, disfagia berat, frekuensi
nafas > 40x/menit, kadang disertai
periode apneu, frekuensi nadi >
120x/menit
4 Sangat Berat Derajat 3 disertai gangguan otonomik

2.4. Penatalaksanaan
Tatalaksana bertujuan untuk mencegah komplikasi sekaligus menetralisir
peredaran toksin tetani. Setiap pasien tetanus sebaiknya dinilai skor Phillip-nya
untuk menentukan jenis rawatan yang akan diberikan.8

2.2. Skor Phillip untuk Pasien Tetanus


Faktor Skor
Masa Inkubasi
< 48 jam 5
2 – 5 hari 4
6 – 9 hari 3
10 – 14 hari 2
>14 hari 1
Lokasi Infeksi
Internal/umbilikal 5
Kepala/leher/dinding tubuh 4
Proksimal perifer 3
Distal perifer 2
Tidak diketahui 1
Riwayat imunisasi
Tidak pernah dapat 10
Mungkin dapat 8
>10 tahun 4
<10 tahun 2
Imunisasi komplit 0
Penyulit/penyakit penyerta
Trauma/penyulit yang mengancam nyawa 10
Trauma berat/penyulit tidak segera mengancam 8
nyawa
Trauma/penyulit tidak mengancam nyawa 4
Trauma/penyulit ringan 2
Tidak ada penyulit 0

Interpretasi dari skor Phillip, jika skor < 9 pasien dapat melakukan
pengobatan rawat jalan, skor 10 – 16 dirawat dalam ruangan biasa, skor 17 atau
lebih dirawat di ruang rawat intensif
A. Tatalaksana Nonfarmakologi8
 Patensi dan mempertahankan jalan nafas. Pemberian oksigen jika
diperlukan.
 Perawatan dan pembersihan (debridement) luka yang kotor
 Diet tinggi kalori dan protein. Jika dijumpai trismus, maka makanan dapat
diberikan melalui selang nasogastrik
 Ruang rawat yang redup (minim cahaya) dimaksudkan untuk menghindari
tercetusnya spasme dan kejang
 Pencegahan ulkus dekubitus
B. Tatalaksana Farmakologi8
 Human Tetanus immunoglobulin (HTIG) 3000 – 6000 U secara intra
muskular
 Penicilin prokain 1 – 2 juta unit atau jika alergi dapat diberikan tetrasiklin
2 g/hari setiap hari diberikan selama 10 hari
 Metronidazole 4 x 500 mg selama 10 hari
 Antikonvulsan untuk mencegah spasme otot, dapat diberikan berupa
diazepam 120mg/hari ataupun golongan benzodiazepin lainnya.
Pemberian antikonvulsan sebaiknya dilakukan dengan pemasangan
ventilator untuk mencegah terjadinya depresi pernafasan.

2.5. Komplikasi
Komplikasi tetanus umumnya fatal dan dapat menyebabkan kematian yang
kebanyakan disebabkan oleh gangguan pada jalan nafas seperti aspirasi,
laringospasme (kekakuan otot – otot pernafasan), kompressi fraktur vertebra,
laserasi lidah akibat kejang, serta rhabdomyolisis yang sering diikuti gagal ginjal
akut.9

2.6. Prognosis
Beberapa faktor turut menentukan prognosa dari perjalanan penyakit.
Beberapa faktor tersebut terangkum dalam tabel berikut.1

Tabel 2.3. Faktor – Faktor Prognosis yang Menunjukkan Perburukan


Tetanus
Tetanus Dewasa Tetanus Neonatal
Umur lebih dari 70 tahun Kejadian umur yang lebih muda,
kelahiran prematur
Periode inkubasi < 7 hari Inkubasi < dari 6 hari
Waktu saat gejala awal muncul sampai Keterlambatan penanganan di rumah
penanganandi rumah sakit sakit
Adanya luka bakar, luka bekas operasi Higiene yang buruk saat proses
yang kotor kelahiran
Onset periode < 48 jam
Frekuensi jantung > 140 x/menit
Tekanan darah sistolik > 140 mmHg
Temperatur > 36,5º C
Spasme yang berat
2.7. Pencegahan
Antibiotik profilaksis tidak begitu bermanfaat pada kasus tetanus, tetapi
riwayat imunisasilah yang berperan penting terhadap pencegahan infeksi tetanus.
Pencegahan dapat dilakukan sebelum dan sesudah terpapar dengan faktor resiko
penyebaran tetanus. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara:
A. Imunisasi Aktif9
 Pemberian imunisasi DPT sebanyak 3 kali sejak usia 2 bulan dengan
interval 4 – 6 minggu dengan ulangan pada usia 18 bulan dan 5 tahun
 Imunisasi tetanus toxoid pada ibu hamil, wanita subur, minimal 5 kali
suntikan toxoid.
B. Pencegahan Pada Luka9
 Luka ringan dan bersih
 Imunisasi lengkap: tidak membutuhkan ATS ataupun TIG
 Imunisasi tidak lengkap: imunisasi aktif DPT/DT
 Luka sedang/berat dan kotor
 Imunisasi (-)/tidak jelas: ATS 3000 – 5000 U, atau TIG 250 – 500
U. TT pada sisi lain.
 Imunisasi (+), lamanya sudah > 5 tahun: ulangan toksoid, ATS 3000
– 5000 U, tetanus imunoglobulin 250 – 500 U.
BAB 3
KESIMPULAN

Tetanus merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh neurotoksin


yang dihasilkan oleh Clostridium tetani yang mengakibatkan adanya hiperaktivitas
neuromuskular yang ditandai dengan rigiditas dan spasme otot. Tetanus adalah
penyakit yang dapat dicegah dan masih merupakan penyakit yang masih banyak
ditemukan di negara – negara yang belum memiliki program imunisasi yang baik.
Aspek utama dalam penanganan tetanus adalah mencegah timbulnya komplikasi
fatal berupa kematian akibat spasme otot – otot pernapasan, menetralisasi toksin
yang tidak terikat, serta memberikan perawatan suportif.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ismanoe G. Tetanus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III.
Jakarta: Interna Publishing; 2009.
2. Laksmi NKS. Penatalaksanaan Tetanus. Cermin Dunia Kedokteran.
2014;41(11):823-7.
3. Surya R. Skoring Prognosis Tetanus Generalisata pada Pasien Dewasa.
Cermin Dunia Kedokteran. 2016;43(3):199-203.
4. Taylor AM. Tetanus.Continuing Education in Anesthesia, Critical Care and
Pain. Vol. 6 No. 3. [internet]. 2006. [disitasi 19 juli 2017]. Dinduh dari:
http://www.ceaccp.oxfordjournals.org/content/6/4/164.3.full.pdf.
5. Tetanus. Center for Disease Control and Prevention. [internet]. [disitasi 19
juli 2017]. Diunduh dari
http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/tetanus.pdf
6. Hassel B. Tetanus: Pathophysiology, Treatment, and the Possibility the Using
of Botulinum Toxin Against Tetanus-Induced Rigidity and Spasms.
Toxins(Basel). 2013;5(1):73-83
7. Jones HR, Srinivasan J, Allam GJ, Baker RA. Netter’s Neurology Second
Edition. Philadelpia: Elsevier Saunders; 2012.
8. Tanto C, Estiasari R. Tetanus. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Jilid II.
Jakarta: Media Aeskulapius FK UI; 2016.
9. Ritarwan K. Tetanus [jurnal]. Bagian Neurologi FK USU/RSUP Haji Adam
Malik. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/3456/1/penysaraf-kiking2.pdf.

Anda mungkin juga menyukai