Gejala muncul sebelum usia anak sekolah dengan rerata usia 4 tahun, tetapi
dapat juga muncul setelah remaja. Penderita jarang berusia lebih dari 20 tahun, dan
mortalitas yang ditimbulkan oleh penyakit ini biasanya disebabkan oleh gagal
jantung atau kardiomiopati. Manifestasi klinis yang muncul dapat berupa
kelemahan otot panggul yang simetris, terutama mengenai otot proksimal
ekstremitas bawah seperti otot gluteus maksimus, quadriceps, dan tibialis anterior
kemudian berlanjut ke otot distal. Otot – otot pelvis lebih dahulu dipengaruhi
dibandingkan otot – otot bahu. Penderita biasanya sulit bangun untuk berdiri dari
posisi duduk dan harus memegang tungkai. Gejala ini khas pada distrofi muskular
dan disebut tanda Gower, oleh karena kelemahan otot gluteus maksimus. Pada saat
berjalan, penderita cenderung gemetar dan tampak tertatih – tatih (waddling gait).
Penderita biasanya sulit untuk berlari dan sering terjatuh. Untuk menjaga
keseimbangan tubuh, lordosis dapat terjadi. Kiphoskoliosis bisa berkembang
setelah anak tidak bisa berjalan. Otot betis tampak membesar, namun hanya berisi
jaringan lemak sehingga tampak pseudohipertrofi. Penyakit ini bersifat progresif.3,4
Gambar 2. Tanda Gower
Refleks tendon menurun dan dapat hilang karena hilangnya serat – serat
otot, refleks patella cenderung menurun diawal penyakit sedangkan refleks Achiles
biasanya masih dapat muncul dalam beberapa tahun. Gangguan pernapasan dapat
terjadi oleh karena kelemahan otot interkostalis, otot diafragma dan skoliosis berat.
Kelemahan otot mempengaruhi semua aspek dari fungsi paru termasuk mucociliary
clearance, pertukaran gas, dan kontrol pernapasan. Kardiomiopati dapat terjadi
berupa pembesaran jantung, takikardi persisten dan gagal jantung terjadi pada 50%
- 80% penderita.3,4
Dari pemeriksaan laboratorium dijumpai adanya peningkatan enzim –
enzim otot seperti kreatinin fosfokinase yang meningkat 200 – 300 (normal < 160),
aldolase, alanin transaminase. Pemeriksaan elektromiografi tidak memberikan
gambaran spesifik. Elektromiografi menunjukkan fibrilasi, gelombang positif,
amplitude rendah, potensial motor unit polipasik kadang – kadang frekuensi tinggi.
Biopsi otot dapat memberikan gambaran mengenai jenis distrofi muskular.
Degenerasi melebihi regenerasi dan terjadi penurunan jumlah serat otot, digantikan
dengan lemak dan jaringan konektif (fibrosis).3,4
Gambar 3. Biopsi Otot yang Atropi digantikan Lemak dan Jaringan Fibrosa
Referensi:
1. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta. Yarsif Watampone.
2009. p. 273.
2. Eastwood D. Neuromuscular Disorders: Muscular Dystrophy In: Apley &
Solomon’s System of Orthopaedics and Trauma 10th edition. CRC Press.
2018. p. 272-3.
3. Syarif I, Widiasteti. Laporan Kasus: Distrofi Muskular Duchenne. Majalah
Kedokteran Andalas. 2009:33(2); 196-206.
4. Falzarano M.S., Scotton C, Passarelli C, Ferlini A. Duchenne Muscular
Dystrophy: From Diagnosis to Terapy. Molecules. 2015: 18168-84.
5. Dewi J, Hernowati T.E. Laporan Kasus: Muscular Dystrophy dengan
Penyulit Kardiomiopati. Cermin Dunia Kedokteran. 2010; 356-9.
6. Wicklund M.P., Kissel J.T. The Limb Girdle Muscular Dystrophies. Neurol
Clin. 2014;729-49.
7. Cotta A, Carvalho E, da-Cunha-Junior A.L, Paim J.F, Navarro M.M,
Valicek J. Common Recessive Limb Girdle Muscular Dystrophies
Differential Diagnosis: Why and How ? Arq Neuropsiquiatr.
2014:72(9);721-34.