Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH SINGKAT- GEORGE SIMMEL (1858-1918)

Maret 30 , 2012 oleh bambang-guru-sosiologi

Georg Simmel adalah seorang filsuf Jerman dan salah seorang pionir dalam menjadikan

sosiologisebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri. Ia dilahirkan pada tanggal 1 Maret 1858 dari 7

bersaudara, di Berlin – Jerman, suatu daerah tempat ia hidup pada masa kanak-kanak sebagai

mahasiswa maupun sebagai guru besar. Orang tua Georg Simmel adalah orang yahudi beragama

protestan. Ayahnya adalah pengusaha sukses dari Yahudi yang beraliran katolik, sedangkan

ibunya mengkonversi ke aliran protestan. Latar belakang orangtuanya itu menjadi hambatan

Simmel selama hidupnya. Suasana anti Semit di Berlin tidak dapat dihindarkan oleh Simmel

walaupun keluarganya beragama protestan.

Sebagai guru besar di Universitas Berlin, ia memberikan kuliah-kuliah yang sangat popular dan

banyak menulis. Ia menghasilkan karya-karya yang sangat terkenal pada masa itu walaupun

karirnya tidak terlalu berkembang karena latar belakang yang tidak menguntungkan pada waktu

itu. Simmel menulis banyak artikel, misalnya The Metropolis and Mental Life dan buku the

Philosophy of Money. Ia terkenal di kalangan akademisi Jerman dan mempunyai pengikut

internasional, terutama di Amerika. Di situ karyanya berpengaruh besar dalam kelahiran sosiologi.

Kedudukannya yang serba marginal menyebabkan Simmel sangat peka terhadap masalah yang

ada di sekitarnya. Masalah-masalah itu terlepas dari perhatian orang-orang yang berkedudukan

baik pada saat itu.

Pada tahun 1914, Simmel diangkat menjadi guru besar tetap di Universitas Strassbourg dengan

bantuan temannya yaitu Max Weber. Pusat perhatian studi Simmel mencakup ruang lingkup yang

sangat luas dimulai dari filsafat, yang kemudian menjadi ilmu yang sangat bermanfaat bagi

bidang-bidang sosiologi, sejarah, sastra dan kesenian. Simmel memberikan kuliah mengenai

bidang-bidang itu dan menyusun karya-karya ilmiah. Di bidang sosiologi, pusat perhatiannya

terarah pada proses interaksi yang dianggap sebagai ruang lingkup primer sosiologi dan

perkembangannya. Selanjutnya dia menyelidiki masalah solidaritas dan konflik yang dikaitkannya

dengan besar kecilnya kelompok. Simmel tetap menjadi tokoh marjinal di dunia akademisi Jerman

sampai ia meninggal pada tahun 1918. Ia tak pernah mendapat karir akademisi yang normal.

Bagaimanapun juga Simmel menarik perhatian sejumlah besar mahasiswa di zamannya dan

kemasyhurannya sebagai seorang sejarah terpelihara bertahun-tahun.

Tulisan – tulisan Simmel amat beragam, mulai dari etika, filsafat sejarah, pendidikan, agama, dan

juga para filsuf lain, seperti Kant, Schopenhauer, dan Nietzsche. Ia juga menulis banyak esay

tentang seniman dan penyair, tentang bermacam-macam kota, dan tema-tema seperti cinta,

petualangan, rasa malu, dan juga banyak topik-topik sosiologi. Tulisan-tulisannya yang amat

terkenal adalah The Metropolis and Mental Life dan buku the Philosophy of Money yang merupakan
analisis Simmel terhadap gaya hidup modern terhadap kesadaran manusia.

Munculnya Masyarakat

Munculnya masyarakat menurut Simmel dikenal dengan istilah vergesellschaftung yang secara

harfiah berarti “proses terjadinya masyarakat”, atau disebut juga dengan istilah “Sosiasi”

(sociation). Jadi munculnya masyarakat terjadi karena adanya interaksi timbal balik yang mana

dalam proses tersebut individu akan saling berhubungan dan saling mempengaruhi.

Masyarakat lebih daripada jumlah individu yang membentuknya lalu ditambah dengan pola

interaksi timbal balik dimana mereka saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Akan tetapi

masyarakat tidak akan pernah ada sebagai suatu benda objektif yang terlepas dari anggota-

anggotanya. Kenyataan itu terdiri dari kenyataan proses interaksi timbal balik. Pendekatan ini

mengusahakan keseimbangan antara pandangan nominalis (yang percaya hanya pada individu

yang riil) dan pandangan realis atau teori organik (yang mengemukakan bahwa kenyataan sosial

itu bersifat independen dari individu yang membentuknya).

Contoh terbentuknya masyarakat menurut Simmel, misalnya sejumlah individu yang terpisah satu

sama lain atau berdiri sendiri-sendiri saja, yang sedang menunggu dengan tenang di terminal

lapangan udara tidak membentuk jenis masyarakat atau kelompok. Tetapi kalau ada pengumuman

yang mengatakan bahwa kapal akan tertunda beberapa jam karena tabrakan, beberapa orang

mungkin mulai berbicara dengan orang disampingnya, dan disanalah muncul masyarakat. Dalam

hal ini masyarakat (sosietalisasi) yang muncul akan sangat rapuh dan sementara sifatnya, dimana

ikatan-ikatan interaksi timbal baliknya itu bersifat sementara saja.

Proses munculnya masyarakat sangat banyak macamnya, mulai dari pertemuan sepintas lalu

antara orang-orang asing ditempat-tempat umum sampai ke ikatan persahabatan yang lama dan

intim atau hubungan keluarga. Tanpa memandang tingkat variasinya, proses sosiasi ini mengubah

suatu kumpulan individu saja menjadi satu masyarakat (kelompok/sosiasi). Masyarakat ada pada

tingkat tertentu dimana dan apabila sejumlah individu terjalin melalui interaksi dan saling

mempengaruhi.

Dyad dan Triad

Adapun yang membedakan antara hubungan dyad dan triad adalah jumlah orang yang terlibat

dalam interaksi tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Simmel begitu jumlah orang yang

terlibat dalam interaksi berubah, maka bentuk interaksi merekapun berubah dengan teratur dan

dapat diramalkan. Simmel berpendapat bahwa unit terkecil dalam kehidupan manusia yang

menjadi ruang lingkup perhatian sosiologi adalah dyad, yang merupakan unit atau kelompok yang

terdiri dari dua orang. Bentuk dyad (duaan) memperlihatkan ciri khas yang unik sifatnya yang

tidak terdapat dalam satuan sosial apapun yang lebih besar. Contohnya adalah, suami dan isteri,

dua orang sahabat karib dan seterusnya. kalau seseorang individu memilih untuk keluar dari suatu

kelompok dyad (duaan) maka satuan sosial itu sendiri akan hilang lenyap. Sebaliknya, dalam
semua kelompok lainnya, hilangnya satu orang anggota tidak ikut menghancurkan keseluruhan

satuan sosial itu. Dalam dyad tersebut kemungkinan besar yang terjadi adalah bahwa salah satu

pihak tenggelam dalam kedudukan dan peranan pihak lain. Oleh karena dyad terdiri dari dua

pihak, maka tidak ada pihak lain yang mungkin menengahinya, sehingga Simmel berkesimpulan

kedua pihak tersebut sebenarnya merupakan suatu kesatuan perasaan. Di dalam dyad terdapat

hubungan yang sangat erat dan menyatu. Maka, ada kemungkinan terjadi konflik atau pertikaian.

Kesatuan perasaan tersebut kadang terganggu oleh tindakan masing-masing pihak yang mungkin

mengakibatkan terjadi konflik. Hubungan dyad tidak selalu disertai oleh perasaan-perasaan positif.

Dalam situasi konflik, apapun masalah dan sebab musababnya, hubungan yang sangat intim

seringkali membuat konflik malah menjadi lebih parah. Masalah konflik yang kelihatannya sepele

bagi orang luar, ditanggapi dengan sangat emosional. Sesungguhnya keterbukaan mereka satu

sama lain pada tingkat kepribadian yang sangat dalam membuat mereka mudah saling menyerang

yang berhubungan dengan masalah kepribadian ini. Ketiadaaan pihak ketiga menimbulkan situasi

dimana tidak ada pemisah ketika mereka berkonflik. Ketiadaan pihak ketiga memang

meningkatkan keakraban dalam dyad. Akan tetapi, bila terjadi konflik, timbul kebutuhan akan

adanya pihak ketiga. Hadirnya pihak ketiga dapat menetralisasi ketegangan yang ada. Simmel

menyatakan, adanya pihak ketiga akan menyebabkan pihak yang terlibat dalam konflik

mengemukakan pendapatnya secara lebih rasional, sehingga kemungkinan terjadinya perdamaian

lebih besar.

Triad disini diartikan sebagai pihak ketiga. Salah satu pokok pikiran Simmel yang terkenal adalah

diskusinya mengenai berbagai peran yang dapat dilakukan oleh pihak ketiga. Menurut

Simmel,triad cenderung tidak stabil, karena secara koheren, terkait dengan pembentukan suatu

koalisi dua pihak yang berhadapan dengan satu pihak lain. Pihak yang ditempatkan dalam

kedudukan ketiga atau status yang tersingkir, senantiasa berubah. Simmel telah menyajikan

pelbagai contoh mengenai efek pihak ketiga. Dia memberikan contoh, orang-orang Eropa

cenderung untuk memperkerjakan hanya seorang pembantu, padahal mereka mampu untuk

membayar gaji lebih banyak pembantu. Dengan adanya lebih dari seorang pembantu, timbul ciri-

ciri suatu triad, sehingga hubungan antara pembantu dengan majikan lebih bersifat formal.

Apabila terjadi penambahan jumlah orang (artinya lebih dari tiga), maka hal itu mempunyai akibat

tertentu terhadap hakikat interaksi dalam suatu kelompok. Simmel pernah mengemukakan suatu

hipotesa yang menyatakan, bahwa semakin besar suatu kelompok semakin besar pula

kecenderungan terjadinya bentuk interaksi seperti dyad. Selama terjadinya proses menuju bentuk

hubungan sebagaimana halnya dengan suatu dyad dalam suatu kelompok besar, setiap pihak atau

kategori cenderung menerima anggota-anggota yang memiliki ciri-ciri pokok sama, misalnya :

kekayaan, pola sikap tindak, dst. Kecenderungan terjadinya konflik dalam triad merupakan

masalah yang menjadi salah satu pusat perhatian studi Simmel. Hal ini antara lain disebabkan
karena terdapatnya banyak kesempatan pada pihak-pihak dalam triad untuk melaksanakan

pelbagai peranan.

Pemikiran Sosiologi Mikro Georg Simmel

Georg Simmel muncul di dunia ilmu sosiologi dengan menghadirkan pokok-pokok pemikiran yang

lebih mengulas pada sosiologi mikro, meskipun demikian ia tetap berkiprah dengan terus

menghasilkan pemikiran kritis tentang komponen-komponen kehidupan sosial dan hubungan antar

pribadi, sedangkan untuk lingkup yang lebih luas atau makro, karyanya tentang struktur dan

perubahan dalam semangat sosial pada zamannya. Pokok pemikiran mikro Georg Simmel adalah :

1. Kesadaran individu

2. Konsep sosiologi

3. Realitas sosial

4. Interaksi sosial

5. Pengaruh jumlah pada bentuk sosial

6. Kreatifitas individu versus bentuk budaya yang mapan

7. Uang dan nilai

Karya-karyanya yang terkenal tidak serta merta menjadi hal yang dapat diterima orang dengan

mudah, karena ia terhalang suatu hal yang berawal dari latar belakangnya, kala itu keadaan

antisemitisme menjadikan dirinya merasa terkucilkan. Antisemitisme adalah suatu sikap

permusuhan atau prasangka terhadap kaum Yahudi dalam bentuk-bentuk

penganiayaan/penyiksaan terhadap agama, etnik, maupun kelompok ras, mulai dari kebencian

terhadap individu hingga lembaga. Fenomena yang paling terkenal akan anti-semitisme adalah

ideologi Nazisme dari Adolf Hitler, yang menyebabkan permusuhan terhadap kaum Yahudi di

Eropa.

Interaksionisme Simbolik

Adanya kesadaran individu yang dikemukakan oleh Georg Simmel menjadi sumber awal Simmel

dalam mengkaji lebih jauh tentang interaksi sosial, ia telah melakukan teoretisasi masalah

modernitas dengan penekanan pada perkembangan pesat dari ilmu, teknologi, pengetahuan

obyektif, berikut diferensiasinya di satu sisi dan erosi budaya subyektif di sisi lain. Konflik dan

krisis kebudayaan modern dilukiskan Simmel dalam bentuk pemiskinan-subyektivitas yang

disebutnya endemi atrophy (terhentinya pertumbuhan budaya subyektif) karena hypertrophy

(penyuburan budaya obyektif). Simmel berusaha menjelaskan adanya ketimpangan budaya

individu atas manusia sebagai subjeknya dibandingkan dengan perkembangan media atau sarana

kehidupan yang mengurangi peran aktif manusia dalam berkarya. Sehubungan dengan fenomena

endemi antrophy interaksi menjadi salah satu pokok pemikiran dalam teori Simmel.

Masyarakat, kemudian, dapat didefinisikan sebagai sejumlah individu yang dihubungkan dengan

interaksi.. Interaksi ini dapat menjadi mengkristal sebagai bidang permanen.. Hubungan ini, atau
bentuk sociation, sangat penting karena mereka menunjukkan bahwa masyarakat bukan

merupakan substansi, tetapi sebuah peristiwa, dan karena bentuk-bentuk sociation mengatasi

individu / dualisme sosial (individu terlibat dengan satu sama lain dan dengan demikian

merupakan sosial). Sedangkan interaksi sosial menurut Georg Simmel memiliki point-point

tersendiri yang menurutnya merupakan hal yang perlu untuk disertakan dalam teori-teorinya,

Simmel mengungkapkan bahwa interaksi :

Menurut bentuk, meliputi :

a. Subordinasi (ketaatan)

b. Superordinasi (dominasi)

c. Hubungan seksual

d. Konflik

e. Sosiabilita (interaksi yang terjadi demi interaksi itu sendiri dan bukan untuk tujuan lain)

Menurut tipe, meliputi :

a. interaksi yang terjadi antar individu-individu

b. interaksi yang terjadi antar individu-kelompok

c. interaksi yang terjadi antar kelompok-individu

Pada keadaan yang sama yaitu kehidupan dengan interaksi dan komunikasi dapat menumbuhkan

kemungkinan-kemungkinan tertentu, dimana memiliki dampak positif dan negatif, ada pada suatu

saat seseorang merasakan kedekatan, kekompakan, dan kebersamaan baik secara pribadi

maupun kelompok. Adanya kontak merupakan faktor yang mendorong terjadinya komunilkasi ,

kontak tersebut terdiri dari kontak secara langsung maupun secara tidak langsung ( melalui media

), dan komunikasi itu sendiri adalah gambaran dari adanya interaksi dalam hidupnya dengan

orang lain. Simmel juga memusatkan pemikirannya mengenai relasi, khususnya interaksi antar

pemeran sadar dan tujuannya adalah melihat besarnya cakupan interaksi yang mungkin sepele

namun pada saat lain sangat penting. Menurut Simmel interaksi timbul karena kepentingan-

kepentingan dan dorongan tertentu (Soerjono Soekanto, 405:2003). Salah satu bentuk interaksi

yang dibicarakan Simmel adalah gaya (fashion). Gaya adalah bentuk relasi sosial yang

menginginkan orang menyesuaikan diri dengan keinginan kelompok. Gaya bersifat dialektis yang

berarti keberhasilan dan persebaran gaya akan berujung pada kegagalan. Hal positif yang muncul

dari adanya interaksi bisa terjadi melalui terjalinnya solidaritas masyarakat, dan hal negatif adalah

berupa adanya konflik. Minat Simmel pada bentuk interaksi menuai banyak kritikan. Ia dituduh

memaksa suatu tatanan yang sebenarnya tidak ada dan menghasilkan studi yang tidak saling

terkait yang akhirnya sama sekali tidak menerapkan tatanan yang lebih baik pada realitas sosial.

Menurut bentuknya terdapat konsep yang disebut dengan Subordinasi (ketaatan) dan

Superordinasi (dominasi), jika kita ulas lebih lanjut tentang kedua hal tersebut ada beberapa kata

kunci untuk memahaminya yaitu antara lain :


1. Dominasi merupakan suatu bentuk interaksi. Bahkan dalam bentuk paling ekstrim subordinasi,

ada beberapa kebebasan pribadi.

2. Otoritas berwibawa menunjukkan perilaku yang dapat menjadi tujuan atau supra-individu, serta

fakta bahwa kekuatan supra-individu mungkin rompi seseorang dengan penuh wibawa. Prestige

adalah individu dan tidak memiliki objektivitas supra-individual.

3. Para pemimpin dan yang dipimpin saling terkait dalam sociation dengan cara timbal balik,

mereka tidak mengecualikan satu sama lain, sebaliknya, mereka menyiratkan satu sama lain.

4. Interaksi adalah penting bagi gagasan hukum. Tidak akan ada timbal balik antara penguasa dan

yang dikuasai ketika penguasa dipilih berdasarkan kontrak bersama antara

yang diperintah.Dalam kasus ini tidak ada timbal balik.

Superordinasi dan subordinasi memiliki hubungan timbal balik. Pemimpin tidak ingin sepenuhnya

menginginkan dan mengarahkan tindakan orang lain. Justru pemimpin member kesempatan

kepada yang tersubordinasi agar dapat berprilaku positif atau negatif. Superordinat sering

memperhitungkan kebutuhan dan keinginan subordinat dengan tujuan untuk mengontrolnya.

Simmel menganggap subordinasi dibawah prinsip obyektif sebagai sesuatu yang paling

menyakitkan, mungkin karena hubungan antarmanusia dan interaksi sosial tereliminasi.

Teori Konflik

Interaksi yang terjadi baik antar individu maupun antar kelompok kadang menimbulkan konflik,

dan konflik merupakan pokok bahasan tersendiri yang diuraikan oleh Simmel,menurut Simmel

masalah mendasar dari setiap masyarakat adalah konflik antara kekuatan-kekuatan sosial dan

individu, karena, pertama, sosial melekat kepada setiap individu dan, kedua, sosial dan unsur-

unsur individu dapat berbenturan dalam individu, meskipun pada sisi lain dari konflik merupakan

sarana mengintegrasikan individu-individu. Karena setiap individu meiliki kepentingan yang

berbeda-beda dan adanya benturan-benturan kepentingan tersebut mencerminkan dari sikap-

sikap individu tersebut dalam usahanya memenuhi kebutuhannya, dari sikap yang nampak ini

Simmel memiliki sebuah pemikiran yang menghasilkan konsep individualisme ini (dari kepribadian

yang berbeda) terwujud dalam prinsip-prinsip ekonomi, masing-masing, persaingan bebas dan

pembagian kerja.

Kelompok Kecil

Dalam pembagian-pembagian kerja, individu terbentuk dalam kelompok-kelompok kecil ,

kelompok ini menurut Simmel memiliki analisa tersendiri dimana terdiri dari satu, dua, dan tiga

orang. Satu orang atau singkatnya individu berada dalam posisi sendirian, tidak terjadi interaksi

dan ia akan mendapat penolakan dari masyarakat, maka itu Simmel menghadirkan konsep dyad

dan triad dimana menurut pandangan Simmel bahwa kebebasan tidak akan terjadi jika seseorang

itu sendirian, tetapi jika ia ada dalam kelompok. Simmel memiliki filosofi tentang angka 2 dan 3,

angka dua adalah bentuk yang paling sederhana sociation, antara dua orang atas mana hal itu
sepenuhnya tergantung, angka dua adalah sepele dan intim, perkawinan terjadi antara dua orang

dan setelah lahir anak diantara mereka konsep dyad ini sepenuhnya berubah menjadi triad dan

hadirnya orang ketiga menjadi penghancur.

Pertikaian dan Persaingan

Pertikaian

Signifikansi Sosiologis dari pertikaian, secara prinsipil belum pernah disangkal. Pertikaian dapat

menjadi penyebab atau pengubah kelompok-kelompok kepentingan, organisasi-organisasi,

kesatuan-kesatuan, dsb. Dalam kenyataan, faktor-faktor disosiatif seperti kebencian,

kecemburuan, dan selanjutnya, memang merupakan penyebab terjadinya pertikaian. Dengan

demikian, pertiakaian ada untuk mengatasi pelbagai dualisme yang berbeda. Pertikaian mengatasi

ketegangan antara hal-hal yang bertentangan.

Terdapat dua masalah yang secara konsisten menjadi objek telaah ilmu-ilmu tentang manusia,

yakni manusia dan kelompok, sehingga tidak ada masalah ketiga. Ada pertikaian yang tampaknya

menyampingkan semua unsur, misalnya, apabila terjadi perkelahian antara perampok dengan

korbannya. Apabila perkelahian itu bertujuan untuk membunuh atau menghancurkan pihak lain,

maka sama sekali tidak ada unsur-unsur pemersatu. Namun apabila ada pembatasan terhadap

berlakunya kekerasan, maka ada faktor kerjasama, walaupun hanya sebagai suatu kualifikasi

terhadap kekerasan.

Persaingan

Suatu ciri yang menonjol dari persaingan adalah bahwa dalam proses itu terjadi pertikaian yang

tidak langsung. Apabila satu pihak menindas musuhnya atau merugikannya secara langsung,

maka tidak terjadi persaingan. Secara umum persaingan hanya menunjuk pada kegiatan yang

dilakukan secara paralel, untuk mencapai tujuan yang sama. Pada persaingan terdapat dua

kombinasi :

a. Apabila suatu kemenangan terhadap lawan merupakan kebutuhan pertama secara kronologis,

maka hal itu sendiri tak akan ada artinya. Dengan demikian, hasil suatu persaingan tidak berisikan

tujuannya, sebagaimana halnya apabila seseorang marah, balas dendam, dan lain sebagainya,

yang merupakan unsur yang mendorong terjadinya perkelahian.

b. Tipe persaingan yang kedua sangat berbeda dengan bentuk atau jenis pertikaian lainnya. Dalam

hal ini persaingan hanya berlangsung antara pihak-pihak, tanpa usaha menyingkirkan lawan. Yang

menjadi prioritas utama adalah tujuan, dan bukan lawan.

Persaingan secara modern digambarkan sebagai suatu perjuangan dari semua terhadap semua,

dan dari semua untuk semua. Tidak jarang sebagai akibatnya timbul tragedi yang berakibat unsur-

unsur sosial suatu kesatuan saling bertentangan. Akan tetapi semua akibat tersebut, sebenarnya

merupakan tambahan pada kekuatan persaingan untuk mempersatukan. Persaingan, secara


sosiologis merupakan suatu jaringan konsentrasi terhadap pikiran, perasaan, dan kemauan

sesama manusia.

Anda mungkin juga menyukai