Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya
memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling
berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia
terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat.
Di dalam kelompok ataupun organisasi selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang
merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok yang terdiri dari
atasan dan bawahannya.
Komunikasi tidak hanya penting untuk manusia tetapi juga penting
untuk sistem pengendalian manajemen yang merupakan alat untuk mengarahkan,
memotivasi, memonitor atau mengamati serta evaluasi pelaksanaan manajemen
perusahaan yang mencoba mengarahkan pada tujuan organisasi dalam perusahaan
agar kinerja yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan dapat berjalan lebih
efisien dan lancar, yang dimonitor atau yang diatur dalam sistem pengendalian
manajemen adalah kinerja dari perilaku manajer di dalam mengelola perusahaan.
Merchant (1998) mengatakan bahwa orientasi perilaku berhubungan dalam
lingkungan pengendalian manajemen. Perilaku berpengaruh dalam desain sistem
pengendalian manajemen untuk membantu mengendalikan, memotivasi manajemen
dalam mengambil keputusan dan memonitor perilaku yang dapat mengendalikan
aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam sebuah organisasi. Sistem pengendalian
manajemen adalah sejumlah struktur komunikasi yang saling berhubungan yang
mengklasifikasikan proses informasi yang dapat membantu manajer dalam
mengkoordinasi bagiannya untuk mengubah perilaku dalam pencapaian tujuan
organisasi yang diharapkan pada dasar yang berkesinambungan (Maciarriello dan
Kirby, 1994). Untuk membentuk suatu kerja sama yang baik jelas perlu adanya
komunikasi yang baik antara unsur-unsur yang ada di dalam organisasi tersebut.
Komunikasi yang baik akan menimbulkan saling pengertian dan kenyamanan dalam
bekerja.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu komunikasi ?

1
2. Apa saja proses dan unsure komunikasi ?
3. Apa pengertian komunikasi antar individu dalam organisasi ?
4. Apa pengertian komunikasi keorganisasian ?
5. Apa saja hambatan terhadap komunikasi ?
6. Bagaimana cara mengatasi hambatan dalam komunikasi ?
7. Apa saja isu-isu dalam komunikasi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui arti komunikasi.
2. Untuk mengetahui proses dan unsure komunikasi.
3. Untuk mengetahui pengertian komunikasi antar individu dalam organisasi ?
4. Untuk mengetahui arti komunikasi keorganisasian.
5. Untuk mengetahui hambatan terhadap komunikasi.
6. Untuk mengetahui cara mengatasi hambatan dalam komunikasi.
7. Untuk mengetahui isu-isu dalam komunikasi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi

Banyak ahli yang telah memberikan definisi mengenai komunikasi. Miller


(1999) dalam Nirman (1999) mengatakan bahwa komunikasi adalah kegiatan dengan

2
mana seseorang (sumber) secara sungguh-sungguh memindahkan stimuli guna
mendapatkan tanggapan. Sementara itu, Robbins dan Coulter (2004) mengatakan
pengertian komunikasi adalah penyampaian dan pemahaman suatu maksud. Dalam
definisi ini, yang perlu diperhatikan adalah penekanan penyampaian maksud dan
pemahaman maksud. Tanpa penyampaian maksud, komunikasi tidak akan pernah
terjadi. Tanpa pemahaman maksud komunikasi jarang berhasil. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa komunikasi merupakan kegiatan penyampaian pesan atau informasi
oleh satu sumber kepada penerima melalui media perantara tertentu dengan tujuan
untuk mendapatkan respon atau tanggapan dari penerima.

Fungsi dari komunikasi adalah:

a. Pengendalian, agar petunjuk-petunjuk ditaati oleh bawahan


b. Motivator, menjelaskan agar karyawan lebih berprestasi
c. Sarana pengungkap emosi (kepuasan kerja, frustasi, dan lainnya)
d. Memberikan informasi.

2.2 Proses dan Unsur komunikasi

Proses komunikasi sangat berkaitan dengan bagaimana komunikasi tersebut


berlangsung yang diawali dengan: siapa, menyampaikan apa, dengan cara apa atau
melalui apa, kepada siapa dan berakibat apa. Sehingga dapat diilustrasikan sebagai
berikut:

Siapa Mengatakan Dengan cara Kepada siapa


apa apa
Komunikator Pesan Medium Penerima
Perantara

Umpan
Balik
Dengan akibat
Gibson (1996) mengatakan bahwa model
apa kontemporer yang luas dipergunakan
atas proses komunikasi adalah hasil kajian dari Shanon dan Weaver serta Schramm, yang
kemudian banyak membantu bagaiman memahami komunikasi tersebut. Dalam model ini
terkandung elemen dasar komunikasi sebagai berikut :

a. Komunikator atau sumber komunikasi atau pengirim, yang adalah orang yang
mempunyai maksud atau ide atau informasi tertentu untuk disampaikan kepada
penerima.

3
b. Encoding atau pengkodean, merubah suatu pesan dalam komunikasi menjadi bentuk-
bentuk simbolis.
c. Pesan, sesuatu yang dikomunikasikan, merupakan produk nyata dari encoding.
d. Media atau saluran, sesuatu yang dilalui pesan. Di dalam organisasi pengirim akan
menyeleksi pesan-pesan dan menetapkan saluran atau media yang akan digunakan.
e. Decoding atau penerimaan kode, penerima adalah objek yang disasar pesan, sebelum
pesan tersebut dimengerti, maka penerima harus menterjemahkan bentuk-bentuk
simbolis terlebih dahulu.
f. Penerima, pihak yang menerima pesan, biasanya dipengaruhi oleh kemampuan, sikap,
pengetahuan dan sistem sosial budaya.
g. Umpan balik, pemeriksaan keberhasilan dalam menyampaikan dan menentukan
apakah pengertian yang sama antara pengirim dan penerima telah dicapai.

Laswell yang diikuti oleh Onong Uchjana Effendy (1996) menegaskan bahwa
komunikasi dalam prosesnya meliputi lima unsure yakni sebagai berikut.

a. Komunikator atau orang atau pihak yang menyampaikan suatu pesan kepada orang
atau pihak lain.
b. Pesan, yang bisa berbentuk informasi, ide ataupun sikap.
c. Media, sebagai saluran untuk melangsungkan suatu pesan. Media disini ada yang
berupa bahasa, isyarat dengan anggota tubuh, gambar dan warna, serta lambang lain
yang dapat digunakan untuk mengekspresikan pikiran atau perasaan.
d. Komunikan atau orang atau pihak yang menerima pesan dari komunikator.
e. Efek, yakni dampak yang muncul pada pihak komunikan yang bisa berupa dampak
kognitif misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dampak lainnya adalah dampak
apektif dari yang sebelumnya tidak suka menjadi suka dan yang tidak setuju menjadi
setuju. Dampak yang berkaitan dengan sikap juga menjadi sasaran misalnya dari yang
malas menjadi rajin yang sering ingkar menjadi patuh.

2.3 Komunikasi Antar Individu dalam Organisasi


Komunikasi antar individu memiliki dimensi kualitatif dan dimensi kuantitatif.
Komunikasi antar individu adalah komunikasi yang terjadi terutama di antara dua atau
beberapa orang (kuantitatif) yang bersifat alamiah dan dapat menghasilkan suatu
hubungan produktif secara terus menerus (kualitatif).
Persoalan penilaian hubungan merupakan persoalan lain yang penting dalam
komunikasi antar individu. Dalam hubungan ini, dicakup setidaknya enam tahap atau
tingkatan hubungan (Ruben: 321-325)

4
a. Initiation. Pada tahap ini, masing-masing partisipan saling membuat kalkulasi atau
menaksir-naksir satu dengan lain dan mencoba mengupayakan penyesuaian-
penyesuaian.
b. Ekplorasi. Pada tahap ini, partisipan saling berusaha mengetahui karakter orang
lain, misalnya minat, motif, dan nilai-nilai yang dipegang.
c. Intensifikasi. Pada tahap ini, partisipan saling bertanya kepada diri sendiri apakah
jalinan komunikasi diteruskan apa tidak.
d. Formalisasi. Pada tahap ini partisispan saling sepakat mengenai hal-hal tertentu,
yang kemudian terformalisasikan kedalam berbagai tingkah laku, misalnya,
berjanji untuk saling bertemu lagi, mendatangani kontrak.
e. Redifinisi. Pada tahap ini jalinan hubungan dan komunikasi yang ada dihadapkan
pada persoalan-persoalan baru dan silih berganti seiring dengan perjalanan waktu.
f. Hubungan yang memburuk. Gejala semakin memburuknya hubungan kadangkala
tidak disadari sepenuhnya oleh partisipan komunikasi.

2.4 Komunikasi Keorganisasian


Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah
sebagai berikut:
a. Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan

informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat


memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi
yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan
pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen
membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna
mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan
(bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu
juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti,
dan sebagainya.
b. Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku
dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi
regulatif, yaitu:
 Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen,
mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi
yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-
perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.

5
 Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi
pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang
pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
c. Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan
tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya
kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara
sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding
kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
d. Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang

memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.


Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu:
 Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi
tersebut dan laporan kemajuan organisasi.
 Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama
masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata.
Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk
berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

Sebuah bentuk organisasi pasti mengedepankan sebuah komunikasi agar


tercipta hasil yang selaras. Biasanya proses komunikasi dalam suatu organisasi
meliputi atasan dan bawahan dengan penyampaian yang terarah dari suatu atasan ke
bawahannya yang semata-mata semua berorientasi berdasarkan organisasi. Tujuan
komunikasi dalam sebuah organisasi sangat memberikan banyak manfaat secara
langsung yaitu memudahkan para anggota bekerja dari instruksi-instruksi yang
diberikan dari atasan dan untuk mengurangi kesalahpahaman yang biasa terjadi dan
memang sudah melekat pada suatu organisasi. Apabila semua bawahan dan atasan
dapat berinteraksi dengan baik, maka seluruh kesalahpahaman yang beresiko mungkin
akan berkurang, karena tiap manusia mempunyai cara penyampaian komunikasi yang
berbeda-beda secara verbal. Dengan demikian semua pelaku organisasi harus
berbicara, bertindak satu sama lain guna untuk membangun suatu lingkungan
kondusif dan mengetahui situasi-situasi yang akan terjadi diluar dugaan karena
kesalahan komunikasi sekecil apapun pasti akan berakibat fatal.
Komunikasi dalam suatu organisasi sangat penting agar tidak terjadinya salah
penyampaian informasi antar anggota dalam suatu organisasi dan agar tercapainya

6
tujuan tertentu. Sebuah interaksi yang bertujuan untuk menyatukan dan
mensinkronkan seluruh aspek untuk kepentingan bersama sangat dibutuhkan dalam
sebuah tujuan berorganisasi. Dengan kata lain, tanpa adanya sebuah interaksi yang
baik niscaya sebuah organisasi tidak akan mencapai tujuannya. Interaksi disini adalah
mutlak meliputi seluruh anggota organisasi yang dapat berupa penyampaian -
penyampaian informasi, instruksi tugas kerja atau mungkin pembagian tugas kerja.
Interaksi sebenarnya adalah proses hubungan komunikasi antara 2 orang atau lebih
dimana orang yang satu bertindak sebagai pemberi informasi dan orang yang lain
berperan sebagai penerima informasi. Intinya, korelasinya harus melibatkan dan
terfokus kepada orang-orang itu sendiri dalam suatu organisasi. Dengan kata lain,
dapat disimpulkan komunikasi dapat dibilang juga sebagai proses penyampaian
informasi yang berguna untuk mengkoordinasikan lingkungan dan orang lain demi
mencapai suatu tujuan.

2.5 Hambatan terhadap Komunikasi


a. Penyaringan informasi.
Komunikator cenderung memanipulasi informasi supaya lebih dapat diterima
dengan baik oleh komunikan atau penerima. Minat pribadi dan persepsi mengenai
apa yang menurut komunikator penting bagi penerima sangat mempengaruhi
penyaringan dan hasilnya. Semakin banyak jumlah tingkatan dalam struktur
organisasi yang harus dilalui oleh suatu informasi semakin besar kemungkinan
untuk penyaringan. Di sisi lain, hal ini wajar terjadi karena dalam struktur
organisasi, semakin ke bawah semakin spesialis di bidang masing-masing.
b. Persepsi yang selektif.
Penerima dalam proses komunikasi menyeleksi apa yang mereka terima
berdasarkan kebutuhan, motivasi, latar belakang pengalaman dan karakteristik
pribadi lainnya. Penerima atau komunikan juga memproyeksikan minat dan harapan
mereka pada saat melakukan decoding (mengartikan simbol-simbol).
c. Emosional.
Bagaimana perasaan komunikan atau penerima pada saat ia menerima pesan
akan mempengaruhi interpretasinya mengenai pesan tersebut. Pesan yang sama
akan diinterpretasikan berbeda pada keadaan marah atau emosi netral. Emosi-emosi

7
yang ekstrim seperti gembira yang berlebihan atau sedih sangat mungkin
menghalangi komunikasi yang efektif.
d. Bahasa.
Kata-kata yang sama dapat berarti berbeda untuk orang yang tidak sama. Usia,
pendidikan dan latar belakang budaya merupakan tiga variabel yang biasanya
mempengaruhi bahasa yang digunakan dan arti yang diberikan kepada kata-kata. Di
dalam suatu organisasi, pegawai berasal dari latar belakang yang tidak sama.
Ditambah lagi pengelompokkan dalam unit kerja tertentu berdasarkan spesialisasi
yang pada akhirnya menciptakan atau mengembangkan istilah-istilah teknis dan
ungkapan-ungkapan yang khas dan sering pegawai tidak tahu istilah-istilah khusus
yang digunakan. Komunikator cenderung berpendapat bahwa kata-kata atau istilah
yang mereka gunakan mempunyai arti yang sama bagi komunikan atau penerima.
e. Kurang perhatian.
Kesalahpahaman terjadi karena orang yang tidak membaca dengan benar suatu
pesan atau informasi, baik dalam bentuk pengumuman, artikel atau tidak
mendengar percakapan orang lain.
f. Faktor hello effect
Terjadi apabila si komunikator adalah orang yang disenangi atau dihormati,
maka audiens atau penerima langsung akan mempercayai apa yang dikatakan,
walaupun belum tentu benar atau sebaliknya.
g. Perilaku defensif
Ketika seseorang merasa terancam, ia cenderung akan beraksi dengan cara
mengurangi kemampuannya untuk mencapai saling pengertian. Yakni, ia menjadi
defensif terlibat dalam perilaku seperti secara verbal menyerang orang lain,
memberi jawaban kasar, berperilaku seperti penilai dan mempertanyakan motif
orang lain. Ketika individu menafsirkan pesan yang datang sebagai sesuatu yang
mengancam, ia sering merespon dengan cara yang menghambat keefektifan
komunikasi.
h. Kebanjiran informasi
Ketika informasi yang harus diterima melampaui kapasitas pemrosesan karena
membanjirnya informasi akan ada kecenderungan untuk membuang, mengabaikan,
melewatkan atau menunda pemrosesannya sampai situasi kebanjiran informasi
selesai.

2.6 Mengatasi Hambatan dalam Komunikasi


a. Mendengarkan dengan aktif.
Banyak orang menganggap enteng pekerjaan mendengarkan. Sering
mencampur adukkan dua hal yang berlainan, yakni “mendengar” atau

8
“mendengarkan”. Mendengar adalah menangkap vibrasi suara, sedangkan
mendengarkan adalah memberi arti kepada orang yang didengar.
Oleh sebab itu mendengarkan membutuhkan atensi, interpretasi dan
mengingat rangsangan suara. Empat syarat mendengar dengan aktif :
 Intensitas, berkonsentrasi penuh pada apa yang disampaikan oleh
pembicara dan menyampingkan pikiran-pikiran lain. Menghubungkan
informasi yang diterima dengan topik pembicaraan.
 Empati, berusaha mengerti apa yang diinginkan pembicara.
Menyesuaikan apa yang dilihat dan dirasakan dalam dunia
pembicaraan sehingga bisa meningkatkan persamaan antara
interpretasi kita dan maksud pembicara.
 Penerimaan, pendengar yang aktif memiliki penerimaan yang objektif
atas apa yang didengar dan dilihat. Ini bukan tugas mudah. Tantangan
terhadap pendengar yang aktif adalah menyerap apa yang dikatakan
seseorang tanpa menilai isinya sampai yang bersangkutan selesai
berbicara.
 Tanggung jawab untuk melengkapi unformasi, komunikan alias
pendengar harus berusaha untuk melengkapi informasi yang diterima
dan artinya, bila perlu mengajukan pertanyaan untuk memperoleh
pengertian yang sama dengan komunikator.
b. Memberikan umpan balik.
Komunikator harus melihat reaksi dari komunikan dengan baik, misalnya
dengan ekspresi wajah tertentu bila si komunikan tidak mengajukn pertanyaan.

2.7 Isi-Isu dalam Komunikasi


a. Penghalang komunikasi antara pria dan wanita.
Riset yang dilakukan oleh Deborah Tannes yang dikutip oleh Robbins (2011)
telah mampu memberikan wawasan penting tentang perbedaan antara pria dan
wanita dalam gaya berbicara dimana pria lebih mengedapankan status sedangkan
wanita memakainya untuk menciptakan hubungan atau koneksi.
b. Komunikasi yang “benar secara politis”.
Bahwa kini muncul kata-kata atau istilah yang secara politis lebih menarik
ketika dikomunikasikan, seperi :
 Lumpuh diganti penyandang cacat.
 Buta diganti dengan tuna netra.
 Jompo digantu dengan lanjut usia.

Artinya, kini orang harus mempertimbangkan perasaan orang lain dalam


memilih kata-kata agar tidak menimbulkan perasaan tidak enak atau tersinggung

9
dalam membangun komunikasi, namun dalam memilih kata-kata atau istilah tersebut
jangan pula sampai merintangi kejelasan atau keefektifan komunikasi.

c. Komunikasi lintas budaya.


Haruslah dipahami bahwa komunikasi yang efektif sulit dilakukan dalam
kondisi yang terbaik. Faktor lintas budaya sering menjadi dan menciptakan potensi
masalah dalam komunikasi.
Artinya aspek budaya mempengaruhi cara-cara orang berkomunikasi terutama
oleh faktor bahasa. Ada empat masalah atau penghalang spesifik yang terkait
dengan kesulitan bahasa dalam komunikasi lintas budaya.
 Penghalang yang disebabkan oleh semantika. Makna suatu kata bisa
berlainan untuk orang yang berbeda.
 Penghalang yang disebabkan oleh konotasi kata. Kata “hai” dalam bahasa
Jepang yang diterjemahkan “ya” konotasinya adalah “ya saya mendengar”
bukan “ya saya setuju”.
 Penghalang karena perbedaan nada. Dalam beberapa budaya, bahasa adalah
formal, tetapi dalam budaya yang lain adalah informal. Dalam beberapa
budaya perubahan nada itu bergantung pada konteks : ada perbedaan antara
bicara di rumah, dalam pergaulan sosial dan di tempat kerja.
 Penghalang karena perbedaan pesepsi. Orang yang berbicara dalam bahasa
yang berlainan sebenarnya memandang dunia secara lain tergantung
persepsinya.
d. Komunikasi elektronik.
Bahwa kini komunikasi melalui peralatan teknologi (informasi) sudah semakin
ngetren dan menarik minat banyak kalangan. Komunikasi elektronik telah
merevolusi kemampuan dalam mencapai orang ataupun suatu institusi dalam
sekejap. Tapal batas organisasional menjadi kurang relevan sebagai akibat
kemajuan komunikasi elektronik, karena revolusi dahsyat dalam teknologi
elektronika.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pada dasarnya komunikasi sangat diperlukan didalam kehidupan sehari-hari
dalam aspek apapun, baik itu dalam kegiatan berorganisasi atau dalam kehidupan
sehari-hari, dalam kegiatan berorganisasi, komunikasi diperlukan dengan tujuan agar
sebuah sistem atau komunikasi yang ada bisa terjalin dengan sempurna dan lebih
baik. Komunikasi dirumuskan sebagai suatu proses penyampaian pesan atau informasi
diantara beberapa orang. Karenanya komunikasi melibatkan seorang pengirim, pesan
atau informasi saluran dan penerima pesan yang mungkin juga memberikan umpan
balik kepada pengirim untuk menyatakan bahwa pesan telah diterima.
Komunikasi sangat penting dalam kehidupan manusia adalah makhluk sosial
yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Dalam berkomunikasi
seseorang harus memiliki dasar yang akan menjadi patokan seseorang tersebut dalam
berkomunikasi. Dalam proses kita juga harus ingat bahwa terdapat banyak hambatan -
hambatan dalam berkomunikasi. Tujuan komunikasi adalah berhubungan dan
mengajak dengan orang lain untuk mengerti apa yang kita sampaikan dalam mencapai
tujuan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan dalam bekerja sama dengan orang
lain.

11

Anda mungkin juga menyukai